Bagian 1
[Hendrik
Risakotta]
Transliterasi
: Adrijn Anakotta
A.
Pendahuluan
Porto Rapport
atau Laporan Porto sebagai sumber yang ditulis oleh orang pribumi tentang
perang (atau pemberontakan) di tahun 1817, yang di dalam historiografi
Indonesia disebut sebagai Perang Pattimura, kurang terlalu banyak
dikenal/diketahui/dibaca, khususnya di masa kini. Keberadaan dan nilai
pentingnya, banyak diketahui oleh sejarahwan, khususnya sejarahwan barat yang
mengkhususkan fokus tulisan mereka tentang perlawanan atau pemberontakan rakyat
Maluku di tahun 1817.
Laporan Porto
atau Porto Rapport sendiri juga menghadirkan beberapa misteri, misalnya tentang
siapa penulis sebenarnya, apakah orang pribumi ataukah pejabat di gubernuran
Ambon pada masa itu yang menulis, kapan laporan itu ditulis dan apakah isi
laporan itu bisa dipercayai sebagai sumber valid yang menceritakan jalannya
peristiwa perang atau pemberontakan rakyat di pulau Saparua pada tahun 1817
itu. Menarik jika kita membaca semacam “penjelasan” dari sejarahwan Chr.Fr. van
Fraasen, saat memberikan catatan kaki terhadap sumber atau laporan ini, ia
menulis bahwa pada salinan arsip ini (Porto Rapport) tidak tertulis nama
penulisnya dan tidak ada tanda tangan atau tidak ditandatangani1.
Namun, ia juga memberikan “analisa” bahwa Hendrik Risakotta-lah yang lebih
logis atau diterima sebagai orang yang menulis laporan ini dibandingkan dengan
figur-figur lain2.
Laporan Porto
jika kita membaca isinya, menceritakan kisah perjuangan dan perlawanan rakyat
pulau Saparua yang dibantu oleh beberapa negeri dari pulau Nusalaut, dari
pesisir selatan pulau Seram dan dari pulau Haruku. Laporan ini menceritakan
kisah yang dimulai sejak tanggal 3 Mei 1817 dan diakhiri pada tanggal 22
Oktober 1817. Ini berarti rentang peristiwa yang diceritakan atau dilaporkan
dalam laporan Porto ini selama 5 bulan lebih.
Laporan Porto
atau Porto Rapport yang kami transliterasi ini, berasal dari naskah yang
dipublikasikan oleh Chr.Fr. Fraasen di dalam buku yang dieditorinya
yaitu Bronen Betreffende de Midden Molukken 1796 – 1902. Arsip
ini, adalah salah satu dari ribuan arsip dan sumber yang dipublikasikan dalam
buku itu. Naskah disajikan dalam 2 versi bahasa yaitu versi bahasa Melayu-Ambon
dan versi bahasa Belanda, di dalam versi bahasa Belanda, sang editor memberikan
37 catatan kaki, untuk menjelaskan hal-hal kepada pembaca.
Apa yang
disajikan ini adalah transliterasi naskah itu dalam Bahasa Indonesia “standar”,
bukan bahasa Indonesia baku. Sederhananya, menggunakan bahasa Indonesia yang
mudah untuk “dipahami” di masa kini. Tujuan transliterasi ini adalah biar
pembaca yang masih “tergagap” dengan bahasa Melayu-Ambon abad ke-19 atau tahun
1800 seperti yang tersaji pada naskah aslinya, bisa “mengerti” naskah tersebut.
Di dalam proses transliterasi ini, kami menggunakan 2 versi bahasa itu serta
hasil terjemahan versi bahasa Belanda ke bahasa Indonesia sebagai acuan yang
kemudian “dibandingkan” dan “dianalisa” serta “direkonstruksi” dengan pemahaman
kami tentang bahasa Melayu-Ambon, sejarah sosial Ambon-Lease di awal abad ke-19
itu untuk memperoleh versi yang kami sajikan di sini. Perlu diingatkan bahwa
ini merupakan transliterasi “versi pribadi” kami, sehingga mungkin saja akan
muncul bentuk-bentuk transliterasi lain dari pembaca berdasarkan pemahaman dan
pengetahuan sendiri.
Kami membagi
isi laporan ini menjadi 2 bagian, menambahkan beberapa catatan kaki dan
beberapa gambar/lukisan untuk menjadikan isinya menjadi “ringan” daripada hanya
menampilkan teks semata. Semoga ini bisa bermanfaat untuk menambah wawasan
kesejarahan kita, terutama lebih memahami konteks sosial, ekonomi dan politik
di masa tersebut.
B.
Isi Laporan
Inilah suatu
laporan yang benar mengenai perang sejak awal, dimulai dengan 6 laki-laki yaitu
Johannes Matullesia3, Nicolaas Patinasaranij4, Jeremias
Tamaela, Marawael Hattuw5, Bastian Latuperijsa6, Harmanus
Latuperijsa7, mereka ini mengunjungi rumah-rumah penduduk negeri
Haria, mengundang semua laki-laki untuk berkumpul dan mengadakan pertemuan di
hutan negeri Haria bernama Waehauw, berbatasan dengan negeri Tiouw dan Paperu
dikarenakan terdengar informasi bahwa pemerintah Hindia Belanda akan merekrut
masyarakat untuk dikirim ke Batavia sebagai serdadu. Oleh karena itu, mereka
sekitar 100 orang sudah berkumpul mengadakan pertemuan dan bersumpah , dan
Harmanus Latuperijsa sudah memanjatkan doa kepada mereka, dan mereka telah
berbicara tentang menyerang dan menghancurkan benteng [Duurstede] serta
membunuh semua orang yang berada di dalam benteng itu, jikalau ada yang tidak
ikut atau terlibat, maka penduduk pulau akan membunuh semua anggota
keluarganya. Ini adalah pertemuan yang pertama pada tanggal 3 Mei tahun 1817.
Selanjutnya pada tanggal 9 Mei tahun 1817, 6 orang seperti yang disebutkan di atas kembali mengunjungi rumah-rumah penduduk negeri Haria, mengundang orang-orang untuk berkumpul untuk menanyakan [atau memutuskan] siapa yang ingin menjadi kapitein atau pemimpin, Thomas Matulesia8 menjawab : “Beta yang akan menjadi pemimpinnya, dan beta akan memimpin pasukan menyerang benteng dan membunuh Tuan Resident”. Ada sekitar 100 orang lebih pada pertemuan ini, dan Thomas Matulesia memanjatkan doa kepada mereka, dan mereka juga sudah sepakat akan membunuh Radja Siri Sori9 dan Pattij Haria10, sebab kedua Radja dan Pattij ini bersahabat dekat dengan Tuan Resident11. Dan mereka mengunjungi [negeri-negeri] di pulau itu memberitahu kepada semua laki-laki harus berkumpul di pohon kayu putih di hutan [negeri] Saparua, berbatasan dengan negeri Siri Sori dan negeri Tuhaha. Ini adalah pertemuan yang kedua.
Resident van Saparoea (21 Maret 1817 - 16 Mei 1817) |
Dan pada
tanggal 14 Mei 1817, semua penduduk pulau itu berkumpul, untuk berbicara dan
bersumpah di tempat itu, dan mereka telah sepakat/berjanji pada malam hari
sekitar jam 9 malam. Ini, kemudian adalah awal dari pemberontakan. Di depan pos
penjagaan di negeri Porto, ada sekitar 100 orang lebih datang untuk
memanggil/menanyakan orang-orang (anggota) dari armada arumbai negeri Porto
yang hendak memuat tarankera (pagar pelindung)12 ke Ambon. Oleh
karena itu, saya (Guru Djemaat – Hendrik Risakotta) telah pergi bertanya kepada
orang-orang apakah mereka sudah memikul/membawa tarankera tersebut, karena
tidak seorangpun memberikan jawabannya. Saya bertanya hingga 4 kali, namun
tidak ada seorangpun yang menjawabnya. Oleh karena itu saya telah memarahi
(memaki – mengumpat) mereka, dan kemudian seorang di antara orang banyak itu
menjawab : “kami penduduk pulau ini (pulau Honimoa/Saparua)”. Bukan orang
negeri Haria dan Porto yang memikul/membawa tarankera, saya tidak mengenali
orang-orang ini karena gelap dan sudah malam hari, hanya salah seorang
laki-laki bernama Pieter Radjawange. Mereka semua pergi menuju ke negeri Haria
dengan parang-parang mereka, berteriak, memukul/menabuh tifa dan melakukan
tarian perang (cakalele), melambai-lambaikan parang mereka saat di jalan. Mereka
memanggil orang-orang negeri Porto untuk bergabung dengan mereka semua yang
berasal dari tempat-tempat lain. Mereka berbicara dengan dialek Hatawano, Siri
Sori, Ulat, Ouw dan Booi. Mereka kembali ke negeri Porto, berjaga dan mengawasi
sekeliling rumah saya hingga pagi hari, berniat untuk membunuh saya, baru
kemudian saya mengetahui bahwa orang-orang ini dari Haria.
Pada tanggal
15 Mei tahun 1817, sekitar jam 7 pagi, Resident Saparua berangkat dari Saparua
dengan kuda dan mendatangi rumah Pattij negeri Haria untuk
mengawasi orang-orang yang harus memuat tarankera untuk dibawa ke Ambon. Lalu
datanglah orang-orang negeri Haria, berniat untuk membunuh Resident. Oleh
karena itu, Pattij negeri Haria memerintahkan seseorang untuk memanggil saya,
dan saya segera bergegas ke negeri Haria. Sesampainya di rumah Marcus Manuhutu,
saya melihat kerumunan orang banyak telah berkumpul di depan pintu masuk rumah
Pattij negeri Haria. Oleh karena itu, saya kembali lagi ke rumah saya, tetapi
ketika saya tiba di sudut sebuah sekolah, saya menoleh, dan melihat bahwa semua
orang itu telah meninggalkan rumah Pattij negeri Haria, sehingga saya kembali
menuju rumah Pattij negeri Haria untuk menemui Residen. Pattij negeri Haria
bertanya kepada Residen apakah ia tidak mau pergi ke rumah saya (rumah Hendrik
Risakotta), jika ia mau pergi maka akan pergi bersama dengan saya (Hendrik
Risakotta). Johannes Radjawange datang ingin menikam Resident. Resident meminta
pedang dari saya, tetapi saya menjawab saya tidak mempunyai pedang. Lalu Resident
berkata, “Tuan Guru dan Pattij, antarkan saya ke rumah Raja negeri Porto”.
Resident juga bilang, “Tuan Guru, jangan meninggalkan saya”. Maka saya
menjawab, “Saya tidak akan meninggalkan Tuan. Jika Tuan dibunuh, saya harus
terlebih dahulu dibunuh; jika tuan dibiarkan hidup, saya juga akan dibiarkan
hidup”. Resident kemudian menulis surat untuk memberi informasi
kepada yang berada di Saparua. Satu surat dibawa ke Saparua oleh David Berhitu
dan satu surat dibawah oleh Cornelis Nanlohij13.
Surat Resident van den Berg (15 Mei 1817) |
Kemudian saya
menyampaikan kepada Resident, “Tuan tinggal sebentar di sini bersama Radja
negeri Porto14 dan Pattij negeri Haria, saya akan pergi menemui
orang-orang Haria untuk meminta maaf dan mencari orang-orang untuk mengantar
Tuan kembali pulang, karena untuk saat ini Raja negeri Porto dan Pattij negeri
Haria tidak bisa melakukan apa-apa”. Oleh karena itu Resident menyetujui dan
mengizinkan saya pergi ke Baileu negeri Haria, menemui tetua negeri, yang
bernama Sahuleka, dan menanyakan mengapa mereka bertindak seperti itu. Dia
berkata, “ini bukan hanya kami orang negeri Haria, tapi ini dari seluruh
pulau”. Saya kemudian berkata kepada tetua bernama Sahuleka ini : “Jika ini
urusan semua penduduk pulau, lalu mengapa Tuan Resident harus mati di negeri
Porto dan Haria?”. Kemudian tetua Sahuleka ini memanggil tetua negeri yang lain,
bernama Souhoka dan Souijsa ke baileu. Saya kemudian berkata kepada ketiga
tetua itu : Kita jangan kemudian menyesal, jika telah berbuat sesuatu”. Ketiga
tetua itu menyuruh seorang laki-laki untuk menyampaikan hal itu kepada
orang-orang negeri Haria yang berkumpul di dekat Air Radja untuk mencegah Tuan
Resident melewatinya. Segera saya kembali ke rumah Radja negeri Porto. Di
situlah Lucas Souhoka datang memarahi Tuan Resident sambil menunjuk wajah
Resident dengan parangnya dan berkata : Kami sudah berbaik hati kepada Tuan,
lalu mengapa Juru tulis tuan datang bersama serdadu untuk menembak kami?”. Lalu
Lucas Souhoka kembali pulang. Tuan Resident bertanya, “Apakah Tuan Guru sudah
mendapatkan orang?”. Saya menjawab, “Tuan Resident harap bersabar sebentar”.
Saya segera kembali ke negeri Haria, sementara itu Raja Ulat, Salemba15,
datang bersama Thomas Matulesia, dan dia menyampaikan kepada Tuan Resident
bahwa tidak usah takut, dia telah menenangkan orang-orang. Dalam perjalanan
kembali dari negeri Haria ke Porto, saya bertemu dengan Thomas Matulesia di
depan pintu sekolah, yang berkata, “Tuan Guru, jangan takut, bawa Tuan Resident
kembali pulang”. Saya kemudian menuju ke rumah Raja negeri Porto dan berkata
kepada Resident : Saya harap Tuan mau memanggil Thomas Matulesia, agar ia bisa
mengantar dan membawa tuan pulang”. Maka Tuan Resident telah menyuruh orang
untuk memanggil Thomas Matulesia dan Tuan Resident berkata kepadanya : “Kamu
harus mengantar saya pulang, bersama dengan Tuan Guru dan Pattij negeri Haria,
dan 2 tetua negeri Haria yaitu Sahuleka dan Souhoka, marinjo gereja di negeri
Haria yaitu Matheus Hatu, dari negeri Porto yaitu Radja Ulat
Salemba, tetua negeri yaitu Wattimurij, Polnaya dan Aponno, serta Lucas
Sahertian, Lucas Waelapattij, Lucas Anakotta, Benjamin Wattimurij, Matheus
Pelamesene, Frans Sijarimas, Pieter Wattimurij, Pieter Nanlohij, Pieter
Nunlesij dan Lucas Marlesij”. Semua orang ini membawa Tuan Resident melewati
wilayah Air Radja, dimana ada sekitar 30 orang negeri Haria bersenjatakan
salawaku (perisai), parang dan tombak, tetapi mereka tidak menyakiti dan
membiarkan Tuan Resident lewat. Tetapi seorang laki-laki bernama Thobias
Takarija menertawakan Tuan Resident dan berkata : Selamat Jalan, Tuan”. Tuan
Resident segera memerintah tetua negeri Sahuleka dan Souhoka agar cepat bertemu
dan melapor kepada Pattij negeri Tiouw16 dan penduduk negeri
Tiouw harus datang menjemput Tuan Resident biar tidak bertemu musuh di jalan.
Kami kemudian membawa Tuan Resident ke Baileu negeri Tiouw. Baru pada saat
itulah kami bertemu dengan Pattij negeri Tiouw, orang-orang negeri Tiouw serta
orang-orang Burger, semuanya berjumlah 20 orang lebih. Dan Pattij negeri Tiouw
melaporkan bahwa Juru Tulis Resident17 dan Raja negeri Ameth18 telah
membawa serdadu untuk menjemput Tuan Resident, tetapi musuh telah menembak
tangan Juru Tulis, sehingga mereka telah kembali pulang ke benteng Duurstede.
Sesampainya di negeri Tiouw, Thomas Matulesia kembali pulang, tetapi saya dan Pattij
negeri Haria tetap menemani dan mengantar Tuan Resident hingga tiba di pintu
gerbang benteng, di bawah pohon kayu jati belanda19.
Sekitar jam 3 sore hari, Juru Tulis muncul dari dalam benteng dan menunjukkan kepada
Residen, tangannya yang terkena tembakan dari musuh. Radja negeri Ameth
melaporkan bahwa dia telah menerima surat dari Tuan Resident dari negeri Porto
dan bahwa dia telah menyuruh orang negeri Ameth untuk membawa surat ke Ambon.
Tuan Resident kemudian memerintahkan orang-orang agar memanggil arumbai yang
berlabuh di teluk negeri Paperu, tetapi orang-orang itu tidak kembali.
Kemudian Juru
Tulis juga melaporkan kepada Tuan Resident bahwa dia telah menembak musuh yang
berada di hutan Kayu Putih. Kemudian Tuan Resident segera memerintahkan orang-orang
Burger, agar sebagian menjaga jalan menuju Hatawano, sebagian menjaga jalan
menuju negeri Siri Sori, Ulat dan Ouw, sebagian lagi menjaga jalan menuju
negeri Porto dan Haria, sebagian lagi menjaga jalan menuju negeri Booi dan
sebagian lagi tetap berada di dalam benteng. Tuan Resident juga memerintahkan
Pattij negeri Tiouw dan Raja negeri Saparua20 untuk melakukan
pengawasan ketat di negeri mereka.
Kemudian Tuan
Resident berkata: “Tuan Guru negeri Porto, pulanglah sekarang, lakukan
pekerjaan agama seperti biasanya”. Tuan Resident kemudian memasuki benteng
bersama Juru Tulis untuk menyiapkan senjata. Radja negeri Ameth dan Raja Ulat,
Salemba, juga masuk ke dalam benteng untuk meminta amunisi/peluru dari
Resident, dan kemudian mereka 2 kali menembak, barulah saya pulang bersama
semua orang itu. Sesampainya di perbatasan negeri Tiouw, Pattij negeri Haria
menjadi takut kepada orang negeri Haria, dan kembali lagi ke Saparua. Tetapi
saya kembali ke negeri Porto, tiba di sana sekitar jam 4 sore. Malam itu,
orang-orang dari seluruh pulau berkumpul untuk mengawasi benteng.
=== bersambung ===
Catatan Kaki
1. Chr. Fr. Van Fraasen menulis dalam
catatan kaki no 1, bahwa salinan atau ekstrak dari naskah Porto Rapport atau
Laporan Porto yang tersimpan di National Archieve dengan kode Afschrift.
NA, collectie Van Alphen 2.21.004.19, 315, tidak memuat nama penulis dan tidak
ditandatangani. Sumber dari P.H. van der Kemp tahun 1911 dan
C.G.J.L. van den Berg van Saparoea tahun 1942 dan 1948 juga memberikan
informasi yang sama.
· P.H. van der Kemp, Het Herstel van Het Nederlandsch gezag in de
Molukken in 1817, bagian II dengan sub judul De Opstand in de
Molukken onder het bestuur der Commisie Engelhard – Van Middelkoop, dimuat
dalam Bijdragen Tot de Taal-, Land, ende Volkenkunde van
Nederlandsch Indies, deel (atau volume) 65, tahun 1911, hal 561-736,
khususnya hlm 579.
· G.J.L. van den Berg van Saparoea, Herinneringen Mijner Jeugd dan De
Tragedie op het Eiland Saparoea in het jaar 1817 , tahun 1942, hlm 46, catatan kaki no 1.
· C.G.J.L. van den Berg van Saparoea, De Tragedie op het Eiland Saparoea
in het jaar 1817, Tijdens den Opstand in De Molukken, dimuat
dalam Bijdragen Tot de Taal-, Land, ende Volkenkunde van
Nederlandsch Indies, deel (atau volume) 104, halaman 236 – 335, tahun
1948, khusus hlm 252, catatan kaki no 1.
2. Chr.Fr. van Fraasen memberikan
“analisa” berdasarkan pembacaan isi laporan, dan menulis : Laporan ini memberi
kesan bahwa sang penulis turut mengambil bagian atau terlibat dalam peristiwa
pemberontakan, baik pada skala/tingkat yang lebih besar atau kecil, atau
setidaknya pihak pemberontak melihat/menganggap sang penulis sebagai sekutu
mereka. Bagaimanapun juga, sang penulis dapat mengikuti dengan dengan cermat
semua tindakan Thomas Matulesia, yang tinggal dan melakukan aksinya di negeri
Haria, dari rumah sang penulis di negeri Porto. Penting untuk diketahui
bahwa penulisnya termasuk tokoh negeru Haria dan Porto. Karena Pattij van Haria
dan Radja van Porto telah kehilangan kendali atas situasi, pasti banyak yang
dalam situasi yang tidak pasti itu meminta nasihat dari Tuan Guru negeri Porto
dan juga memberinya informasi. Saat situasi berubah, Tuan Guru mungkin semakin
menjauhkan diri dari para pemberontak. Dalam reportasenya ia berhasil mewarnai
perannya sedemikian rupa sehingga para pemenang tidak mempersulit dirinya.
[P.H. van der Kemp dalam sumber tahun 1911, menulis bahwa Penulis Porto
Rapport ini adalah Strudiek yang menjadi Guru Djemaat untuk Haria-Porto di
tahun 1817. Mungkin ia mengutip dari sumber Van Doren (terbit tahun 1857, hlm 19), namun pada sumber tahun 1915 dan 1917, van der Kemp merevisi pendapatnya,
dengan menulis bahwa Porto Rapport ditulis oleh Hendrik Risakotta. Van den Berg
van Saparoea dalam sumber tahun 1942 dan 1948, dengan menggunakan manuskrip
yang mereka miliki, menulis bahwa Hendrik Risakotta yang menulis Laporan Porto]
· P.H. van der Kemp, Het Herstel van Het Nederlandsch gezag in de
Molukken in 1817, bagian II dengan sub judul De Opstand in de
Molukken onder het bestuur der Commisie Engelhard – Van Middelkoop, dimuat
dalam Bijdragen Tot de Taal-, Land, ende Volkenkunde van
Nederlandsch Indies, deel (atau volume) 65, tahun 1911, hal 561-736,
khususnya hlm 579.
· J.B.J. van Doren, Thomas Matulesia Het Hoofd der Opstandelingen op Het
Eiland Honimoa na De Overname van Het Bestuur der Molukken door den Landvoogd
Jacobus Albertus Middelkoop in 1817, J.B. Sybrandi, Amsterdam, 1857.
· P.H. van der Kemp, Het Nederlandsch-Indisch Bestuur in het midden
van 1817, s’Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1915, hal XXXVI,
sumber no 72 dan hal XXXIX, sumber no 92, bagian d.
· P.H. van der Kemp, Het Nederlandsch-Indisch Bestuur van 1817 op 1818
over De Molukken, Sumatra, Banka, Billiton en De Lampongs, s’Gravenhage,
Martinus Nijhoff, 1917, hlm XXV, sumber no 48.
· G.J.L. van den Berg van Saparoea, Herinneringen Mijner Jeugd dan De
Tragedie op het Eiland Saparoea in het jaar 1817 , tahun 1942, hlm 46, catatan kaki no 1.
· C.G.J.L. van den Berg van Saparoea, De Tragedie op het Eiland Saparoea
in het jaar 1817, Tijdens den Opstand in De Molukken, dimuat
dalam Bijdragen Tot de Taal-, Land, ende Volkenkunde van
Nederlandsch Indies, deel (atau volume) 104, halaman 236 – 335, tahun
1948, khusus hlm 252, catatan kaki no 1
3. Johannes Matullesia diketahui
sebagai kakak laki-laki dari Thomas Matulesia. Ditangkap pada tanggal 17
November 1817 di pegunungan negeri Haria, bersama Istri dan anak. Dibawa ke
kapal Maria Reijsbergen pada tanggal 18 November 1817, diperiksa dan diadili
oleh Raad van Justitie van Ambon berdasarkan besluit no 140 yang dikeluarkan
oleh Arnold Adriaan Buijskes pada tanggal 18 Desember 1817. Divonis hukuman
mati pada tanggal 7 Februari 1818 berdasarkan besluit bernomor 197, namun vonis
hukuman mati ini dibatalkan dan digantikan dengan hukuman pembuangan ke Jawa
(Banyuwangi), dikirim ke Jawa menggunakan kapal Fregat Wilhelmina pada tanggal
23 Februari 1818, dipindahkan ke Tjiandjur/Cianjur pada tahun 1823 dan
dibebaskan pada akhir tahun 1827. Ia diketahui menikah dengan
Nyawael Manuhutu.
4. Nicolaas Patinasaranij, berasal
dari negeri Ameth namun merupakan penduduk negeri Haria. Ditangkap dan dibawa
ke Ambon menggunakan kapal Maria Reijsbergen. Berdasarkan besluit nomor 217
tanggal 19 Februari 1818 yang dikeluarkan oleh Arnold Adriaan Buijskes,
memerintahkan Raad van Justitie van Ambon untuk memeriksa dan mengadilinya
dengan tuduhan salah satu penghasut utama dan penghasut pemberontakan.
5. Marawael Hattuw, penduduk negeri
Haria, diadili tahun 1818, diasingkan ke Jawa Barat, dibebaskan pada akhir
tahun 1827.
6. Bastian Latuperijsa, penduduk
negeri Haria, diadili tahun 1818, diasingkan ke Jawa Barat, dibebaskan pada
akhir tahun 1827.
7. Harmanus Latuperijsa, penduduk
negeri Haria, diadili tahun 1818, diasingkan ke Jawa Barat, dibebaskan pada
akhir tahun 1827. Pada tahun 1829, ia disebutkan telah kembali menjadi penduduk
negeri Haria.
8. Thomas Matulesia, menurut sumber
dari van Doren (1857, hal 22) menyebut bahwa Thomas Matulesia berusia sekitar
34 tahun, sedangkan sumber dari Q.M.R. Verhuell (1835, I, hal 242) menyebut
berusia sekitar 34 tahun, yang berarti Thomas Matulesia lahir sekitar tahun
1782-1783. Berdasarkan arsip tertanggal 28 Agustus 1817, disebut Thomas
Matulesia adalah seorang Kristen, pernah menjadi pelayan/pengawal pejabat Belanda
dan para perwira Inggris, terkhususnya Hugh Kyd, Resident van Saparoea asal
Inggris (Sept 1815-1816). Ia disebut juga “menikah” dengan seorang wanita yang
pernah menjadi pelayan rumah tangga Joseph White, syahbandar pelabuhan Ambon
asal Inggris (? – 1817). Ditangkap pada tanggal 10 atau 11 November 1817 dan
dibawa ke Ambon menggunakan kapal Evertsen. Diperiksa dan diadili berdasarkan
besluit Arnold Adriaan Buijskes tertanggal 23 November 1817, nomor
90. Divonis hukuman mati pada tanggal 13 Desember 1817 melalui
besluit Arnold Adriaan Buijkses bernomor 130, serta dieksekusi pada tanggal 16
Desember 1817.
· J.B.J. van Doren, Thomas Matulesia Het Hoofd der Opstandelingen op Het
Eiland Honimoa na De Overname van Het Bestuur der Molukken door den Landvoogd
Jacobus Albertus Middelkoop in 1817, J.B. Sybrandi, Amsterdam, 1857.
· Q.M.R. Verhuell, Herinneringen van Eene Reis naar de Oost-Indie, volume
I, Vincent Loosjes, Haarlem, 1835
· VERSLAG OVER DE STAND VAN ZAKEN BETREFFENDE DE OPSTAND : Gouverneur
der Molukken (Van Middelkoop) aan gouverneur-generaal (Van der Capellen),
Ambon, 28 augustus 1817. No. 32. Afschrift. ARNAS, Ambon 474 [dimuat oleh
Chr Fr van Fraasen dalam Bronen Betreffende de Midden Molukken 1796 –
1902, Huygen Knaw NL, 1997]
· Besluit schout-bij-nacht commissaris-generaal Buijskes 23 november 1817 no.
90, Ambon. Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4; collectie
Schneither 2.21.007.57, 128.
· Besluit schout-bij-nacht commissaris-generaal Buijskes 13 december 1817 no.
130, Ambon. Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4; collectie
Schneither 2.21.007.57, 128.
9. Radja Siri Sori yang dimaksud
dalam narasi ini adalah Johannes Salomon Kesaulija (Kesaulya). Ia pernah
menjadi Pattij van Ihamahu (sebelum Nov 1803 – 12 Des 1804). Menjadi Pattij van
Siri Sori (12 Des 1804 – 20 Mei 1817). Menikah dengan Efrosina Cornelia van
Capelle. Meninggal dunia di pantai Waisisil, negeri Tiouw pada tanggal 20 Mei
1817.
· Benoeming van soa-hoofden en andere functionarissen in de negorijen
door de gouverneur van Ambon (Wieling), Ambon, november 1803. Afschrift. ARNAS,
Ambon 730/a.
· Benoeming van regent voor de negorij Ihamahu door gouverneur van Ambon
(Cranssen), Ambon, 1 maart 1805. Afschrift. ARNAS, Ambon 730/a.
·
Benoeming van regent voor de negorij Siri Sori Serani door gouverneur van
Ambon (Cranssen), Ambon, 12 december 1804. Afschrift. ARNAS, Ambon 730/a.
· Benoeming van een soa-hoofd in de negorij Siri Sori Serani door
gouverneur van Ambon (Cranssen), Ambon, 6 oktober 1805. Afschrift. ARNAS, Ambon
730/a.
10. Pattij Haria yang dimaksud dalam
narasi ini adalah Jeremias Leihitoe (Leihitu). Pernah menjadi kandidat
komisaris huwalijkse zaken di karesidenan Saparua (1806), menjadi komisaris
huwalijkse zaken untuk karesidenan saparua (24 Agustus 1807 - ?). Ia masih
disebutkan sebagai Pattij van Haria hingga akhir tahun 1835. Jeremias Leihitu
diketahui menikah dengan Leonora Latupeirissa.
· Aanwijzing van kandidaten voor de post van commissaris van huwelijkse zaken
in de residentie Saparua door gouverneur van Ambon (Cranssen), Saparua, 12
december 1806. Afschrift. ARNAS, Ambon 730/a
· Benoeming van commissaris van huwelijkse zaken in de residenties Haruku en
Saparua door gouverneur van Ambon (Cranssen), Ambon, 24 augustus 1807.
Afschrift. ARNAS, Ambon 730/a.
·
Register kelahiran penduduk negeri Haria untuk tahun 1823 – 1835
·
ANRI, Ambon 1818. Besluiten. Benoeming van Regent. 173.a
· S.H. Maelissa, dan F. Sahusilawane, Gerakan Pandan Kasturi di Ambon
tahun 1829, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Provinsi Maluku
dan Maluku Utara, 2004, hlm 75
11. Dalam naskah versi bahasa
Melayu-Ambon tertulis Tuwan Fetawr. Tuwan Fetawr atau Tuan Fetor adalah
Melayunisasi dari kata dalam bahasa Portugis yaitu Feitor yang berarti gudang
atau pos atau “benteng” atau dalam bahasa Belanda terkadang ditulis “factorij”.
Jadi maksud kata Tuwan Fetor dalam naskah ini adalah pemimpin gudang, pos atau
“benteng” di karesidenan Saparua yang merujuk pada Resident van Saparoea yaitu
Johannes Rudolph van den Berg.
[Johannes Rudolph van den Berg, lahir di Jogjakarta pada
tanggal 11 Oktober 1789, putra dari Johannes Gerardus van den Berg
dan Maria Elizabeth Coert. Menikah pada tanggal 18 Agustus 1810 di Amsterdam
dengan Johanna Christina Umbgrove, putri dari Jan Lubbert Umbgrove
dan Constantia Cornelia Alting, lahir di Tegal pada tanggal 29 April 1791. J.R.
van den Berg menjadi ambtenaar kelas 3 pada tanggal 9 Februari 1815 melalui
keputusan kerajaan no 56. Berangkat menuju Hindia Belanda/Nusantara pada 24
Maret 1816 dan tiba di Batavia pada 8 Agustus 1816. Pada tanggal 5 Februari 1817,
menuju ke Ambon dan tiba pada 8 Maret 1817. Van den Berg tiba di Saparua pada
tanggal 15 Maret 1871 dan dilantik sebagai Resident van Saparoea pada 21 Maret
1817]
· G.J.L. van den Berg van Saparoea, Herinneringen Mijner
Jeugd dan De Tragdie op het Eiland Saparoea in het jaar 1817 , tahun
1942
· C.G.J.L. van den Berg van Saparoea, De Tragedie op het Eiland Saparoea in het jaear 1817, Tijdens den Opstand in De Molukken, dimuat dalam Bijdragen Tot de Taal-, Land, ende Volkenkunde van Nederlandsch Indies, deel (atau volume) 104, halaman 236 – 335, tahun 1948.
12. Tarankera sebenarnya “benteng”
atau “pelindung”, tetapi dalam konteks ini berarti pagar pelindung. Biasanya
berupa beberapa kayu atau bambu yang diruncingkan di bagian ujung dan dan
diikat/dipaku membentuk barisan atau pagar.
13. Salah satu surat yang dibawah
oleh 2 orang ini, pastilah surat yang meminta bantuan yang nantinya akan
ditemukan oleh Letnan 2 laut Jacobus Jzn Boelen yang berdinas di kapal perang
Maria Reijgersbergen pada tanggal 3 Agustus 1817 di dalam benteng Duurstede.
Surat itu berbunyi : Sergeant komt dadelijk sito met 12 man scherp geladen om
mij te verlossen, alles is in oproer. Komt schielijk. V.d. Berg.
Resident [Sersan, datanglah segera ke sini dengan 12 serdadu/orang bersenjata
untuk membebaskan saya, semuanya dalam kekacauan. Segera datang. Van den Berg.
Resident]
· Journaal door de luitenant-ter-zee 2e klasse J.Jzn. Boelen gehouden
aan boord van het fregat Maria Reijgersbergen, 9 september 1815 – 10 augustus
1819 Origineel, eigenhandig. NA, Ministerie van Marine, scheepsjournalen
1813-1966, 2.12.03, 3656-3657. [khusus untuk tanggal 3 Agustus 1817]
· Q.M.R. Verhuell, Herinneringen van Eene Reis naar de Oost-Indie, volume
I, Vincent Loosjes, Haarlem, 1835, hlm 125
· C.G.J.L. van den Berg van Saparoea, De Tragedie op het Eiland Saparoea
in het jaar 1817, Tijdens den Opstand in De Molukken, dimuat
dalam Bijdragen Tot de Taal-, Land, ende Volkenkunde van
Nederlandsch Indies, deel (atau volume) 104, hlm 236 – 335, tahun 1948, khusus hlm 300
· G.J.L. van den Berg van Saparoea, Herinneringen Mijner Jeugd dan De
Tragedie op het Eiland Saparoea in het jaar 1817, tahun 1942, hlm 27
14. Menurut sumber dari Chr Fr van
Fraasen, Radja van Porto pada masa ini adalah W.P. Nanlohij.
15. Raja Ulat dalam narasi ini adalah
Jeremias “Salemba” Latuihamallo.
[Ia pernah dibuang ke Madras India pada tahun 1799 dalam statusnya sebagai
Radja van Ullath akibat terlibat dalam pembunuhan Resident Saparoea asal
Inggris, Jhon Henry Slingsby pada 26 April 1799. Di masa
pemerintahan Belanda (1803 – 1810), menjadi Radja van Ullat (? – 1810),
kemudian dihukum penjara di Batavia pada masa pemerintahan interegnum Inggris
jilid II (1810-1817), dibebaskan dan kembali ke negeri Porto mungkin pada awal
tahun 1817 atau tahun 1816. Ia kemudian ditunjuk/diangkat oleh Thomas Matulesia
menjadi Radja van Porto, menggantikan W.P. Nanlohij. Diperiksa dan diadili
berdasarkan besluit nomor 140 tanggal 18 Desember 1817. Divonis hukuman mati
tetapi kemudian diampuni berdasarkan besluit nomor 220 tanggal 29 Februari 1818
dan dihukum pembuangan ke Semarang]
· Resident te Ambon (Farquhar) aan de gouvernementssecretaris te Madras
(Webbe), Ambon, 8 juli 1799. Afschrift. IOR, Madras Public Consultations 30
August 1799, P/242/15 f. 3035-3036.
· Ex-gezaghebber in de Molukken (kolonel Oliver) aan gouverneur in Rade te
Madras (Clive), ter rede van Madras aan boord van de Queen Charlotte, 5
augustus 1803. Afschrift. IOR, Madras Public Consultations 21 October 1803,
P/242/55 f. 3886-3903
· Benoeming van soa-hoofden in de residentie Saparua door gouverneur van
Ambon (Cranssen), Ambon, 12 december 1808. Afschrift. ARNAS, Ambon 730/a.
· Besluit schout-bij-nacht commissaris-generaal Buijskes 18 december 1817 no.
140, Ambon. Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4; collectie
Schneither 2.21.007.57, 128.
· Besluit schout-bij-nacht commissaris-generaal Buijskes 19 februari 1818 no.
220, Ambon. Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4;
collectie Schneither 2.21.007.57, 128.
16. Pattij van negeri
Tiouw dalam narasi ini adalah Jacobus Pattiwael.
[Jacobus Pattiwael menjadi Pattij van Tiouw sejak 11 Desember 1806 – 11 Februari 1818. Ditangkap pada awal November 1817, dibawa ke Ambon dan diperiksa dan
diadili berdasarkan besluit nomor 140 tanggal 18 Desember 1817, serta divonis
hukuman mati melalui besluit bernomor 196 tanggal 7 Februari 1818]
· Benoeming van regent voor de negorij Tiouw door gouverneur van Ambon
(Cranssen), Saparua, 11 december 1806. Afschrift. ARNAS, Ambon 730/a.
· Besluit schout-bij-nacht commissaris-generaal Buijskes 18 december 1817 no.
140, Ambon. Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4; collectie
Schneither 2.21.007.57, 128.
· Besluit schout-bij-nacht commissaris-generaal Buijskes 7 februari 1818 no.
196, Ambon.
· Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4; collectie Schneither
2.21.007.57, 128.
17. Juru Tulis Resident ,
menurut arsip-arsip ditulis Scriba Ornek atau Juru tulis Ornek. Chr Fr van
Fraasen menduga bahwa Scriba Ornek mungkin bernama Pieter Hendrik Ornek, lahir
sekitar tahun 1765 dan dibaptis pada 20 September 1767, putra dari Louis Ornek
dan Regina Siewerse.
· Verantwoording over zijn verrichtingen in de Molukken van tweede
commissaris ter overname der Molukken en gouverneur der Molukken (Van
Middelkoop) aan commissarissen-generaal (Elout, Van der Capellen en Buijskes),
Surabaja, 23 maart 1818.Afschrift.NA, collectie Schneither 2.21.007.57, 128.
[catatan kaki nomor 80 oleh Chr. Fr. van Fraasen pada penjelasan arsip ini]
18. Belum diketahui identitas Raja
negeri Ameth yang memerintah pada tahun 1817 ini. Mungkin figur ini yang
menikah dengan J.M. Huwae, yang pada tahun 1825 mendapat tunjangan pensiun
suaminya.
· Verbaal handelingen en besluiten gouverneur-generaal (Van der Capellen) buiten
Rade 10 februari 1825 no. 7, Batavia. Afschrift. NA, Koloniën 2.10.01, 2480.
19. Pohon kayu jati belanda, dalam
naskah versi bahasa Melayu-Ambon disebut pohon sederboom. Mungkin sejenis pohon
“ara” atau “beringin”.
20. Radja van Saparoea yang dimaksud
adalah Melianus atau Melkianus Titaleij. Ia dihukum pembuangan ke Jawa, dan
meninggal pada tahun 1824. Ia diketahui menikah dengan Elizabeth Simatauw.
· Verbaal handelingen en besluiten gouverneur-generaal (Van der Capellen) buiten Rade 10 februari 1825 no. 7, Batavia. Afschrift. NA, Koloniën 2.10.01, 2480.
Sangat jelas
BalasHapusTerima kasih...🙏🙏🙏
Hapussetuju sangat jelas.....
BalasHapus