Selasa, 27 November 2018

Muar, Vull, Licer, Lijasser, Lyaser, Vleasser, Luasse, Ulliasser, Honomoa hingga Saparoua


---- Jejak-jejak sebuah “nama” dalam Arsip dan Sumber
serta Perbincangan dalam ruang waktu ----
(Bag IIIa)
Oleh Adryn Anakotta





P. Ceram, Ambon dan gugusan "Lease" (1675)


13)   Brief  DS Justus Heurnius kepada anggota Raad van Indie, Artus Gijsels tertanggal 22 Mei 1636 dan ditulis di Ambon1.
Pada brief ini, Heurnius menulis tentang Uliasser, Oma, Radja Oulat, Radja Toeaha, Paty Herman, Paty Oouw, Iha, Honomoa.
Fragment dari brief itu adalah2
Die van Uliasser, hoewel seer tot rebellie door die van Oma aengesocht sijnde......
Radja Oulat toont hem heel vroom, met radja Toeaha ende paty Herman ende paty Oouw......
die versochten de reduit tot Honomoa te mogen bestormen ..............De mooren tot Iha, seide paty Labo, houden haer stille.............


Paty Herman yang dimaksud oleh Heurnius pada brief ini adalah Pattij (negeri) Siri Sory3. Sayangnya, Heurnius tidak menulis nama Radja Toeaha, Radja Oulat, Paty Oouw, sehingga kita tidak tahu nama-nama mereka. Meski begitu, berdasarkan sumber dari Gerrit J Knaap pada artikelnya4, Radja Toeaha/Touaha itu bernama Pieter/Pedro Mahubesi. Rumphius hanya menyebut Radja Pieter5, juga menyebut Pedro6


14)    Brief DS Justus Heurnius kepada Chamber/Kamar Amsterdam tertanggal 8 Agustus 1637, yang ditulis di Ambon7
Pada brief ini, Heurnius menulis tentang Ulyasser, Oulat, Sorysory, Ouw, Touhaha, Papero, Boy, Haria, Tiou

Fragment dari brief itu adalah8
Die van Ulyasser op Oulat, Sorysory, Ouw, hebben haer hierin............. De radja Touhaha heeft quimelahas volck die.............Papero, Boy, Haria, Tiou hebben gesanten met presentatie


15)   Laporan DS Justus Heurnius tentang Kekristenan di “Hindia Timur” pada tahun 16399

Pada Laporan itu, Heurnius menulis bahwa “gugusan” kepulauan Ambon terdiri dari 4 pulau yaitu pulau Ambon, Oma, Uliasser dan Nuscelay (Nusalaut). Selain itu juga dijelaskan tentang ada 8 negeri/desa (dalam konteks negri Kristen) yang terletak di sepanjang pantai dari redout10 hingga Haria (Heurnius menulisnya Hariomar11)
Meski Heurnius menulis ada 8 negeri/desa namun pada “penjelasannya” ada 9 negeri/desa.Ia juga menjelaskan bahwa di negeri Siri Sory, ada komunitas Muslim dan Kristen                                               ``            

Fragement laporan itu adalah12 :
In Amboyna sijn 4 eylantse bedieninge, het eerste daer op ’t Casteel, 2 Oma, 3 Uliasser, 4 Nuscelay.................................
Op Uliasser sijn 8 dorpen aen de sijde van de bahy653 daer de redout tot Hariomar654 is, alwaer een opperhooft Nuyts genaemt is. De negriten sijn Oulat, Sorisory, Touaha, Oouwo.
Op Sorisory sijn de helft van outs mahometisten, ende hebben een Moorse priester ende tempel, doch leven vresamelic met de christenen, maer doen groot afbreuc door de licentie in ’t stuck van ’t huwelick, waertoe die Uliassersche en de omgelegen seer geneicht sijn. An de oversijde van de bahy leggen negriën Papero, Boy, Haria, Tiou, Porto

(pada pulau Uliasser, ada 8 desa/negeri yang terletak di sepanjang pantai/teluk dari redout hingga negeri Haria, yaitu Ullath, Siri Sory, Tuhaha dan Ouw.
Di (negeri) Siri Sori separuh penduduk adalah kaum Muslim dengan seorang Imam dan masjid, yang hidup “bertetangga” dengan kaum Kristen.
Pada sisi seberang dari teluk, ada negeri Paperu, Booi, Haria, Tiouw dan Porto).


Terlihat dengan jelas dan eksplisit, Heurnius “menjelaskan” tentang gugusan Ambon – Lease yang kita pahami di masa kini.
Ini juga bukti valid lainnya, bahwa Uliasser adalah nama pulau Saparua pada masa itu atau telah digunakan pada periode sebelumnya.
Dari pemaparan Heurnius tentang 8 negeri (ada 9 jika dihitung), kita bisa membaginya berdasarkan pengetahuan geografis kita di masa kini.
Jazirah Tenggara ada 4 negeri yaitu Ullath, Siri Sory, Tuhaha dan Ouw....Jazirah Booi –Paperu dan Haria – Porto, ada 5 negeri yaitu Paperu, Booi, Haria, Tiouw dan Porto.

Pada masa ini, lokasi negeri Tuhaha berdekatan dengan Ullath dan Siri Sory di wilayah pegunungan, sehingga deskripsi Heurnius ini bisa “dipahami” dan tidak menimbulkan salah pengertian.

Pertanyaan lainnya, di mana negeri Saparua, Kulur, Itawaka, Nolloth, Pia dan (kampung) Mahu?
Kulur, Pia dan kampung Mahu adalah wilayah negeri (kerajaan) Iha. Itawaka adalah bagian dari wilayah negeri Ullath.
Negeri Saparua (dalam konteks Kekristenan) pada masa awal ini mungkin “disubordinasi” ke dalam negeri Tiouw.
Penggunaan kata mungkin oleh penulis adalah sebuah hipotesis berdasarkan pembacaan lebih jauh terhadap sumber-sumber yang akan disajikan selanjutnya.
Pemahaman ini menjelaskan agar kita tidak berasumsi bahwa negeri Saparua tidak ada di masa ini, hanya karena berdasarkan nama negeri itu tidak ditulis secara eksplisit dalam laporan Heurnius itu.

P. Ceram dan sekitarnya oleh Johannes Hoogeboom (1660)



16)   Nota/Catatan DS Daniel Sonnevelt tentang “gereja” hasil kunjungan ke Gubernemen VOC Ambon dan Ternate, dan ditulis di Batavia pada Oktober 164313

Pada nota atau catatan ini ada 21 point, penyebutan/ penulisan kata Ulyasschers, Haria, Papero, Honomoa, Oulaten, Sory-Sory serta Couasa (Tuhaha menurut Neimeijer)14 ada pada point ke -20.
Fragment dari catatan itu sebagai berikut15 :
In de eylanden Ulyasschers sijn 6 scholen, naemelijcken eene op Haria, eene op Papero, eene aen de ronduyte Honomoa, eene op Oulaten, eene op Sory-Sory, eene op Couasa708

( di pulau Ulyaser ada 6 buah sekolah, 1 di Haria, 1 di Paperu, 1 di redout Honimoa, 1 di Ullat, 1 di Siri Sory dan 1 di Kouasa)



17)   Brief Kerkenraad van Ambon kepada Kerkenraad van Batavia tertanggal 5 September 164516
Pada brief ini, mereka menulis kata Eylandt Ulyassers, Honnomoa, Hou (menurut Neimeijer adalah Ouw)17, Touaha, Hoeladt, Thiou, Papera, Boey dan Haria.

Fragment dari brie itu adalah18 :
Op het eylandt Ulyassers sijnder 8, een isser op Honnomoa ende dan voors op Hou742 Touaha, Hoeladt, Thiou, Papera, Boey ende Haria


Penulis membatasi penyajian beberapa sumber hingga periode 50 tahun pertama VOC berkuasa di Gubernemen Ambon (1605 – 1650) ini.
Seperti yang terlihat pada penyajian sumber-sumber baik dari sumber resmi Gubernemen dan dari pihak Gereja, ada beberapa hal yang bisa disimpulkan :
  1. 50 tahun pertama ini, sumber-sumber VOC maupun Gereja secara konsisten menulis/menyebut nama pulau “Saparua” yang kita kenal di masa kini, adalah Uliaser dengan semua varian penulisan seperti yang disajikan. Sumber-sumber itu “hanyalah” melanjutkan apa yang telah ditulis oleh sumber-sumber Portugis 1 abad sebelumnya, minimal 50 tahun sebelum VOC berkuasa di tahun 1605.
  2. Penulisan nama atau kata Uliaser, dengan segala variannya, seperti Ulyasser, Vliaser, Luase dan lain-lain hanyalah “gaya penulisan” semata. Ini bukanlah faktor signifikan untuk menyebut bahwa ada berbagai nama untuk pulau itu. Nama Uliaser hanyalah “ditujukan” kepada pulau Saparua saja, bukan kepada pulau lain, baik itu pulau Haruku atau Nusalaut.
  3. Penulisan nama/kata Uliaser yang dilakukan oleh orang-orang VOC maupun para pendeta, selain bersumber dari sumber Portugis, pastilah juga bersumber dari persentuhan mereka dengan orang-orang pribumi. Maka bisa dipastikan bahwa nama ini, adalah nama “lama” untuk pulau Saparua (jika kita mau menganggapnya demikian). Ini juga berarti bahwa nama itu adalah nama yang telah digunakan, nama yang familiar digunakan dalam percakapan sosial pada masa-masa awal ini.
  4. Pada periode ini (sejak 1620an) juga telah disebutkan nama Honimoa dan beberapa variannya, namun kata ini hanya ditujukan kepada lokasi redout Hollandia, sebagai pusat pemerintahan VOC di pulau Saparua. Ini berarti pula bahwa nama Honimoa belumlah menjadi nama “pengganti” untuk nama Uliaser.
  5. Penyebutan/penulisan nama negeri “Saparua” secara eksplisit dalam sumber sangat minim.  Jika dicermati, penyebutan nama itu hanyalah pada tahun 1614 (Juroa) dan 1631 (Au), itupun dengan nama yang “unik dan terbatas” dan periode selanjutnya hingga 1650, tidak lagi disebutkan secara eksplisit. Jika dibandingkan dengan nama-nama negeri lain yang disebutkan secara berulang-ulang, nama negeri Saparua berdasarkan sumber, hanyalah disebutkan/ditulis seperti itu. Kondisi “anomali” inilah yang mungkin menjadi “dasar” keraguan dari Gerrit J.Knaap dalam konteks catatan kaki tentang kata Juroa.
  6. Mungkin dalam “pemahaman” Knaap.... agak “aneh”, jika misalnya kata Juroa adalah nama negeri “Saparua” kemudian nama itu tidak disebutkan/ditulis lagi, pada tahun-tahun berikutnya. Agak “aneh” jika nama itu ditulis, kemudian nama itu “menghilang” seperti “hantu” dan para penduduk negeri itu seperti tidak “bersosialisasi” dalam percaturan sosial politik pada periode ini, seperti yang dilakukan oleh negeri-negeri lainnya. Maka dengan memahami “kondisi dan alasan-alasan” ini, seharusnya kita dapat menerima “dasar” keraguan Knaap itu.   


---------- bersambung ----------


Pada artikel selanjutnya yaitu bagian 3b dan seterusnya, akan disajikan sumber-sumber sejak tahun 1651.


Catatan Kaki
  1. Brief van ds. Justus Heurnius aan de Kerkenraad van Batavia. Ambon, 21 mei 1636. ANRI, Archief Kerkenraad Batavia 136, fol. 166 e.v (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 197 -199)
  2. Idem (Hal  198 – 199)
  3. Penyebutan nama Paty/Pattij Herman juga disebut dalam Brief Arend Gardenijs tertanggal 25 Juli 1636. Pada brief itu, Gardenijs menulis Pattij Harmen (lihat artikel seri 2c, pada point no 7)
  4. Knaap, Gerrit, J. Crisis and Fairlure: War and Revolt in the Ambon Islands, 1636 – 1637 (dimuat pada jurnal Cakalele, vol 3, 1992, Hal 15). Pada hal 15 itu, Knaap menulis Pieter/Pedro Mahubesi sebagai Chief of Tuhaha
  5. Rumphius menulis demikian :  Op Honimoa warense twijffelnchtig dog de vroomste en
    Oelat blij.ven getrouwste waeren die van de Negorije Tuaha en Oelat onder den Radja Pieter (Rumphius, G.E, De Ambonse Historie....Eerste deel, caput 15, hal 126)
  6. Rumphius, G.E, De Ambonse Historie....Eerste deel, caput 15, hal 139.... (Rumphius menulis demikian: Pedro Radja Tuaha)
  7. Brief van ds. Justus Heurnius aan de Kamer Amsterdam. Ambon, [8] augustus 1637. NA, VOC 1125, fol. 751-754. (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 217 -222)
  8. Idem (218)
  9. Fragment Uit Een Rapport Over De Toestand Van Het Christendom In Oost-Indie  door ds. Justus Heurnius. z.p., 1639. na 1.11.01.01 256, fol. 119v-122v. Afschrift (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 224 -226)
Ø  Langeraad, L.A.  Eenige Mededeelingen van Arent van Buschel : betreffende zijn bewindhebberschap in de Amsterdamse Kamer der Vereenigde OostIndische Compagnie 1619-162, Bijlage A,Hal 639 dan 641 (dimuat pada de Navorscher 47 (1897), hal 609 – 650)
(pada sumber ini, Heurnius menulis kata Vliasser (hal 639), Ocilat, Sory Sory, Tonaha, Ooulbo, Papero, Boy, Haria, Trou, Porto (hal 641))
  1. Redout yang ditulis oleh Heurnius ini maksudnya adalah Redout Hollandia yang berlokasi di Honimoa, Siri Sory. Heurnius menggunakan kata (lokasi) redout ini sebagai titik pangkal untuk menjelaskan urutan negeri2 itu, karena pusat pemerintahan VOC ada di situ.
  2. Catatan Kaki no 9 (hal 226 – Niemeijer memberikan catatan kaki no 653 pada kata Hariomar dan menjelaskan maksudnya adalah Haria)
  3. Catatan Kaki no 9 (hal 225 dan 226)
  4. Notities van ds. Daniel Sonnevelt betreffende de door hem bezochte Kerk van Ambon. Batavia, z.d. [oktober 1643] NA, VOC 1143, fol. 781r-783r. Afschrift (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 235 -238)
  5. Idem (catatan kaki no 708, hal 238. Neimeijer menulis Verschrijving voor Tu(h)aha)
  6. Idem (hal 238)
  7. Brief Van De Kerkenraad Van Ambon Aan De Kerkenraad Van Batavia. Ambon, 5 September 1645 ANRI, Archief Kerkenraad Batavia 136, fol. 262-266 (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 250-253)
  8. Idem (Catatan kaki no 742, hal 251)
                18.  Idem (hal 251)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar