[Hendrik E. Niemeijer]
A. Kata Pengantar
Kesultanan atau Kerajaan Ternate
merupakan salah satu kerajaan utama dan terbesar di Maluku, selain kerajaan
Tidore. Kebijakan politik, sosial, ekonomi kesultanan itu, turut mempengaruhi
dinamika yang terjadi di wilayah-wilayah “vasal” atau periferi, yang salah
satunya adalah Ambon-Lease. Kebijakan tersebut terbentuk akibat kontak dan
relasi kerajaan tersebut dengan kekuatan Eropa yang muncul pada abad ke-16 dan
ke-17, yaitu Portugis dan akhirnya Belanda.
Relasi tersebut, khususnya relasi
VOC dan Ternate pada abad ke-18 itulah yang dikaji oleh Hendrik E. Niemeijer lewat artikel sepanjang 27 halaman ini. Artikel ini aslinya
berbahasa Belanda dengan judul De geveinsde vrede. Eer, protocol en
diplomatie in de machtsverhouding tussen de Verenigde Oost-Indische Compagnie
en Ternate omstreeks 1750. Artikel ini bersama 15 artikel lainnya dari
beberapa sejarahwan, misalnya Jurian van Goor, Femme Gaastra, George Winius,
Hugo s’Jacob, Kees Zandvliet, Remco Raben, Leonard Blusse, Gerrit Knaap,
Leonard Andaya, Willem Remmelink, Merle Ricklefs, Alicia Schrikker dan
lain-lain, dimuat dalam buku berjudul De Verenigde Oost-Indische Compagnie
tussen Oorlog en Diplomatie [The United East India Company between War and
Diplomacy] yang dieditori oleh Gerrit J Knaap dan Ger Teitler dan diterbitkan
tahun 2002, oleh KITLV, Leiden. Artikel Neijmeijer ini berada pada halaman 309-335.
![]() |
Beberapa potret Sultan Ternate |