Sabtu, 20 Oktober 2018

Muar, Vull, Licer, Lijasser, Lyaser, Vleasser, Luasse, Ulliasser, Honomoa hingga Saparoua


---- Jejak-jejak sebuah “nama” dalam Arsip dan Sumber
serta Perbincangan dalam ruang waktu ----
(Bag IId)


Oleh
Adryn Anakotta



7)      Laporan DS Sebastian Danckaerts mengenai gereja dan sekolah di Gubernemen VOC Ambon tertanggal 16 Juni 16311

Pada laporan ini, Danckaerts menulis Ulyaser, Boy, Hariou (Haria), Papero (Paperu), Tiau, Au, Sory sory (onomoa/hinomoa), Oulat, Touaha, Titouaca (Itawaka), Aou (Ouw)2
Fragment dari laporan itu :
in ’t eyland Ulyasser op Boy, waertoe comen de kinderen van Hariou, Papero, Tiau, Au;
item op Sory Sory ofte Onomoa ende Oulat, waeronder sorteeren de kinderen van Touaha, Titouaca ende Aou

(terjemahannya : di pulau Ulyaser pada negeri Boy, datang anak-anak (murid) dari Hariou, Papero, Tiau, Au. Hal yang sama juga di Sory Sory, Onomoa dan Oulat, datang anak-anak (murid) dari Touaha, Titouca dan Aou)


Menarik membaca serta “mencermati” laporan dari sang pendeta, terkhusus tentang penyebutan nama beberapa negeri di pulau Uliaser (Ulyaser). Salah satu yang disebutkan adalah nama atau kata Au setelah kata Tiau.
Apa maksud sebenarnya dari kata ini, kata ini merujuk pada negeri apa?
Penulis belum yakin dan belum “berani” secara langsung menunjuk pada salah satu negeri di pulau Saparua (Uliaser).
Hal ini disebabkan kata ini tidak jelas dan “ambigu”. Kata Au ini muncul 17 tahun sebelumnya dalam MOG Gubernur Adriaen Martens Blok (lihat point 1 pada artikel bagian 2a). Jika dilihat dari urutan penyebutan kata ini serta lokasinya pada MOG Gubernur tersebut, maka kita bisa menyimpulkan bahwa kata Au dalam MOG itu merujuk pada negeri Ouw, bukan negeri lain. Hal ini diperkuat oleh Knaap dalam catatan kaki pada MOG tersebut.

Pada konteks brief diatas, Neimeijer dkk, memberikan catatan kaki pada kata Titouaca dan Auo. Mereka menulis kata Titouaca adalah Itawaka sedangkan Auo adalah Ouw3.
jika seperti ini, maka kata Au pada brief ini merujuk pada apa, atau pada negeri apa??
Apa Danckaerts melakukan “kekeliruan”? atau ia melakukan pengulangan dalam pengertian menyebut negeri Ouw sebanyak dua kali? Mustahil dan agak aneh jika ia melakukan hal demikian.
Apa mungkin ini adalah nama “lain” dari negeri Saparua?

Jawabannya mungkin saja. Pertimbangannya bisa dipikirkan dengan dasar sebagai berikut :
§     Jika dilihat dari urutan atau lokasi dari negeri-negeri yang disebutkan, maka kata Au disebut atau “diletakan” setelah kata Tiau. Hal ini bisa dianggap bahwa negeri Au atau wilayah Au adalah berdekatan dengan atau sekitar negeri Tiau (Tiouw). Hal ini diperkuat dengan “fakta” bahwa disebutkan negeri Boy, Hariou, Papero, Tiau, Au, yang bisa dipahami negeri-negeri tersebut “berdekatan” atau dikelompokan pada bagian “tertentu”. 
§     Penyebutan negeri-negeri seperti Boy, Hariou, Papero, Tiau, Au bisa “dianggap” dan di kelompokan kedalam negeri-negeri yang terletak di bagian barat - selatan Pulau Saparua (dalam konteks pengetahuan kita di masa kini). Penyebutan negeri selanjutnya seperti Sory Sory,Onomoa Oulat, Touaha, Titouaca dan Aou bisa kita kelompokan pada bagian yang terletak pada sisi selatan ke arah timur (tenggara) dan “berputar” ke arah utara pulau Saparua. Harus dipahami, bahwa Titouaca/Itawaka menurut tradisi adalah bagian dari negeri Ullath, sedangkan Tuhaha di masa Portugis terletak berdekatan dengan Siri Sori, Ullath di gunung.
§     Pengelompokan negeri-negeri ini secara umum nantinya akan terlihat pada beberapa laporan pada “pendeta” di masa berikutnya
§     Laporan ini berasal dari tahun 1631, yang berarti 22 tahun sebelum masa Arnold de Vlaming, yang memerintahkan negeri-negeri turun ke bagian pantai. Ini yang harus dipahami sehingga kita tidak “membayangkan” letak negeri Tuhaha di masa sekarang dan menganggap deskripsi pada laporan ini salah.  
§     Sebastian Daenckerts pernah bertugas di Gubernemen Ambon sebagai Predikant (pendeta) pada periode 1618 – 16224. Jika begini, maka agak mengganjal, jika Daenckerts melakukan “kekeliruan” dalam konteks penyebutan nama negeri secara berulang (jika yang ia maksud adalah kata Au dan Auo adalah hanya untuk negeri Ouw). Dengan berbekal 4 tahun berdinas di Ambon dan sekitarnya, maka “aneh” jika ia tidak bisa “membedakan” mana negeri Ouw dan bukan negeri Ouw.
§     Maka hal yang bisa diterima dan logis adalah kata Au dan Auo pada konteks surat di atas, merujuk pada 2 negeri yang berbeda bukan pada 1 negeri. Jadi, jika Au adalah negeri Ouw maka Auo pastinya bukan negeri Ouw atau sebaliknya, jika Auo adalah negeri Ouw maka Au pastinya bukan negeri Ouw.
§     Satu-satunya negeri yang menjadi “kandidat” kuat untuk menafsirkan rujukan kata Au seperti yang dimaksud Daenckerts adalah negeri Saparua. Hal ini tentunya dengan memahami secara luas semua alasan dan pertimbangan yang disampaikan di atas.

.
Sekali lagi laporan ini membuktikan bahwa Juroa bukanlah negeri Tuhaha, tetapi lebih merujuk pada nama negeri Saparua. Jika begitu, kenapa Gerrit J Knaap terlihat ragu?? Kita akan menelusurinya sehingga mendapatkan alasan yang masuk akal untuk “memahami” keraguan Knaap itu.
Jadi dari periode tahun 1605 – 1631, berdasarkan sumber-sumber yang telah disajikan, bisa dikatakan negeri Saparua telah disebut namun dengan nama yang “lain” yaitu kata Juroa dan Au.



8)       Laporan DS Justus Heurnius kepada Gub Jend VOC, Hendrik Brouwer tertanggal 25 Mei 16335
Pada Laporan ini, Heurnius menyebut pulau Oma, Nusselau, Ulleaser, dan (negeri) Oulat, serta penyebutan ada 15 negeri yang berada di pulau Ulleaser6.
Fragment dari laporan itu adalah :
De eylanden Oma, Nusselau ende Uleasser souden aldus mede versorght connen werden, ende overmits het een besundere taele is, souden in ’t besonder dienen opgebrocht tot Oulat ofte eenige andere plaetse, want in dese eylanden 15 negrijen sijn die schoolen hebben

Laporan ini terus membuktikan hingga tahun 1633, nama Ulleaser adalah nama hanya untuk pulau Saparua !!!

9)       Laporan DS Justus Heurnius kepada Kerkenraad van Batavia tertanggal 7 Juni 16337
Pada Laporan ini, Heurnius menyebut Ulliaser, (negeri) Sory Sory, Oulat dan penjelasan bahwa ada “komunitas” muslim di Sory Sory8
Fragment laporan itu sebagai berikut :
Den volgenden, 6 juny is bij de vermelte vergaderinge goedtgevonden dat ick in Uliasser
op Sory Sory ofte Oulat404 mijne residentie soude gaen nemen, alsoo het Moorsdom in Sory Sory begint toe te nemen ende eenige van ’t Christendom afgevallen sijn

Niemeijer dkk memberikan catatan kaki pada kata Sory Sory dan Oulat dengan catatan kaki no 404. Mereka menulis demikian9 :
De eerste pastorie op Saparua stond in het dorpje Sirisori nabij het fortje Hollandia. Pas na de bouw van het fort Duurstede (1691), werd de hoofdplaats Saparua de vaste standplaats van de predikant
(terjemahan : pastori/rumah pendeta yang pertama di pulau Saparua berlokasi di negeri Sirisori yang “berdekatan” dengan Fort Hollandia, setelah dibangunnya benteng Duurstede (1691), maka pastori ini dipindahkan ke negeri Saparua)

10)   Laporan DS Justus Heurnius kepada DS Petrus Schotte di Ternate tertanggal 8 Juni 163310
Pada Laporan ini, Heurnius menyebut Uliasser, (negeri) Sory Sory, Oulat
Fragment laporan itu sebagai berikut11 :
Hierentusschen sal ick mij in de Uliasser op Sory Sory ofte Oulat houden................


11)   Laporan DS Helmichius Helmichii kepada Komisariat Anthonio van den Heuvel tertanggal 8 Juni 163312.
Pada Laporan ini, sang pendeta menyampaikan data tentang sekolah dan para siswa di Gubernemen Ambon, salah satunya adalah gugusan “Lease”.
Ia menulis di pulau Oma, sekolahnya terdapat di negeri Oma, Haroucka dan Samet, di pulau Noussalau, sekolahnya terdapat di Titaway, Lenita, Sila, Amet, Acoon, Abobbo dan Nalahia.
Sedangkan di pulau Uliassers, ia menulis sekolah berada di negeri Haria (1 sekolah, 25 murid), Boy (1, 25), Papero (1, 25), Tiouw (1,25), Touaha (1, 30), Sorsorry (1, 30), Oulath (1,40), Ouw (1, 30)13


Setelah melihat sumber pada point ke-11 di atas, pertanyaan kritisnya, di mana negeri Saparua?? Mengapa tidak disebutkan.........?? apakah negeri Saparua “hilang” dalam peta atau tidak ada di masa itu, padahal beberapa tahun sebelumnya disebutkan meski dengan nama yang “unik” (Juroa dan Au)???

Jawabannya: ADA !!!.......
Jika kita membaca sumber-sumber gereja ini hingga tuntas, dan secara teliti memahaminya.. maka negeri Saparua “dimasukan” ke dalam negeri Tiouw.
Pertanyaan selanjutnya mengapa demikian?? Mengapa “dimasukan” ke negeri lain??

Konteks dan background laporan2 ini adalah bersumber dari laporan gereja, yang notabene isinya berupa deskripsi pada penjelasan, pertumbuhan dan perkembangan gereja di Gubernemen itu. Jika konteks dan backgroundnya seperti demikian maka pastinya akan “berelasi” dengan penduduk agam Kristen pada negeri-negeri tersebut. Hal ini akan terhubung juga dengan “sejarah” awal bagaimana penduduk dari negeri-negeri itu menerima “kekristenan”.
Pada konteks inilah, maka (setelah membaca seluruh laporan hingga tuntas), penduduk negeri Saparua atau negeri Saparua ansich, adalah negeri yang penduduknya sangat “minim” dalam menerima kekristenan atau bisa dibilang “terlambat” menerima kekristenan dibandingkan negeri-negeri lain yang disebutkan itu.
Point lainnya, laporan ini mengenai pertumbuhan dan perkembangan kekristenan, maka pastinya laporannya adalah menyangkut “pusat-pusat” kekristenan di masa itu, dalam hal ini negeri-negeri itu.  
Ini juga bisa menghadirkan perspektif lanjutan, bahwa dari segi kuantitas pemeluk agama Kristen, penduduk negeri Tiouw, lebih banyak dari penduduk negeri Saparua, sehingga mungkin saja untuk lebih efisien, negeri Tiouwlah yang jadi “pusatnya”.
Pemahaman ini bisa dilihat pada rangkuman “pertumbuhan” pemeluk agama Kristen beserta sekolah yang ada pada negeri Tiouw dan Saparua selama periode 1633 – 1694/169514. Pada tabel itu terlihat dan bisa dibaca dengan pemahaman yang luas. Pada periode 1633 – 1695, di negeri Saparua “tidak ada” data, tetapi pada negeri Tiouw ada datanya, pada periode 1695 – 178615, di negeri Tiouw tidak ada datanya dan diberi keterangan bij Saparua, sedangkan di Saparua ada datanya. Hal ini berarti pada periode 1633 – 1695, pemeluk agama Kristen yang berasal dari Saparua, “disubordinasi” ke negeri Tiouw, pada periode berikutnya, negeri Tiouw “disubordinasi” ke negeri Saparua.
Hal ini juga pastilah berhubungan dengan catatan kaki yang disebutkan oleh Niemeijer pada point no 9 di atas tentang Laporan Justus Heurnius itu. Mungkin dengan kepindahan pastori ke Saparua setelah dibangunnya benteng Duurstede, maka negeri Saparua secara langsung menjadi “pusat” Kekristenan dan negeri Tiouw “disubordinasi” ke dalam negeri Saparua.

Mungkin juga “kondisi” ini yang menjadi alasan mengapa Knaap sedikit “ragu” dalam menjelaskan catatan kaki tentang kata Juroa itu.


12)   Laporan DS Justus Heurnius kepada Kerkenraad van Batavia tertanggal 15 Agustus 163316.
Laporan ini ditulis di Oulat seperti yang ditulis pada akhir laporannya17. Pada laporan ini, ia menyebut Uliasser, Honomoa, Sory Sory, Touaha, Tyou, Harya, Oulat, Iha Mauw18.

Fragment dari laporan itu adalah sebagai berikut :

Wij sijn tot Hittou aengeweest ende juni 17, Godt danck, tot Honomoa aen de reduit in Uliasser....... ende meester Vaes, vier negrijen te weten Sory Sory, Touaha, Tyou ende Harya.............. meester Vaes mijne residentie op Oulat, de importantste plaetse van de Uliassers ende naebij de mooren van Iha Mauw...............



Laporan dari Justus Heurnius ini menjadi sumber valid lainnya, bahwa Uliasser atau beberapa varian penulisan kata ini adalah nama pulau Saparua yang di masa sekarang kita pahami. Uliasser bukanlah nama untuk pulau Haruku, bukan pula nama untuk pulau Nusalaut bahkan bukan nama untuk ketiga pulau itu.
Heurnius juga menyebutkan bahwa di pulau Uliasser itu, ada negeri Sory Sory, Touaha, Tyou, Harya, Oulat, Iha Mauw....dan faktanya pada masa sekarang...........negeri-negeri yang disebutkan itu berada di pulau Saparua, bukan di pulau lain.
Point berikutnya laporan Heurnius ditulis di Oulat yang bisa dianggap  lokasi itu adalah “iner circle” daerah ring satu sendiri. Apakah mungkin Hernius menulis nama lokasi atau nama negeri seperti Oulat, Sory Sory, Tyou, Harya, Iha Mauw padahal maksud ia sebenarnya negeri-negeri demikian berlokasi di pulau lain?? Jawabnya tidak logis dan tidak mungkin sama sekali....tambahan lagi dengan berdiam di lokasi itu, maka pengetahuan tentang nama pulau, nama negeri-negeri bukan hal aneh bagi dirinya. Darimana ia bisa mengetahuinya? Yang pasti dari penduduk pulau itu sendiri saat ia bersosialisasi dengan mereka.
Ini berarti bahwa Uliaser adalah nama pulau Saparua, dan nama itu hanya untuk pulau Saparua. Jadi bisa disebut bahwa Uliaser adalah kata yang familiar, yang telah dikenal, digunakan dalam percakapan sosial manusia-manusia pulau itu sendiri. Heurnius hanyalah “melanjutkan” apa yang telah ditulis 1 abad sebelumnya oleh para Misionaris Katholik asal Portugis, ia juga hanya melanjutkan apa yang ditulis oleh Gubernur-Gubernur Ambon beberapa tahun sebelumnya.
Point selanjutnya... bahwa nama negeri Tuhaha selalu konsisten, yaitu dengan beberapa varian penulisan, maka kata Juroa adalah bukan rujukan untuk Tuhaha tetapi negeri lain, dan itu adalah negeri Saparua. Ini juga dengan sendirinya menjawab “keraguan” Knaap.

-------------- bersambung --------------


Catatan Kaki

1.            Verslag Over De Kerken En Scholen In Ambon Door Ds.Sebastiaan Danckaerts, Ambon, 16 Juni 1631 (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 116 -121)
2.            Idem (hal 117)
3.            Idem (hal 117)
4.            Lijst van predikanten en proponenten in het gouvernement Amboina 1611-1795. Alle
namen worden volledig gegeven in de alfabetische lijst,
Ø  Alfabetische lijst van predikanten in Ambon, Ternate, Banda
(kedua sumber ini dimuat oleh Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), vierde deel, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 38 dan 49)
Ø  Bruijn, C.A.L. van Troostenburg, de. Biographisch woordenboek van Oost-Indische Predikanten, P.J.Milborn, Nijmegen, 1898, Hal 110 – 111
Ø  Dubbeldam, C.W.Th. Baron van Boetzelaer, van. De Gereformeerde Kerken in Nederlanden de zending in Oost-Indie,  P.den Boer, Utrecht,1906, Hal 45, 48, 59
5.            Brief van Ds. Justus Heurnius aan Gouverneur-Generaal Hendrick Brouwer, Ambon, 25 mei 1633 (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 131 -133)
6.            Idem (hal 133)
7.            Brief van Ds. Justus Heurnius aan de Kerkenraad van Batavia. Ambon, 7 juni 1633. (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 133 -134)
8.            Idem (hal 134)
9.            Idem (hal 34
10.         Brief van ds. Justus Heurnius aan ds. Petrus Schotte te Ternate. Ambon, 8 juni 1633. ANRI, Archief Kerkenraad Batavia 136, fol. 85-86  (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 135 -136)
11.         Idem (136)
12.         Brief van ds. Helmichius Helmichii aan commissaris Anthonio van den Heuvel Ambon, 8 juni 1633. NA, VOC 1110, fol. 606r-613r. (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 138 -145)
13.         Idem (hal 145)
14.         verzamelstaten van de kerken en scholen in het gouvernement Ambon (Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), vierde deel, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 180 dan 185)
15.         Idem
16.         Brief van ds. Justus Heurnius aan de Kerkenraad van Batavia. Ulat, 15 augustus 1633. ANRI, Archief Kerkenraad Batavia 136, fol. 103-107 (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 147 - 149)
17.         Heurnius menulis demikian : Gegeven in Oulat in ’t eylandt Uliasser den 15 augusti anno domini 1633 yang berarti dibuat/ditulis di Ulath di pulau Uliasser pada 15 Agustus 1633 tahun Tuhan kita (Tahun Masehi) atau tahun 1633 Masehi
Ø  Catatan kaki no 16 (hal 149)
18.         Catatan Kaki no 16 (hal 147 – 148)