(bagian 3)
Oleh
Stephanie Glickman
[University of Vermont & Northwestern University]
Lukisan [yang] “Dibuat sesuai pesanan”
[Lukisan] View of Ambon dibuat khusus untuk ditempatkan di Gedung VOC Amsterdam, dan tujuannya adalah untuk menyampaikan banyak informasi visual kartografi dan chrografi secara akurat, tertib, yang dapat dengan baik membentuk dan mengarahkan persepsi pemirsa terhadap tata kelola dan pemerintahan VOC yang baik di luar negeri. Namun, tidak semua orang “memahami” lukisan itu dari nilai “nominalnya”, dan itu menjadi subyek kontroversi yang memanas diantara para pegawai kompeni/VOC pada tahun 1620. Bagaimana kontur-kontur yang terukur dari “peta yang baik” dapat menyampaikan hal lain selain informasi geografis yang tidak memihak dan faktual???. Dapatkah potret lukisan Gubernur de Houtman yang setia menyembunyikan fakta sejarah yang berkaitan dengan penaklukan Ambon???.
Ketika para Direktur VOC menugaskan pembuatan View of Ambon, mereka menuntut dari de Houtman “sebuah peta yang sempurna” dengan “skala sempurna dan berorientasi kompas”44. Membaca yang tersirat dari baris-baris teks dari komisi pembuatan lukisan itu, dan dalam terang ilmu pengetahuan tentang de Houtman, kita dapat mengandaikan bahwa, bagi de Houtman, kata-kata “peta yang baik” tidak hanya berkonotasi dengan replika realitas geografis, tetapi juga selubung fakta sejarah yang lembut dalam lapisan retorika visual pemujaan diri. De Houtman bukan hanya pelayan perusahaan yang setia, tetapi juga promotor mandiri yang terampil. Potret de Houtman yang panjangnya ¾ yang dibahas di atas, berpose dengan rantai emas dan bola dunia, membuktikan hal ini. Dalam peta Ambon yang diproduksi bersama, kita harus mencatat bahwa permintaan para Direktur untuk “skala yang sempurna” tidak diindahkan. Perbentengan-perbentengan di pulau, rawa, dan lalu lintas komersial ditingkatkan menjadi proporsi yang monumental di [lukisan] View of Ambon. Potret de Houtman menempati sudut yang mungkin menampilkan skala peta dalam duytsche mylen (mil Belanda). Tidak ada potret yang disebutkan dalam teks komisi ini, dan sangat mungkin bahwa de Houtman sendiri bersikeras untuk memasukannya, sebagai ukuran besarnya perspesi dirinya sendiri dalam lanskap sosio-politik VOC.
Menariknya, pemeriksaan secara lebih dekat terhadap [lukisan] View of Ambon mengungkapkan bahwa isi dari 2 cartouche, di bawah dan di samping potret de Houtman, sudah dilukis berlebihan. Apakah pada lukisan itu terdapat prasasti yang memuji jasa de Houtman dan status perwakilannya di Ambon, di VOC, dan di lukisan???. Penghapusannya yang mencolok menunjukkan bahwa, terlepas dari tatanan lukisan View of Ambon, penutupan konseptual dalam lukisan tersebut tidak tercapai. Zandvliet dan yang lainnya berpendapat bahwa prasasti di cartouche tersebut dihapuskan sebagai respon terhadap protes selama 2 tahun yang dilancarkan pada tahun 1620 oleh Laksaman Steven van der Haghen, sang penakluk Ambon45. Ia menemui para Direktur, mungkin di Aula Umum, dalam upaya untuk menuliskan dirinya ke dalam [lukisan] View of Ambon dan ke dalam sejarah VOC, menggantikan de Houtman. Catatan-catatan arsip protes van der Haghen mengungkapkan bahwa informasi visual yang dibuat berdasarkan pesanan yang ada di [lukisan] View of Ambon dapat dihapus, ditimpa, atau dihilangkan berdasarkan keinginan pelanggan, pembuatnya, dan, yang terpenting, para pelihatnya. Seperti domain geografis yang diwakilinya, permukaan representasi dari [lukisan] View of Ambon sendiri merupakan tempat kontestasi (atau konflik, perselisihan).
Tak lama setelah kembali dari misi-misi VOC pada tahun 1619, van der Haghen kemungkinan melihat [lukisan] View of Ambon di Aula Umum Gedung VOC di Amsterdam dan menjadi sangat khawatir. Van der Haghen telah memainkan peran yang lebih penting dalam penaklukan Ambon dan dalam pembentukan perdagangan Belanda di pulau itu daripada teman VOC-nya, de Houtman. Terganggu oleh ketiadaan kehadirannya sendiri di [lukisan] View of Ambon dan jelas-jelas peduli terhadap “kehilangan muka”, van der Haghen memprotes dimasukannya dan menonjolnya potret de Houtman dalam lukisan itu. Sumber-sumber penting untuk protes van der Haghen adalah jurnal pengacara VOC, Arnoldus Buchelius (1565 – 1641) yang, pada awal 1620-an, mengomentari penentangan van der Haghen terhadap fakta sejarah yang menyimpang yang digambarkan dalam [lukisan] View of Ambon46. Entri-entri jurnal Buchelius menunjukkan kegagalan para Direktur untuk menghasilkan gambaran Ambon yang sebenarnya dan faktual, ketika pendokumentasian kesadaran pegawai perusahaan terhadap peran seni yang sangat diperlukan dalam membentuk citra diri perusahaan dan individu. Terlebih lagi, hal-hal tersebut mengungkapkan sejauh mana retorika piktorial yang dibuat berdasarkan pesanan VOC dapat dibuat untuk mengekspresikan imajinasi diri perusahaan dan individu yang berbeda.
Dalam pelayanann kepada VOC dari tahun 1619 hingga 1621, sarjana dan pengacara Buchelius memiliki hak istimewa, pandangan orang dalam tentang operasi-operasi VOC, baik realitas maupun yang terwakili dalam lukisan. Kita tahu dari jurnal pribadinya bahwa, pada musim panas tahun 1620, Buchelius telah mengunjungi Aula Umum untuk mengagumi [lukisan] View of Ambon dengan potret Frederick de Houtman “yang benar-benar hidup”47. Terinspirasi oleh penggambaran flora, fauna, dan perbentengan Ambon, Buchelius menyimpan sketsa lukisan itu di jurnalnya. Pada beberapa kesempatan selama kira-kira 1 tahun, dia menulis puisi untuk Steven van der Haghen, sang penakluk Ambon yang tak terbantahkan. Di musim panas tahun 1620, misalnya, Buchelius menulis bahwa van der Haghen adalah “penakluk pertama Ambon dan beberapa pulau di Maluku atas nama negara kita.......dalam pelayarannya dia melakukan contoh dari pelayanan”. “dengan keberuntungan yang luar biasa dan rahmat Tuhan”, tulis Buchelius, “Dia [van der Haghen] menaklukan Raja Philip II yang perkasa dan benteng yang kuat di Amboina, memulihkan penduduk Ambon yang terusir, dan membawa seluruh kepulauan Ambon dan sekitarnya di bawah kekuasaan Belanda”48. Sebuah entri jurnal tahun 1621 menyesali penaklukan van der adalah “buah dan keberuntungan orang lain”. “Untuk semua jasanya, dia [van der Haghen] belum menerima balasannya, sementara kompeni telah memuja dan merayakan de Houtman sebagai penguasa” Ambon49. Besarnya kekhilafan ini diungkapkan dalam entri jurnal tahun 1621 dimana Buchelius menyatakan bahwa de Houtman sendiri mengakuinya. “Bahkan de Houtman”, tulis Buchelius, “mengakui bahwa van der Haghen adalah seorang penakluk”50.
Justru mengapa van der Haghen tidak terwakili dalam [lukisan] View of Ambon masih menjadi misteri. Zandvliet dan lainnya telah mengemukakan bahwa kemungkinan alasan. Pertama, para Direktur VOC jelas kecewa dengan kenyataan bahwa, pada tahun 1605, van der Haghen menaklukan Ambon atas nama States of General, bukan atas nama VOC. Apakah ini adalah kesalahan langkah yang tidak disengaja atau kesalahan yang disengaja dari pihak van der Haghen, tidaklah diketahui. Dalam pandangan Zandvliet, ini menjelaskan mengapa Direktur-direktur Amsterdam melarang penerbitan surat kabar tahun 1606 yang disebutkan di atas, yang ditugaskan oleh “pemeriksa” pembukuan VOC, Lampe dan Kick, yang menghormati peran van der Haghen dalam penaklukan dan pendirian perdagangan Belanda di Ambon51.
Para Direktur Amsterdam mungkin “menunda” penghargaan kepada van der Haghen karena alasan lain : afiliasi van der Haghen dengan para penentang aksi-aksi militer VOC. Pada saat penugasan pembuatan lukisan itu, van der Haghen dicurigai menentang kebijakan-kebijakan militan yang tidak henti-hentinya dari Gub Jend VOC yang sementara berkuasa di Hindia Timur, Jan Pieterszoon Coen52/a. Pada tahun 1610-an, desakan Coen agar VOC melakukan monopoli atas rempah-rempah secara paksa melemahkan sikap pasifis atasan Coen, Gub Jend VOC dan doktor hukum, Laurens Reaelb, yang didukung oleh van der Haghen. Baik Reael maupun van der Haghen meninggalkan Hindia Timur pada tahun 1619. Coen merebut kota Jakarta dengan paksa pada bulan Mei tahun itu dan membinasakan penduduk pribumi kepulauan Banda sesegera mungkin53. Pendekatan van der Haghen untuk berdagang dan penduduk pribumi, seperti yang disebutkan di atas, sepenuhnya berbeda, bergantung pada negosiasi, kontrak, dan diplomasi bila memungkinkan.
Akhirnya, van der Haghen mungkin ditolak untuk diwakili dalam [lukisan] View of Ambon – dan dalam sejarah VOC – sebagai hasil dari dugaan “simpati pada Paus”54. Kecurigaan terhadap pelanggaran ini saja sudah bisa membuat bingung para Direktur VOC yang setia calvinis di Amsterdam. Beberapa atau semua faktor yang dibahas di atas dapat menjelaskan tidak adanya wajah van der Haghen di [lukisan] View of Ambon – dan dalam beberapa lukisan lain yang dikenal. Kemiripannya, pada kenyataannya, hanya diketahui dari cetakan pertengahan abad ke-17, dimana ia memiliki kemiripan yang mencolok dan mencurigakan dengan seorang penganut Katolik dan protaganis dalam perluasan perdagangan global Portugis, Raja John III dari Portugal (memerintah 1521 – 1527) (gambar 14 dan 15).
Meskipun van der Haghen adalah penakluk Ambon yang tidak terbantahkan, de Houtman adalah seorang administrator yang sangat diperlukan, dan banyak cara dimana de Houtman layak diakui, juga harus diperhatikan. Pada awal 1590-an, de Houtman dan saudaranya, Cornelis de Houtman, melakukan misi beresiko untuk memperoleh pengetahuan kartografi dan navigasi laut selatan. Upaya mereka didanai oleh para pedagang Belanda yang ambisius sebelum pembentukan VOC. Pada tahun 1592, kedua bersaudara itu kembali ke Belanda dari misi spionase komersial dan kartografi yang produktif di Lisbon55.
Bagi aksi-aksi de Houtman di luar negeri sebelum bertugas di VOC, sejarah oleh Pontanus tentang Amsterdam sekali lagi terbukti menjadi sumber yang penting. Bab-bab dari Pontanus jarang diilustrasikan sampai pembaca mencapai bagian tentang navigasi Belanda dan pelayaran Belanda awal ke Asia. Bab 24, khususnya, kaya akan ilustrasi dengan peta dan gambar flora dan fauna Asia yang menambah kehebatan kisah armada Belanda pertama yang mencapai Hindia Timur pada tahun 1595 – sebuah kisah yang sebagian besar dikumpulkan dari surat-surat komandan armada tersebut, Cornelis de Houtman, saudara laki-laki Frederik de Houtman.
Kedua saudara de Houtman itu berpartisipasi dalam armada pertama yang terkenal itu. Perjalanan pulang pergi membuktikan bahwa navigasi dan perdagangan luar negeri Belanda dapat dilakukan dan memberikan dorongan bagi usaha eksplorasi dan komersial selanjutnya. Pelayaran kedua dari kedua bersaudara ini berangkat pada bulan Maret 1598. Dalam pelayaran ini, Frederick de Houtman ditawan oleh Sultan Aceh di Sumatera bagian utara dan ditawan selama hampir 2 tahunc. Namun demikian, ia berhasil melakukan penyelidikan ilmiah selama penawanannya di Sumatera, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemajuan teknologi perdagangan, komunikasi, dan navigasi Belanda.
Setelah dibebaskan dan kembali ke Belandad, de Houtman mempublikasikan temuannya. Pada tahun 1603, ia menerbitkan kamus Belanda-Melayu, yang memuat lampiran yang merinci pengamatan astronomi terakhirnya terhadap langit selatan56. Perannya dalam mengidentifikasi 12 rasi bintang selatan yang barue, membuatnya mendapatkan tempat terhormat di salah satu bola langit paling awal yang menggambarkan rasi bintang tersebut. Bola dunia tahun 1603 yang dikeluarkan oleh kartografer dan penerbit, Willem Jansz Blaeu, yang kemudian menjabat sebagai pembuat peta resmi untuk VOC, menyertakan cartouche dedikasi dengan nama de Houtman57. Tentu saja, pengabdian de Houtman selama bertahun-tahun di luar negeri memberinya banyak kesempatan untuk meningkatkan reputasi bangsa Belanda di panggung dunia, serta meningkatkan status dan kemasyhurannya sendiri.
Namun demikian, protes van der Haghen terhadap kehadiran de Houtman di [lukisan] View of Ambon mendapat perhatian serius dan berkelanjutan dari para Direktur VOC di Amsterdam yang seringkali tidak bisa diubah. Kekhawatiran mereka begitu besar sehingga, pada bulan Desember 1620, mereka sepakat untuk mengadakan pertemuan dengan van der Haghen untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada pertemuan itu, tercatat bahwa van der Haghen mengajukan keluhan tertulis dan jurnal perjalanan pribadinya sebagai bukti pelayanannya yang layak kepada VOC. Pada 30 Desember 1620, para Direktur mengeluarkan keputusan yang mencolok. Mereka mengakui “bahwa dia [van der Haghen], atas biaya kompeni, akan membuat peta wilayah Amboina yang serupa”. Para Direktur menyetujui dimasukannya cartouche yang menggambarkan kemenangannya atas 4 kapal Portugis, yang akan berfungsi “sebagai kenangan akan laksamana yang disebutkan di atas,” serta “potret dengan tulisan sebagai penakluk dan gubernur Amboina pertama”58. Sebagai penakluk dan gubernur Ambon pertama, van der Haghen mendapat tempat dalam sejarah VOC, meskipun dalam peta yang dibuat sesuai pesanan, seperti [lukisan] View of Ambon, dengan cerdik menyimpang dari fakta sejarah.
Penunjukan van der Haghen yang terlambat menjadi Gubernur Ambonf mungkin merupakan langkah strategis Public Relation yang dilakukan para Direktur. Pada saat itu, biaya finansial yang sangat besar dari operasi-operasi militer yang dilakukan Gub Jend VOC, Coen, semakin mengkhawatirkan para pemegang saham terkemuka kompeni di Amsterdam, yang tidak sabar menantikan keuntungan besar atas investasi mereka. Para pemegang saham yang tidak puas menyatakan bahwa VOC harus menjadi instrumen perdagangan, bukan penaklukan59. Usulan para Direktur untuk membuat lukisan dan prasasti baru yang menghormati pemerintahan fiktif van der Haghen akan mempertahankan penekanan lukisan asli pada ketertiban administrasi yang baik di Ambon, pada saat perang dan penaklukan di Hindia Timur tidak populer di kalangan investor. Tuntutan van der Haghen akan representasi diri akan dipenuhi dan statusnya akan ditingkatkan. Atau begitulah tampaknya.
Pada akhirnya, para Direktur gagal memenuhi janji mereka untuk menghasilkan lukisan baru. Entri-entri jurnal Buchelius tentang kurangnya pengakuan yang tepat atas van der Haghen berlanjut selama setahun penuh setelah resolusi di bulan Desember 1620. Menulis pada pergantian abad ke-18, pengacara VOC, Pieter van Dam, menyatakan bahwa tidak ada peta bergambar van der Haghen yang pernah terwujud, dan dia berspekulasi bahwa pembuatan tersebut terhambat oleh keadaan lain yang tidak terdokumentasikan60. Zandvliet menulis bahwa, meskipun [lukisan] View of Ambon yang direvisi tidak pernah dibuat, iklim politik yang semakin moderat pada tahun 1620-an menyebabkan penghapusan prasasti pujian pada cartouche di samping potret de Houtman dalam [lukisan] View of Ambon yang asli61. Ruang-ruang bercat putih saat ini menjadi bukti pada kesediaan dan kekuatan VOC untuk menghadapi – atau menghapus – sejarahnya.
Kesimpulan
Bahwa de Houtman, bukan van der Haghen, memegang jabatannya sebagai tokoh publik VOC di [lukisan] View of Ambon, membuktikan kekuatan para Direktur VOC untuk menulis, merevisi, dan menulis ulang naskah sejarah kompeni yang sedang berlangsung. Memang benar, van der Haghen bukanlah satu-satunya pelaut yang dilecehkan oleh VOC. Perusahaan luar negeri yang luar biasa milik Jacob le Maire, putra pemegang saham VOC yang memberontak dan pengunjuk rasa, Isaac le Maire, bertahun-tahun menjalani hidup tanpa pengakuan lukisan yang layak. Hal ini lebih lanjut menunjukkan seberapa besar keuntungan atau kerugian yang dialami para pelaut Belanda pada abad ke-17 tergantung pada perusahaan yang mereka miliki.
Pada tahun 1615, Isaac le Maire, yang baru saja digulingkan dari administrasi VOC karena menentang operasi-operasi militer VOC yang merugikan dan membocorkan rahasia dagang kepada Raja Henry IV dari Prancis, mendanai dan mengirimkan pelayaran eksplorasi yang tidak sah. Putranya, yaitu Jacob, yang memimpin pelayaran itu. Jacob le Maire memimpin armada kecilnya ke arah barat melintasi Atlantik, mencari rute baru menuju Hindia Timur yang kaya. Tepat di sebelah selatan Selat Magellan di ujung paling selatan Amerika Selatan, kapal-kapal le Maire berhasil berlayar melalui selat sempit yang sebelumnya belum ditemukan dan tidak disebutkan namanya, yang sekarang dikenal sebagai Selat le Maire. Melanjutkan ke barat, le Maire tiba dengan selamat di wilayah kekuasaan VOC, meskipun ia dan krunya ditanggapi dengan kemarahan dan bukan perayaan. Akuntan Jenderal saat itu dan kemudian Gub Jend VOC, Jan Pieterszoon Coeng, menyita jurnal le Maire dan menawan le Maire dan anak buahnya. Mereka terpaksa pulang dengan kapal VOC berikutnya. Sayangnya, Jacob le Maire tidak selamat dalam perjalanan tersebut62.
Tak lama setelah kematian putranya, Jacob, Isaac le Maire terkejut mengetahui rencana penerbit Amsterdam untuk mencetak dan mengambil untung dari catatan pelayaran putranya. Penerbit Willem Jansz Blaeu, pembuat globe penghormatan peran de Houtman dalam mengidentifikasi rasi bintang selatan baru pada tahun 1603, entah bagaimana memperoleh jurnal Jacob dari arsip VOC. Penerbitan jurnal oleh Blaeu pada akhirnya terhambat karena hukum, namun dia tidak mau mengecewakan masyarakat yang siap membeli. Pada tahun 1618, Blaeu memilih untuk menerbitkan jurnal Willem Schouten, seorang tokoh yang tidak terlalu kontroversial dalam armada nakal dan kemudian menjadi pelayan VOC63.
Pada gambar bagian depan jurnal Schouten yang diterbitkan Blaeu, potret penjelajah Drake, Cavendish, van Noort, dan Joris van Spilbergen yang berbentuk medali mengapit figur sentral yang lebih besar dalam komposisi tersebut (gbr 16). Willem Schouten berasumsi bahwa le Maire merupakan tempat yang sah dan sentral dalam gambar tersebut. Berpose di balik langkan batu dengan pakaian sopan, Schouten menggenggam sepasang pembatas. Kemenangan/kejayaan yang bersayap memahkotainya dengan karangan bunga laurel, sementara sosok legendaris Magellan memandang dengan kagum. Hanya setelah banyak perselisihan hukum, Isaac le Maire mengambil kembali jurnal putranya, Jacob, dan melihat representasi putranya dalam teks dan gambar. Empat tahun setelah penerbitan Blaeu, penerbit Amsterdam, Michiel Colijn menerbitkan Spieghl der Australische Navigatie (1622) yang memuat potret Jacob le Maire dengan bangga memegang peta yang menunjukkan penemuannya (gbr 17)64.
Dibuat sesuai pesanan dan digantung dengan jelas di samping perapian di Aula Umum Belanda di Gedung VOC Amsterdam, [lukisan] View of Ambon “menawarkan dirinya” untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh para administrator VOC dan para pengunjung selama lebih dari 1 abad. Ini mengandung para pelihat untuk secara metodis melacak dan menelusuri kembali kontur kartografinya dan membaca permukaannya seperti dokumen. Dengan melakukan itu, ia mewujudkan posisi dan praktik VOC di luar negeri. Detail yang diberikan dengan cermat tentang situasi geografis, politik, militer, dan komersial Ambon pasti meyakinkan pemirsa/pelihat bahwa pos perdagangan penting ini diamati dengan cermat, dipetakan secara metodis, disurvei dengan cermat, dan, yang terpenting, dikelola dengan baik oleh para pelayan VOC yang paling cerdas dan setia.
Menggabungkan mode gambar kartografi, perspektif, dan potret dalam gezicht korporat, [lukisan] View of Ambon menyampaikan dan mengkonsolidasikan citra publik VOC tentang otoritas dan legitimasi. Namun kenyataannya, dekade-dekade pertama berdirinya VOC penuh gejolak. Pada saat lukisan tersebut dibuat, keuntungan perusahaan/kompeni tidak menentu, dan kapasitas serta kesediaan para Direktur untuk mewakili kepentingan pemegang saham dan pejabat secara umum masih belum jelas65. Dimasukannya potret Gubernur de Houtman dalam [lukisan] View of Ambon mengundang pemirsa seperti pengacara VOC, Buchelius, untuk merenungkan orang – atau orang banyak – yang mewujudkan citra gabungan dan korporat ini. Dalam entri jurnal pribadinya, Buchelius menjelaskan bagaimana [lukisan] View of Ambon, pada kenyataannya, bukanlah “peta sempurna” dan “peta terampil” yang ditugaskan oleh para Direktur.
Perseteruan yang terjadi mengenai representasi yang tepat di [lukisan] View of Ambon membuktikan kesadaran di kalangan pejabat VOC akan peran seni dalam representasi diri korporat dan individu. Kesadaran ini tentunya dibentuk oleh preseden di media cetak yang dibahas dalam kajian ini. kesediaan para Direktur di Amsterdam untuk mendengar dan meredakan tuntutan van der Haghen untuk dimasukan dalam View of Ambon dan dalam sejarah VOC menunjukkan bahwa, meskipun VOC secara aman menguasai wilayah Ambon, kekuasaannya dalam bidang representasi di Amsterdam belumlah lengkap. Selain itu, hal ini mengungkapkan sejauh mana konvensi lukisan VOC yang kaku dan dibuat berdasarkan pesanan dapat diubah untuk mengekspresikan representasi diri individu dan perusahaan yang berbeda.
Pada akhirnya, upaya menyelamatkan muka van der Haghen tidak berhasil. Wajah de Houtman tetap menjadi wajah VOC, meskipun cartouche pada [lukisan] View of Ambon yang kosong secara jelas menggambarkan kekuasaan kompeni dalam melakukan penghapusan.
==== selesai ====
Catatan Kaki
44. Bagian terjemahan ini berasal dari Zandvliet, Mapping for Money, 241. Untuk komisi, lihat ARA VOC 228, Resolutions, February 16, 1617, seperti yang dicatat dalam Zandvliet, Mapping for Money, 241, 296n79. Teks asli dari komisi terbaca : “d’Eijland, fort, ende dorpen in eene bequame karte te doen stellen, met perfecte aenteikeninge van compass ende mate” (pulau, benteng, dan desa-desa [akan] terwakili dalam peta sempurna, dengan standar kompas dan skala yang sempurna). Ini adalah terjemahan saya sendiri [penulis]
45. Zandvliet, Mapping for Money, 241–42. Zandvliet, The Dutch Encounter with Asia, 181.
46. Buchelius, “VOC-Dagboek 1619–1639.”
47. Dari transkripsi jurnal Buchelius, di Navorscher 47 (1897): 627–28, seperti dikutip dan diterjemahkan oleh Zandvliet, Mapping for Money, 241, 296 n 80
48. Buchelius, “VOC-Dagboek 1619–1639.” Ini merupakan terjemahan saya [penulis]
49. Buchelius, “VOC-Dagboek 1619–1639.” Ini merupakan terjemahan saya [penulis]
50. Buchelius, “VOC-Dagboek 1619–1639.” Ini merupakan terjemahan saya [penulis]
51. Zandvliet, Mapping for Money, 69, 71.
52. Zandvliet, Mapping for Money, 241. Zandvliet, The Dutch Encounter with Asia, 181.
53. Cook, Matters of Exchange, 183–84.
54. Zandvliet, Mapping for Money, 241. Zandvliet, The Dutch Encounter with Asia, 181.
55. Cook, Matters of Exchange, 122. Zandvliet, Mapping for Money, 37–39, 43. Zandvliet menyatakan bahwa tidak jelas apakah de Houtman bersaudara diinstruksikan untuk mendapatkan peta dan grafik-grafik milik Portugis, meskipun “tampaknya besar kemungkinan mereka memang memperoleh bahan-bahan tersebut”
56. Fr. de Houtman, Spraeck ende woord-boeck, in de Maleysche ende Madagaskarsche talen, met vele Arabische ende Turcsche woorden . . . noch zijn hier byghevoecht de declinatien van vele vaste Sterren, staende ontrent den Zuyd-pool(Amsterdam: Jan Evertsz. Cloppenburch, 1603). See also E. Dekker, “Early Explorations of the Southern Celestial Sky,” Annals of Science 44, no. 5 (1987): 439–70, https://doi.org/10.1080/00033798700200301.
57. Zandvliet, Mapping For Money, 118. Willem Jansz Blaeu menjabat sebagai pembuat peta resmi VOC dari tahun 1633 - 1638
58. ARA, Resolutions Heren XVII, December 30, 1620, seperti dikutip dan diterjemahkan dalam Zandvliet, Mapping for Money, 241, 296 n 81. Teks asli bahasa Belanda terbaca : “Ende wert hem gepermitteert, dat hij tot costen van de Comp. sal [mogen] laten maecken een gelijcke caerte van den lande van Amboyna, in dewelcke hij sal vermogen te stellen sijn pourtraict met een inscriptie, als sijnde geweest den conquesteur en de eerste gouverneur van Amboyna . . . , en sal ook vermogen in een parcke [cartouche] . . . laten afmalen, de overwinning die hij gehad heef over de vier gallioenen voor Malacca, tot een memorie voor de voorschreven heer Admiraal.”
59. Regarding VOC shareholder dissent, see, for example, Gaastra, The Dutch East India Company (2003), and Jacob Soll, The Reckoning: Financial Accountability and the Rise and Fall of Nations (New York: Basic Books, 2014). See below, note 65.
60. Pieter van Dam, Beschryvinge van de Oostindische Compagnie 1693–1701, eds. F. W. Stapel and C. W. T van Boetzelaer (Te Hague, 1927–54), vol. 1.2, p. 311.
61. Zandvliet, The Dutch Encounter with Asia, 181.
62. Herman de La Fontaine Verwey, “Willem Jansz Blaeu and the Voyage of Le Maire and Schouten,” Quaerendo 3, no. 2 (1973): 88–89, https://doi.org/10.1163/157006973X00020.
63. La Fontaine Verwey, “Willem Jansz Blaeu and the Voyage of Le Maire and Schouten,” 89–92.
64. La Fontaine Verwey, “Willem Jansz Blaeu and the Voyage of Le Maire and Schouten,” 89–92.
65. Mengenai perbedaan pendapat pemegang saham VOC, lihat misalnya, Gaastra, The Dutch East India Company dan Soll, The Reckoning.
Catatan Tambahan
a. Jan Pieterszoon Coen menjabat sebagai Gub Jend VOC yang bermarkas di Batavia pada periode 1619 – 1623 dan 1627 – 1629
b. Laurens Reael menjabat sebagai Gub Jend VOC pada periode 1615 – 1619. Ia bersekolah di Leiden dan lulus pada tahun 1607
c. De Houtman dibebaskan pada Agustus 1601
§ E. Dekker, “Early Explorations of the Southern Celestial Sky,” Annals of Science 44, no. 5 (1987): 439–470, khusus hal 445
§ W. S. Unger, De oudste reizen van de Zeeuwen naar Oost-lndi~, 1598-1604 ('s-Gravenhage, 1948), hal 109
§ J. C. Mollema, De eerste schipvaart der Hollanders naar Oost-lndi~, 1595 1597...('s-Gravenhage, 1935), hal 50
d. De Houtman kembali ke Belanda pada Juli 1602
e. Peran Frederick de Houtman dan “kontroversinya” dalam identifikasi 12 rasi bintang selatan, misalnya
§ E.B. Knobbel, On
Frederickde Houtman'scatalogueofthe southernstars', Monthly Notices of the
Royal AstronomicalSociety, 77(1917), 421-432.
§ E. Dekker, “Early Explorations of the Southern Celestial Sky,” Annals of Science 44, no. 5 (1987): 439–470
f. Steven van der Haghen menjadi Gubernur VOC Amboina pada periode 1617 – 1618
g. Jan Pieterszoon Coen menjadi Akuntan Jenderal (atau Boekhouder Generaal) pada 1613 - 1614
Bibliography
§ Alpers, Svetlana. The Art of Describing: Dutch Art in the Seventeenth Century. Chicago: University of Chicago Press, 1983.
§ Braudel, Fernand. The Perspective of the World. Translated by Sian Reynolds. Vol. 3 of Civilization and Capitalism: 15th–18th Century. New York: Harper Collins Publishers, 1979.
§ Brotton, Jerry. Trading Territories: Mapping the Early Modern World. Ithaca, N.Y.: Cornell University Press, 1998.
§ Buchelius, Arnoldus. “Eenige mededeelingen van Arent van Buchel betreffende zijn bewindhebberschap in de Amsterdamsche Kamer der Vereenigde Oost-Indische Compagnie, 1619–1621.” Edited by L. A. van Langeraad. De Navorscher 47 (1897): 609–50.
§ Buchelius, Arnoldus. “VOC-Dagboek 1619–1639.” Transcribed by Kees Smit (2011). Nationaal Archief. Accessed July 15, 2016. http://www.gahetna.nl/sites/default/fles/bijlagen/transcriptie_ voc-dagboek_buchelius.pdf.
§ Commelin, Isaac. Begin ende voortgangh van de Vereenighde Nederlantsche Geoctroyeerde Oost-Indische Compagnie. Amsterdam: Jan Janssonius, 1645/46. Cook, Harold J. Matters of Exchange: Commerce, Medicine, and Science in the Dutch Golden Age. New Haven and London: Yale University Press, 2007. https://doi.org/10.12987/ yale/9780300117967.001.0001
§ Dam, Pieter van. Beschryvinge van de Oostindische Compagnie 1693–1701. 7 vols. Edited by F. W. Stapel and C. W. T van Boetzelaer. Te Hague: Martinus Nijhoff, 1927–54.
§ Dekker, E. “Early Explorations of the Southern Celestial Sky.” Annals of Science 44, no. 5 (1987): 439–70. https://doi.org/10.1080/00033798700200301
§ Gaastra, Femme S. The Dutch East India Company: Expansion and Decline. Zutphen: Walburg Pers, 2003.
§ Gelder, Roelof van, and Lodewijk Wagenaar. Sporen van de Compagnie: De VOC in Nederland. Amsterdam: De Bataafsche Leeuw, 1988.
§ Hochstrasser, Julie Berger. Still Life and Trade in the Dutch Golden Age. New Haven and London: Yale University Press, 2007.
§ Holtz, Grégoire. “The Model of the VOC in Seventeenth-Century France (Hugo Grotius and Pierre Bergeron).” In The Dutch Trading Companies as Knowledge Networks, edited by Siegfried Huigen, Jan L. de Jong, and Elmer Kolfn, 319–35. Leiden and Boston: Brill, 2010. https://doi. org/10.1163/ej.9789004186590.i-448.96
§ Houtman, Fr. de. Spraeck ende woord-boeck, in de Maleysche ende Madagaskarsche talen, met vele Arabische ende Turcsche woorden . . . noch zijn hier byghevoecht de declinatien van vele vaste Sterren, staende ontrent den Zuyd-pool. Amsterdam: Jan Evertsz. Cloppenburch, 1603.
§ Jeeninga, Willeke. Het Oostindisch Huis en het Sint Jorishof te Amsterdam. Translated by Beverly Jackson as Te East Indies House and St. Jorishof. Zwolle: Waanders, 1995,
§ Klinkert, Christi M. Nassau in het Nieuws: Nieuwsprenten van Maurits van Nassaus militaire ondernemingen uit de periode 1590–1600. Zutphen: Walburg Pers, 2005.
§ La Fontaine Verwey, Herman de. “Willem Jansz Blaeu and the Voyage of Le Maire and Schouten.” Quaerendo 3, no. 2 (1973): 87–105. https://doi.org/10.1163/157006973X00020
§ Lawrence, Cynthia. “Hendrick de Keyser’s Heemskerk Monument: The Origins of the Cult and Iconography of Dutch Naval Heroes.” Simiolus 21, no. 4 (January 1992): 265–95. https://doi. org/10.2307/3780789
§ Le Guide d’Amsterdam: Enseignant aux voyageurs et aux negocians sa splendeur, son commerce, & la description de ses edifces . . . Amsterdam: Chez Daniel de La Feuille, 1701.
§ Neck, Jacob van. Het tweede boeck, iournael of dagh-register: Inhoudende een warachtich verhael ende historische vertellinghe vande reyse, gedaen door de acht schepen van Amstelredamme, gheseylt inden maent martij 1598. Amsterdam: Barent Langenes, 1601.
§ Neck, Jacob van. Te iournall, or dayly register, contayning a true manifestation, and historicall declaration of the voyage, accomplished by eight shippes of Amsterdam. London: [Simon Stafford and Felix Kingston] for Cuthbert Burby & John Flasket, 1601.
§ Ogilvie, Sheilagh. Institutions and European Trade: Merchant Guilds, 1000–1800. New York: Cambridge University Press, 2011. https://doi.org/10.1017/CBO9780511974410
§ Pagden, Anthony. European Encounters with the New World: From Renaissance to Romanticism. New Haven: Yale University Press, 1993.
§ Pontanus, Johannes Isacius. Historische Beschrijvinghe der seer wijt beroemde Coop-stadt Amsterdam. . . Translated by Petrus Montanus. Amsterdam : Jodocus Hondius, 1614.
§ Pontanus, Johannes Isacius. Rerum et Urbis Amstelodamensium Historia. Amsterdam: Jodocus Hondius, 1611.
§ Ramzla, J. W. Neumayr von. Des durchlauchtigen hochgebornen Fürsten Johann Ernst . . . Reise in Frankreich, England und die Niederlanden. Leipzig, 1620.
§ Scalliet, Marie-Odette. “Twee eeuwen Vereenigde Oost-Indische Compagnie: Europese schilders in Oost-Indië in de zeventiende en achttiende eeuw.” In Indië omlijst: Vier eeuwen schilderkunst in Nederlands-Indië, edited by Koos van Brakel et al., 13–38. Amsterdam: Koninklijk Instituut voor de Tropen, 1998.
§ Soll, Jacob. The Reckoning: Financial Accountability and the Rise and Fall of Nations. New York: Basic Books, 2014.
§ Sutton, Elizabeth. Capitalism and Cartography in the Dutch Golden Age. Chicago: University of Chicago Press, 2015. https://doi.org/10.7208/chicago/9780226254814.001.0001
§ Swan, Claudia. “Lost in Translation: Exoticism in Early Modern Holland.” In Art in Iran and Europe in the 17th Century: Exchange and Reception, edited by Axel Langer, 100–117. Zurich: Museum Rietberg, 2013.
§ Vries, Dirk de. “‘Chartmaking is the Power and Glory of the Country’: Dutch Marine Cartography in the Seventeenth Century.” In Mirror of Empire: Dutch Marine Art of the Seventeenth Century, edited by George S. Keyes, 60–76. New York: Cambridge University Press, 1990.
§ Vries, Jan de, and Ad van der Woude. The First Modern Economy: Success, Failure, and Perseverance of the Dutch Economy, 1500–1815. Cambridge and New York: Cambridge University Press, 1997. https://doi.org/10.1017/CBO9780511666841
§ Zandvliet, Kees. The Dutch Encounter with Asia, 1600–1950. Amsterdam: Rijksmuseum/Zwolle: Waanders, 2002.
§ Zandvliet, Kees. Mapping for Money: Maps, Plans and Topographic Paintings and Their Role in Dutch Overseas Expansion during the 16th and 17th Centuries. Amsterdam: De Bataafsche Leeuw, 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar