REKONSTRUKSI BAHASA
KUNO SAPAROEA
Bagi masyarakat Maluku sudah pasti tidak asing lagi dengan
kata “Teon Negeri” terlebih bagi masyarakat Maluku Lease.
Seperti di pulau Seram ada teon : Lilipory Kalapessy (Negeri Souhuku), Lounusa
Maatita (Negeri Amahai, Musitoa Amalatu (Negeri Tamilouw), dll. Di pulau Ambon
ada teon : Amalatu Mamala (Negeri Mamala), Paukala Mandalise (Negeri Passo),
Hatu Katuru Hena Amantelu (Negeri Hatu), dll. Di pulau Haruku ada teon :
Pelasona Nanuroko (Negeri Haruku), Erihatu Samasuru (Negeri Wassu), dll. Di pulau Saparua ada teon : Noraito Amapati (Negeri Ihamahu), Beinusa Amalatu (Negeri
Tuhaha), Uru Haite Sirlouw (Negeri Kulur), Beilohy Amalatu (Negeri Ullath),
Louhata Amalatu (Negeri Sirisori Islam), Lisaboly Kakelissa (Negeri Ouw),
Samahu Amalatu (Negeri Booi), Lounusa Hatalepu Amapati (Negeri Tiouw), Samasuru
Amalatu (Negeri Porto), Leawaka Amapati (Negeri Haria), dll. Di pulau Nusalaut
ada teon : Lesinusa Amalatu (Negeri Titawaai), Risapori Henalatu (Negeri
Leinitu), dll.
Negeri Saparua juga mempunyai teon, teong atau teuno yaitu: “Pisarana
Hatusiri Amalatu”
AGAMA
yang menyatu dengan TRADISI
|
Teon Negeri adalah nama adat atau nama gelar yang diberikan kepada
negeri-negeri adat di Maluku, bersama dengan “Baileu” (rumah adat) menjadi ciri
khas dan identitas tersendiri bagi negeri adat tersebut. Pemberian nama
teon biasanya berdasarkan “kejadian, perkara” yang terjadi pada saat pertama
kali negeri tersebut dibentuk. Untuk Negeri Saparua pemberian nama teon
berdasarkan kisah para leluhur 4 soa (Titaley, Anakotta, Simatauw dan Ririnama)
berasal dari negeri Souhuku pulau Seram, yang menyeberangi lautan dengan
menggunakan “gosepa, rakit” datang mencari wilayah baru sebagai tempat hunian
di pulau Saparua.
Sebagian masyarakat negeri
Saparua yang merupakan “orang negeri asli” sudah paham betul dengan arti
kalimat “Pisarana Hatusiri Amalatu”. Namun bagi “orang awam, orang dagang” mungkin
tidak tahu sehingga kami merasa perlu untuk menjelaskan hal ini. Dari beberapa
situs bahasa kuno/bahasa tana terjemahan Inggris lebih menjelaskan arti kata
per kata bukan satu kesatuan kalimat. Sehingga sangat sulit mencari arti
kalimatnya dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, jika pengertian ini
tidak dikaitkan dengan sejarah asal-usul negeri Saparua.
===========================================================
BAHASA TANA | TERJEMAHAN INGGRIS | TERJEMAHAN
INDONESIA
===========================================================
PISA
a slippery
licin, tidak tetap
RANA
lake, pond
danau, kolam
===========================================================
HATU
stone, rock
batu cadas, batu karang
SIRI
sear, burned
membakar hangus
===========================================================
AMA
father, dad
bapak, ayah
LATU
king, command
raja, perintah
===========================================================
Berdasarkan terjemahan di
atas maka kalimat “Pisarana Hatusiri Amalatu” dapat diartikan menurut pandangan
setiap orang yang membaca serta meresponinya. Namun jika arti kata per kata
dikaitkan dengan sejarah kedatangan para leluhur 4 Soa ke pulau Saparua maka
kita menemukan benang merahnya. Kronologis sejarah berlatarkan TKP di pesisir
pantai muka kota Saparua (daerah sekitar benteng Duurstede) yang menjadi
lokasi pendaratan para leluhur bisa disejajarkan dengan arti kalimat “Pisarana
Hatusiti Amalatu” tersebut. Sebagai berikut :
- Kata PISA : berarti licin/tidak
tetap/tidak diam di tempat. Saat menyeberangi lautan dari pulau Seram
datang ke pulau Saparua, para leluhur 4 Soa menaiki gosepa, gosepa yang dimaksud di
sini adalah susunan batang-batang bambu yang diikat dengan tali menjadi
satu sehingga berbentuk seperti rakit/sampan. Bisa dibayangkan jika
gosepa/rakit itu mengapung-apung di atas air/lautan, lantainya akan sangat
licin karena air laut yang masuk dan keluar melalui celah-celahnya.
- Kata RANA : berarti danau/kolam.
Yang dimaksud mungkin adalah lautan/danau/kolam yang sangat luas. Ada
kesenangan tersendiri saat para leluhur 4 Soa tiba/menemukan daerah baru, lalu
kemudian menepi, melompat turun dari atas gosepa/rakit dan melabuhkannya
di pesisir pantai.
- Kata HATU : berarti batu karang. Ketika para leluhur 4 Soa turun dari atas gosepa ke daratan dan mencari
lokasi untuk berkemah sementara sebelum naik ke pegunungan SAPA RUA LESI.
Mereka lalu naik ke atas batu karang, pijakan yang mereka pakai untuk
menentukan lokasi berkemah yang baik. Pijakan/tempat tinggi di sekitar
situ adalah batu-batu karang.
- Kata SIRI : berarti membakar
hangus. Di malam hari saat beristirahat/tidur malam mereka membuat
wango-wango (api unggun) untuk menerangi lokasi sekitar perkemahan
dan juga berfungsi sebagai tanda/suar/klaim bagi orang-orang yang datang
dari tempat lain, supaya mereka mengetahui bahwa sudah ada orang yang
menempati wilayah itu. Membuat beberapa api unggun pastinya
menghanguskan tempat itu.
- Kata AMA : ditujukan
kepada laki-laki dewasa/kapitan-kapitan 4 Soa (Titaley, Anakotta, Simatauw
dan Ririnama).
- Kata LATU : Pemberi
perintah/pimpinan tertinggi atau yang memimpin perjalanan rombongan 4 Soa
dari pulau Seram hingga tiba di pulau Saparua (Simatauw adalah saudara
tertua dari ketiga saudara yang lain).
Dengan demikian pengertian
dari teon, teong atau teuno negeri Saparua “Pisarana Hatusiri Amalatu” (mungkin)
dapat diartikan seperti begini :
“...Kapitan-kapitan yang balumpa/melompat turun dari atas rakit/air lalu naik
ke atas batu karang dan membuat perjanjian atau Kapitan-kapitan yang membuat
perjanjian di atas batu karang...”
Banyak yang belum tau ttg hal ini Bro... B bangga jadi Anak Saparua (y)
BalasHapusPerlu di klarifikasi menyoal teung negeri "Louhata Amalatu (Siri Sori Amalatu) bukan Siri Sori Islam.
BalasHapusKalau siri Sori Islam teungnya Louhata Amalatu.
Klarifikasi utk teon Louhata Amalatu itu Siri Sori Serani ( Kristen) klau Teon nya Siri Sori Islam Louhata Amapati
BalasHapus