Senin, 02 Desember 2013

Catatan Lain


ASAL USUL NEGERI SAPARUA
(Catatan sejarah versi Souhuku)

Menulis sejarah negeri Saparua tidak dapat dipisahkan dari negeri Souhuku, yang merupakan negeri saudara, tempat dimana para leluhur dari empat soa bermukim sebelumnya. Sejarah negeri Saparua ini ditulis dengan merujuk pada data yang diambil dari situs dan sumber sejarah negeri Souhuku, serta berdasarkan penuturan yang diberikan oleh tetua adat Souhuku pada acara pelantikan Upu Ama Latu atau Raja Negeri Saparua (Pisarana Hatusiri Amalatu) di tahun 2008. Selain itu, terdapat pula sejumlah bukti sejarah yang terungkap ketika rombongan masyarakat negeri Saparua berkunjung pada tahun 2011 untuk menghadiri acara pelantikan Upu Ina Latu atau Raja Negeri Souhuku (Lilipori Kalapessy). Kunjungan ini sebagai bentuk balasan atas kunjungan rombongan negeri Souhuku yang berlangsung pada tahun 2008. Setelah melalui periode yang panjang dari tahun 1436 hingga 2011, masyarakat negeri Saparua akhirnya secara resmi kembali ke tanah asal mereka di negeri Souhuku. Sejarah kedatangan empat soa ke pulau Saparua diperkirakan terjadi pada tahun 1436, seperti yang diceritakan oleh keturunan matarumah Soulessy soa Latuwaelaiti (keluarga Simatauw). Penulisan kembali peristiwa ini dilakukan oleh Buang Jozef Marlissa pada tahun 1972 dan juga tercatat di Museum Batavia (Jakarta). Berdasarkan sumber-sumber sejarah, tuturan dari tetua adat, serta artefak kepurbakalaan yang dimiliki oleh empat soa yang ditemukan di negeri Souhuku, informasi ini kemudian dirangkum, direkonstruksi, dan didokumentasikan sebagai catatan untuk memperkuat bukti sejarah mengenai pembentukan negeri Saparua (Pisarana Hatusiri Amalatu).


KEDATANGAN PERTAMA
        Dikisahkan, pada saat terjadinya peperangan dan kekacauan Nunusaku, banyak orang berpencar-pencar ke seluruh pesisir pulau Seram dan pulau-pulau Lease untuk mencari tempat bermukim. Mengingat bahwa narasi sejarah ini hanya membahas tentang cikal bakal negeri Souhuku dan negeri Saparua, maka penekanan lebih diarahkan pada penelusuran sejarah kelompok-kelompok yang turun dari pegunungan Nunusaku menuju hutan Aikasuro. Kelompok pertama yang dimaksud adalah :

1. Kapitan Urumaenalo Ruhupessy, setelah berpindah-pindah mencari tempat berdiam, akhirnya mengambil tempat di hutan Aikasuro, petuanan negeri Souhuku (sekarang). Menyusul datang kemudian; 
2. Kapitan Anakotta dan Kapitan Titaley, dan
3. Kapitan Ririnama dan Kapitan Simatauw.

Walaupun lokasi benteng tempat tinggal keempat orang kapitan yang datang belakangan datang terpisah jauh dari benteng Urumaenalo Ruhupessy, namun mereka tetap sepakat untuk ikut bergabung bersama dan membentuk satu kesatuan persaudaran yang erat di Aikasuro. Bekas benteng yang dikenal dengan nama benteng Titaley di negeri Souhuku menjadi bukti hunian awal keempat orang/matarumah Titaley, Anakotta, Simatauw, Ririnama dan masih ada sampai sekarang. Dengan demikian dapat  disimpulkan bahwa hutan “Aikasuro” adalah Hena/Amano bagi mereka setelah mereka turun dari pegunungan Nunusaku.

                                         
        KEDATANGAN KEDUA
    Kemudian datang pula kelompok kedua bergabung dengan kapitan Urumaenalo Ruhupessy di Aikasuro setelah 4 soa pindah ke Saparua. Mereka datang dengan membawa seserahan, sebagai tanda bahwa mereka tidak bermusuhan dan tunduk di bawah perintah Urumaenalo Ruhupessy selaku pemilik petuanan pertama. Kelompok kedua ini datang dari berbagai wilayah, yaitu :

1.     Wakanno, berasal dari pulau Banda datang  membawa Pala dan Ikan Ciori.
2.   Ruhupessy Kambelo, berasal dari Kambelo-Jazirah Huamual (Seram Barat), datang membawa Burung Guheba dan Ikan Kalapessy.
3.   Latuny, berasal dari Nolana/Maloa (Seram Barat), datang membawa Kelapa Raja dan Ikan Salmaneti.
4.    Kakiay, berasal dari Haupinalo (Batu Piring), datang membawa pohon Bawang Laut dan Ikan Tatu Merah.
5.   Tamaela dan Sopacua, berasal dari Hukuanakota (Seram barat). Tamaela membawa Arumbai dan Ikan Tuu (Tuing-tuing), sedangkan Sopacua membawa Burung Taong-taong.
6.     Latarissa, berasal dari Bacan datang membawa pohon Bambu dan Ikan Bendera (Artepono).

    Ketujuh orang/kapitan pada kedatangan kedua kemudian terkelompok dalam 4 Soa di negeri Souhuku, yang masing-masing adalah :

1.       Soa LATU : untuk faam/marga Tamaela, Latunny dan Sopacua
2.       Soa SUUN : untuk faam/marga Ruhupessy dan Latarissa
3.       Soa WAKA : untuk faam/marga Wakanno
      4.       Soa NOPU : untuk faam/marga Kakiay

Lambang 4 Soa Negeri Souhuku

Pengecualian diberikan kepada  empat orang kapitan  dalam kelompok pertama yaitu Anakotta, Titaley, Simatauw dan Ririnama. Urumaenalo Ruhupessy tidak mengelompokkan mereka kedalam Soa Latu, Suun, Waka dan Nopu. Keempat orang kapitan ini bersama istri-istrinya kemudian menaiki gosepa/rakit besar dari tanjung Pulapa Souhuku menyeberangi lautan berpindah ke pulau Saparua. Mereka  lalu membentuk negeri baru dan mendapat soa sendiri di Saparua. Setelah kepindahan 4 soa dari Souhuku ke Saparua, beberapa tahun kemudian Urumaenalo Ruhupessy memindahkan orang-orang Souhuku secara bertahap turun dari Aikasuro pindah ke Amahono, lalu kemudian ke Urolo dan terakhir menetap di pesisir pantai atau labuhan Seirambi negeri Souhuku yang ada sekarang.

PENYEBARAN KLAN-KLAN SOUHUKU
Keluarga-keluarga Souhuku yang telah berpindah ke pulau Saparua adalah sebagai berikut :

Empat Soa Pisarana
Soa Anakotta, Soa Titaley, Soa Simatauw dan Soa Ririnama yang berlayar ke pulau Saparua pada tahun 1436, lalu kemudian mendirikan negeri Saparua dengan teuno Pisarana Hatusiri Amalatu.

Paliama/Paliyama
Diusir oleh kapitan Lauro Nikolau Latuny dan kapitan Sopinae Lamansama Wakanno karena membangun benteng/tempat tinggal dengan nama Sirisori di Makelewono (Tanjung Kuako) tanpa persetujuan kapitan Urumaenalo Ruhupessy selaku pemilik petuanan. Paliama kemudian pindah ke pulau Saparua dan membentuk negeri Sirisori Amalatu.

Kapitan Piter Soumahu
Pieter Soumahu datang ke Saparua  pada tahun 1817 atas undangan kapitan Pattimura untuk ikut rapat besar (mengatur strategi perang) di Gunung Saniri dalam misi penyerangan ke Benteng Duurstede. Setelah perang usai tidak kembali ke negeri Souhuku, seluruh soa-nya menyusul ke Saparua untuk mencari keberadaannya tetapi tidak ditemukan, diduga kapitan Piter Soumahu tewas dalam perang. Soa ini juga tidak diketahui di mana tempat berdiamnya. Catatan tentang kedatangan Pieter Soumahu ke Saparua diperkuat dengan daftar nama para Raja, Patih dan Orang Kaya yang ikut menandatangani PROKLAMASI HARIA pada tanggal 29 Mei 1817. Dalam isi “Pernyataan Haria” ada 14 keberatan/tuntutan, meski dalam beberapa sumber lain ada yang menyebut 17 keberatan/tuntutan. Daftar nama para Raja, Patih, dan Orang Kaya tersebut yaitu :

1.       H.E. KESAOELIJA - RADJA OELATH | H. E. KESAULIJA - RAJA ULATH
2.       P. LATOE MAERISSA - RADJA PAPEROE | P. LATUMAERISSA-RAJA PAPERU
3.       A. TANA LEPI - RADJA TOEHAHA | A. TANALEPY - RAJA TUHAHA
4.       J. LEI HITOE-PATI HARIA - J. LEIHITU - PATIH HARIA
5.       J.W. PATTIASINA - PATI BOOIJ - J.W. PATTIASINA - PATIH BOOI
6.       M. NIKIJOELOEW - PATI OUW - M. NIKIJULUW - PATIH OUW
7.       M.S. TITA LESSY - RADJA SAPAROEA - M.S. TITALESSY (TITALEY) - RAJA SAPARUA
8.       J. PATTI WAEL - PATI TIOUW | J. PATTIWAEL - PATIH TIOUW
9.       M.S. WATTI MENA - PATI ITA WAKA | M.S. WATTIMENA-PATIH ITAWAKA
10.   A. LILIPALI - IHA MAHOE | A. LILIPALI - IHAMAHU
11.   J.N. HOELI SELAN - RADJA NOLLOTH | J.N. HULISELAN - RAJA NOLLOTH
12.   J. HEHA NOESA - RADJA TITA WAE | J. HEHANUSSA - RAJA TITAWAI
13.   J.M. MANOESAMA - PATI ABOEBOEW | J.M. MANUSAMA - PATIH ABUBU
14.   J.N. PATI NALA -  PATI NALAHIA | J.N. PATINALA - PATIH NALAHIA
15.   L.P. TANASALE - PATI LEI NITOE | L.P. TANASALE - PATIH LEINITU
16.   D.T. TOEWANAKOTTA - PATI AKOON | D.T. TUANAKOTTA - PATIH AKOON
17.   A.L. SOSELISA - PATI SILA | A.L. SOSELISSA - PATIH SILA
18.   P. PATI NAMA - RADJA OMMA | P. PATINAMA - RAJA OMA
19.   SALOMOM PATTINAMA - PATI WASSOE | SALOMOM PATTINAMA - PATIH WASSU
20.   PAOELOES SALAKA - RADJA KARIOEW | PAULUS SALAKA-RAJA KARIU
21.   LAURENS TOUISOETA - KEPALA SIRISORI | LAURENS TOUISUTA - KEPALA SIRISORI
22.   MATHEOS WATTIMENA - ORANG KAIJA | MATHEOS WATTIMENA - ORANG KAYA
23.   PIETER SOUW MAHOE ORANG KAIJA SOUHOEKOE | PIETER SOUMAHU-ORANG KAYA SOUHUKU/SOAHUKU
24.   FRANS WATTIMENA - ORANG KAIJA MAKARIKI | FRANS WATTIMENA-ORANG KAYA MAKARIKI
25.   PARTIOEMAN MAI LOEPOE - ORANG KAIJA SAMA SOEROE | PARTIUMAN MAILUPU - ORANG KAYA SAMASURU
26.   SAMUEL LEITIMOEN - ORANG KAIJA PAU LOHI | SAMUEL LEITIMUN - ORANG KAYA PAULOHI

PENAMAAN SOUHUKU
Hena/Amano di hutan Aikasuro menjadi persinggahan terakhir kapitan-kapitan yang datang dari berbagai tempat, maka kemudian namanya menjadi SOUHUKU yang artinya :

SOU/SOA : rumatau/familie
HUKU/UKU : kelompok/tempat asal/perkumpulan atau bisa juga bermakna Nunusaku

SOUHUKU dapat diartikan sebagai rumatau/familie yang bermufakat untuk meninggalkan Huku/Nunusaku tempat asal mereka sebelumnya, lalu datang membentuk satu kesatuan persaudaran yang erat  di tempat yang baru. Sedangkan orang-orang Saparua yang berpindah menyebut SOUHUKU dengan sebutan SAUKU.


Sumber :
1.       Situs Sejarah Negeri Souhuku (Lilipori Kalapessy)
2.       Catatan Sejarah Negeri Saparua (Pisarana Hatusiri Amalatu)
3.       Museum Batavia-Jakarta (1972)
4.       Baileu Negeri Souhuku

2 komentar:

  1. Museum Batavia punya koleksi naskah yg sekarang disimpan di Perpustakaan Nasional,Jl.Salemba .Koleksinya terlengkap di Asia tenggara,saya pernah melihat sewaktu SMA th.l970an

    BalasHapus
  2. Dangke 🙌🏽

    BalasHapus