Potret umum, Gengsi dan jejaring keluarga
(bag 1)
Oleh Kutu Busu
A. Pengantar
Gerrit J Knaap dalam sebuah studinya1
tentang penguasaan wilayah rempah-rempah di Gubernemen Ambon oleh VOC setelah
tahun 1656, menyebut bahwa keberhasilan penguasaan itu karena bertumpu pada 4
faktor mendasar, dimana salah satunya adalah penerapan kekuatan militer.
Penerapan kekuatan militer itu dilakukan
dengan cara pembangunan pos militer, yaitu benteng atau garnisun serta
pembuatan kebijakan yang simultan tentang “pelarangan” kepemilikan senjata oleh
penduduk.
Hal ini terlihat dari pertumbuhan angka
anggota militer yang bertugas di Gubernemen Ambon sejak tahun 1626. Muridan
Satrio Widjojo dalam disertasinya2 menulis , pada tahun 1626, hanya
200 orang militer, meningkat menjadi 300 pada tahun 1645, dan membengkak hingga
500 lebih pada paruh kedua abad 17. Hal ini sejalan pembangunan pos dagang,
redout hingga kastil/benteng yang tersebar di Gubernemen VOC Ambon. Selain kaum
militer, pemerintahan VOC juga “dibantu” oleh pasukan-pasukan milisi di
berbagai tempat. Pasukan-pasukan milisi itu berasal dari kelompok masyarakat
kaum burger, yang sejak awal VOC telah ada. Pasukan-pasukan milisi ini, yang
pada pertengahan abad 19 lebih familiar dengan nama Schutterij (pasukan penjaga
kota).
J.A. van der Chijs dalam Nederlandsch Indie
Plakaatboek vol 1 halaman 70-71, menyebut cikal bakal schutterij ini dimulai
sejak 18 Agustus 1620 di Batavia3. “Pasukan” ini berisikan orang-orang
Belanda, Jepang dan “zwarte” (para mardijker). Pasukan ini pada awalnya dikenal
sebagai korps kaum burger (burgerij corps). Setelah berakhirnya pemerintahan
interegnum Inggris jilid 2 (1810 – 1817), pemerintah Hindia Belanda mulai
mereorganisasi pasukan milisi ini kedalam pasukan “legal” dengan nama
Schutterij pada tahun 1821.
Secara legal organisasi Schutterij di Hindia
Belanda dibentuk berdasarkan pada resolusi no 28 tanggal 11 Maret 1823. Misalnya
Schutterij van Surabaya secara legal terbentuk berdasarkan besluit no 8 tanggal
29 Mei 1823.
Schutterij van Ambon secara legal berdiri
berdasarkan besluit no 4 tanggal 26 Maret 18244, meski pasukan
schuuterij ini telah ada sejak 1821 dalam wujud corps burgerij, yang dipimpin
oleh D.F.W. Pietermaat, Figur yang pada periode itu sebagai Magistraat dan
Fiscal pada Gubernemen Maluku5.
Beberapa tahun sebelum itu, di tahun 1817,
banyak anggota korps burgerij van Ambon yang diikutsertakan dalam upaya
penumpasan perang Pattimura. Beberapa
yang bisa disebutkan misalnya Melchior
Adriaansz, Ambrosius Adriansz, Joseph Alfons, hingga Letnan 2 E.S. de Haas yang
tewas di Waisisil pada 20 Mei 18176. Jadi memang, cikal bakal
munculnya pasukan schutterij telah ada dan beraktivitas, beberpa tahun sebelum
secara legal terbentuk.