Cerita Singkat Sisi
Lain Perang Pattimura 1817
Penulis
: Adryn Anakotta
Editor
: Ferdy Lalala - Novaria Anakotta/Waelauruw
Pengantar
Lukisan : Johanes Rudolph van den Berg,
Ayah (Kiri)
Jean Lubert van den Berg van Saparoea
(Tengah)
Johana Christina Umbgrove, Ibu (Kanan)
Sumber
: Familie van den Berg van Saparoea |
Singkat kata, Perang
Pattimura selain seperti yang telah diketahui bersama, juga memiliki sisi lain.
Sisi lain tentang kehidupan manusia yang mungkin saja, tak pernah terpikirkan
untuk terlibat dalam pusaran kehidupan penuh tragedi berdarah. Seperti diketahui,
dalam peristiwa itu, seorang anak kecil berusia 5 tahun lolos dari maut. Anak
ini adalah anak tertua sang Residen itu. Ayah, ibu dan kedua adiknya tewas.
Hanya dialah yang lolos. Mungkin takdir hidupnya, agar ia tetap hidup. Mungkin
juga sebuah keberuntungan semata. Tapi yang pasti, dia akhirnya hidup sampai
tua, berkeluarga dan seluruh keturunannya kini akan selalu memiliki kaitan
dengan masa lalunya yang pahit itu, memiliki kenangan dengan sebuah tempat yang
jauh dari tempat kelahirannya, sebuah tempat yang pada akhirnya akan “menempel”
pada jalan hidupnya. Ya dialah Johanes (Jean) Lubert van den Berg van Saparoea,
anak kecil yang lolos dari maut itu.
Artikel singkat
ini, hanya menyajikan atau memaparkan keluarga besarnya yang berhubungan dengan
Saparoea. Pastilah dalam pemaparan itu, akan selalu bersinggungan dengan narasi
tentang Perang Pattimura, namun narasi itu bukanlah fokus dari artikel ini.
Narasi itu hanyalah sebagai “latar awal” dari biografi keluarga besarnya. Pada
artikel ini juga, diurai jejaring keluarga besar mereka yang berpengaruh, dalam
konteks kedudukan, jabatan maupun besarnya keturunan mereka yang saling
terikat, terhubung karena suatu pernikahan. Pernikahan “model begini” merupakan
hal umum yang terjadi di saat itu yang bisa ditelusuri hingga jauh kebelakang,
dan peranan para perempuan sangat signifikan dalam “kasus” ini. Untuk memahami
hal itu lebih mendalam, ada baiknya dipersilahkan untuk membaca kajian Jean
German Taylor, The Social world of Batavia.1
Selain itu, seperti
yang ditulis di atas, “biografi” keluarga besar mereka bisa “ditarik” sampai
jauh kebelakang. Dari penelusuran penulis, diketahui bahwa keluarga besar
mereka bisa dilacak hingga tahun 1500an, atau paruh kedua abad ke-16.
Ibu mereka adalah
Johana Christina Umbgrove juga masih muda, baru berusia 26 tahun kelahiran
Tegal 29 april 1791.5 Pasangan suami istri itu membawa
ketiga anak mereka yang masih kecil, anak tertua, Johanes Lubert (Jean Lubert)
van den Berg, adiknya, Johanes Gerardus van den Berg, dan anak bungsu, Johanes
Rudolp van den Berg. Selain ketiga anak mereka, sang ibu juga sedang
mengandung, pada bulan mei itu, usia kandungannya telah 6 bulan.6 Anak
tertua barulah berusia 5 tahun, 3 bulan 13 hari, ia kelahiran 3 februari 1812
di Jogjakarta.7 Sang adik berusia 3 tahun, 5 bulan 10 hari, ia
kelahiran 6 desember 1813 di Jogjakarta,8 dan adik bungsu
berusia 1 tahun, 8 bulan 23 hari, ia kelahiran 23 agustus 1815 di Jogjakarta.9
Mungkin, setelah
selesai sarapan pagi, selayaknya anak-anak mereka akan bermain, bercanda,
berlarian di kediaman yang luas itu. Kediaman mereka yang baru, di Benteng
Duurstede. Kediaman itu berbentuk berlian,10 dikelilingi oleh
tembok tebal setinggi 3,4 meter11, di arah utara dan selatan
terdapat 2 bastion (menara penjaga/sudut menara) yang berbentuk setengah
lingkaran12 dan dijaga oleh para penjaga. Di dalam benteng itu
terdapat berbagai bangunan, seperti rumah komandan (residen), kantor-kantor,
kantor untuk para staf, arsenal atau gudang mesiu, gudang cengkih dan fasilitas
pemandian yang dilengkapi dengan sistim penampungan air.13 Pintu
gerbang kediaman itu dihiasi oleh 24 anak tangga yang terletak di timur laut14,
di atas gerbang pintu benteng, terdapat monogram yang berisikan nama pembangun
serta tahun pembangunan benteng itu15.
Kediaman itu
dibangun di bawah supervisi langsung oleh Gubernur Amboina, Nicolaas Schagen
(1691-1696)16. Project pembangunan benteng yang dinamai Duurstede
mengikuti nama tempat kelahiran sang pembangun17, merupakan project
lanjutan pembangunan Benteng Hollandia di Siri Sori. Benteng Hollandia di tahun
1671 telah runtuh akibat tsunami18, yang mencapai puncak tsunami
pada 14 februari 1674 seperti tercatat oleh Rumphuijs19.
Di sisi lain letak
benteng Hollandia dianggap tidak strategis, karena itu perlu dibangun benteng
baru yang letaknya lebih strategis20. Project pembangunan benteng
baru itu dimulai pada tahun 1690 dan “diresmikan” pada tahun 1691.21 Untuk
membangun benteng itu, materialnya adalah batu karang, batu, semen dan plaster.22 Satu
tahun kemudian, di tahun 1692, seluruh aktivitas di Benteng Hollandia (meski
telah runtuh) dipindahkan ke Benteng Duurstede23. Saat pindah
“kantor” itu, kediaman yang baru itu hanya dijaga oleh 10 orang tentara, dan
terus bertambah saat kediaman itu menjadi pusat seluruh aktivitas yang semakin
padat24.
Jadi saat anak-anak
Residen Saparoea yang baru itu bermain di dalam benteng, Benteng Duurstede
telah berusia 126 tahun. Jam terus berputar menuju siang, mungkin saja
anak-anak itu berhenti dan siap-siap untuk makan siang atau mungkin juga tidur
siang. Sebuah kebiasaan baru yang merupakan hasil adaptasi dari orang-orang
eropa terhadap kondisi iklim tropis di Indonesia25. Entah tepatnya
jam berapa, namun pada siang itulah, terdengar kekacauan di luar, suara
teriakan dan dobrakan pintu gerbang, suara amarah dari para lelaki yang mencoba
menerobos masuk pintu, maupun dari tembok-tembok benteng. Mungkin saja, anak
anak itu bingung, apa yang sedang terjadi, namun mungkin juga otak mereka mulai
“mendeteksi” bahaya besar yang akan menimpa. Mungkin juga mereka mulai
menangis, melihat kekacauan dan kediaman mereka diacak-acak oleh orang-orang
yang mereka tidak kenal. Orang pertama yang tewas adalah Bombardier Verhagen
yang mencoba menghalangi di pintu masuk26. Ia ditembak dan
tersungkur, terkapar di lantai benteng. Mendengar bunyi tembakan yang ramai dan
kacaunya keadaan, sang Residen keluar dan menghadapi para perusuh itu, ia
sempat berdialog dengan mereka dan meminta maaf, namun ia ditembak, kali ini
mengenai pahanya, ia tersungkur dan diseret pada tiang27, ia masih
hidup dengan nafas tersengal-sengal. Kita tidak tahu pasti, apa yang sedang ia
pikirkan, karena tidak ada literatur yang menceritakan hal itu secara
eksplisit, namun kita hanya bisa menduga-duga. Mungkin ia mulai ketakutan
karena malaikat maut telah berdiri di hadapannya. Tidak ada jalan keluar dari
situasi seperti itu, mungkin ia mulai pasrah menghadapi takdir akibat tugasnya.
Jacob Sahetapy28, Guru Kepala yang berdinas di Saparoea, diminta
untuk berdoa kepada sang Residen dan akhirnya Residen van den Berg ditembak
berulang-ulang hingga tewas29. Sang istri dan kedua anak mereka juga
diseret ke tempat Residen terkapar dan ditembak tidak lama kemudian30.
Kita hanya bisa membayangkan, darah mereka menggenangi lantai benteng, di
tempat-tempat lain, darah juga tercecer karena para pegawai juga terbunuh. Lalu
dimanakah anak tertua Residen, Jean Lubert van den Berg? Mungkin saat mendengar
kekacauan itu, ia berlari dan bersembunyi didalam gudang cengkih yang ada di
dalam benteng. Entah bagaimana kejadian pastinya31, namun faktanya
pada akhirnya ia selamat dari pembantaian terhadap keluarganya di siang itu.
Atas permintaan Salomon Pattiwael dan istrinya, ia kemudian dipelihara dan
disembunyikan di Hutan Rila, Negeri Saparoea selama 6 bulan32. Kita
tidak tahu, apa yang ia lakukan tiap hari dalam persembunyian itu. Yang pasti
ia dirawat oleh Maria33, putri dari Salomon Pattiwael, mungkin pada
hari-hari pertama, ia begitu traumatis menghadapi kejadian yang mengguncang
hidupnya, namun seiring waktu, ia mulai bisa menerima takdirnya. Ia mulai bisa
beradaptasi dengan kehidupan asing di dalam hutan itu. Saat para pemberontak
mulai mencari dirinya di dalam hutan, pastinya rasa takut akan dibunuh seperti
orang tua dan adiknya juga mengguncang dirinya. Kita tidak tahu secara pasti,
bagaimana ia menghadapi semua hal itu selama 6 bulan persembunyiannya.
Di sisi lain,
mungkin saja, ia mendengar usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah asal
orang tuanya untuk menumpas pemberontakan itu. Mungkin juga ia mendengar naik
turunnya usaha penumpasan pemberontakan itu. Tanggal 12 november 181734,
setelah selama hampir 6 bulan, hidup dalam persembunyiannya, akhirnya ia “turun
gunung”. Penumpasan dan penangkapan para pemimpin pemberontakan yang dilakukan
di Tiouw, jadi titik masuknya. Orang tua angkatnya, mengirimkan pesan rahasia
kepada pemimpin kapal perang Evertsen, Quirijn/Qurinius Maurits Rudolph
Verhuell yang sedang berlabuh di Teluk Saparoea, jika ia masih hidup. Di
tanggal itulah, ia kemudian diserahkan kepada Q.M.R. Verhuell dan dibawa ke
Ambon menggunakan kapal perang tersebut. Kita tidak tahu persis bagaimana
perasaan saat ia meninggalkan orang tua angkatnya, apakah ia sedih, bahagia
karena telah lolos dari maut, ataukah ada dendam di hatinya. Yang pasti, di
awal desember 1817, tepatnya 16 desember, ia dihadirkan oleh Arnold Adrian
Buyskes untuk melihat eksekusi mati orang-orang yang telah membunuh ayah, ibu,
dan adik-adiknya. Arnold Adrian Buyskess adalah orang yang dikirim oleh
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Baron van der Cappelen untuk menumpas
pemberontakan, setelah Jacobus Albert Middelkoop dan Nicolaus Engelhard, gagal
total mengatasi keadaan selama 6 bulan pemberontakan. Pertimbangan Buyskess
untuk menghadirkan dirinya, agar dendam pembunuhan keluarganya bisa terbalaskan
dengan melihat eksekusi mati Thomas Matulessia dan rekan-rekannya. Apakah ia dendam,
sedih melihat mata diganti dengan mata, gigi diganti dengan gigi? Apakah itu
yang ada di dalam hati kecilnya? Kita tidak tahu! Atau mungkin ia telah
menerima nasibnya, atau ia mungkin telah memahami alasan kenapa orang tuanya
dibunuh setelah selama 6 bulan ia hidup dalam persembunyian.
Lukisan Quirijn Maurits Rudolph Verhuell (11 Sept 1787 – 10 Mei
1860)
Sumber : Museum Arnhem, collective Verhuell
|
Di bulan maret 181835,
Jean Lubert van den Berg dibawa ke Soerabaia. Ia dibawa dengan kapal perang
Evertsen yang kembali ke pangkalan. Di Soerabaia, ia tinggal dengan kakek dan
neneknya selama beberapa bulan, hingga di akhir tahun itu, ia dikirim ke
kampung halamannya, Belanda36. Di sana, ia tumbuh besar, bersekolah,
dan menikah.
Ia menikah dengan seorang
perempuan Belanda bernama Constance Gerardine Castendijk, kelahiran Dordrect
Belanda 5 januari 181337. Pernikahan ini membuahkan 8 orang
anak :
1.
Jeanetta
Rudolphina Christina van den Berg kelahiran 17 maret 1833 di Velp
2.
Henriette
Hester Constantien Roberta Johana van den Berg kelahiran 8 juni 1837 di Velp,
Belanda
3.
Constance
Gerardine van den Berg kelahiran 5 mei 1840
4.
Jean
Rudolph van den Berg kelahiran 12 mei 1847
5.
Mari
Gerard van Den Berg kelahiran 28 november 1848
6.
Anthoineta
Henrietta Bertha van den Berg Kelahiran 9 november 1851 di Rheden, Belanda
7.
Francois
Cornelie van den Berg kelahiran 24 juni 1857 di Rheden, Belanda
8.
Robertus
Marius van den Berg kelahiran 19 april 1860 di Velp, Belanda38
Di tahun 1875, ia meminta
kepada Staten General (DPR) dan pihak Kerajaan Belanda untuk mempertimbangkan
agar nama familinya (familie naam) ditambahkan. Atas keputusan kerajaan no 7
pada tanggal 8 september 187539, namanya ditambahkan, sehingga
namanya menjadi JEAN LUBERT VAN DEN BERG VAN SAPAROEA.
Istri tercinta diketahui
meninggal pada tahun 1875, dan ia sendiri meninggal di tahun 1892 dalam usia 80
tahun. Keturunannya berbiak dan hingga kini telah mencapai generasi ke-6 dan
semua keturunannya “dengan bangga” memakai nama Van den Berg Van Saparoea.
Van den Berg, Jejaring Keluarga dan
Saparoea
Jejak-jejak Perjumpaan
Hubungan Residen
van den Berg dengan Saparoea untuk pertama kalinya pada tanggal 15 maret 181740,
saat ia dalam perjalanan menuju tempat tugas yang baru. Dalam perjalanan
itulah, ia membawa istri dan ketiga anaknya. 20 maret 1817, ia dilantik menjadi
Residen Saparoea di Benteng Victoria kota Ambon oleh Ketua Komisi Penyerahan
Maluku dari Inggris ke Belanda, Nicolaus Engelhard yang juga adalah pamannya
dari pihak keluarga istrinya41. Keesokan harinya, 21 maret 181742,
dengan kapal perang, ia muncul di teluk saparua diiringi oleh tembakan salvo
dan dentuman meriam menyambut kedatangannya. Beberapa hari kemudian, seluruh
raja, patih, dan orang kaya dari seluruh Pulau Saparua dan Nusalaut hadir di
benteng duurstede atas undangan Residen Inggris untuk menyaksikan upacara serah
terima jabatan dari Residen Inggris ke Residen Belanda, Johanes Rudolph van den
Berg. Sejak saat itulah ia secara resmi memulai tugasnya.
Hubungan awal Van
den Berg dengan Saparoea ini, diperburuk dengan langkah “blunder”. Kesalahan
pertama yang dilakukan adalah, ia menjalankan hukuman cambuk43 pada
golongan yang dalam aturan golongan itu, tidak boleh menerimanya. Hukuman
cambuk dengan rotan hanya diperuntukkan kepada orang pribumi bukan kepada yang
lain44. Biasanya jika orang pribumi melakukan kesalahan, hukumannya
dicambuk dengan rotan, dan orangnya diikat pada sebuah pohon45. Van
den Berg melakukan kesalahan itu, saat ia “mengeksekusi” Anthonij Rhebook dan
Philip Latumahina. Anthonij Rhebook adalah putra dari keluarga terhormat asal
negeri saparoea46, yang juga adalah anggota korps lima ratus47,
bentukan Thomas Stamford Raffles saat pemerintahan interregnum Inggris di
Maluku. Philip Latumahina adalah bekas scriba/juru tulis residen48,
kedua orang ini adalah orang burgher atau orang yang telah dimerdekakan.
Golongan ini menempati strata sosial di atas orang-orang pribumi/asli.
Beberapa hari
sebelumnya, Anthonij Rhebook dan Philip Latumahina, mabuk sageru/saguwer49,
dan memukul Daniel Sorbeck50 hingga jatuh kedalam air. Daniel
Sorbeck tak menerima “penghinaan” ini akhirnya melapor kepada Residen51.
Residen akhirnya menjatuhi hukuman pencambukan dengan rotan, dimana kedua
pelaku dibaringkan di kursi kayu, diikat dan dicambuk52. Hukuman ini
sangat memalukan bagi Anthonij Rhebook dan Philip Latumahina, karena hukuman
model ini hanya diperuntukkan bagi orang pribumi atau budak bukan kepada orang-orang
dari golongan mereka. hal ini menimbulkan dendam “awal” sehingga kedua orang
ini bergabung dengan Thomas Matulessia dalam pemberontakan itu.
Sebagai “PNS” kelas
III53, saat ditunjuk menjadi Residen karena “pengaruh”54 paman
dari pihak istrinya, Johanes Siberg55, ia tak punya pengalaman
apa-apa yang berhubungan dengan pemahaman kondisi masyarakat “Indonesia”
khususnya Pulau Saparoea. Saat menerima tugas ini, dan menempati pos barunya di
Saparoea, ia mulai kesulitan, untuk menjalankan istruksi Nicolaas Engelhard
dalam rangka menyediakan atau perekrutan serdadu Ambon bagi tentara Belanda.
Sangat sedikit anak-anak muda asal pulau Saparoea dan Nusalaut yang menjadi
wilayah tanggungjawabnya menjadi serdadu. Hal ini sangat memusingkan dirinya.
Kesulitan lain yang
dihadapi Residen dalam hubungan dirinya dengan Saparoea adalah, ia harus
mengatasi isu yang berhembus di awal pemerintahannya. Isu tentang pemberhentian
guru-guru sekolah dan “sentralisasi” persekolahan yang hanya diadakan di
Saparoea. Untuk mengatasi isu ini, ia menyurat ke komisaris di Ambon tertanggal
15 april 1817, ia memaparkan kemungkinan terburuk jika isu itu tetap
dilaksanakan, dan ia memutuskan untuk tidak merubah kebijakan yang telah ada.
Namun sayangnya, hal ini tidak diketahui oleh masyarakat pulau saparua dan
nusalaut. Kegagalannya adalah ia tak berhasil meredam isu yang terus berkembang
dalam masyarakat. Hubungan Residen dengan Saparoea terus memburuk. Ia
menghadapi “kekerasan hati” masyarakat Saparoea dengan kekerasan pula. Ia memaksa
dan menuntut agar masyarakat membuat garam untuk pihak gubernemen, selain itu
diadakan sensus penduduk untuk kerja rodi dan pajak, dimana Residen sendiri
turun tangan berkeliling untuk melakukan hal ini. Ia juga sering menghukum
sendiri orang-orang yang dianggap bersalah dengan hukuman cambuk atau ditahan
di “kamar gelap” di dalam benteng.
Tidak sampai 2
bulan sejak ia menempati pos barunya, ia telah menciptakan luka dan dendam di
hati masyarakat saparoea. Ia telah “meramu” bom yang tinggal menunggu waktu
untuk meledak.
Akibat dari
kebijakan sang Residen yang seluruhnya “blunder”, mulai muncul isu-isu tak
sedap. Gosip tentang pemberontakan mulai terdengar dimana-mana. Mungkin saja
Residen telah mendengar isu ini sejak awal, karena ia di kalangan para pemberontak,
terdengar isu bahwa, Patih Haria dan Raja Siri Sori tiap hari bertemu dengan
Residen. Mungkin dalam pertemuan-pertemuan ini, residen mulai menerima laporan
tentang rencana pemberontakan. Namun entah kenapa, residen tidak menganggapnya
sebagai hal yang serius.
10 mei 1817,
seorang Haria bernama Pieter Matheos Souhoka56 datang melapor
pada Residen di Benteng Duurstede, tentang kebencian rakyat Saparoea terhadap
Belanda dan dirinya serta persiapan pemberontakan. Sekali lagi, residen tidak
mempercayainya, bahkan memanggil Raja Nolloth dan Booi untuk “mengcroscek”
informasi ini57. Namun kedua “pembesar” ini membantah
informasi ini. Akibatnya, Pieter Matheos Souhoka dihukum pencambukan dengan
rotan58. Pastilah Residen menghadapi dilema dan bingung karena
menerima dan mendengar informasi yang saling berseberangan. Sekali lagi,
informasi “datang” 2 hari kemudian, istri Raja Nolloth, Nyora Raja datang
bertamu dan menemui istri Residen, keduanya “ngopi bareng”, disaat itulah Nyora
Raja meyakinkan istri Residen bahwa laporan Pieter Matheos Souhoka itu adalah
benar, karena di negerinya pun terlihat para lelaki sering berkumpul dan
mempersiapkan diri untuk memberontak59. Namun anehnya, informasi
inipun tak dipercayai oleh Residen, komandan benteng dan seluruh penghuni
benteng.
Raja Ameth dan Siri
Sori, sebenarnya ingin juga melapor kepada Residen, namun mereka telah
mengetahui jika para pemberontak mengetahui hal ini, maka mereka dan keluarga
akan dibunuh. Untuk menghindari hal ini, keduanya berangkat ke Ambon dan
menemui Gubernur Maluku Jacobus Albert Middelkoop dan Ketua Komisi Penyerahan
Maluku, Nicolaus Engelhard untuk melapor, namun para komisaris ini tidak
mempercayainya. Raja Ameth dizinkan kembali, sedangkan Raja Siri Sori ditahan.
14 mei 1817, di
malam hari kekacauan terjadi di Porto. Residen mendengar hal ini, sehingga di
pagi tanggal 15 mei 1817, ia mengadakan “sidak” sendirian dengan menaiki kuda
dan menuju Porto. Ia sempat singgah di kediaman Patih Haria untuk mendengar
penjelasan kejadian malam sebelumnya. Rakyat yang telah membenci dirinya,
mencari dan berusaha membunuhnya. Menghadapi situasi yang gawat, ia
disembunyikan dan menulis surat kepada komandan pasukannya yang sedang berada
di benteng. Surat ini dibawa oleh 2 orang Haria. Suratnya hanya singkat:
"Sersan datanglah segera dengan dua belas orang bersenjata lengkap untuk
membebaskan saya. Seluruh rakyat berontak. Datanglah segera!" Surat ini diterima
oleh komandan benteng dan mereka bereaksi, sang juru tulis residen, Ornek
bersama beberapa orang menuju Haria untuk menyelamatkan residen, namun
kedatangan mereka disambut tembakan masyarakat. Tangan Ornek kena tembak, dan
ia kembali pulang. Ia kembali lagi ke Haria untuk kedua kalinya, dengan pasukan
yang lebih banyak, namun kali ini ia dihadapi dengan tembak menembak yang
semakin ramai. Melihat situasi yang tidak menguntungkan, ia akhirnya memutuskan
memerintahkan pasukannya untuk kembali ke markas.
Pada sisi lain,
rupanya nasib residen masih beruntung. Thomas Matulessia sang pemimpin
pemberontakan, kemudian menyelamatkan dirinya. Thomas Matulesia memerintahkan
agar Residen dilepas dan diantar kembali ke Benteng. Kita tidak tahu, bagaimana
prosesnya, namun kita bisa membayangkan, sepanjang jalan, Residen mengalami
penghinaan dan ejekan seperti tersangka korupsi. Yang kita tahu, ia berhasil
tiba di benteng, dan segera mempersiapkan seluruh penghuni benteng untuk
menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Saat bersamaan ia menerima laporan
dari Ornek juru tulisnya, dan istrinya. Mereka berdua memberitahukan, jika pada
paginya, mereka telah menyurat ke ambon. Juru tulis mengirimkan surat
kepada Gubernur Maluku, sedangkan istrinya menulis surat kepada Nicolaus Engelhard,
yang juga pamannya. Sang residen juga mengirim surat ke Ambon, namun surat itu
tak berhasil sampai. Orang-orang yang diminta untuk mencari arombai di Paperu,
ditembak sehingga mereka tak kembali lagi ke benteng.
Perjumpaan dan
kontak Residen dengan Saparoea terus berlanjut, di malam hari tanggal 15 mei
1817 itulah, tak disangka-sangka, ia menerima tamu tak terduga. Anthonij
Rhebook dan Philip Latumahina, malam itu berkunjung. Kita hanya bisa
menduga-duga jika Residen pastilah curiga terhadap kedatangan orang ini. Namun
pada akhirnya, ia menerima setelah kedua orang ini “menasehati” agar ia
berhati-hati, bijaksana dan tidak memakai kekerasan dalam menghadapi rakyat.
Sang residen sempat meminta maaf karena pernah menghukum mereka, dan pertemuan
itu “diakhiri” dengan minum-minum. Kita tidak tahu persis berapa lama mereka
bertiga berbincang-bincang dan apa saja yang mereka perbincangkan. Yang kita
tahu selanjutnya adalah, Philip Latumahina malam itu, dizinkan tidur di dalam
benteng, sedang Anthonij Rhebook diminta untuk menyampaikan surat Residen
kepada rakyat Siri Sori, namun “sialnya” surat itu tidak sampai ditujuan yang
diharapkan oleh Residen. Anhonij Rhebook menempel surat residen itu di tiang
pasar Negeri Saparoea.
Jejak perhubungan Van
den Berg dengan Saparoea, mencapai titik akhir di tanggal 16 mei 1817. Seperti
yang kita ketahui, hubungan dan kontak itu berakhir di siang itu. Di siang
itulah, ia, istri, kedua anaknya, dan seluruh pegawai terbunuh. Pada titik
inilah, kontak itu terhenti, namun seperti “sinetron” hubungan ini terus
berlangsung. Kematian sang residen memunculkan hubungan dan kontak baru dalam
konteks yang “lain”. Hubungan baru ini “diciptakan” oleh anaknya yang selamat.
Seperti takdir yang telah diatur. Hubungan baru itu tercipta sejak kematiannya
hingga sekarang ini. Meski kontak dan intensitas hubungan itu tidaklah hanya
melulu bersifat fisik, namun tetaplah selalu terikat sebuah hubungan, meski
keterikatan itu hanya berwujud pada suatu nama… SAPAROEA!
Jejaring Keluarga
Seperti yang
dijelaskan di atas, penunjukan Johanes Rudolph van den Berg sebagai Residen
Saparoea, karena pengaruh keluarga besarnya. Ia direkomendasikan oleh mantan
Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Johanes Siberg (1801-1805) yang juga adalah
paman istrinya. Johanes Siberg merekomendasikan keponakannya itu kepada
Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang baru Baron Godert Alexander Gerard
Philips van Der Capellen (1816-1826)57. Selain itu, pelantikan Residen
dilakukan oleh Nicolaus Engelhard yang juga paman istrinya. Nicolaus Engelhard
bersama Jacobus Albert Middelkoop ditugaskan oleh Gubernur Jenderal van der
Capellen sebagai Komisi Penyerahan Maluku dari Inggris ke Belanda. Jacobus
Albert Middelkoop nantinya dilantik menjadi Gubernur Maluku, sedangkan Nicolaus
Engelhard menjadi Ketua Komisi.
Pengrekomendasian
hingga pelantikan dirinya menjadi Residen, bisa dibilang karena ada unsur
“KKN”. Jejaring keluarga besarnya begitu berpengaruh. Penentuan jabatan,
kedudukan dan promosi, tidak bisa dilepas dari peranan perempuan. Peranan
perempuan dalam hal ini sangat kuat yang dimulai dari hubungan pernikahan. Jean
German Taylor mengkaji hal ini disertai dengan jejaring yang diciptakan oleh
perempuan dalam hubungan yang rumit dan memusingkan. Disebut memusingkan,
karena suatu hubungan, suatu ikatan tercipta lewat pernikahan “keluar masuk”
antara ipar dengan ipar, antara sepupu dengan sepupu, baik dari garis keturunan
laki-laki maupun dari keturunan garis perempuan.
Hal ini juga
terjadi dengan keluarga besar Residen van den Berg. Untuk memahami jejaring
keluarga besar mereka, perlu dibaca secara teliti agar kita mendapatkan konteks
dan titik masalahnya. Untuk itu, pada bagian ini akan diurai tentang keluarga
besar mereka, dari sisi keluarga besar Johanes Rudolph van den Berg maupun
keluarga besar Istrinya, Johana Christina Umbgrove.
Lambang
Keluarga Van den Berg
Sumber
: Familie Van den Berg Van Saparoea |
Berdasarkan
penelusuran, keluarga Johanes Rudolph van den Berg dimulai dari seorang
laki-laki bernama Willem van den Berg (1673-1745)60. Ia lahir
di Enkhuizen North Holland pada tahun 1673 dan meninggal pada 18 april 1745 di
Batavia (Jakarta). Ia menikah dengan seorang wanita bernama Maria Willems61.
Pernikahan ini menghasilkan seorang anak bernama Johannes van den Berg yang
lahir 12 mei 1738 di mocha taizz Yaman62. Tahun kelahiran dan
kematian Maria Willems tidak diketahui. Johannes van den Berg dibaptis
pada tanggal 15 mei 173863, ia menikah dengan Geertruyda van
Bronchorst64. Anak mereka yaitu Johannes Gerardus van den Berg lahir
tahun 176265. Johannes van den Berg meninggal pada 12 februari 1789
di Garut Jawa Barat66. Tahun kelahiran dan kematian Geertruyda van
Bronchorst tidak diketahui. Johanes Gerardus van den Berg
menikah dengan Maria Elisabeth Coert pada tanggal 21 oktober 1786 dan memiliki
4 anak yaitu sang Residen Johanes Rudolph van den Berg yang lahir di Jogjakarta
pada11 oktober 1789 , Anna Louise van den Berg yang lahir tahun 1792 di
Jogjakarta, Arend Florentius van den Berg lahir 13 januari 1793 di Semarang dan
Carel Lodewijk van den Berg lahir 14 september 1798 di Jogjakarta67.
Johannes Gerardus van den Berg meninggal tahun 1842. Istrinya, Maria Elisabeth
Coert lahir tahun 1772 dan meninggal pada tahun 1848. Ayah Residen
yaitu Johannes Gerardus van den Berg adalah Residen Jogjakarta68.
Dari garis ibu sang residen, Maria Elisabeth Coert adalah putri pasangan
Johannes Coert dan Maria Augusta Hack69. Selain Maria Elisabeth
Coert, pasangan ini juga memiliki anak yaitu Wilhelmina Dorothea Coert dan
Joachim Frederik Coert70. Setelah Maria Augusta Hack meninggal,
Johannes Coert menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Anna Faith71.
Dari hubungan ini, maka bisa diterangkan bahwa, Wilhelmina Dorothea Coert dan
Joachim Frederik Coert adalah bibi dan paman sang Residen dari
pihak ibunya, sedangkan Anna Faith adalah nenek tiri sang residen dari pihak
ibu.
Sang Residen,
Johanes Rudolph van den Berg seperti yang dijelaskan di atas, menikah dengan
Johana Christina Umbgrove pada tanggal 18 agustus 1810 di Amsterdam Belanda.
Pernikahan ini menghasilkan 3 orang anak, dan ketiga anak inilah yang
“terlibat” dalam perang Pattimura seperti diceritakan pada bagian sebelumnya.
Keluarga besar
istri Residen, sangat banyak dan “bercabang-cabang” karena itu, perlu diurai
satu persatu, agar kita bisa mengikutinya dengan baik. Uraian pertama akan
dijelaskan dari pihak ayah Johana Christina Umbgrove atau ayah mertua Residen,
dan diikuti oleh uraian dari sisi ibu Johana Christina Umbgrove atau ibu mertua
Residen.
Orang Tua Johana
Christina Umbgrove adalah Jan Lubert Umbgrove dan Constantia Cornelia Alting72.
Constantia Cornelia Alting sendiri adalah putri kedua73 dari
Gubernur Jenderal VOC Willem Arnold Alting yang memerintah 1780-179674.
Pernikahan Jan
Lubert Umbgrove dan Constantia Cornelia Alting menghasilkan 4 orang anak, 2
perempuan dan 2 laki-laki, yaitu Jsabella Umbgrove (Geusau) lahir tahun 1788,
Johana Christina Umbgrove lahir di Tegal 29 April 1791, John Isaac Umbgrove
lahir tahun 1799 dan Johan Lubert Umbgrove lahir 25 juli 180075.
Sebagai tambahan,
sebelum menikah dengan sang Residen, Johana Christina Umbgrove pernah menikah
dengan Gerrit Jan Adolph Haas76.
Keluarga ayah
Johana Christina Umbgrove hanya bisa ditelusuri hingga bermula dari seorang
lelaki bernama Jan Umbgrove (1643-1719)77. Jan Umbgrove (1643-1719)
ini menikah dengan seorang wanita bernama Helena Noeij (1652 - ???)78.
Anak mereka bernama Gerhard Umbgrove (1690-1764)79. Anak mereka
bernama Gerhard Umbgrove (1690-1764) menikah dengan Lucretia Judith Wilbrennick
(1690-1760)80. Ada hubungan “menarik” antara Helena Noeij sebagai
ibu mertua dengan anak mantunya Lucretia Judith Wilbrennick. Hubungan
menarik ini adalah keduanya bersaudara sangat dekat. Helena Noeij adalah bibi
kandung dari Lucretia Judith Wilbrennick, karena ibu Lucretia Judith
Wilbrennick, Johana Noeij (4 Feb 1656 - 18 Jan 1724) adalah adik kandung Helena
Noeij81. Ayah Lucretia Judith Wilbrennick adalah Johanis
Wilbrennick. Jadi bisa dibilang sepupu menikah dengan sepupu. Pasangan Gerhard
Umbgrove dan Lucretia Judith Wilbrennick memiliki anak yang bernama Johan
Umbgrove (1723-1769)82. Johan Umbgrove (1723-1769) selanjutnya
menikah dengan Sibilla Snabelius83. Pasangan ini memiliki 3
anak yaitu : Gerard Umbgrove (5 Des 1754 - ???), Willhelmus Umbgrove (11 Des
1756 – 27 Okt 1838), serta Jan Lubert Umbgrove (17 Sept 1759 – 28 Sept 1826)84.
Jan Lubert Umbgrove inilah yang nantinya menikah dengan Constantia Cornelia
Alting dan memiliki anak bernama Johana Christina Umbgrove, istri sang Residen
itu. Kakak Jan Lubert Umbgrove, Willhelmus Umbgrove diketahui menikah dengan
Sinna Maria Jordens (1757-1828)85.
Seperti diurai di
atas, bahwa pernikahan Jan Lubert Umbgrove dan Constantia Cornelia Alting
menghasilkan 4 orang anak yang salah satunya adalah istri residen. Sebelum kita
mengikuti uraian kelurga besar dari pihak ibu Johana Christina Umbgrove, ada
baiknya kita mengurai dulu tentang keluarga saudara-saudara Johana Christina
Umbgrove. Kakak tertua Johana Christina Umbgrove adalah Jsabella Umbgrove / von
Geussau (1788-1854) – karena menikah dengan Geussau- menikah dengan
Willem Arnold Alting Lamoraal von Geussau ( 2 Nov 1783 – 7 Nov 1855)86.
Pasangan ini memiliki 2 orang anak yaitu Pieter Gerard von Geussau (15 Jan 1800
– 15 Jun 1882) dan Jeanne Lubertina von Geusau yang lahir tahun 181687.
Orang tua Willem Arnold Alting Lamoraal von Geussau adalah Lamoraal von Geussau
dan Wilhelmina von Geussau88.
Pieter Gerard
von Geussau (15 Jan 1800 – 15 Jun 1882) menikah dengan 2 wanita yaitu Theodora
Jordens (13 Agust 1809 – 08 Jul 1838)89 serta Dorothea Helena
Catharina de Raas90.
Dengan Theodora
Jordens, Pieter Gerard von Geussau memiliki 2 anak yaitu Willem Arnold
Christian Alting von Geussau (1836 -1885) serta Coenrad Alexander von Geussau (
3 Januari 1838 - ???)91. Sedangkan dengan istri keduanya, Pieter
Gerard von Geussau tidak memiliki anak.
Jeanne Lubertina
von Geusau (1816 - ???) menikah dengan Willem Constant van Reede van Oudtshoorn
dan memiliki anak yang diberi nama Isabella Cornelia Sybilla Henrietta
Wilhelmina van Reede van Oudtshoorn lahir pada 8 Juni 183792.
Adik Johana
Christina Umbgrove yaitu Jhon Isaac Umbgrove (1799 – 7 Jun 1844) diketahui
menikah dengan Maria Theressa Lamberthina Rosalie Cazin93. Adik
bungsu Johana Christina Umbgrove, Johan Lubert Umbgrove ( 25 Jul 1800 – 27 Feb
1859) diketahui menikah dengan wanita bernama Elisabeth Tjeenk (1805 – 1898)94.
Setelah kita
mengikuti uraian keluarga dari pihak ayah Johana Christina Umbgrove, giliran
kita mengikuti uraian keluarga dari pihak ibu Johana Christina Umbgrove yaitu
Constantia Cornelia Alting. Constantia Cornelia Alting adalah putri kedua dari
Willem Arnold Alting yang merupakan Gubernur Jenderal VOC. Orang tua Constantia
Cornelia Alting adalah Willem Arnold Alting (11 Nov 1724 – 7 Jun 1800) dan
istrinya Hendrina Maria Knabe (??? – 1774)95. Pasangan ini memiliki
2 anak yaitu Pieternella Gerhardina Alting (3 Mei 1757 – 20 Jan 1818) dan
Constantia Cornelia Alting (1770 – 1840)96.
Pieternella
Gerhardina Alting (3 Mei 1757 – 20 Jan 1818) ini sebelum menikah dengan Johanes
Siberg, pernah menikah dengan Samuel Jan Abeleven97. Kita tahu,
Johanes Siberg adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah sejak
1801-1805. Saat ayah mertuanya Willem Arnold Alting menjadi Gubernur Jenderal
VOC (1780 – 1796), ia menjadi Direktur Jenderal Perdagangan, orang nomor dua
dalam lingkar kekuasaan ayah mertuanya. Jadi Johana Christina Umbgrove, istri
residen itu bisa dikatakan adalah keponakan Johanes Siberg, sehingga Johanes
Rudolph van den Berg secara otomatis adalah keponakannya juga. Dari hubungan
ini, kita bisa tahu dasar penunjukan Van den Berg menjadi Residen Saparoea.
Willem Arnold
Alting menikah 2 kali yaitu dengan Hendrina Maria Knabe dan Susana Maria Grebel
namun tak memiliki anak98. Susana Maria Grebel adalah janda Huijbert
Jan Carel Anthonij Senn van Bassel99, orang berpengaruh lainnya
dalam kekuasaan VOC atau pemimpin klan Senn van Basel. Kita perlu “berhenti”
sebentar pada informasi ini, karena jika kita terus menelusuri siapa Susana
Maria Grebel, maka kita akan “tersesat” dalam “rimba” jejaring keluarga yang
semakin rumit. Wanita ini “menciptakan” jejaring keluarga dan “menarik serta
mengikat” hubungan keluarga karena pernikahannya dengan orang berpengaruh
layaknya sebuah dinasti bangsawan di masa itu.
Keluarga Willem
Arnold Alting bisa ditelusuri hingga ke kakek buyutnya yaitu Hendrik Alting
(1630 - ???)100. Hendrik Alting (1630 - ???) ini menikah dengan
wanita bernama Gesina Brauw (1630 - ???)101. Anak yang lahir dari
pernikahan ini adalah Willem Alting (1658 – 29 Jan 1721)102. Willem
Alting (1658 – 29 Jan 1721) diketahui menikah dengan 3 wanita yang bernama Clara
Bartels (??? – 7 Nov 1686), Anna Rijpama (??? – 10 Agust 1690),
serta Johana Christina van Leenhoof (28 Jan 1668 – 22 Jul 1756)103.
Pernikahan Willem Alting dengan Clara Bartels tidak menghasilkan anak,
sedangkan dengan Anna Rijpama hanya memperoleh 1 anak yang meninggal di usia
muda yaitu Hendrik Alting (17 Mar 1690 – 13 Mei 1690)104. Sedangkan
dengan istri ketiga, ia memperoleh 5 anak yaitu Gerhardus Alting I (27 Agust
1692 – 2 Nov 1692), Gerhardus Alting II (1 Apr 1694 – Des 1755), Bernhardus Alting
(27 Des 1695 – 8 Jun 1780), Anna Geertruijda Alting (17 Agust 1697 – ???) serta
Christina Maria Alting (6 Juli 1702 - ???)105. Johana Christina van
Leenhoof (28 Jan 1668 – 22 Juli 1756) merupakan putri dari Gerardus van
Leenhoff dan Christina Sithart106
Gerhardus Alting II
(1 Apr 1694 – Des 1755) menikah dengan Fockelina Blencke (12 Apr 1698 – 5 Feb
1755)107 yang merupakan putri dari Gerrit Blencke dan Bouwina
Huisman108, saudara lelaki Fockelina Blencke adalah Abraham Blencke
(5 Agust 1695 - ???)109
Leluhur Fockelina
Blencke bisa di telusuri dari pihak ibunya hingga ke lelaki bernama Johan
Huisman yang lahir sekitar 1552110.
Pernikahan
Gerhardus Alting II dengan Fockelina Blencke pada 23 Feb 1723 dan memperoleh 3
orang anak yaitu Willem Arnold Alting (11 Nov 1724 – 7 Jun 1800), Johana
Christina Alting (14 Okt 1725 – 1765) dan Maria Alting (1733 - 1817)111.
Sebelum kita
mengurai tentang keluarga Willem Arnold Alting, mungkin ada baiknya kita
menjelaskan sedikit tentang keluarga adik-adiknya.
Adik Willem Arnold
Alting, Johana Christina Alting menikah dengan Isaac Pieter Velingius dan
memperoleh 5 anak yaitu Wilhelmus Velingius (18 Agust 1746 - ???), Gerhardina
Fockelina Velingius, Ulrich Cornelius Velingius, Abdiaz Eliza Velingius dan
Willem Arnold Velingius112. Adik W.A. Alting yang lain, Maria Alting
menikah dengan Nicolaas Engelhard II (1733 – 1765)113 dan
memperoleh 2 anak yaitu Gerardina Fockelina Engelhard (1758 – 1838) dan
Nicolaas Engelhard III (1 Des 1761 – 31 Mei 1831)114.. kakek dan
nenek dari Nicolaas Engelhard III adalah Nicolaas Engelhard I dan Arnoldina
Leyendecker115.
Nicolaas Engelhard
(III) inilah yang menjadi Ketua Komisi Penyerahan Maluku ke Belanda dan
melantik Van den Berg menjadi residen. Dari hubungan persaudaraan ini, kita
bisa melihat bahwa Nicolaas Engelhard adalah keponakan Willem Arnold Alting
yang berarti bersepupu dengan Constantia Cornelia Alting, sehingga Johana
Christina Umbgrove adalah keponakan Nicolaas Engelhard.
Nicolaas Engelhard
nantinya akan menikah dengan Maria Wilhelmina Mersen Senn van Bassel yang
memiliki hubungan keterikatan dengan Susana Maria Grebel, yang menikah dengan
Willem Arnold Alting seperti di ceritakan diatas.
Seperti diceritakan
diatas, bahwa Willem Arnold Alting menikah 2 kali, yaitu dengan Hendrina Maria
Knabe dan Susana Maria Grebel. Sebelum menikah dengan Willem Arnold Alting,
Susana Maria Grebel (Apr 1736 – 4 Feb 1779) menikah dengan Huijbert Jan Carel
Anthonij Senn van Bassel (26 Feb 1710 – 23 Mar 1770). Siapa Susana Maria Grebel
dan Huijbert Jan Carel Anthonij Senn van Bassel?
Susana Maria Grebel
adalah putri dari Benjamin Grebel dan Susana van Macasar116.
Sedangkan
Huijbert Jan Carel
Anthonij Senn van Bassel merupakan putra dari Anthonij Willhelmus Senn van
Bassel (???? – 27 Apr 1804)117. Anthonij Willhelmus Senn van Bassel
(???? – 27 Apr 1804) menikah dengan 3 orang istri yaitu Catharina Vingerhoed,
Maria Catharina Fabre dan Margaretha Bernadina de Lille (???? – 17 Jul
1769)118. Catharina Vingerhoed, Maria Catharina Fabre tak
memiliki anak. Sedangkan dengan Margaretha Bernadina de Lille, memiliki 6 orang
anak yaitu :
1.
Huijbert Jan Carel Anthonij Senn van Bassel (26 Feb 1710 – 23 Mar
1770)
2.
Willem Anthonij Mersen Senn van Bassel (17 Okt 1757 - ????
3.
Willem Elisa Mersen Senn van Bassel (13 Mar 1760 - ???)
4.
Hendrik Carel Anthonij Senn van Bassel (8 Okt 1761 - ???)
5.
Abraham Catharinus Senn van Bassel (7 Apr 1765 - ???
6.
Christhina Johana Senn van Bassel (16 Sept 1766 - ???)119
Seperti ayahnya,
Huijbert Jan Carel Anthonij Senn van Bassel juga menikah dengan 3 orang istri
yaitu : Titia Cunnegouda Schiphorst, Soetje Sara Cloot (22 Nov 1722 – 11 Feb
1769) dan Susana Maria Grebel120. Dengan Soetje Sara Cloot, mereka
memiliki 8 anak yaitu :
1.
Willem Adrian Senn van Bassel (12 Mar 1755 – ???)
2.
Librecht Senn van Bassel (1758 – 6 Des 1790)
3.
Philipina Maria Theodora Senn van Bassel (1765 - ???)
4.
Willem Otto Senn van Bassel
5.
Johan Pieter Senn van Bassel
6.
Cornelia Magdalena Senn van Bassel
7.
Huybert Jan Carel Senn van Bassel
8.
Anna Jacoba Senn van Bassel121
Dengan Titia
Cunnegouda Schiphorst dan Susana Maria Grebel, Huijbert Jan Carel Anthonij Senn
van Bassel tak memiliki anak.
Seperti ingin
“mengalahkan record” ayahnya, Willem Adrian Senn van Bassel menikah dengan 6
orang istri.
a) Dengan Anna Maria Hororeman (14 Sept 1751
– 9 Mei 1788)122 :
§ Johana
Susana Senn van Bassel (6 Sept 1775)
§ Huibert
Librect Senn van Bassel (6 Jul 1777)
§ Librecht
Senn van Bassel (17 Mar 1780)
§ Wouter
Carel Senn van Bassel (23 Nov 1781)
§ Anthonij
Wilhelmus (10 Agust 1783)
§ Jacobus
Leonardus Mersen Senn van Bassel (31 Agust 1785)
§ Philipina
Maria Theodora Senn van Bassel123
b) Dengan
Ida Adriana Helena Wiese (1759 – 1791)124
§ Wilhelmina
Adriana Mersen Senn van Bassel (18 Agust 1790 – 16 Mar 1866)125
c) Dengan
Theodora Jacoba van Riemsdijk (1 Mar 1775 – 12 Mei 1815)126
§ Willhelmina
Henriette Baud Senn van Bassel (23 Okt 1789)
§ Sara
Catharina Senn van Bassel (24 Apr 1797)
§ Mathijs
Adrian Senn van Bassel127
d) Dengan
Jacoba Dorothea Craan128
§ Tak
memiliki anak
e) Dengan
Racla. N.N129
§ Willhelmina
Hendrika Senn van Bassel
§ Anna
Carolina Senn van Bassel130
f) Dengan
Susana Maria Grebel131
§ Maria
Wilhelmina Mersen Senn van Bassel (28 Mei 1770 – 27 Des 1822)132
(orang inilah yang menikah dengan Nicolaas Engelhard)133
NB: Susana Maria
Grebel di bagian ini, tidak sama orangnya dengan istri Huijbert Jan Carel
Anthonij Senn van Bassel dan Willem Arnold Alting.
Kita kembali ke
keluarga Johanes Siberg. Johanes Siberg yang merupakan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda, adalah suami kedua dari Pieternela Gerhardina Alting. Sebelum menikah
dengan Johanes Siberg, Pieternela Gerherdina Alting menikah dengan Samuel Jan
Abeleven (29 Agust 1745 – 2 Mar 1776)134. Pernikahan ini
menghasilkan seorang anak yang bernama Hendrina Maria Abeleven (Oktober 1775).
Samuel Jan Abeleven adalah anak dari Gubernur Maluku di masa VOC yaitu Abraham
Abeleven berkuasa tahun 1755 – 1757135.
Ia kemudian menikah
lagi dengan Johanes Siberg (14 Okt 1740 – 18 Jun 1817). Pernikahan ini
menghasilkan 2 anak laki-laki yaitu : Willem Arnold Alting Siberg (1778 – 1808)
dan Pieter Gerhart Siberg (1785)136. Willem Arnold Alting Siberg
menikah dengan Margueritta Jacoba van der Hoeven (1776 - 1816) pada tanggal 26
mei 1799 dan memperoleh anak Johanis Willem Siberg (23 Mar 1800 -??? ), Martha
Maria Johana Adriana Willem Siberg (20 Agust 1801 - ), Martha Maria Jacoba
Adriana Alting Siberg (1802), Pierre Gerard Willem Siberg (25 Feb 1803 - ),
Francoise Catharine Emilie Elise Alting Siberg (11 Agust 1808 -???)137.
Sedangkan Pieter
Gerhart Siberg menikah dengan 2 wanita yaitu Johana Sara Limburg Stirum/
Countes of Siberg– karena menikah dengan Siberg (2 Nov 1786 – 22 Mar 1849) –
dan Anna Maria Reijnst/Reynst (1793)138. Pernikahan dengan Johana
Sara Limburg Stirum tidak menghasilkan anak, sedangkan dengan Anna Maria
Reijnst/Reynst memperoleh seorang anak yang bernama Charles Francois Siberg139
Kedua istri Pieter
Gerhard Siberg adalah bersaudara sepupu, karena ibu dari Johana Sara Limburg
Stirum dan ayah dari Anna Maria Reijnst/Reynst adalah adik dan kakak kandung.
Hubungannya seperti ini, Kakek dan Nenek dari mereka berdua adalah Pieter
Hendrik Reijnst/Reynst(4 agustus 1723 – 26 mei 1769) dan Johana Sara Bicker (6
Des 1731 – 13 Aprl 1801)140. Pasangan ini memiliki 2 anak yaitu,
Johana Sara Reijnst/Reynst (9 Mei 1762 – 29 Mei 1837) dan Pieter Hendrik
Reijnst (yunior - 20 Mei 1767 – 27 Feb 1832)141. Johana Sara
Reijnst/Reynst menikah dengan Samuel Jhon Graff van Limburg Stirum (11 Feb 1754
– 20 Jul 1824)142, dan salah satu anak mereka adalah Johana Sara
Limburg Stirum. Sedangkan Pieter Hendrik Reijnst/Reynst menikah dengan 2 wanita
yaitu Susana Ignatia Radermacher dan Susana Maria Sperling143.
Pernikahan dengan Susana Ignatia Radermacher memperoleh 2 anak yang salah
satunya adalah Anna Maria Reijnst/Reynst, sedangkan pernikahan dengan Susana
Maria Sperling tidak memperoleh anak.
Kakek Anna Maria
Reijnst/Reynst dan Johana Sara Limburg van Stirum yaitu Pieter Hendrik
Reijnst/Reynst jika ditelusuri sampai jauh keatas/kebelakang adalah keturunan
dari salah satu adik Gubernur Jenderal VOC ke -2 yaitu Gerard Reynst/Reijnst
(1614-1615)144, sang pengganti Gub Jenderal VOC pertama Pieter Both.
Setelah kita
“melalang buana” di jejaring keluarga besar Van den Berg, kita kembali ke
keturunan Van den Berg. Seperti yang telah ditulis pada bagian sebelumnya,
Johanes Gerardus van den Berg (ayah residen) dan Maria Elisabeth Coert (ibu
residen) memiliki 4 anak yaitu :
1.
Johanes Rudolh van den Berg (Jogja 11 Okt 1789 – Saparoea, 16 Mei
1817)
2.
Anna Louise van den Berg (Jogjakarta ,1792 – Passy Perancis, 8
Agust 1825)
3.
Arend Florentius van den Berg (Semarang 13 Jan 1793 – ?)
4.
Carel Lodewijk van den Berg (Jogjakarta 14 Sept 1798 – Jogja, 1873)
Keturunan Anna
Louise van den Berg. Anna Louise van den Berg pertama kali menikah dengan
Robbert Christian D’Abo pada tahun 1806 di Surabaya145. Pasangan ini
memiliki 3 anak yaitu :
1.
Roberth Douglas D’Abo ( Batavia, 7 Mei 1815 – ?)
2.
Gerard Louis D,Abo (Surabaya, 13 Jul 1819 – Arnhem, 13 Okt 1905)
3.
Arend Cornelis Florentinius Anne H. D’Abbo (Padang, 1823)146
Robert Christian
D’Abo adalah putra dari Erland Nicolai D’Abo dengan Elisabeth Douglas147.
Anna Louise van den Berg kemudian menikah lagi dengan Huibert Gerard Nahuys
pada 12 september 1824 di Jogjakarta. Huibert Gerard Nahuys adalah Resident
Jogjakarta dan putra dari Petrus Cornelis Nahuys dan Catharina De Saintamand148.
Keturunan Arend
Florentius van den Berg. Arend Florentius van den Berg menikah dengan Cornelia
Maria D’Abo pada 27 januari 1814 di Batavia. Cornelia Maria D’Abo adalah putri
dari Erland Nicolai D’Abo dengan Elisabeth Douglas atau adik perempuan dari
Robert Christian D’Abo149. Pasangan ini memiliki 7 anak yaitu:
1.
Carel Hoorns van den Berg. Ia menikah dengan Anna Francina
Landtehr tahun 1835 di Padang
2.
Jan van den Berg (Batavia, 7 Mei 1815 – ?)
3.
Anna Louisa Florentina van den Berg (Padang, 17 Sept 1820 – ?).
Ia menikah dengan Gerardus Elbertus Tolsma dan Henrij Burnabij Lautier di
Padang pada 20 Apr 1837
4.
Douglas van den Berg (Padang, 1827 – ?)
5.
Willem van den Berg (Padang, 1832 – ?)
6.
Anna Jacoba van den Berg (Padang, 13 Feb 1833 – ?)
7.
Carel Hendrik van den Berg (Padang, 26 Sept 1836 – ?)150
Keturunan Carel
Lodewijk van den Berg. Carel Lodewijk van den Berg menikah dengan Maria
Magdalena Baumgarten pada 24 Maret 1830 di Jogjakarta151. Anak
mereka adalah:
1.
Lodewijk Gerard Florentius Rudolph Willem Christian. van den Berg
(Jogja, 29 Des 1830 – ?). Ia menikah dengan Celestina Helena Gaebel pada 7
Agust 1865 di Jogja. Helena Gaevel adalah putri dari Fredrich Christian Gaebel
dan Samirah, seorang wanita Jawa.
2.
Catharina Emelia Magdalena van den Berg (Jogja, 9 Mar 1835 – ?).
ia menikah dengan Lambertus Petrus Justinianus Louwaars pada 5 Jun 1863 di
Jogja. Orang tua Lambertus adalah Johanes Cornelis Louwaars dan Petronella
Jacoba van Zitter
3.
Otto Arends van den Berg (Jogja, 27 Mei 1836 – ?). ia menikah
dengan Anna Sophia Carolina Pennekamp pada 8 juli 1873 di Jogja. Anna adalah
putri dari Bernhard Pennekamp dan Adriana Gerardina Dorothea Keidel
4.
Willhemina Dorothea van den Berg (Jogja, 5 Jan 1839 – ?)
5.
Willhelmus Johanes Ernst van den Berg (Jogja, 25 Sept 1839 – ?)
6.
Robbert Christian Nicolai van den Berg (Jogja, 1 feb 1841 – ?)
7.
Maria Elisabeth van den Berg (Jogja, 7 Nov 1842 – ?)
8.
Willem van den Berg (Jogja, 16 Jan 1844 – ?)
9.
Carel Lodewijk George van den Berg (Jogj, 2 Jan 1846 – Jogja, 14
Des 1916). Ia menikah dengan Maria Marinten152
Keturunan Johanes
Rudolph van den Berg (Residen Saparoea). Ia menikah dengan Johana Christina
Umbgrove. Anak-anak mereka adalah:
1.
Johanes Lubert (Jean Lubert) van Den Berg (Jogja, 3 Feb 1812 –
Velp, 1892)
2.
Johanes Gerardus van Den Berg (Jogja, 6 Des 1813 – Saparoea, 16
Mei 1817)
3.
Johanes Rudolp van Den Berg (Jogja, 23 Agust 1815 – Saparoea 16
Mei 1817)
Johanes Lubert
(Jean Lubert) van den Berg menikah dengan Constance Gerardine Castendijk.
Anak-anak mereka adalah :
1. Jeanetta Rudolphina Christina van den Berg (Velp 17 Mar 1833 –
Dordrecht, 7 Des 1870). Ia menikah dengan Johanes Carel den Bandz pada 19
agustus 1859 di Velp.
2. Henriette Hester Constantien Roberta Johana van den Berg (Velp 8
Juni 1837 – ?) ia menikah dengan Florentin Charles Dufour pada 29 Apr 1858 di
Rheden
3. Constance Gerardine van den Berg (Velp 5 Mei 1840 – ?) ia
menikah dengan Marie Francois Jacques Phaff pada 17 oktober 1860 di Rheden
4. Jean Rudolph van den Berg (12 Mei 1847 – ?) ia menikah dengan
Emma Pauline Bogaert
5. Marie Gerard van den Berg (Velp 28 Nov 1848 – ?). ia menikah
dengan Adriana Theodora Schuurboque Boeije pada 6 Mar 1879 di Utrecht
6. Anthoineta Henrietta Bertha van den Berg (Rheden 9 Nov 1851 – ?).
Ia menikah dengan Henry Louis Boogard pada 28 Nov 1872 di Velp
7. Francoise Cornelie van den Berg (Rheden 24 Jun1857 – ?). Ia
menikah dengan Albert Johan Jacob Baron van Styrum pada 29 Apr 1879 di Velp
8. Robertus Marius van den Berg (Velp 19 April 1860 – ?)
Anak-anak Jean
Rudolph van den Berg dengan Emma Pauline Bogaert adalah:
1. Constant.J.G.L.van den Berg van Saparoea (Den Bosch, 14 Jun 1874
). Ia penulis Herinneringen mijneur jeugd, 1942 tentang kisah
hidup kakeknya Jean Lubert van den Berg van Saparoea
2.
Paul.J. van den Berg van Saparoea (Venlo, 26 Apr 1877)
3.
Rudolph.J. van den Berg van Saparoea (Venlo, 14 Jun 1878)153
Anak Marie Gerard
van den Berg dengan Adriana Theodora Schuurboque Boeije adalah:
2.
Raymond.P.J. van den Berg van Saparoea (Terborg, 26 Apr 1883)
3.
Henriette C. van den Berg van Saparoea154
Jejaring Keluarga
dan Kekuasaan
1.
Ayah Residen, Johanes Gerardus van den Berg adalah Residen
Jogjakarta
2. Ayah mertua Residen atau ayah dari istrinya, Jan Lubert Umbgrove
adalah Residen Tegal dan Cirebon155
3. Paman Residen dari keluarga istrinya, Nicolaas Engelhard adalah
Gubernur Pantai Timur Laut Jawa, yang kemudian menjadi Ketua Komisi Penyerahan
Maluku dari tangan Inggris ke Belanda. Saat menjadi Gubernur Pantai Timur Laut
Jawa inilah, salah satu “bawahannya” Jacobus Albert Middelkoop atas perintah
dirinya, mengumpulkan berbagai bahan tentang sejarah Jawa. Bahan-bahan yang
dikumpulkan oleh Middelkoop inilah, yang dijadikan sumber utama Thomas Stamford
Raffles untuk menyusun karya terbesarnya “History of Java”
4. Paman Residen dari keluarga istrinya, Johanes Siberg adalah
Gubernur Jendral Hindia Belanda (1801 – 1805). Atas rekomendasi Johanes Siberg,
maka Van den Berg bisa menjadi Residen. Selain itu, Johanes Siberg pernah
menjadi Gubernur Pantai Timur Laut Jawa156, sebelum Nicolaas
Engelhard menduduki jabatan itu. Ia juga adalah Direktur Jenderal Perdagangan
di masa Willem Arnold Alting menjadi Gubernur Jenderal VOC.
5. Kakek mertua Residen, atau kakek dari istrinya adalah Willem
Arnold Alting Gubernur Jenderal VOC (1780 – 1796)157
6. Salah satu sepupu Nicolaas Engelhard yaitu, Peter Engelhard adalah
Minister Jogjakarta158, yang berkuasa di masa pemerintahan Willem
Herman Daendels, dan “penentang” mega Project Jalan Anyer ke Panarukan milik
Daendels .
7. Mantan ayah mertua dari bibi istri Residen adalah Abraham
Abeleven, Gubernur Maluku (1755 – 1757)
8. Keturunan keluarga bibi istrinya, yaitu ibu mertua dari Piter
Gerhart Siberg, Susana Ignatia Radermacher adalah salah satu anak dari JCM.
Radermacher, pendiri Bataviasch Genootschap van Kunsten en Wettenschapen atau
Royal Batavian of arts and Sciences Batavia, lembaga masyarakat ilmu
pengetahuan dan seni Batavia159
9. Keturunan keluarga bibi istrinya, menghubungkan keluarga mereka
dengan keturunan keluarga Gerard Reijnst/Reynst, Gubernur Jenderal VOC ke – 2 .
10.
Kerabat keluarga istri Residen yaitu Huijbert Jan Carel Anthonij
Senn van Bassel adalah anggota Raad van Indie bersama Willem Arnold Alting saat
Gubernur Jenderal VOC Petrus Albert van Der Parra (1761-1775)160
11.
Istri Willem Adrian Senn van Bassel, Theodora Jacoba van Riemsdijk
adalah cucu dari Jeremias van Riemsdijk (garis ayah) yang merupakan anggota
Raad van Indie VOC161, sedangkan dari garis ibu, Theodora Jacoba van
Riemsdijk adalah cucu dari Jacobus Johanes Craan yang juga anggota Raad van
Indie VOC162. Anak Willem Adrian Senn van Bassel dan Theodora Jacoba
van Riemsdijk yaitu Willhelmina Henriette Baud Senn van Bassel adalah istri Gubernur
Jendral Hindia Belanda Baron Jean Chriten Baud yang memerintah 1834 – 1836163
12.
Adik Residen, yaitu Anna Louise van den Berg adalah istri Residen
Jogjakarta
Dari hubungan
pernikahan yang “rumit” inilah, seorang Susana Maria Grebel “menarik” dan
menciptakan jejaring keluarga. Ia “menarik” keluarga Alting, van Riemsdijk,
Craan, Siberg, Engelhard, Van den Berg kedalam sebuah dinasti berpengaruh.
Penutup
Hidup dan mati
adalah takdir kemanusiaan. Kita lahir dan pada akhirnya akan berujung pada
sebuah kematian. Namun kematian juga bisa melahirkan sebuah kehidupan yang
baru. Seperti pada artikel ini, kematian pada satu titik, melahirkan
“kehidupan” yang lain. Seorang Jean Lubert van den Berg van Saparoea “bangkit”
dari kematian dan memulai kehidupan yang “baru”. Kehidupan tanpa orang tua dan
adik-adiknya. Kehidupan yang dijalani dengan segala kenangan pahit, menyakitkan
yang terus beriring. Meski penuh dengan kenangan pahit, kenangan pahit itu ia
“formulasikan” dengan cara baru164, meski cara baru itu bukan hal
baru. Mungkin penambahan namanya dengan nama tempat yang menjadi kenangan masa
kecilnya adalah bagian dari ia berdamai dengan masa lalu, atau bisa juga
pengingat kepada generasi berikutnya, terkhusus kepada keturunannya, jika ia
pernah mengalami pasang surut sebuah nafas keduniaan. Pada akhirnya, kita juga
bisa belajar, meski hidup sepahit apapun, hidup haruslah tetap berjalan,
kehidupan harus tetap dipertahankan dan dijalani sampai takdir menentukan titik
akhir.
Penelusuran dan
“pengembaraan” dalam labirin keluarga besar Van den Berg Van Saparoea, membuat
penulis merasa “cemburu”. Bukan pada kekuasaan yang mereka miliki, tapi pada
rapi dan terawatnya pencatatan suatu silsilah dan data. Sumber-sumber yang
dijadikan dalam referensi pencatatan itupun sangat kuat, karena berasal dari
arsip-arsip kelahiran, pembaptisan, pernikahan, kematian dari gereja, “catatan
sipil”, dari karesidenan, kontrelaur dan lain-lain.
Pada noktah ini,
penulis berasumsi bahwa mungkin saja, orang-orang Negeri Saparua semuanya
saling berhubungan dan terikat. Sayangnya kita tidak tahu “dasar dan alasan”
kita terhubung karena fakta dan data tidak tersedia atau tidak lengkap. Dari
sisi penulis, silsilah keluarga penulis hanya bisa terlacak pada tahun 1870an,
sangat jauh berbeda dengan keluarga Van den Berg yang bisa ditelusuri hingga
tahun 1500an. Mungkin dari sini, kita bisa mengambil manfaat, agar silsilah
keluarga haruslah dicatat dengan baik. Itu akan sangat bermanfaat pada generasi
berikutnya. Begitu juga hal ini bisa dilakukan pada arsip-arsip negeri,
pencatatan, perawatan dan pemeliharaan dengan cara yang baik akan sangat
bermanfaat nantinya. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dalam hal-hal
kesejarahan maupun kehidupan sehari-hari. Sebagai manusia yang penuh
keterbatasan, tentunya artikel ini tidaklah dan tidak akan pernah sempurna.
Pengkoreksian dan penambahan informasi, sangat diperlukan untuk melengkapi dan
menambah wawasan kita dalam memahami sebuah sejarah dan kehidupan. Semoga!
Catatan Kaki
1. Jean German Taylor : The Social World of Batavia : Europeans and
Eurasians in Colonial Indonesia, Universitas of Wisconsin Press, 1983
2.
C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur
jeugd, 1942
3. C.J.G.L Van den Berg van Saparoea : De tragedie op het
einlad saparoea in het jaar 1817 tijdens dens opstand in de Molukken, 1946
4.
C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur
jeugd, 1942
5.
5-9. Idem
6.
www.atlasofmutualheritage.nl>Fort Duurstede
8.
17. https://satumaluku.com>
2015/11/24 sejarah singkat Benteng Duurstede Saparua
10.
19. ibid
11.
20. www.atlasofmutualheritage.nl>Fort Duurstede
12.
21-24. Idem
13.
25. Djoko Soekiman : Kebudayaan Indies
15.
C.J.G.L Van den Berg van Saparoea : De tragedie op het
einlad saparoea in het jaar 1817 tijdens dens opstand in de Molukken, 1946
16.
27. Idem
17. 28. P.J.M. Noldus : The Pattimura Revolt of
1817, its causes, course and consequences, A Thesis of master of arts
history in University Canterbury, 1984
18.
29-30. Idem
19.
31. C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen
mijneur jeugd, 1942
20.
P.J.M. Noldus : The Pattimura Revolt of 1817, its causes,
course and consequences, A Thesis of master of arts history in
University Canterbury, 1984
21.
Menurut kajian tesis Noldus, ada 2 versi “drama” penyelamatan Jean
Lubert van den Berg. Berdasarkan Herinneringen mijneur jeugd karya C.J.G.L,
van den Berg van Saparoea yang menulis atas catatan yang dibuat oleh Pattiwael,
menyatakan bahwa saat malam tanggal 16 mei 1817, para penduduk datang untuk melihat
benteng Duurstede, Jean Lubert mengangkat kepala dan berteriak : “Goea belon
mati”. Salah seorang wanita kemudian membawa Jean Lubert kepada Thomas
Matulesia. Ada 2 reaksi yang diperlihatkan oleh Thomas Matulessy. Yang pertama,
ia menyatakan saat melihat anak kecil itu hidup, ia berkata bahwa : Tuhan
bermaksud agar anak ini tetap hidup, sehingga anak ini tak boleh dibunuh.
Reaksi kedua, Salomon Pattiwael dan istrinya meminta agar anak ini dipelihara
dan Thomas berkata : tra verdoeli, ambil babi putih itu.
22.
32. C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen
mijneur jeugd, 1942
23.
33. C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen
mijneur jeugd, 1942
24. Maria sebenarnya adalah putri dari Sersan “bombardier” Verhagen
dengan wanita pribumi, hasil kumpul kebo. Namun telah dianggap sebagai putri
Salomon Pattiwael. Maria inilah yang menjaga Jean Lubert di hutan Rilla, di
tahun 1882, ia diketahui masih hidup dan berusia 86 tahun
25.
34. C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen
mijneur jeugd, 1942
26.
C.J.G.L Van den Berg van Saparoea : De tragedie op het
einlad saparoea in het jaar 1817 tijdens dens opstand in de Molukken, 1946
27.
Q.M.R. Verhuell : Herinnering aan een reis naar
Oost-Indie, 1835
28.
35. C.J.G.L, van den Berg van Saparoea : Herinneringen
mijneur jeugd, 1942
29.
36-37. Ibid
31.
www.geni.com>people>Johanes Lubert van den Berg van
Saparoea (1812-1892)
32.
38. Ibid
33.
39. http://bergsap.home.xs4all.nl>gechiedenis (familie
van den berg van saparoea)
34.
40. P.J.M. Noldus : The Pattimura Revolt of
1817, its causes, course and consequences, A Thesis of master of arts
history in University Canterbury, 1984
35.
41. Ibid
36.
C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur
jeugd, 1942
37. 42. P.J.M. Noldus : The Pattimura Revolt of
1817, its causes, course and consequences, A Thesis of master of arts
history in University Canterbury, 1984
38.
43. Ibid
39. Hukuman cambuk dengan rotan dilarang/dihentikan sejak tahun 1860,
lihat De Geschiedenis van politie in Nederlands – Indie karangan
Marieke Bloemboergen, KITLV Uitgeverij, 2009 atau Polisi zaman Hindia Belanda
(edisi terjemahan), PT Kompas Media Nusantara, 2011
40. 44. P.J.M. Noldus : The Pattimura Revolt of
1817, its causes, course and consequences, A Thesis of master of arts
history in University Canterbury, 1984
41.
45-49. Ibid
42.
C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur
jeugd, 1942
43. 50. P.J.M. Noldus : The Pattimura Revolt of
1817, its causes, course and consequences, A Thesis of master of arts
history in University Canterbury, 1984
44.
51-59. Ibid
46.
60. www.geni.com>people>Willem van den Berg
(1673 -1745)
47.
61-62. Ibid
48.
63. www.geni.com>people>Johanes van den Berg
(1738 -1789)
50. 67. http://www.oocities.org/werdav2000/jgvdb.htm>
descendants of Johanes van den Berg
52.
69. www.geni.com>people>Maria Elisabeth
Coert (1772 – 1848)
53.
70-71. ibid
54.
72. www.geni.com>people>Willem Arnold Alting
(1724-1800)
55.
73. Ibid
56.
74. www.wikepedia>Daftar Gubernur Jenderal VOC
dan Hindia Belanda
57.
75. www.geni.com>people>Jan Lubert
Umbgrove(1759 – 1826)
58.
76. www.geni.com>people>Johana Christina
Umbgrove (1770 - )
59.
77. www.geni.com>people>Jan Umbgrove (1643 –
1719)
60.
78. www.geni.com>people>Helena Noeij (1652 -
)
61.
79. www.geni.com>people>Gerhard Umbgrove
(1690 – 1764)
62.
80. Ibid
63.
81. www.geni.com>people>Johana Noeij (1656
-1724)
64.
82. www.geni.com>people>Johan Umbgrove (1723
- 1769)
65.
83-84. Ibid
66.
85. www.geni.com>people>Sinna Maria Jordens
(1757 - 1828)
68.
87. ibid
69.
88. www.geni.com>people>Willem Arnold Alting
Lamorral von Geusau (1783 - 1855)
70.
89. www.geni.com>people>Theodora Jordens
(1809 - 1838)
71.
90. www.geni.com>people>Pieter Gerard von
Geusau (1800 - 1882)
72.
91. Ibid
73.
92. www.geni.com>people>Jeanne Luberthina
von Geusau
74.
93. www.geni.com>people>Jhon Isaac Umbgrove
(1799 – 1844)
75.
94. www.geni.com>people>Johan Luberth
Umbgrove (1800 – 1859)
76.
95. www.geni.com>people>Willem Arnold Alting
(1724 - 1800)
77.
96. Ibid
78.
97. www.geni.com>people>Pieternella Gerhardina
Alting (1757 - 1818)
79.
98. www.geni.com>people>Willem Arnold Alting
(1724 - 1800)
80.
99. www.geni.com>people>Hujibert Jan Carel
Senn van Bassel (1710 - 1770)
81.
100. www.geni.com>people>Hendrik Alting
82.
101. Ibid
83.
102. www.geni.com>people>Willem Alting
(1658 – 1721)
84.
103-106. Ibid
85.
107. www.geni.com>people>Fockelina Blencke
(1698 – 1755)
87.
112. www.geni.com>people>Johana Christina
Alting
89.
114-115. Ibid
90.
116. www.geni.com>people>Susana Maria
Grebel (1736 – 1779)
92.
118-119. Ibid
93.
120. www.geni.com>people>Hujibert Jan
Carel Senn van Bassel (1710 - 1770)
95.
122. www.geni.com>people>Willem Adrian
Senn van Bassel (1755 - ?)
96.
123-132. Ibid
97.
133. http://www.oocities.org/werdav2000/jgvdb.htm>
Nicolaas Engelhard
99.
135. www.wikepedia>Daftar Gubernur
VOC di Maluku
100. www.geni.com>people>Samuel Jan Abeleven
101. 136. www.geni.com>people>Johanes Siberg
(1740 - 1817)
102. 137-139. Ibid
103. 140. www.geni.com>people>Pieter Hendrik
Reijnst (1731 - 1801)
105. 144. www.wikepedia>Daftar Gubernur
Jenderal VOC dan Hindia Belanda
a. www.geni.com>people>Johanes Lubert van Den Berg van
Saparoea (1812 - 1892)
107. 146-154. Ibid
108. 155. Inventaris
van island archief te Batavia (1602 - 1816), Mr. J.A. van der Chijs, Batavia
Landsdrukkerij, 1882
110. 157. www.wikepedia>Daftar Gubernur
Jenderal VOC dan Hindia Belanda
111. 158. Inventaris
van island archief te Batavia (1602 – 1816), Mr .J.A. van der Chijs, Batavia
Landsdrukkerij, 1882
112. 159. www.wikepedia>J.C.M.
Radermacher
113. 160. Wartasejarah.blogspot.com>2013/12>
Ikatan Gubernur Jenderal, anggota dewan dan Pejabat VOC
114. 161-162. Ibid
115. 163. www.wikepedia>Daftar Gubernur
Jenderal VOC dan Hindia Belanda
117. 164. Jean German
Taylor : The Social World of Batavia : Europeans and Eurasians in Colonial
Indonesia, Universitas of Wisconsin Press, 1983
118. Hendrik Neijmeir : Batavia, Masyarakat Kolonial Abad XVII (edisi
terjemahan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar