Bagian 2
[Hendrik
Risakotta]
Transliterasi
: Adrijn Anakotta
Pada tanggal
16 Mei 1817, sekitar jam 6 pagi hari, Thomas Matulesia membawa penduduk dari 2
negeri, yaitu negeri Porto dan Haria ke [negeri] Saparua, dan mereka bergabung
dengan penduduk pulau atau penduduk dari negeri-negeri lain yang sudah
berkumpul di sana untuk menghancurkan benteng [Duurstede] tersebut. Tetapi
bahkan sebelum kedatangan Thomas Matulesia, Tuan Resident telah mengibarkan
bendera putih dan menunjukkan kerendahan hati yang luar biasa, karena Tuan
Resident merupakan pejabat baru dan belum pernah merugikan atau menyusahkan
semua pemimpin negeri-negeri di pulau [Saparua]. Tetapi mereka tidak mau
menerima tanda perdamaian dari Tuan Resident, dan sekitar jam 10 pagi, Thomas
Matulesia berdiri di tengah-tengah penduduk dari negeri-negeri itu, dan
bertanya : “Siapa pemimpin yang akan menyerang benteng?”. Tetapi tidak ada yang
memberi jawaban. Thomas bertanya lagi, hingga sebanyak 2 kali, tetapi tidak ada
yang menjawab. Maka Thomas berkata, “Kalau begitu, saya akan menjadi pemimpin
penyerangan benteng”. Pada jam 12 siang, Tuan Resident menyampaikan surat untuk
menawarkan perdamaian kepada semua penduduk pulau, tetapi mereka menolak
tawaran perdamaian. Sekitar jam 3 sore, mereka menyerbu benteng [Duurstede] dan menguasainya.
Pada tanggal 17
Mei 1817, Thomas Matulesia memanggil Para Radja dan Pattij untuk
datang ke [negeri] Saparua untuk membahas penguburan para jenazah.
Pada tanggal
18 Mei 1817, Thomas Matulesia pergi ke [negeri] Hulaliu dan memerintahkan para
pemimpin pulau Buangbessi1 untuk menyerbu benteng di [negeri]
Haruku.
Pada tanggal
19 Mei 1817, sekitar jam 6 pagi, orang-orang dari [negeri] Hulaliu datang
menyampaikan informasi kepada Thomas Matulesia bahwa pasukan Belanda yang
datang dari Ambon sudah tiba di [negeri] Haruku2, dan sekitar jam 8
pagi, orang-orang kaum burger datang dari [negeri] Saparua berkumpul di
[negeri] Haria untuk berjaga-jaga terhadap kedatangan pasukan Belanda dari
[pulau] Haruku.
Benteng Duurstede (sekitar 1830an) |
Pada tanggal
20 Mei 1817, sekitar jam 6 pagi, pasukan Belanda menyeberang dari [negeri]
Hulaliu menuju ke tanjung Hatuwalanej3, dan sekitar jam 7 pagi pasukan Belanda itu melanjutkan perjalanan ke
[negeri] Saparua. Thomas Matulesia berkata, “Lihat, armada arumbai bergerak
menuju [negeri] Saparua”. Kemudian, Thomas Matulesia memerintahkan orang-orang
negeri Haria untuk berjaga-jaga dari Uraputij sampai ke Paperu, tetapi kelompok
penduduk kaum Burger bersama Thomas Matulesia pergi ke [negeri] Saparua untuk
berperang melawan pasukan Belanda. Sekitar jam 9 pagi, orang-orang dari
[negeri] Kulur, Rumahkai dan Tihulale tiba di [negeri] Haria. Dan di pagi itu
terjadi pertempuran di Saparua. Sekitar jam 12 siang terdengar informasi bahwa
pasukan Belanda telah dikalahkan. Sekitar jam 3 sore, tetua negeri [Haria] yang bernama Sahuleka dan
Lucas Souhoka yang ikut bersama orang Haria, mereka membawa seorang tentara
Belanda dari Saparua ke negeri Haria dengan tangan terikat. Sesampainya di
baileu negeri Haria, mereka berjalan bersama tentara Belanda itu mengelilingi baileu
itu sebanyak 3 kali sambil tetap memegang senjata, parang, salawaku dan tombak.
Kemudian mereka membawa tentara Belanda itu ke atas baileu dengan menyeretnya.
Sekitar jam 5 sore, Thomas Matulesia kembali dari Saparua dengan orang-orang dari
[negeri] Porto dan Haria, mereka juga membawa seorang tentara Belanda, namun
mereka tidak melakukan apa-apa pada tentara itu4.
Pada tanggal
21 Mei 1817, penduduk pulau Nusalaut tiba dan menguburkan jenazah-jenazah itu
di ujung desa/negeri Tiouw, yang bernama Waesisi5.
Pada tanggal
22 Mei 1817, sekitar jam 4 sore, menjelang malam, Pattij [negeri] Hulaliu6, Pattij
[negeri] Aboru7, Tuan Guru [negeri] Hulaliu8, Tuan Guru
[negeri] Aboru9 dan Tuan Guru [negeri] Wassu10,
datang ke [negeri] Haria untuk menerima perintah dari Thomas Matulesia. Dia
[Thomas Matulesia] memukul dan menendang mereka, melecehkan, mengumpat dan
memaki mereka dengan perkataan-perkataan yang kotor.
Pada tanggal
26 Mei 1817, 58 orang penduduk [negeri] Kamarian datang ke [negeri] Haria.
Thomas Matulesia memerintahkan mereka ke Haruku untuk berperang.
Pada tanggal
27 Mei 1817, sekitar jam 10 pagi, orang-orang dari [negeri] Iha, Latu, Hualoi
dan Amahai datang dan berkumpul di [negeri] Haria untuk berperang di Haruku.
Kira-kira jam 3 sore, Radja [negeri] Iha11, Pattij [negeri] Latu12,
Orang kaija [negeri] Sepa13 dan Orang Kaija 2 negeri di teluk
Elpaputih dengan orang-orang Alifuru tiba di Haria, semuanya sekitar 100 orang
berkumpul untuk ikut serta dalam pertempuran di Haruku. Dan sekitar jam 5 sore, Radja [negeri] Pelauw14, Pattij
[negeri] Hulaliu dan Orang Kaija [negeri] Kailolo15 datang ke
Haria untuk menerima perintah dari Thomas Matulesia. Dia memukuli, menendang
mereka, serta melecehkan, memaki mereka dengan perkataan-perkataan kotor, dan
memerintahkan orang-orang Haria yang bersenjatakan senjata untuk berdiri
mengelilingi mereka, dan menembak mereka jika perlu.
Pada tanggal
31 Mei 1817, orang-orang dari pulau Nusalaut datang ke Haria, dan Thomas
Matulesia memilih 80 orang untuk berperang di Haruku.
Pada tanggal 4
Juni 1817, sekitar jam 6 pagi, kapitan [negeri] Nolloth16 membawa
3 orang yang terluka dari Haruku ke Haria, 1 orang dari [negeri] Titawaai, 1
orang dari [negeri] Abubu, dan 1 orang dari [negeri] Ameth. Sekitar jam 10 pagi,
orang – orang dari seluruh pulau Saparua berkumpul di Haria, dan Thomas
Matulesia memilih 80 orang dari antara mereka untuk bertempur di Haruku.
Pada tanggal 5 Juni 1817, sekitar jam 12 siang, kapitan [negeri] Nolloth membawa Pattij [negeri] Aboru, Pattij [negeri] Wassu17, Radja [negeri] Pelauw, Orang Kaija [negeri] Kailolo dan Orang Kaija [negeri] Rohomoni18 dari pulau Haruku ke Haria, dan mereka menyampaikan kepada Thomas Matulesia bahwa penduduk [negeri] Haruku dan [negeri] Samet meminta perdamaian. Kemudian Thomas Matulesia memukuli, menendang, memarahi dan memaki para Radja dan Pattij ini dengan perkataan-perkataan yang kotor.
Pada tanggal
10 Agustus 1817, orang-orang [negeri] Haria bermusyawarah dan bersumpah di
baileu, jika di kemudian hari situasinya telah kembali pulih/damai, atau jika
pasukan Belanda memenangkan perang, tidak ada yang akan mengungkapkan bahwa
perang/perlawanan ini berasal dari Haria.
Pada tanggal 13 Agustus 1817, sekitar jam 10 malam, Raja Ulat yang bernama Salemba, Nicolas Pattinasarany, Thomas
Matulesia serta kapitan [negeri] Ihamahu yang bernama Aron25 telah
sepakat untuk membawa putri dari Pattij [negeri] Akoon26 ke
pesta dansa di rumah Latulorij Latumahina dengan tujuan membuat malu.
Orang-orang [negeri] Porto dan Haria membunuh Johannes Tuwanakotta, saudara
dari Pattij [negeri] Akoon, tetapi saya tidak mengetahui dimana mereka
menguburkan jenazahnya, tetapi Tuan Kompeni dapat menanyakan kepada para pelaku
dimana mereka menguburkannya.
Pada tanggal 28 Agustus 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kelibon tiba
di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali
pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk
mesiu itu.
Pada tanggal 8 September 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kuwamur tiba
di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali
pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk
mesiu itu.
Pada tanggal 16 September 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kelmulij
tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali
pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk
mesiu itu.
Pada tanggal 20 September 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kilmurij
tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali
pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk
mesiu itu.
Pada tanggal 22 September 1817, seorang nakhoda bernama Batuluhu asal
[negeri] Kilmurij menyampaikan surat kepada Radja [negeri] Keluhu dan kepada
Radja [negeri] Ondor.
Pada tanggal 23 September 1817, orang-orang Alifuru dari [negeri] Amahai,
Teluk Elpaputih dan Sepa tiba di Haria untuk bertempur di Haruku.
Pada tanggal 25 September 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kilmurij
tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali
pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk
mesiu itu, dan memberi mereka surat untuk dikirim ke Ternate.
Pada tanggal 27 September 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kilmurij
tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali
pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk
mesiu itu.
Pada tanggal 2 Oktober 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kilmurij tiba
di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali
pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk
mesiu itu.
Pada tanggal 3 Oktober 1817, sekitar jam 7 pagi, orang-orang Seram dari
[negeri] Kilmurij tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan
sekitar jam 7 malam, orang-orang Seram dari [negeri] Werinama tiba di Haria dengan 2
arumbai membawa bubuk mesiu, ketika mereka kembali pulang, Thomas Matulesia
memberi mereka cengkih. Sekitar jam 11 malam, Radja
[negeri] Ondor tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan saat
kepulangan mereka, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih dan sepucuk surat
untuk disampaikan kepada Radja Bali. Dua orang Burger beragama Islam juga
menemani mereka.
Pada tanggal 13 Oktober 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Selor tiba di
Haria dengan 1 arumbai, dan ketika mereka kembali pulang, Thomas Matulesia
memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk mesiu.
Pada tanggal 19 Oktober 1817, satu arumbai dari tanah Hitu tiba di Haria
dengan 2 serdadu pribumi yang telah meninggalkan pasukan Belanda dan bergabung
bersama para pemberontak. 1 orang dari negeri Haria bernama Matheus Ruhulesin,
yang satunya lagi dari negeri Porto bernama Jacob Wattimurij. Keduanya tinggal
di sini dan meminta senjata kepada Thomas Matulesia. Mereka menyampaikan
informasi bahwa 18 kora-kora dari Ternate telah tiba di Ambon.
Pada tanggal 22 Oktober 1817, 14 orang dari [negeri] Kaibobu datang dan
menyampaikan informasi bahwa orang-orang Pelauw telah pergi ke [negeri] Haruku
untuk melapor kepada Belanda tentang apa yang terjadi di Saparua, dan
orang-orang Kaibobu ini memohon kepada Thomas Matulesia untuk menyerang
[negeri] Pelauw, tetapi Thomas Matulesia mengatakan bahwa orang-orang dari
[negeri] Rumahkai, Tihulale dan Kamarian harus datang dan berjaga-jaga di
Saparua, sedangkan dari [negeri] Hatusua hingga negeri Kaibobu harus
berjaga-jaga di Haruku.
Kemudian saya menyerahkan kisah yang sebenarnya ini sesuai dengan kuasa dan
kehendak Tuwan Yang Mulia, sambil menyebut diri hamba yang rendah ini.
=== selesai
===
Catatan Kaki
1. Chr. Fr. van Fraasen memberikan
catatan kaki bernomor 16 pada kata ini, dan ia menjelaskan bahwa : Boan Besi,
yang muncul dalam teks Melayu, sebenarnya adalah sisi atau bagian selatan dari
pulau Haruku, dimana negeri Haruku berada pada sisi ini dengan benteng
Zeelandia. Sisi atau bagian utara dari pulau Haruku, dimana terdapat negeri
Hulaliu, disebut Hatuhaha. Tetapi penggunaan kata Boan Besi dalam konteks ini
merujuk pada pulau Haruku secara keseluruhan.
2. Pasukan Belanda ini adalah armada
ekspedisi yang dipimpin oleh Mayoor Genie Piter Jacobus Beetjes.
3. Tanjung Hatuwalanej atau
Hatualane, adalah tanjung yang berada pada sisi selatan teluk negeri Haria.
· Lihat Peta Pulau Saparua, yang disisipkan dalam bukunya G.W.W.C. Baron van
den Hoevell, Ambon en meer bepaaldelijk De Oeliasers : Geographisch,
Ethnographisch, Politisch en Historisch, Doordrecht : Blusse en van Braam,
1875, khusus hlm 233
4. Kedua tentara Belanda yang
ditawan ini bernama Van Hammer dan Josephus Leidelmeijer.
5. Waisisil, sumber van Doren (1857
: 29) menulisnya Way Asil. Sumber van der Kemp (1914 : 4) menulisnya Wae Sisil
· J.B.J. van Doren, Thomas Matulesia Het Hoofd der Opstandelingen op Het
Eiland Honimoa na De Overname van Het Bestuur der Molukken door den Landvoogd
Jacobus Albertus Middelkoop in 1817, J.B. Sybrandi, Amsterdam, 1857.
· P.H. van der Kemp, Nadere Mededeelingen over den Opstand van Saparoea
in 1817, dimuat dalam Bijdragen Tot de Taal-, Land, ende Volkenkunde
van Nederlandsch Indies, deel (atau volume) 69, tahun 1914, hlm 1-10.
6. Pattij [negeri] Hulaliu yang
dimaksud dalam naskah ini adalah Frans Hatalaibessij
7. Pattij [negeri] Aboru yang
dimaksud dalam naskah ini adalah P.S. Usmanij
8. Tuan Guru [negeri] Hulaliu yang
dimaksud dalam naskah ini adalah Lambertus Uniputtij
· Verslag aan schout-bij-nacht en commissaris-generaal Buijskes van de staat
van het schoolwezen op de Ambonse eilanden, opgesteld door C.M. Baumhauer,
secretaris van de commissie ter overname van de Molukken, Ambon,
november 1817.Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4; collectie
Schneither 2.21.007.57, 128.
9. Tuan Guru [negeri] Aboru yang
dimaksud dalam naskah ini adalah J. Mustamu
· Verslag aan schout-bij-nacht en commissaris-generaal Buijskes van de staat
van het schoolwezen op de Ambonse eilanden, opgesteld door C.M. Baumhauer,
secretaris van de commissie ter overname van de Molukken, Ambon,
november 1817.Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4; collectie
Schneither 2.21.007.57, 128.
10. Tuan Guru [negeri] Wassu yang dimaksud dalam naskah ini adalah C. Kiriweno
11. Verslag aan schout-bij-nacht en commissaris-generaal Buijskes van de staat
van het schoolwezen op de Ambonse eilanden, opgesteld door C.M. Baumhauer,
secretaris van de commissie ter overname van de Molukken, Ambon,
november 1817.Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4; collectie
Schneither 2.21.007.57, 128.
12. Menurut sumber dari Chr. Fr. van Fraasen, Radja [negeri] Iha pada tahun
1817 tidak/belum diketahui identitasnya
13. Menurut sumber dari Chr. Fr. van Fraasen, Pattij [negeri] Latu pada tahun
1817 tidak/belum diketahui identitasnya
14. Orang kaija [negeri] Sepa, menurut sumber dari Chr. Fr. van Fraasen,
bernama Bakar Amahoru, putra dari Bangsa Amahoru. Bakar Amahoru menjadi Orang
Kaija van Sepa sejak 1804 – 1829)
15. Menurut sumber dari Chr. Fr. van Fraasen, Radja [negeri] Pelauw
pada tahun 1817 tidak/belum diketahui identitasnya
16. Menurut sumber dari Chr. Fr. van Fraasen, Orang Kaija [negeri] Kailolo pada
tahun 1817 tidak/belum diketahui identitasnya
17. Kapitan [negeri] Nolloth yang dimaksud dalam narasi ini bernama Lucas
Huliselan atau Lucas “wattimena” Silano
18. Pattij [negeri] Wassu yang dimaksud dalam narasi ini bernama Salomon
Pattinama. Ia menjadi Pattij van Wasu (sebelum 1803 – 1835). Ia diketahui
menikah dengan Elizabeth Corputtij
19.
Orang Kaija [negeri] Rohomoni pada masa ini tidak/belum diketahui
identitasnya
20.
Orang Kaija [negeri] Liang pada masa ini tidak/belum diketahui identitasnya
21.
Radja [negeri] Oma bernama B. Pattinama
22. Tuan Guru [negeri] Oma bernama N. Kiriwenno
· Verslag aan schout-bij-nacht en commissaris-generaal Buijskes van de staat
van het schoolwezen op de Ambonse eilanden, opgesteld door C.M. Baumhauer,
secretaris van de commissie ter overname van de Molukken, Ambon,
november 1817.Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4; collectie
Schneither 2.21.007.57, 128.
23. Radja Tuwa negeri Aboru atau bekas Radja negeri Aboru yang dimaksud adalah
Philip Benjamin Ferdinandus. Ia menjadi Radja van Aboru (sebelum 1803 – 1810).
Ia lahir sekitar tahun 1740an dan meninggal pada 16 Juni 1817 dalam usia 70-an
tahun.
24. [negeri] Batulomij atau Batulomin adalah sebuah negeri/desa di pesisir
selatan Seram Timur, di antara negeri Undur dan Urung
25. Pieter Weijnand atau Pieter Wijnand pernah bertugas di Sawai (1804) sebagai
seorang penerjemah (1806) bertugas dalam ekspedisi menghadapi perlawanan Sultan
Nuku di pulau Seram (1806), bertugas di Gubernuran Ambon dengan tugas mengurusi
hal-hal tentang pulau Seram (1815), terbunuh di Luhu pada Juli 1817
25. Kapitan [negeri]
Ihamahu bernama Lucas Lisapalij alias Aron
26. Pattij [negeri] Akoon dalam
narasi ini bernama Dominggos Thomas Tuwanakotta
[Pada tanggal 26 Juli 1817,
Pattij van Akoon, Dominggos Thomas Tuwanakotta, membelot ke pihak Belanda,
meninggalkan istri dan anak-anaknya. Thomas Matulesia bersama pasukannya kemudian
menangkap istri dan anak-anak dari Pattij van Akoon, saudaranya yang bernama
Johannes Tuwanakotta, ingin menyelamatkan mereka tetapi terbunuh bersama 2
orang budaknya. Istri dan anak-anak dari Pattij van Akoon tetap dibiarkan hidup
hingga akhir perang]
· P.H. van der Kemp, Het Herstel van Het Nederlandsch gezag in de
Molukken in 1817, bagian II dengan sub judul De Opstand in de
Molukken onder het bestuur der Commisie Engelhard – Van Middelkoop, dimuat
dalam Bijdragen Tot de Taal-, Land, ende Volkenkunde van
Nederlandsch Indies, deel (atau volume) 65, tahun 1911, hal 561-736,
khususnya hlm 695-696
· P.H. van der Kemp, Het Nederlandsch-Indisch Bestuur van 1817 op 1818 over De Molukken, Sumatra, Banka, Billiton en De Lampongs, s’Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1917, hlm 87-88
Tidak ada komentar:
Posting Komentar