( Penulis
: njel_thinkfast )
Ini merupakan
artikel pertama saya, setelah sebelumnya saya dan beberapa orang teman hanya
menuliskan artikel-artikel kami di facebook. Tujuan penulisan artikel ini
adalah ingin memperkenalkan Saparua, kota kelahiran yang menjadi tempat penuh
kenangan kami. Tapi apakah pembaca sekalian mengetahui kota kecil kami ini?
Mungkin sebagian orang hanya mengetahui pulau Saparua, pulau kecil yang ada di
Kepulauan Maluku, pulau cengkeh dan pala, pulau rempah-rempah yang menjadi
incaran bangsa penjajah di masa lalu, Ada sedikit kebingungan yang terjadi
karena nama kota kecil kami juga juga dipakai menjadi nama pulau kami, konon
pemberian nama ini berawal dari cerita rakyat tentang para leluhur yang
menyeberangi lautan menuju pulau Saparua dengan menggunakan dua buah gosepa
(gosepa : rakit dari batang-batang bambu yang diikat menjadi satu sehingga
membentuk seperti sampan). Saparua berasal dari kata “Sampano” yang artinya
sampan/perahu dan kata “Rua” yang artinya dua, jadi kata “Saparua” berarti “Dua
Sampan”. Saparua, Ya itulah nama kota kecil dan nama pulau kami.
Untuk mencapai pulau tersebut, hal pertama yang harus kita lakukan
setelah kita tiba di Kota Ambon adalah menuju ke pelabuhan penyeberangan di
desa Tulehu, di Pelabuhan Tulehu disediakan transportasi untuk menuju pulau
Saparua. Ada 2 jenis transportasi yang disediakan yaitu kapal/ferry
penyeberangan dengan lama perjalanan kurang lebih 1 jam, orang-orang biasa
menyebutnya kapal cepat. Harga tiketnya pun relatif murah yaitu Rp. 75.000,- untuk
kelas ekonomi (duduk bebas tanpa ada nomor kursi) dan Rp.100.000,- untuk kelas
VIP (kursi terbatas). Kapal cepat ini hanya membawa penumpang 2x pada pukul
06.00 pagi dan 10.00 siang setiap harinya, kecuali hari Minggu. Transportasi
yang kedua adalah speed boat dengan lama perjalanan sekitar 45 menit, jika
menggunakan speed boat kita harus merogoh kocek lebih dalam lagi yaitu berkisar
Rp. 500.000,- biasanya speed boat ini disewa oleh beberapa orang (bayar
patungan) agar lebih murah, dan biasanya speed boat ini digunakan jika sudah
ketinggalan kapal cepat/ferry. Jam operasi speed boat ini bebas, artinya kapan
saja kita bisa menggunakan speed boat untuk menyebrang ke pulau
Saparua.
Setelah kita menaiki transportasi penyeberangan tersebut, kita
akan tiba di Pelabuhan Haria, pulau Saparua. Dari sini kita bisa menaiki oto
penumpang (angkutan umum) atau ojek menuju ke Kota Saparua. Sepanjang perjalanan menuju Kota Saparua kita akan disuguhkan dengan pemandangan dan
panorama alam yang masih alami. Walaupun matahari terasa sangat menyengat, tapi
udara di pulau ini terasa sangat bersih. Sekarang saya akan mencoba menjabarkan
beberapa hal tentang Kota Saparua. Here we gooo.
Kota Saparua
terletak di pulau Saparua yang masuk dalam gugusan pulau-pulau Lease (Saparua,
Haruku dan Nusalaut). Letak Kota Saparua membujur dari utara ke selatan dan
melintang dari timur ke barat. Batas-batas wilayah Kota Saparua, yaitu
:
1.
Sebelah Utara, berbatasan dengan Negeri Tuhaha dan Dusun Pia
(Sirisori Amalatu)
2.
Sebelah Barat, berbatasan dengan Negeri Tiouw
3.
Sebelah Timur, berbatasan dengan Negeri Sirisori Amalatu
4.
Sebelah Selatan, berbatasan dengan Lautan Teluk Saparua
Ada banyak
destinasi wisata yang bisa ditawarkan untuk pengunjung/turis, baik turis lokal
maupun turis asing. Jika kita berbicara tentang destinasi wisata pulau Saparua,
fokus utama turis lokal/asing hanya tertuju kepada situs memorial peninggalan
Belanda (VOC) berupa benteng-benteng pertahanan dan juga spot diving/lokasi
menyelam. Kota Saparua memiliki sejumlah spot/lokasi untuk wisata sejarah,
rekreasi dan kuliner tradisional, antara lain :
SITUS SEJARAH DAN
BUDAYA
Benteng Duurstede,
peninggalan bersejarah pemerintah Kolonial Belanda yang berlokasi di atas batu
karang/batu kota, di tepi pantai Teluk Saparua.
Baileu Pisarana Hatusiri
Amalatu dan batu meja/batu pengalasan (Altar Persembahan) yang mencirikan Kota
Saparua sebagai sebuah Negeri Adat.
NEGERI LAMA SAPARUA (
Hena/Amano )
Dari ketinggian gunung, bekas Kota
Saparua mula-mula, di tengah-tengah perkebunan cengkeh kita bisa melihat
pemandangan eksotik, hamparan lautan yang luas, benteng Belanda yang berdiri
kokoh di atas batu karang di tepi pantai, dan sebagian dari pulau Saparua.
(Mohon maaf, tidak diijinkan untuk mengambil foto karena kawasan ini dianggap
keramat oleh masyarakat setempat).
GUNUNG SANIRI
Berbatasan langsung dengan
Negeri Tuhaha dan Negeri Sirisori Amalatu. Gunung yang menjadi tempat berkumpul
dan bermusyawarah Kapitan Pattimura alias Thomas Matulessy dan kawan-kawan
dalam “PERANG PATTIMURA” sebelum menyerang Benteng Belanda pada 15 mei 1817 di
pusat Kota Saparua.
OBOR PATTIMURA (
Pattimura Day )
Setiap setahun sekali pada tanggal 14 Mei diadakan perayaan
seremonial Obor Pattimura, dimulai dengan pengambilan/pembuatan api di gunung
saniri oleh masyarakat Negeri Tuhaha. Kemudian api obor diarak menuju Baileo
Negeri Saparua dan diterima oleh Upu Ama Latu Pisarana/Raja Negeri Saparua.
Selanjutnya diberikan kepada Pimpinan Kecamatan Saparua/Camat untuk membakar
obor induk dekat Benteng Duurstede, yang diartikan sebagai simbol kemenangan
perang. Obor Pattimura kemudian diarak melewati negeri-negeri hingga tiba di
Kota Ambon pada tanggal 15 Mei untuk selanjutnya diadakan UPACARA PERINGATAN
HARI PATTIMURA.
MUKA KOTA (
Duurstede Beach )
Berdekatan dengan Benteng Duurstede, menawarkan pasir putih halus
dan laut yang tenang. Cocok untuk dijadikan tempat refreshing melepas lelah
bersama teman dan keluarga di waktu senggang.
PASAR TRADISIONAL
NEGERI SAPARUA
Pada hari-hari
tertentu/hari pasar yaitu pada hari Rabu dan Sabtu, penjual/pedagang dari
seluruh penjuru negeri Pulau Saparua bahkan dari pulau-pulau sekitar datang ke
Pasar Saparua untuk melakukan transaksi jual beli/barter.
WATER LEIDING
( Tuha - Slois )
Lokasinya terletak
di Kampung Baru - Kota Saparua. Pada jaman belanda air Tuha ini dibangun
menyerupai Kanal kecil. Dipakai oleh masyarakat untuk tempat pemandian dan
keperluan lainnya.
TELUK SAPARUA (
Saparua Bay )
Pemandangan Teluk
Saparua menawarkan ketenangan hati di kala sang surya mulai terbenam ke
peraduannya.
Foto : Novi Haurissa Hendriks
|
WAIMOELA ( Sumber
Air Hidup )
Adalah sumber air yang menghidupi
sebagian warga Kota Saparua. Kualitas airnya tak tertandingi oleh air mana pun,
bahkan Air Waimoela dapat langsung diminum mentah.
Foto: Ferdy Lalala
|
KULINER SAPARUA (
Jajanan Kampung )
Tak perlu diceritakan lagi cita rasa jajanan kampung di Kota
Saparua. Anda harus mencobanya sendiri!
Masih banyak
tempat/lokasi potensial yang menjadi aset bagi Kota Saparua. Jika saja
pemerintah setempat mau menata dan mengelola aset-aset potensial ini dengan
baik maka dapat dijadikan peluang berusaha yang mendatangkan devisa/pendapatan
dan tentunya masyarakat Kota Saparua sendiri yang akan merasakan dampaknya.
Sebuah tantangan untuk kita bersama.
Mari samua warga Kota Saparua dimana pun berada. Arika tempo
bangun kota tercinta!
Salam Manis.
Mantap memang Saparua memang mantap, Trimakasih
BalasHapusSaparua dengan budaya ,adat istiadat yg saling merangkul dan menjadi icon bagi dunia .....saparua ok ....
BalasHapus