ASAL
USUL NEGERI SAPARUA
(Catatan sejarah versi Souhuku)Menulis sejarah negeri Saparua tidak dapat dipisahkan dari negeri Souhuku, yang merupakan negeri saudara, tempat dimana para leluhur dari empat soa bermukim sebelumnya. Sejarah negeri Saparua ini ditulis dengan merujuk pada data yang diambil dari situs dan sumber sejarah negeri Souhuku, serta berdasarkan penuturan yang diberikan oleh tetua adat Souhuku pada acara pelantikan Upu Ama Latu atau Raja Negeri Saparua (Pisarana Hatusiri Amalatu) di tahun 2008. Selain itu, terdapat pula sejumlah bukti sejarah yang terungkap ketika rombongan masyarakat negeri Saparua berkunjung pada tahun 2011 untuk menghadiri acara pelantikan Upu Ina Latu atau Raja Negeri Souhuku (Lilipori Kalapessy). Kunjungan ini sebagai bentuk balasan atas kunjungan rombongan negeri Souhuku yang berlangsung pada tahun 2008. Setelah melalui periode yang panjang dari
tahun 1436 hingga 2011, masyarakat negeri Saparua akhirnya secara resmi kembali
ke tanah asal mereka di negeri Souhuku. Sejarah kedatangan empat
soa ke pulau Saparua diperkirakan terjadi pada tahun 1436, seperti yang diceritakan oleh
keturunan matarumah Soulessy soa Latuwaelaiti (keluarga Simatauw). Penulisan
kembali peristiwa ini dilakukan oleh Buang Jozef Marlissa pada tahun 1972 dan
juga tercatat di Museum Batavia (Jakarta). Berdasarkan sumber-sumber sejarah, tuturan dari tetua adat, serta artefak kepurbakalaan yang dimiliki oleh empat soa yang
ditemukan di negeri Souhuku, informasi ini kemudian dirangkum, direkonstruksi,
dan didokumentasikan sebagai catatan untuk memperkuat bukti sejarah mengenai
pembentukan negeri Saparua (Pisarana Hatusiri Amalatu).
KEDATANGAN PERTAMA
Dikisahkan, pada
saat terjadinya peperangan dan kekacauan Nunusaku, banyak orang berpencar-pencar
ke seluruh pesisir pulau Seram dan pulau-pulau Lease untuk mencari tempat
bermukim. Mengingat bahwa narasi sejarah ini hanya membahas tentang cikal bakal negeri Souhuku dan negeri Saparua, maka penekanan lebih diarahkan pada penelusuran sejarah kelompok-kelompok yang turun dari pegunungan Nunusaku menuju hutan Aikasuro. Kelompok pertama yang dimaksud adalah :
1. Kapitan Urumaenalo
Ruhupessy, setelah berpindah-pindah
mencari tempat berdiam, akhirnya mengambil tempat di hutan Aikasuro, petuanan negeri Souhuku (sekarang). Menyusul datang kemudian;
2. Kapitan Anakotta dan Kapitan Titaley, dan
3. Kapitan Ririnama dan Kapitan Simatauw.
Walaupun lokasi
benteng tempat tinggal keempat orang kapitan yang datang belakangan datang terpisah jauh dari benteng Urumaenalo Ruhupessy, namun mereka tetap sepakat untuk ikut bergabung
bersama dan membentuk satu kesatuan persaudaran yang erat di Aikasuro. Bekas
benteng yang dikenal dengan nama benteng Titaley di negeri Souhuku menjadi
bukti hunian awal keempat orang/matarumah Titaley, Anakotta, Simatauw, Ririnama
dan masih ada sampai sekarang. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hutan “Aikasuro” adalah “Hena/Amano” bagi mereka
setelah mereka turun dari pegunungan Nunusaku.
KEDATANGAN KEDUA
Kemudian datang pula kelompok
kedua bergabung dengan kapitan Urumaenalo Ruhupessy di Aikasuro setelah 4 soa
pindah ke Saparua. Mereka datang dengan membawa seserahan, sebagai tanda bahwa
mereka tidak bermusuhan dan tunduk di bawah perintah Urumaenalo Ruhupessy
selaku pemilik petuanan pertama. Kelompok kedua ini datang dari berbagai wilayah, yaitu :
1. Wakanno, berasal dari pulau Banda
datang membawa Pala dan Ikan Ciori.
2. Ruhupessy
Kambelo,
berasal dari Kambelo-Jazirah Huamual (Seram Barat), datang membawa Burung
Guheba dan Ikan Kalapessy.
3. Latuny, berasal dari Nolana/Maloa
(Seram Barat), datang membawa Kelapa Raja dan Ikan Salmaneti.
4. Kakiay, berasal dari Haupinalo (Batu
Piring), datang membawa pohon Bawang Laut dan Ikan Tatu Merah.
5. Tamaela
dan Sopacua,
berasal dari Hukuanakota (Seram barat). Tamaela membawa Arumbai dan Ikan Tuu (Tuing-tuing),
sedangkan Sopacua membawa Burung Taong-taong.
6. Latarissa, berasal dari Bacan datang membawa pohon Bambu dan Ikan Bendera
(Artepono).
Ketujuh orang/kapitan
pada kedatangan kedua kemudian terkelompok dalam 4 Soa di negeri Souhuku, yang masing-masing adalah :
1.
Soa LATU : untuk faam/marga
Tamaela, Latunny dan Sopacua
2.
Soa SUUN : untuk
faam/marga Ruhupessy dan Latarissa
3.
Soa WAKA : untuk
faam/marga Wakanno
4.
Soa NOPU : untuk
faam/marga Kakiay
Pengecualian
diberikan kepada empat orang kapitan dalam kelompok pertama yaitu Anakotta,
Titaley, Simatauw dan Ririnama. Urumaenalo Ruhupessy tidak mengelompokkan
mereka kedalam Soa Latu, Suun, Waka dan Nopu. Keempat orang kapitan ini bersama istri-istrinya kemudian menaiki gosepa/rakit besar dari tanjung
Pulapa Souhuku menyeberangi lautan berpindah ke pulau Saparua. Mereka lalu membentuk negeri
baru dan mendapat soa sendiri di Saparua. Setelah kepindahan 4 soa dari Souhuku ke Saparua,
beberapa tahun kemudian Urumaenalo Ruhupessy memindahkan orang-orang Souhuku
secara bertahap turun dari Aikasuro pindah ke Amahono, lalu kemudian ke Urolo
dan terakhir menetap di pesisir pantai atau labuhan Seirambi negeri Souhuku yang ada
sekarang.
PENYEBARAN KLAN-KLAN SOUHUKU
Keluarga-keluarga Souhuku
yang telah berpindah ke pulau Saparua adalah sebagai berikut :
Empat Soa Pisarana
Soa Anakotta, Soa Titaley, Soa Simatauw dan Soa Ririnama yang berlayar ke pulau Saparua pada tahun
1436, lalu kemudian mendirikan negeri Saparua dengan teuno Pisarana
Hatusiri Amalatu.
Paliama/Paliyama
Diusir oleh kapitan
Lauro Nikolau Latuny dan kapitan Sopinae Lamansama Wakanno karena membangun
benteng/tempat tinggal dengan nama Sirisori di Makelewono (Tanjung Kuako) tanpa
persetujuan kapitan Urumaenalo Ruhupessy selaku pemilik petuanan. Paliama
kemudian pindah ke pulau Saparua dan membentuk negeri Sirisori Amalatu.
Kapitan Piter
Soumahu
Pieter Soumahu
datang ke Saparua pada tahun 1817 atas undangan kapitan Pattimura untuk
ikut rapat besar (mengatur strategi perang) di Gunung Saniri dalam misi
penyerangan ke Benteng Duurstede. Setelah perang usai tidak kembali ke negeri
Souhuku, seluruh soa-nya menyusul ke Saparua untuk mencari keberadaannya tetapi
tidak ditemukan, diduga kapitan Piter Soumahu tewas dalam perang. Soa ini juga
tidak diketahui di mana tempat berdiamnya. Catatan tentang kedatangan
Pieter Soumahu ke Saparua diperkuat dengan daftar nama para Raja, Patih dan
Orang Kaya yang ikut menandatangani PROKLAMASI HARIA pada tanggal 29 Mei 1817.
Dalam isi “Pernyataan Haria” ada 14 keberatan/tuntutan, meski dalam beberapa
sumber lain ada yang menyebut 17 keberatan/tuntutan. Daftar nama para
Raja, Patih, dan Orang Kaya tersebut yaitu :
1.
H.E. KESAOELIJA - RADJA OELATH | H. E. KESAULIJA - RAJA ULATH
2.
P. LATOE MAERISSA - RADJA PAPEROE | P. LATUMAERISSA-RAJA PAPERU
3.
A. TANA LEPI - RADJA TOEHAHA | A. TANALEPY - RAJA TUHAHA
4.
J. LEI HITOE-PATI HARIA - J. LEIHITU - PATIH HARIA
5.
J.W. PATTIASINA - PATI BOOIJ - J.W. PATTIASINA - PATIH BOOI
6.
M. NIKIJOELOEW - PATI OUW - M. NIKIJULUW - PATIH OUW
7.
M.S. TITA LESSY - RADJA SAPAROEA - M.S. TITALESSY (TITALEY) - RAJA
SAPARUA
8.
J. PATTI WAEL - PATI TIOUW | J. PATTIWAEL - PATIH TIOUW
9.
M.S. WATTI MENA - PATI ITA WAKA | M.S. WATTIMENA-PATIH ITAWAKA
10.
A. LILIPALI - IHA MAHOE | A. LILIPALI - IHAMAHU
11.
J.N. HOELI SELAN - RADJA NOLLOTH | J.N. HULISELAN - RAJA NOLLOTH
12.
J. HEHA NOESA - RADJA TITA WAE | J. HEHANUSSA - RAJA TITAWAI
13.
J.M. MANOESAMA - PATI ABOEBOEW | J.M. MANUSAMA - PATIH ABUBU
14.
J.N. PATI NALA - PATI NALAHIA | J.N. PATINALA - PATIH NALAHIA
15.
L.P. TANASALE - PATI LEI NITOE | L.P. TANASALE - PATIH LEINITU
16.
D.T. TOEWANAKOTTA - PATI AKOON | D.T. TUANAKOTTA - PATIH AKOON
17.
A.L. SOSELISA - PATI SILA | A.L. SOSELISSA - PATIH SILA
18.
P. PATI NAMA - RADJA OMMA | P. PATINAMA - RAJA OMA
19.
SALOMOM PATTINAMA - PATI WASSOE | SALOMOM PATTINAMA - PATIH WASSU
20.
PAOELOES SALAKA - RADJA KARIOEW | PAULUS SALAKA-RAJA KARIU
21.
LAURENS TOUISOETA - KEPALA SIRISORI | LAURENS TOUISUTA - KEPALA
SIRISORI
22.
MATHEOS WATTIMENA - ORANG KAIJA | MATHEOS WATTIMENA - ORANG KAYA
23.
PIETER SOUW MAHOE - ORANG KAIJA SOUHOEKOE | PIETER SOUMAHU-ORANG
KAYA SOUHUKU/SOAHUKU
24.
FRANS WATTIMENA - ORANG KAIJA MAKARIKI | FRANS WATTIMENA-ORANG KAYA
MAKARIKI
25.
PARTIOEMAN MAI LOEPOE - ORANG KAIJA SAMA SOEROE | PARTIUMAN
MAILUPU - ORANG KAYA SAMASURU
26.
SAMUEL LEITIMOEN - ORANG KAIJA PAU LOHI | SAMUEL LEITIMUN - ORANG KAYA
PAULOHI
PENAMAAN SOUHUKU
Hena/Amano di hutan
Aikasuro menjadi persinggahan terakhir kapitan-kapitan yang datang dari
berbagai tempat, maka kemudian namanya menjadi SOUHUKU yang
artinya :
SOU/SOA : rumatau/familie
HUKU/UKU : kelompok/tempat
asal/perkumpulan atau bisa juga bermakna Nunusaku
SOUHUKU dapat diartikan
sebagai rumatau/familie yang bermufakat untuk meninggalkan Huku/Nunusaku tempat
asal mereka sebelumnya, lalu datang membentuk satu kesatuan persaudaran yang
erat di tempat yang baru. Sedangkan orang-orang Saparua yang berpindah menyebut SOUHUKU dengan sebutan SAUKU.
Sumber :
1.
Situs Sejarah Negeri Souhuku (Lilipori Kalapessy)
2.
Catatan Sejarah Negeri Saparua (Pisarana Hatusiri Amalatu)
3.
Museum Batavia-Jakarta (1972)
4.
Baileu Negeri Souhuku
Museum Batavia punya koleksi naskah yg sekarang disimpan di Perpustakaan Nasional,Jl.Salemba .Koleksinya terlengkap di Asia tenggara,saya pernah melihat sewaktu SMA th.l970an
BalasHapusDangke 🙌🏽
BalasHapus