Jumat, 30 Juli 2021

Perdamaian Teatrikal : Kehormatan, Protokol dan Diplomasi dalam Penyeimbangan Kekuasaan antara VOC dan Ternate, ca. 1750 (Bag 1)

[Hendrik E. Niemeijer]

  

A.    Kata Pengantar

Kesultanan atau Kerajaan Ternate merupakan salah satu kerajaan utama dan terbesar di Maluku, selain kerajaan Tidore. Kebijakan politik, sosial, ekonomi kesultanan itu, turut mempengaruhi dinamika yang terjadi di wilayah-wilayah “vasal” atau periferi, yang salah satunya adalah Ambon-Lease. Kebijakan tersebut terbentuk akibat kontak dan relasi kerajaan tersebut dengan kekuatan Eropa yang muncul pada abad ke-16 dan ke-17, yaitu Portugis dan akhirnya Belanda.

Relasi tersebut, khususnya relasi VOC dan Ternate pada abad ke-18 itulah yang dikaji oleh Hendrik E. Niemeijer lewat artikel sepanjang 27 halaman ini. Artikel ini aslinya berbahasa Belanda dengan judul De geveinsde vrede. Eer, protocol en diplomatie in de machtsverhouding tussen de Verenigde Oost-Indische Compagnie en Ternate omstreeks 1750. Artikel ini bersama 15 artikel lainnya dari beberapa sejarahwan, misalnya Jurian van Goor, Femme Gaastra, George Winius, Hugo s’Jacob, Kees Zandvliet, Remco Raben, Leonard Blusse, Gerrit Knaap, Leonard Andaya, Willem Remmelink, Merle Ricklefs, Alicia Schrikker dan lain-lain, dimuat dalam buku berjudul De Verenigde Oost-Indische Compagnie tussen Oorlog en Diplomatie [The United East India Company between War and Diplomacy] yang dieditori oleh Gerrit J Knaap dan Ger Teitler dan diterbitkan tahun 2002, oleh KITLV, Leiden. Artikel Neijmeijer ini berada pada halaman 309-335. 

Beberapa potret Sultan Ternate