KAPATA SIWALIMA
KAPATA dengan kata lain adalah “Nyanyian”, berisikan syair tuturan yang penuh makna.
Diiringi oleh suara Tifa dan Kuli Bia (Tahuri), kapata dinyanyikan/dituturkan
secara berulang-ulang oleh Mauweng (Penghulu
Adat) sambil menarikan Tarian Maku-Maku. Tarian ini dipimpin oleh para Kapitan kemudian diikuti sambil
berpegangan tangan/bakukele oleh Raja,
Malessy, Anak-anak
Soa dan masyarakat negeri sehingga
membentuk barisan panjang atau lingkaran. Tarian Maku-Maku adalah tarian
penyemangat perang dan sukacita kemenangan, juga sebagai simbol
yang menunjukkan rasa ungkapan syukur kepada UPU AMAN LANITE (Tuhan pencipta
langit dan bumi) atas terjadinya sebuah peristiwa adat yang baik
seperti “Angka Raja/Pelantikan Raja, Panas Pela Gandong dan lain-lain.
Kapata Siwalima dan
Tarian Maku-Maku adalah bagian tak terpisahkan dalam sebuah prosesi adat
negeri-negeri di Maluku, dalam Bahasa Tana disebut sebagai SIKANTARO LEKAHUA atau menyanyi
sambil menari disertai dengan mengkonsumsi Apapua yang terdiri dari sirih, pinang, kapur sirih,
tabaku (tembakau) dan sopi (sejenis arak asal Maluku). Siwalima sendiri adalah akronim dari kata PATASIWA dan PATALIMA. Patasiwa adalah perkumpulan
9 soa yang turun dari Nunusaku dan mendiami pesisir, sedangkan Patalima
adalah perkumpulan 5 soa yang mendiami pegunungan.
Di Negeri Saparua juga
mengenal Kapata Siwalima, mengingat latar belakang leluhur Negeri Saparua yang
berasal dan terpancar dari NUNUSAKU di
Pulau Seram menyatu dengan yang lain di Hutan Aikasiro (Souku/Soahuku) dan
mengangkat sumpah sebagai saudara. Seperti yang tergambar pada nyanyian Kapata
Bahasa Tana ini.
Tui-Tui a Heilete,
Heilete... (Ada banyak orang berjalan berpencar-pencar seperti tui-tui “Musang”)
Heilete, Nunusaku Nunusaku
o... (Mereka terpancar dari Nunusaku)
Riai Moma, Taralele
Taralele... (Tiba di suatu tempat lalu membuat perjanjian)
Taralele, Moria la samo,
Moria la samo... (Membuat perjanjian sebagai saudara kandung untuk saling
peduli/menjaga satu dengan yang lainnya)
Uru Siwarima, Uru Siwarima
o, Uru Siwarima, Uru Nusa Ina o... (Manusia-manusia siwalima, manusia-manusia
Nusa Ina)
Mae sama ito, Sama ito mae
o... (Mari kita sama-sama)
Sama ito mae, ito
lekahua o... (Mari kita sama-sama menari maku-maku)
Upu Patasiwa toti apapua
mae... (Tuhan/Bapa patasiwa sudah menyediakan segalanya)
Apapua mae, Upu
Patasiwa o... (Hidangan sudah tersedia, mari kita menikmatinya)
Nunusaku o,
Nunusaku Nunu o... (Kembalilah ke Nunusaku)
Nunu Nusa Ina, Nunu
Siwarima o... (Kembalilah ke nusa ina, ke tanah asal anak cucu siwalima).
Upu lepa pela, Upu
ina lepa o... (Datuk-datuk mengatakan).
Kwele batai telu kuru
Siwarima o... (3 batang air “sungai Tala, Eti dan Sapalewa adalah milik
anak cucu Siwalima).
Sei hale hatu, Hatu
lisa pei o... Sei lesi sou, Sou lesi pei o... (Siapa memindahkan
batu, batu akan menimpahnya/Siapa yang melanggar sumpah/berbuat salah akan
mendapatkan hukuman).
Merujuk kepada Tradisi
Kapata dan Tari-Tarian sebagai bentuk kearifan lokal yang diwariskan leluhur
secara turun-temurun kepada anak cucu Siwalima, menjadikan tradisi
bernyanyi dan menari sangat mengakar dalam kehidupan orang Maluku yang
terkenal mempunyai jiwa seni tinggi. Sudah menjadi tugas kita sebagai generasi
muda Maluku untuk memperkenalkan Kultur Siwalima yang kita punyai kepada dunia,
biar mereka tahu “Katorang Juga
Bisa”.
Lawamena
hiti hala, Lawamena haulala (Maju kamuka pikul
masalah rame-rame, jangan undur e/Maju terus pantang mundur).
Dari
berbagai sumber sejarah di Maluku
bagus :)
BalasHapusLawa mena = lari ke depan
BalasHapusHau = cium
Lala = darah
(Dalam keadaan perang: lari ke depan (menuju ke musuh) Sebab sudah cium darah!