Sabtu, 07 November 2015

Pelangi di Ujung Negeri




Jika hidup adalah siang dan mati adalah malam
maka telah kulewati subuh saat masih kecil
 dengan tangis dan senyum ceria
pada kota di atas karang
saparua yang penuh sejarah duka
kini berubah jadi balada
yang airnya kuminum dan udara sejuk kuhirup
 sejak dalam kandungan ibu

Di atas negeri ini matahari naik
dengan senyum manis bunga cengkih
dan pelangi datang dengan sejuta lagu harapan
lalu orang-orang bersayu panggayo manggurebe toma maju
pada perahu yang kian melaju menembus ombak dan angin timur
semangat itu kian berlalu dan bersatu jadi lagu pelipur rindu

Jika matahari mulai membungkus diri
dan manusia tak lagi peduli pada rumah yang kian runtuh
akan kupahat hatiku pada prasasti tugu negeri
terukir sumpah dan janji kalesang negeri
agar hutan, laut, matahari dan gunung Saniri
 tak tangisi pilu yang telah lama berlalu
agar pahlawan negeri ini tak lagi keluhkan sesal
di sana kurindu mendayung perahu
 gapai pelangi di ujung negeri


Oleh : Marthen Luther Reasoa
Saparua, 26 Maret 2015