Negeri Pisarana
Hatusiri Amalatu Saparoea
Dalam Pusaran Waktu.
Seperti
kehidupan, sejarah sebuah negeri atau dalam skop lebih luas yaitu kebudayaan,
pastilah mengalami pasang surut dalam jejak-jejak langkahnya. Kebudayaan akan
dimulai dengan “kelahiran”, perkembangan pasang surut dan akhirnya mengalami
keruntuhan. Itu yang dikatakan Supratikno Raharjo dalam bukunya “peradaban
jawa”. Ia mengutip dan memakai analisa sejarahwan Inggris Arnold Toynbee untuk mengupas peradaban jawa yang
berlangsung selama hampir 7 abad. Ada periode Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang
berlangsung sejak Mataram Kuno hingga runtuhnya kerajaan Majapahit. Persoalan
itupun bisa digunakan dalam memahami jejak langkah sebuah sejarah dari suatu
negeri, meskipun ada hal-hal yang tak sama. Hal yang tak sama itu adalah soal
keruntuhan, karena tentunya keruntuhan sebuah negeri, tidaklah diinginkan
siapapun.
Negeri Saparua atau Pisarana Hatusiri Amalatu juga mengalami sebuah jejak yang
panjang. Seperti layaknya manusia, ia juga mengalami kelahiran, masa
kanak-kanak, remaja, dewasa hingga saat ini. Jika digunakan umur manusia,
negeri itu telah “berumur” hampir 6 abad. Tentunya dalam usia itu, banyak hal
yang terjadi, banyak kejadian yang telah mewarnai perjalanan Negeri Saparua.
Kejadian-kejadian itu menjadi montase kehidupan sebuah negeri, kalaideskop yang
bisa digunakan untuk merenung, belajar serta mengambil manfaat untuk kehidupan
serta pertumbuhan sebuah negeri kedepan.
Ini
adalah sebagian rekam jejak, yang bisa dicatat, dikumpulkan dan didata.
Tentunya rekam jejak itu tak sempurna, karena mungkin saja, banyak yang
terlewati, tak tercatat
dan dimuat. Ini hanyalah sebuah usaha untuk mencatat, apa-apa saja yang pernah
terjadi dalam rentang waktu yang panjang itu. Rekaman itu pastilah banyak
kekurangan, namun kiranya ini bisa dijadikan sebagai langkah awal untuk
“melengkapi” jejak itu.
Paruh pertama Abad 15
1436 (Era Para Leluhur)
Ø Tercatat
sebagai tahun kedatangan bapak ibu leluhur 4 soa (Titaley, Anakotta, Simatauw,
Ririnama) dari Negeri Souku/Souhuku (Lilipori Kalapessy) di pantai
selatan pulau Seram ke pulau Saparua1). Leluhur 4 soa itu dianggap sebagai
leluhur Negeri
Saparua. Menurut catatan, mereka adalah
4 kapitan (pemimpin perang) yang datang bersama istri mereka. Mereka adalah
Kapitan Riang Santuwa (Titaley) dengan istrinya Nyi/nyai Sahele Simatauw, Kapitan
Hintaune/Untaune (Anakotta) dengan istrinya Kupasila Ririnama,
Kapitan Adjelis (Simatauw) dengan istrinya bermarga Anakotta serta seorang
Kapitan yang tak diketahui namanya (Ririnama) dengan istrinya bermarga
Ruhupessy.
Periode Kegelapan
...................
Awal
Abad 16
1514
Ø Baileu
Negeri Saparua pertama kali dibangun oleh Raja Melyanus Titaley bersama 4 Soa Asali (Titaley, Anakotta, Simatauw dan Ririnama).2)
Paruh
pertama Abad 17
Masa Pemerintahan : Kapitan Nissawata/Nisamete (Sebelum 1652)
1635-1666
Ø Pendeta Heurnius, seorang misionaris Belanda berada di
Saparua untuk mengabarkan
injil Kristus.3)
Paruh
kedua Abad 17
Masa Pemerintahan : Pattij Matheus Lisamata (1671 - 1685)
1676
Ø Arnold
de Vlaming van Oudshoorn membangun Benteng yang nantinya bernama Duurstede untuk
pertama kalinya.4)
Menurut tuturan yang dipercayai, lokasi pembangunan Benteng Duurstede ini
adalah dati/petuanan milik leluhur bermarga Titaley. Lokasi ini adalah di
atas batu karang yang
dikenal sebagai Muka Kota. Tak jauh
dari lokasi ini, terdapat lokasi yang dipercayai sebagai tempat berlabuh atau
tempat singgah leluhur Negeri Pisarana saat memutuskan memilih Negeri Saparua
sebagai daerah hunian mereka.5)
Masa Pemerintahan : Pattij Pieter Lisamata (1685 - 1687)
..................
Masa Pemerintahan : Pattij Francisco Animole (1687 - 1695)
1690
Ø Pembangunan
Benteng Duurstede kemudian dilanjutkan oleh Nicholaas Paul Schagen.6) Benteng ini dinamakan Benteng Duurstede mengikuti
nama kota kelahiran Nicholaas Paul Schagen yaitu wijk duurstede yang berarti “kota
mahal” di Utrecht Belanda.
Periode Pemerintahan terputus
..................
Abad
18
Masa Pemerintahan : Radja Pieter Sawaitoe (1708 - 1724)
Periode Terputus
..................
Masa Pemerintahan : Radja Johanes Janz Manusama (1767 - 1768)
Periode Pemerintahan terputus
...................
1740-an
Ø Mayasang Simatauw menjabat sebagai
Raja Negeri Saparua sekitar tahun 1749.7)
1750
Ø Oktober 1750 : Permaisuri Kesultanan Banten, Ratu
Syarifah Fatimah divonis bersalah oleh VOC dan diputuskan dibuang ke Saparoea.8)
1789
Ø Raja
Negeri Saparua Mayasang Simatauw meninggal dunia.9)
Masa Pemerintahan : Radja Pieter Titaleij (1796 - 1804)
.....................
Periode Pemerintahan terputus
......................
Awal
Abad 19
1811-an
Ø Seorang Saparoea bernama Anthone Rhebok tercatat
sebagai anggota pasukan elit yaitu brigade/korps 500. Pasukan ini dibentuk oleh
Thomas Stamford Rafless. Dalam pasukan ini, selain Anthone Rhebok, ada juga
Thomas Matulessy. Dikemudian hari kedua orang ini dikenal dalam Perang Pattimura.10)
Ø
Saparua
dikenal dengan istilah Belanda "Saparoea is het neusje van de zalm"
(Saparua adalah hidung ikan zalem) di kalangan orang-orang belanda.11)
Masa Pemerintahan : Radja Melkianus Titaleij (1816 - 1817)
1817
§
Maret
Ø
22
Maret : Armada Belanda memasuki perairan Negeri Saparua. Armada ini membawa Residen Saparoea yang baru yang bernama Johanes Rudolph van den Berg bersama
istri (Johanna Christhina Umbrgrove) dan ketiga anaknya. Residen van den Berg
berkantor di Benteng Duurstede sebagai markas besarnya. Saat menjadi Residen,
van den berg masih berusia muda yaitu 29 tahun.12)
§ April
Ø
Thomas
Matulessy atau Pattimura diketahui berhubungan (berpacaran?) dengan seorang
wanita Mestizo (campuran) bernama Elizabeth Gasier yang adalah istri dari
penduduk Negeri Saparua bernama Eliza Titaley. Selama Perang Pattimura,
Elizabeth Gasier tinggal di rumah Raja Saparua, keluarga Titaley.13)
Ø
Suasana
Saparoea semakin memanas karena munculnya isu pemberontakan di
kalangan rakyat.14)
§
Mei
Ø
10
Mei : Orang Haria, Pieter Matheos Souhoka datang bertamu di Benteng Duurstede Saparoea untuk melapor kepada Residen van den Berg tentang isu pemberontakan.15)
Ø
12
Mei : Nyora Nolloth (istri Raja) datang bertamu di Benteng Duurstede Saparoea
dan minum kopi bersama istri Residen sambil membenarkan isu pemberontakan.16)
Ø
14
Mei : Thomas Matulessy bersama rekan-rekan bermusyawarah di Hutan Saniri yang
ada dalam petuanan Negeri Saparua. Di pertemuan itu hadir juga utusan dari Negeri Saparua yaitu seorang laki-laki bermarga Titaley.17)
Ø
15
Mei : Scriba Ornek, sang juru tulis Residen Saparoea dan istri Residen menulis surat ke Gubernur Ambon. Scriba Ornek adalah
juru tulis yang beberapa minggu sebelumnya mengganti posisi Philip Latumahina
sebagai juru tulis. Philip Latumahina dipecat karena memicu perkelahian dengan Anthone
Rhebok. Sebelum dipecat, kedua orang ini dihukum cambuk di dalam Benteng Duurstede.18)
Ø
15
Mei : Bombardier Verhagen menyelamatkan putrinya dari hasil hubungan gelapnya
dengan wanita Saparoea. Wanita saparoea ini tak diketahui namanya namun dikenal
sebagai Vrouw Verhagen (istri verhagen). Anak mereka bernama Maria Verhagen.19)
Ø
15
Mei : Philiph Latumahina dan Anthone Rhebok datang bertamu di Benteng Duurstede
dan dijamu minum oleh Residen Saparoea. Anthone Rhebok meninggalkan benteng dan membawa
surat kepada Raja Sirisori, namun surat itu tak pernah sampai ke tujuan, namun
ditempel di tiang Pasar Saparua.20)
Ø 16 Mei : Perang
Pattimura meletus di Negeri Saparua. Peperangan dipimpin oleh Thomas Matulessy
alias Kapitan Pattimura dan kawan-kawan merebut Benteng Duurstede. Sebelum menyerang Benteng Duurstede, J Sahetapy Guru
Jemaat yang tinggal di Saparua memimpin ibadah penyerangan.21)
Ø 16 Mei : Anak dari Residen Saparua Johanes Rudolph van
den Berg yang bernama Jean Luberth van den Berg, diselamatkan oleh Salomon
Pattiwael dan disembunyikan di Hutan Rila petuanan Negeri Saparua. Bersama
mereka juga ada Maria Verhagen dan ibu serta saudari perempuannya. Hutan Rila
adalah negeri lama atau negeri awal/mula-mula dari Negeri Saparua.22)
Ø 20 Mei : Ekspedisi penumpasan pemberontakan dibawah
pimpinan Mayor Beetjes muncul di perairan Teluk Saparua, awalnya mereka ingin
berlabuh di pantai Waihenahia petuanan Negeri Saparua namun karena terhalang
ombak, ekspedisi ini berlabuh di pantai Waisisil. Peristiwa pendaratan dan
pembantaian oleh pasukan Perang Pattimura inilah yang disebut Tragedi Waisisil.23)
Ø 29 Mei : M.S. TITALESSY (TITALEY) - RADJA SAPAROEA (ada dalam
daftar nama para Raja, Patih dan Orang Kaya yang ikut menandatangani PROKLAMASI
HARIA pada tanggal 29 Mei 1817).24)
§ Agustus
Ø 03 Agustus : Ekspedisi kedua penumpasan pemberontakan Pattimura berhasil merebut Duurstede, Letnan Ellinghuysen diangkat sebagai
komandan Benteng Duustede. Hal ini dilakukan untuk mengganti posisi Residen Saparoea yang telah tewas pada 16 Mei 1817.25)
§ September
Ø 30 September : J.A. Neijs residen Ternate diangkat
menjadi Residen Ambon sekaligus Residen Saparoea menggantikan Johanes Rudolph van den Berg yang telah tewas
beberapa bulan sebelumnya.26)
§ November
Ø 13 November : Selama hampir 6 bulan, anak Residen Saparoea yang selamat, Jean Luberth van den berg bersembunyi Hutan Rila. Tanggal
ini ia diserahkan kembali ke tangan komandan marinir. Belanda Q.M.R. Verhuell,
pemimpin kapal perang Evertsen. Di masa dewasa nantinya anak ini meminta izin kepada Parlemen Belanda untuk menambahkan namanya menjadi Jean Luberth van den Berg
van Saparoea. Hal ini dilakukan untuk mengenang tragedi hidupnya.27)
Masa Pemerintahan : Radja Melianus Jacob Titaleij (1818 - 1854)
1821
Ø Injil Kristus diterima di Saparua dan sebagai buktinya
41 orang dewasa Negeri Saparua dibaptis untuk pertama kalinya.28)
1823
Ø Berdasarkan
register dati tahun 1823 oleh Belanda,29) jumlah dati yang ada di Negeri
Saparua adalah sebagai berikut :
1.
Soa Titaley membentuk 4 kesatuan wajib
kerja atau 4 dati.
2.
Soa Anakotta membentuk 5 kesatuan wajib
kerja atau 5 dati.
3.
Soa Simatauw membentuk 2 kesatuan wajib
kerja atau 2 dati.
4.
Soa Ririnama membentuk 1 kesatuan wajib
kerja atau 1 dati.
Periode Pemerintahan terputus
...................
Masa Pemerintahan : Radja Jacob Isaac Jeremias Titaleij (1856 - 1864)
1854-1872
Ø R.
Bosset, pendeta bantu di Saparua 1854-1872 yang juga berkhotbah dalam bahasa Melayu rendah, menggubah sebuah bundel Nyanyian Rohani dalam bahasa Melayu
rendah itu. Bundel itu mungkin sekali dipakai di Saparua atau boleh jadi di
jemaat lain.30)
Masa Pemerintahan : Radja Paulus Titaleij (1867 - 1871)
1870-an
Ø Jean
Lubberth van den Berg dalam bukunya berjudul “Jejak Arab di Nusantara” menyusun
tabel yang menyebutkan orang Arab di Saparua sebanyak 10 orang/jiwa, orang Tionghoa seratusan orang/jiwa.31)
Periode Pemerintahan terputus
....................
Masa Pemerintahan : Radja Lambert Titaleij (1874 - 1907)
1895
Ø Tanggal
20 Desember 1895 gedung gereja penduduk Saparoea-Tiouw ditahbiskan oleh Pdt. H.L.
Langevoort (Pendeta Saparua) dan Pdt. F. Quak (Pendeta Nusalaut). Mewakili jemaat Saparoea-Tiouw
antara lain : T.H.J. Pietersz, M.O. Pietersz, J. Siegers, L. Titaley, E. Noija
dan P.H. Pattiwael. Gereja awal jamaat Saparua-Tiouw ini belum memiliki nama,
hanya bertuliskan ”KABAH”.32)
Abad
20
Masa Pemerintahan : Radja Johan Robert Titaleij (1908 - 1937)
1911
Ø 10 Agustus : Berdirinya Muhabeth pertama di Negeri Saparua, perkumpulan rumah duka (muhabeth) ini mempunyai markas besar di
kompleks Tiang Belakang/Soa Baru.33)
1920-an
Ø Belanda mengetahui di
dalam petuanan Negeri Saparua terdapat sumber air yang bisa digunakan untuk kebutuhan di dalam Benteng Duurstde. Sumber air inilah yang dikemudian hari dikenal sebagai Waterleiding atau pipa air.34)
1922
Ø Buang
Jozef Marlissa menulis sebuah buku tentang “4 Soa” pada tahun ini. Buku yang
digunakan sebagai salah satu rujukan/sumber referensi penulisan ulang sejarah
Negeri Saparua.35)
1925
Ø Matheos
Alveros Kesaulija menjabat sebagai Assistant Besstur di Kantor Contrelaur
Saparua (1925-1938). Orang ini
pernah menjadi Raja Negeri Saparua dan Tiouw pada masa itu.36)
Ø Pada
sekitar tahun 1925-an, paduan suling Negeri Saparua – Tiouw dalam sebuah
pertandingan paduan suling di Kota Ambon memenangkan gelar paling tinggi “eir
prize” dari Pemerintah Belanda.37)
1930
Ø Richard
Chauvel berhasil memberi petunjuk jejak Tionghoa dengan memberi data statistik
tahun 1930. Saat itu, jumlah orang Tionghoa di Kota Ambon berjumlah 1.869
orang. Sedangkan di Pulau Ambon jumlah orang Tionghoa mencapai 310, di Saparua
359 orang. Mereka terlibat aktif dalam perdagangan berbagai hasil alam, hasil
kebun, hasil laut, dan juga penjualan barang kelontongan seperti pakaian,
nampan, piring, gelas, muk/cangkir, dan lain sebagainya. Secara sosiologis
kemudian muncul sebutan seperti “China Saparua”, “China Dobo”, “China Ambon”,
“China Banda”, dan lain sebagainya.38)
Masa Pemerintahan : Pejabat Radja Matheos Ahasveros Kesaulija (1937 - 1938)
1938
Ø Lamberth
Alberth Titaley menjabat sebagai Raja Negeri Saparua (1938-1968). Bersama Raja Pattisahusiwa
Negeri Sirisori Islam pernah menjadi anggota konstituante/MPRS-RI di masa
pemerintahan Presiden Soekarno.39)
Masa Pemerintahan : Lambert Albert Titaleij (1938 - 1969)
1940-an
Ø Sejarah
bermulanya hubungan saling membantu Negeri Saparua dengan Negeri Tuhaha di
sekitar tahun 1940an, penentuan tahun 1940an itu, didasarkan pada tahun
pemerintahan Radja Saparua Lambert Albert Titaleij (1938-1968) yang merupakan
“aktor” penting dalam kasus ini. Di tahun itu, Negeri Tuhaha dan Sirisori
Amalatu terlibat konflik soal perbatasan (batas wilayah) mereka.
Ø Dalam
proses persidangan konflik batas wilayah itulah, Raja Saparua di masa itu,
Lambert Albert Titaleij (1938-1968) tampil sebagai aktor penting dalam
penyelesaian masalah ini. Radja Saparua dijadikan “saksi kunci” oleh Pemerintah
Negeri Tuhaha untuk bersaksi. Negeri saparua dijadikan saksi kunci, karena
kedua negeri tersebut berbatasan langsung dengan Negeri Saparua. Atas kesaksian
ini dan sebagai tanda hormat serta ucapan terima kasih, Raja Tuhaha, Radja
Tanalepy Tua (ayah dari alm Radja Tuhaha Inyo Tanalepy) berjanji dan mengangkat
sumpah : “SEBAGAI UCAPAN TERIMA KASIH, MAKA NEGERI TOEHAHA AKAN MEMBANTU
PEKERJAAN NEGERI DARI NEGERI SAPAROEA”.
Ø Janji/Sumpah
ini disampaikan kepada Radja Saparua, Lambert Albert Titaleij bersama perangkat
Negeri Saparua dan perangkat Negeri Tuhaha.40)
1960/1961
Ø Pembangunan
baru Baileu Negeri Saparua (renovasi total).41)
1965
Ø Berdasarkan
SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA
DAERAH TINGKAT 1 MALUKU TANGGAL 30 MARET 1965 NO. PU22/7/17.
42) Kecamatan Pulau Pulau Lease (Saparua, Haruku dan Nusalaut) yang
tadinya beribukota di Negeri Saparua dimekarkan menjadi 2 Kecamatan baru yaitu
:
1. KECAMATAN
SAPARUA (pulau saparua dan pulau nusalaut) tetap beribukota di NEGERI SAPARUA.
Penetapan status Kecamatan Saparua yaitu pada tanggal 30 Juli 1966.
2. KECAMATAN PULAU HARUKU
beribukota di NEGERI
PELAUW. Penetapan status Kecamatan Pulau Haruku yaitu pada
tanggal 30 Agustus 1966.
Masa Pemerintahan : Radja Anthoneta Benjamina Anakotta (1969-1996)
1969
Ø Tahun
dimulainya Anthoneta Benjamina Anakotta menjabat sebagai Radja Negeri Saparua
(1969-1996).43)
1972
Ø Renovasi
Baileu Negeri Saparua (tutu baileu/ganti atap).44)
1973
Ø Peletakan
batu pertama gedung Gereja Zeba’ot yang menjadi gereja jemaat Saparua Tiouw
pada tanggal 13 juli 1973,
di bawah
komando ketua panitia M. Sahetapy.45)
1977
§ Juli
Ø Pemugaran
kembali situs kepurbakalaan Benteng Duurstede oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayan
Republik Indonesia Kantor Wilayah Maluku dimulai dari bulan juli 1977 hingga
bulan Maret 1982.46)
§ Desember
Ø Peresmian
gedung Gereja Zeba’ot jemaat Saparua Tiouw pada tanggal 17 desember 1977. Di tahun ini, gereja tersebut dinamai gereja “Zeba’ot” yang berarti tentara Allah/Tuhan.47)
1985
Ø Di
tahun 1985 Gereja Hok Im Tong/Bethlehem Saparua (sekarang)
dipermanenkan/dibetonisasi dan diambil alih oleh pihak jemaat (gereja).48)
Ø Renovasi
Baileu Negeri Saparua (tutu baileu/ganti atap).49)
1991
Ø Pada
sensus/pendataan terakhir tahun 1991 menyebutkan jumlah total penduduk Desa/Negeri Saparua adalah 3850 jiwa dengan rincian jumlah laki-laki sebanyak
1975 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 1875 jiwa.50)
Ø Jumlah
penduduk Desa/Negeri Saparua menurut kewarganegaraan dengan perincian :
1.
Warga Negara Indonesia Asli sebanyak
3665 jiwa
2.
Warga Negara Keturunan Indonesia
sebanyak 113 jiwa
3.
Warga Asing sebanyak 32 jiwa
Ø Luas
petuanan Negeri Saparua secara keseluruhan adalah 1500 Ha dengan perincian :
1.
Tanah perkebunan seluas 750 Ha
2.
Tanah perumahan rakyat seluas 75 Ha
3.
Tanah yang belum tergarap seluas 645 Ha
Masa Pemerintahan : Pejabat Radja E.W. Hengszt (1996 - 1997)
1996
Ø Anthoneta
Benjamina Anakotta mengakhiri masa jabatan sebagai Raja Negeri Saparua selama
27 tahun memerintah (1969-1996).51)
1997
Ø Engelberth.W.
Hengstz menjabat sebagai Pejabat Radja (1996-1997).52)
Ø Jacob
Titaley menjabat sebagai Raja Negeri Saparua selama 2 periode (1997-2008). Beliau
adalah seorang pensiunan TNI-AL.53)
Masa Pemerintahan : Radja Jacob Jopie Titaley (1997 - 2011)
1999
Ø Kerusuhan
berlatarkan isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) di Pulau Ambon
meluas ke Pulau Saparua. Pencantuman peristiwa ini tidak bermaksud untuk
menguak luka lama. Hanya saja, dengan menceritakan lembaran kelam sejarah Saparua ini, maka kita bisa terus belajar dari pengalaman dan kemudian tidak
mengulangi kesalahan-kesalahan terdahulu.54)
Abad
21
2008
§ Oktober
Ø Renovasi
Baileu Negeri Saparua (tutu baileu/ganti atap dan papan) 27 Oktober 2008.55)
Ø Pelantikan
Upu Ama Latu Pisarana/Raja Negeri Saparua Lamberth Leonard Titaley periode
2008-2013. Dihadiri oleh pejabat raja sementara dan masyarakat Negeri Souhuku.56)
Ø Penuturan
kembali sejarah hubungan persaudaraan/pela gandong Souhuku dan Saparua oleh Tetua
Adat Negeri Souhuku.57)
Masa Pemerintahan : Radja Lamberth Titaley (2011 - 2014)
2011
§ Juni
Ø Masyarakat
Negeri Saparua menghadiri pelantikan Upu Ina Latu Lilipori Kalapessy/Raja
Negeri Souhuku Josefina Ruhupessy di Negeri Souhuku Pulau Seram. Negeri Souhuku
dan Negeri Saparua adalah Negeri bersaudara (Pela Gandong).58)
§ November
Ø Peletakan
batu pertama pembangunan gedung baru Kantor Klasis GPM Pulau-Pulau Lease di
Negeri Tiouw Jemaat GPM SAPTI (Saparua-Tiouw) pada tanggal 19 Nopember 2011.59)
2013
§ Februari
Ø Pencanangan renovasi gedung Gereja Zeba’ot, Jemaat GPM
Saparua-Tiouw, oleh Wakil Gubernur Maluku Ir. Said Assagaf, Selasa (12/2).
Ø Hadir juga dalam pencanangan renovasi gedung Gereja
Zeba’ot tersebut diantaranya, mantan Gubernur Maluku M. Saleh Latuconsina, mantan
Ketua DPRD Maluku Dr. Zeth Sahuburua, MH, mantan Ketua MPH Sinode GPM Pendeta
SP Titaley. Renovasi Gedung Gereja Zeba’ot tersebut akan menghabiskan anggaran
sebesar Rp 1.394.147.000.60)
§ Desember
Ø Perayaan
Natal “Pisarana Sejabodetabek Pulang Kampong” pada tanggal 28-31 Desember 2013
di Lapangan Merdeka Saparua.61)
Ø Jacob
Rikumahu Kepala Urusan Pemerintahan merangkap sebagai Pejabat Raja Sementara
(2013 – 2014) menggantikan Raja Lamberth Leonard Titaley.62)
2014
Ø Hanoch
Ririhena menjabat sebagai Pejabat Raja Sementara (2014 – hingga sekarang).63)
Ø Proyek
pembangunan CEKDAM WAIMOELA.64)
Masa Pemerintahan : Pejabat Radja Hanokh Ririhena (2014 - Agustus 2016)
2015
2015
§ April
Ø Masyarakat
Negeri Saparua menghadiri peresmian Baileu Negeri Souhuku yang baru pada
tanggal 28 april 2015 di Negeri Souhuku.65)
§ Mei
Ø Peringatan
Hari Pattimura ke-198. Sejak tahun 2013 pemerintah provinsi Maluku memindahkan
lokasi peringatan Hari Pattimura yang biasanya berlangsung di Kota Ambon ke
Kota Saparua. Memasuki tahun ketiga.66)
§ September
Ø Pekan Budaya Lease bertajuk “ Festival Duurstede” pertama kali digelar di Pulau Saparua pada tanggal 21-23 September 2015. Negeri Saparua bertindak sebagai
tuan rumah.67)
§ Desember
Ø Pentahbisan
gedung baru Gereja Zeba’ot Jemaat GPM SAPTI (Saparua-Tiouw) oleh ketua majelis
jemaat Pdt. Robby Pattinasarany dan diresmikan langsung oleh Gubernur Maluku Ir.
Said Assagaff bersama masyarakat kedua negeri pada tanggal 20 Desember 2015.68)
Masa Pemerintahan : Radja Johan Titaley (2016 - November 2022)
2016
§ Januari
Ø Pentahbisan
dan peresmian gedung baru Kantor Klasis Pulau-Pulau Lease yang berkedudukan di
Jemaat GPM SAPTI (Saparua-Tiouw) oleh Wakil Gubernur Maluku Dr. Zeth Sahuburua,
MH, Ketua MPH Sinode GPM Pdt. Dr. J. Chr. Ruhulessin, Msi, Raja-Raja, Aparatur
pemerintahan Kecamatan Saparua dan perwakilan masyarakat PP. Lease (Saparua,
Haruku, Nusalaut) pada tanggal 8 Januari 2016.69)
§ Maret
Ø Kunjungan
4 Soa Pisarana Hatusiri Amalatu Aaparua ke Negeri Asali atas undangan Inalatu
Lilipory Kalapessy/Ibu Raja Souhuku Ny. Josefina Ruhupessy untuk melihat
situs sejarah BENTENG TITALEY yang adalah tempat mula-mula 4 Soa Pisarana sebelum
memutuskan berpindah ke Pulau Saparua, hal ini sebagai upaya memperkenalkan
kembali adat dan budaya, serta merupakan bagian dari dukungan terhadap program
SOUHUKU PANGGEL PULANG MANGENTE NEGERI 2016. 70)
§ April
Ø 10
April : Persidangan Jemaat Khusus Hok Im Tong (Tionghoa-Saparua).71)
Ø 14
April : Persidangan Jemaat GPM Saparua-Tiouw ke-39.
Masa Pemerintahan : ejabat Radja Jan Waelauruw (November 2016 - Sekarang)
Dst...
Ø Selama Negeri Saparua masih berdiri
rekam jejak ini akan terus dicatat oleh generasi-generasi selanjutnya.
Catatan kaki:
1) Informasi tentang tahun kedatangan ini, pertama kali
muncul pada papan pamflet saat pelantikan Raja Negeri Saparoea, L.L. Titaley di
akhir November 2008. Informasi ini diperoleh oleh panitia pelantikan saat
“berkonsultasi” dengan para tetua adat Negeri Souhuku yang akan menghadiri
acara pelantikan tersebut. Informasi ini juga diulang lagi atau “diperkuat”
kembali pada saat pelantikan Raja Negeri Souhuku, Ny. Fien Ruhupessy di akhir Juni 2011. Saat itu diputarkan sejarah asal mula
terbentuknya Negeri Souhuku.
2) Papan informasi yang dikeluarkan/dibuat oleh Dinas
Pariwisata Provinsi Maluku yang didirikan di
samping rumah adat (baileu).
3) Liturgi Ibadah pentahbisan/peresmian Gereja Zeba’ot pada tanggal 20 Desember 2015. Liturgi ini disusun
oleh Pdt. Chr. Tamaela.
4) Artikel “Senjakala Sluis”
5) Artikel sejarah Negeri Saparua/Pisarana Hatusiri Amalatu atau skripsi F.L. Anakotta : Tinjauan Lelepelo di Negeri Saparua, Skripsi
S1 Fakultas Hukum Perdata, 1993
6) Emblem/prasasti yang terdapat pada dinding Benteng Duurstede, di samping pintu masuk/gerbang.
7) Sejarah
4 Soa ditulis oleh Buang Jozef Maelissa pada tahun 1922.
8) Merle.C.
Ricklefes dalam bukunya
Sejarah Indonesia Modern 1400-2000. Dalam buku itu, hanya disebut bahwa
permaisuri kesultanan Banten dan putra mahkota diputuskan dibuang ke Saparua,
namun ditahan sementara di pulau edam kepulauan seribu (provinsi DKI Jakarta
–sekarang). Keputusan ini tak jadi dilaksanakan karena permaisuri terlanjur
meninggal. Ia kemudian dimakamkan di situ, sedangkan putra mahkota akhirnya dibuang ke
pulau Banda Maluku. Ada yang menarik soal informasi ini. Disitu tidak
disebutkan, Negeri Saparua secara eksplisit, hanyalah Saparua. Namun menurut
pendapat saya, itu adalah Negeri Saparua. Alasannya adalah Negeri Saparua
adalah pusat pemerintahan VOC, yang jadi markas besar Residen Saparoea. Ditambah
lagi, di Negeri Saparua terdapat Benteng Duurstede, maka masuk akal di
situlah tempat pembuangan yang
dimaksud. Apalagi, baru 60 tahunan, benteng duurstede selesai dibangun (lihat
catatan kaki no 6), maka bisa diterima jika Benteng Duurstedelah yang
dipakai/difungsikan sebagai tempat interniran. Lagipula agak janggal, jika tempat
(desa/negeri) lain yang dimaksud, mengingat di desa/tempat lain tak ditemukan
tempat yang khusus dipakai sebagai tempat pembuangan. Lagipula sebagai tempat
markas besar, maka para tahanan/orang buangan “harusnya” mendapat
perhatian/pengawasan langsung VOC, bukan
di tempat lain yang jauh. Tambahan lagi, data ini diperoleh dari arsip-arsip Belanda yang notabene ditulis oleh orang Belanda sendiri, maka tidak mungkin
mereka menulis sesuatu yang tidak mereka maksudkan.
9) Ibid
10) 1942 Berg J. v.d.
"Herinneringen mijner jeugd/Jean Lubbert van den Berg van Saparoea, Kenang-kenangan
masa remaja" serta berbagai
artikel tentang Perang Pattimura yang dicari.
11-27) Ibid
28)
Liturgi
Ibadah Pentahbisan gereja Zebaoth, tanggal 20 Desember 2015
29)
Skripsi S1 F.L. Anakotta Fakultas Hukum Perdata, 1993
30)
Eko
Praptanto : Sejarah Indonesia, bag 4, Bina Sumber Daya Mipa Jakarta, 2010
Sartono
Kartadirjo : Pemberontakan Petani Banten
Penjelasan
soal “dugaan” Saparua, bisa dibaca pada catatan kaki no 8 di artikel ini.
Mungkin dugaan ini juga sama dan bisa dipakai dalam kasus ini.
31) Ibid
32) Liturgi
Ibadah Pentahbisan Gereja Zeba’ot tanggal 20 Desember 2015. Liturgi ini dibuat oleh Pdt Chr Tamaela. Di liturgi tersebut secara jelas, Tamaela mencatat ada 3
pendeta, yaitu Pdt H.L. Langervoot, Pdt L. Quak dan Pdt N. Laut. Saya sedikit
berbeda dengan Tamaela pada sisi ini. Saya berpendapat hanyalah 2 bukan 3
seperti yang ditulis Tamaela. Alasannya cuma sederhana, terlihat jelas pada inkripsi yang
ditempel pada dinding gereja, terlihat di situ, di
bawah nama Pdt H.L
Langervoot, ada tanda kurung bertuliskan Pdt Spr, dan dibawah tulisan Pdt L.
Quak ada tanda kurung bertuliskan Pdt N. Laut. Menurut saya, tanda kurung itu
adalah penjelasan tentang siapa mereka atau lokasi tempat kedua pendeta
tersebut bertugas pada masa itu. Jika mengikuti pola pikir Tamaela, maka
“seharusnya” ada 4 pendeta, yaitu Pdt
Langervoot, Pdt Spr, Pdt Quak dan Pdt N. Laut. Tapi saya berpikir positif,
mungkin saja, liturgi itu terdapat “kekeliruan” dalam pengetikan.
33) Artikel “Pelatu dan Latuwaelaiti”
34-36) Ibid
37) Artikel “
Dobolaar/Doboliir”
38) https://satumaluku.com/2016/02/08/kilas-jejak-masa-lalu-warga-tionghoa-maluku/
39) Liturgi Ibadah Pentahbisan gereja Zeba’ot, tanggal 20 Desember 2015 dan inkripsi pada dinding
gereja
40) Artikel “Sejarah
Asal Mula Beinusa Amalatu membantu Negeri Pisarana dalam Renovasi Baileu”
41) Artikel “Upu Amalatu Pisarana” tertulis dengan jelas daftar para Raja Negeri Saparua.
42-44 ) Ibid
45) Inkripsi pada
dinding gereja Zeba’ot jemaat GPM Saparua-Tiouw
46) Inkripsi pada
dinding Benteng Duurstede dan papan informasi
yang dikeluarkan/dibuat oleh Dinas Pariwisata Provinsi Maluku
47) Ibid
48)
Artikel “Arsitektur Baileu Negeri Saparua dan Unsur-unsur Yudaisme Kuno”
49)
Ibid
50)
Sensus Penduduk Negeri Saparua Tahun
1991/Skripsi S1 F.L. Anakotta
Fakultas Hukum Perdata, 1993
51-53)
Ibid
55)
http://news.liputan6.com/read/167226/renovasi-rumah-adat-warga-menari-dan-berdoa
56-58)Ibid
60) Ibid
62-64)
Ibid
65)
https://www.facebook.com/baileo.negerisoahuku?fref=ts
66) http://www.kemendagri.go.id/news/2015/05/15/latupati-saparua-prosesi-ambil-api-pattimura
67)
http://bisniswisata.co.id/21-23-september-2015-festival-duurstede-di-maluku-tengah/
68-71)
Ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar