(bag 1)
Oleh
Pamela Mc Vay
A. Pengantar
Benteng
Duurstede adalah ikon-nya Saparua. Bangunan di atas batu karang di tebing
negeri Saparua itu, telah berusia 3 abad lebih. Ikon itu mungkin tidak pernah
ada, jika tak ada seorang Nicolaas Schaghen, Gubernur van Amboina (1691-1696). Ia
adalah “pembangunnya” dalam arti karena keputusan politiknya-lah, maka benteng itu
didirikan, meski beberapa pihak tidak menyetujui dan memperdebatkannya.
Bangunan itu
dinamakan Duurstede, mengikuti nama “tampa
putus pusa” dari Nicolaas Schaghen sendiri yaitu wijk bij Duurstede, di
wilayah Utrecht, Belanda. 5 tahun
setelah benteng itu berdiri, perjalanan hidup sang pembangunnya Nicolaas
Schaghen tiba di ujung nasib. Pada jam 12 siang tanggal 7 Juli 1696, Nicolaas
Schaghen mendadak meninggal dan dimakamkan di Ambon 2 hari kemudian. Seperti
manusia lainnya, yang dalam kehidupan pasti “turun naik”, Schaghen, sang
lulusan Fakultas Hukum Universitas Utrecht itu juga mengalaminya. Ia hanya 13
tahunan “menetap” di Asia, sejak kedatangannya ke Batavia tahun 1683 hingga
kematiannya penghujung abad ke-17 itu.
Artikel yang
ditulis oleh Pamela Mc Vay, sarjana lulusan Universitas of Illinois di Urbana-Champaign ini,
mengisahkan salah satu fragmen dalam kehidupan karir Nicolaas Schaghen. Setelah
menjadi Gubernur Malaka (1683-1685), Schaghen ditunjuk menjadi Direktur Bengal
(Benggala), dan baru beberapa bulan bertugas, ia terindikasi melakukan perdagangan
ilegal, yaitu perdagangan tembaga yang dilarang oleh VOC. Lebih buruk lagi,
istrinya Sara Aleta van Genegen juga tersangkut masalah hukum, karena terlibat
dalam perdagangan sutera ilegal. Proses persidangan memakan waktu lebih dari 2
tahun, dan catatan persidangan serta salinannya menghabiskan 4oo halaman
banyaknya. Seperti yang disebutkan
sendiri oleh McVay, bahwa kajian ini adalah adaptasi dari bab pertama naskah
disertasinya yang berjudul I am the
Devil’s Own : Crime, Class and Identity in 17th century Dutch East Indies, di
Universitas Illinois tahun 1995. Sayangnya, naskah disertasi ini hingga
sekarang belum dipublikasikan untuk dibaca oleh khayalak ramai. Artikel ini sendiri berjudul Private Trade and Elit Previlege: The Trial
of Nicolaas Schaghen, Director of Bengal, dan dimuat di jurnal Itinerario,
volume 20, issue 3 (November 1996), hal 69-86. Artikel sepanjang 18 halaman
ini, terdiri dari 14 halaman kajian dan 4 halaman untuk catatan kaki yang
jumlahnya 47 catatan kaki.
Kami memberanikan
diri untuk menerjemahkan artikel ini dan membaginya menjadi 2 bagian, agar bisa
dibaca dan diikuti dengan baik. Selain itu, artikel ini juga penting untuk
mengetahui, dan memahami cara hukum bekerja dan berproses di masa VOC. Mungkin
saja, artikel terjemahan ini bermanfaat bagi pembaca, yang kebetulan sedang
menuntut ilmu di fakultas hukum, untuk mengetahui lebih banyak seluk
persidangan di masa kolonial. Dan mungkin bagi kita, orang biasa yang suka
dengan sejarah, ini bisa menjadi pengetahuan dan pemahaman kita akan
sejarah.....mungkin, dengan membaca artikel ini, kita paling tidak bisa
paham....misalnya saja, kalau Thomas Matulessia ketika divonis hukuman mati,
“pastilah” melalui proses persidangan dan menghadirkan saksi-saksi yang
kesaksian mereka “memperkuat” dasar vonis itu.
Perlu ditambahkan,
bahwa artikel asli tidaklah terdapat ilustrasi, peta, tabel, dan sebagainya,
sehingga artikel hasil terjemahan ini, kami tambahkan hal-hal demikian, guna “mempercantik”
isi artikel. Selain itu, kami juga
menambahkan catatan tambahan, dengan maksud menjelaskan, dan menambah informasi
khususnya terhadap beberapa figur yang ditulis pada artikel.
Akhirnya, selamat
membaca... dan selamat menikmati kajian-kajian bermutu......
B. Terjemahan :
(Kutu Busu)
Merupakan
kearifan yang lumrah di antara para sejarahwan tentang Hindia Timur/Belanda
(Nusantara/Indonesia), bahwa setiap orang di VOC terlibat dalam perdagangan
swasta. Artinya “semua orang” memperdagangkan barang yang seharusnya di
monopoli oleh kompeni (VOC) dan “semua orang” menyalahgunakan posisi mereka untuk
melakukan praktek korupsi dari perdagangan kompeni. Diduga, alasan “utama”
mereka bergabung/bekerja di VOC adalah untuk mendapatkan/melakukan perdagangan
swasta dan melakukan korupsi. Tetapi di Belanda, Dewan Direksi VOC (Heeren
XVII) berkeberatan keras dengan perdagangan swasta, yang menguras laba
perusahaan dan pendapatan para pemegang saham. Untuk memenuhi tuntutan Heeren XVII, berbagai Gubernur Jenderal
dan Anggota Dewan Hindia (Raad van Indie), yang mewakili Heeren XVII di Asia, mengeluarkan plakat-plakat tahunan yang
melarang perdagangan swasta, sementara Peradilan Tinggi (Raad van Justitie) jarang
melakukan proses pemeriksaan yang tidak berketentuan terhadap perdagangan
swasta. Tetapi proses penuntutan ini pasti akan gagal, karena semua orang yang
terlibat dalam perdagangan swasta, akan “menutupi” semua orang lainnya1.
Catatan-catatan
pengadilan Nicolaas Scaghen menunjukan, bahwa kearifan yang diterima secara
umum ini salah, suatu kesimpulan yang diperkuat oleh catatan-catatan VOC
tentang pengadilan sepanjang abad ke-17. Keuntungan-keuntungan dari perdagangan
swasta hanya untuk kaum elit VOC. Meskipun penuntutan terhadap perdagangan
swasta, gagal menghentikan perdagangan, penuntutan seperti itu memang membantu elit
perusahaan menyingkirkan saingan mereka, sambil “mempertahankan” penampilan
yang peduli terhadap kepentingan perusahaan. Perusahaan gagal mengendalikan
perdagangan swasta, bukan karena tidak ada yang mau bersaksi tentang
perinciannya, tetapi karena elit perusahaan tidak tertarik untuk melakukan
perubahan yang substantif. Perselisihan antara para perwira senior VOC dan
kesenjangan antara para perwira dan bawahan, cukup besar untuk melindungi
perdagangan swasta dari pelecehan serius dan untuk menjaga pihak bawahan dari
manfaat keterlibatan mereka sendiri.
Untuk
kalangan yang bukan ahli, penting untuk menjelaskan bahwa terjemahan umum dari particuliere handel sebagai “perdagangan
swasta” agak menipu. “Perdagangan ilegal” akan lebih akurat. “Perdagangan ilegal”
dalam VOC, tidak merujuk pada perdagangan yang dilakukan kalangan swasta, atau
para pegawai perusahaan atas kepentingan mereka sendiri, atas waktu mereka
sendiri, dan atas nama mereka sendiri. Perusahaan sebenarnya mendorong dan
mencoba merangsang perdagangan barang-barang kerajinan yang tidak dimonopoli2,
dan pada kenyataannya tidak pernah menuntut siapa pun, karena secara pribadi
memperdagangkan barang-barang yang bukan monopoli perusahaan atau
diperdagangkan dengan menggunakan fasilitas perusahaan. Penjualan alkohol,
cengkih dan pala, serta penjualan lada, diatur secara ketat dan merupakan hak
istimewa milik perusahaan. Selain itu, perusahaan sering “memahami” dengan
perspektif lain, berkenaan dengan perdagangan yang melanggar monopolinya, sepanjang
aktivitas para pedagang tidak menurunkan tingkat penjualan perusahaan atau
menggunakan fasilitas perusahaan untuk menghilangkan biaya tambahan mereka.
Karena
Schaghen adalah pejabat tingkat tinggi, yang sebelumnya duduk di Dewan Direksi
di Amsterdam – jabatannya sebagai “Direktur
VOC Bengal” dan “Dewan Luar Biasa” yang memiliki hak untuk duduk di Dewan
Hindia yang bermarkas di Batavia – maka persidangan dirinya yang
berlangsung lebih dari 2 tahun, didokumentasikan dengan sangat baik. Namun, ini
adalah tipikal dari proses pengadilan perdagangan swasta bentuk lain, dalam isu-isu
penuntutan dan penyelesaian akhir. Seperti semua proses pengadilan perdagangan
swasta, meskipun lebih lengkap dari kebanyakan lainnya, penuntutan Schaghen
menyoroti perpecahan antara pimpinan dan bawahan, serta cara-cara divisi-divisi
itu, mau tidak mau, semuanya untuk melindungi perdagangan swasta di Bengal.
Hendrik Adriaen van Rheede tot Drakesteyn (1636 - 1691) |
Kasus hukum
Ketika kapal Strijen bersandar di pelabuhan Bellasoor di teluk Benggala pada tahun 1686, Sara Aleta van Genegen (Istri Nicolaas Schaghen)a mengawasi beberapa orang ketika mereka bekerja untuk membongkar barang kiriman. Ke arah bagian kanan, prajurit Cornelis Jansz Geddeswijk dan kopral Simon Adolphe Crygen berdiri menurunkan peti kayu demi peti kayu ke Jacob Jacobsz van Zierikzee, yang mengemudikan kapal yang lebih kecil. Muncul dan menghilang di puncak tangga yang mengarah ke bawah geledak, adalah 2 laki-laki lain, masing-masing memegang sebuah lentera dan kemudian sebuah peti. Orang-orang itu akan memindahkan 400 peti kayu berisi tembaga. Lentera dan pembawa peti harus turun lebih dulu ke ruang para pelaut yang lembab dan bau busuk, melangkah di sekitar peti-peti kayu yang digunakan oleh setiap pelaut sebagai loker3, kursi, meja, dan tempat tidur, menghindari genangan muntah yang jarang, air kencing, dan kotoran, untuk mengambil masing-masing peti. (situasi itu lebih baik dibandingkan dengan di ruangan marinir, meskipun ruangan itu hanya tingginya 3 kaki, tidak memiliki kakus dan menampung lebih banyak orang). Setelah mereka membawa peti-peti itu ke atas, Janz dan Crygen menurunkan peti-peti itu ke perahu kecil milik Inggris, peti-peti kayu itu “memukul” sisi-sisi kapal dan orang yang berdiri di perahu menerimanya. Dari situ, beberapa peti itu dipindahkan langsung ke kapal milik Inggris yang lebih besar bernama Seifert, dan kemudian perwira rendahan, Herman Diest van Middelburgh akan membawanya ke dermaga-dermaga Inggris di Bellasoor.
Sementara itu, Nicolaas Schaghen duduk di ruangan pedagang di bawah dek pertama. Ia sedang menulis surat, semua suara berisik yang berasal dari bagian atas dan bawah, adalah hal yang normal. Ia telah 3 tahun berada di Hindia Timur dan menghabiskan beberapa bulan di dalam kapal. Ruangan itu terasa panas, bau dari dek sebelah bawah sangat tebal dan menyengat, tetapi di ruangan pedagang itu terlindung dari sengatan matahari, petunjuk-petunjuk yang indah, ukiran kayu, lampu dan wc. Ruangan itu dirancang untuk memberikan ilusi tentang ruangan di darat, terbungkus dalam kemewahan bersahaja dari zaman keemasa Belanda, dan di sana ia merasa mendapat penghormatan, jika terisolasi dengan tidak nyaman dari kapal-kapal lain milik perusahaan.
Mungkin saja, istri Schaghen akan lebih terganggu dengan sumpah serapa saat ia mengawasi para pria bekerja. Sebagai istri dari seorang Direktur VOC Bengal, Van Genegen seharusnya “dilindungi” dari kekasaran model tersebut. Tetapi sekali lagi, sebagai seorang istri pegawai kompeni/perusahaan, ia juga telah menghabiskan waktu berbulan-bulan di kapal milik perusahaan, dan bertahun-tahun tinggal di kota-kota, dimana sebagian besar tetangga Eropanya adalah tentara dan pelaut. Dia adalah salah satu wanita paling istimewa, karena sebagian besar istri pejabat VOC harus tinggal di Belanda, atau paling-paling tinggal di Batavia. Sedikit dari suami-suami yang memiliki pengaruh yang cukup untuk membawa seorang istri pada setiap tugas, jadi dengan cara lingkungan kasar di luar itu, adalah bukti statusnya. Dan, tentu saja, memperoleh keuntungan dari spekulasinya mungkin menjadi penghiburannya.
Saat perahu terakhir datang dari Seifert untuk memuat, seorang pendeta Inggris naik ke kapal dan Nyonya Schaghen menyambutnya. Bersama-sama dia, suaminya, dan pendeta pergi ke dermaga, di mana, mungkin, transaksi terakhir dan pembayaran untuk tembaga terjadi.
Beberapa minggu setelah Schaghen dan istrinya menetap dalam kehidupan baru mereka di Huglib, Sara van Genegen memanggil Barend Caaskoper ke rumahnya, menawarkan untuk bergabung dengan untuk membeli sutera mentah. Dia (Caaskoper) setuju, membeli kain dari seorang Inggris, dan menjualnya kembali kepada kapten Gerrit Coper seharga 1.190 silver dukat. Van Genegen juga menjual 50 atau 60 gulungan kayu sutra bernilai sekitar 300 real untuk “berbagai barang” yang diberikan kepadanya oleh seorang Gerard Courier4.
Kasus Penuntutan
Ilegalitas
perdagangan yang dilakukan Schaghen melibatkan 2 hal. Pertama, Schaghen
menggunakan gudang perusahaan (VOC) untuk menyimpan secara berlebihan tembaga
miliknya. Kedua, jenis sutera yang diperdagangkan (armosijn) oleh Van Genegen adalah monopoli perusahaan (VOC). Kasus
penuntutan itu berfokus pada 2 poin. Schaghen ada di situ, sementara tembaga
dibongkar dan tidak melakukan apa-apa, dan karena itu paling tidak, bersalah
atas tindakan kelalaiannya. Istrinya melakukan bisnis “di bawah hidungnya”, yaitu di atas kapal dan di rumah tempat ia
tinggal di Bengal, kita harus menduga bahwa dia tahu apa yang sedang terjadi,
dan aturan hukum sebenarnya mengatakan bahwa, laki-laki bertanggung jawab atas
perdagangan pribadi yang dilakukan istri mereka5.
Jaksa
penuntut memperoleh 30 pernyataan dari saksi selama penyelidikan. Sebagian
besar saksi adalah laki-laki yang pekerjaannya tidak dibayar dengan sewajarnya
oleh keluarga Schaghen. Melalui dakwaan formal terakhir, jaksa mengajukan
pernyataan sumpah 14 saksi, transkrip 6 wawancara dan 2 interogasi, 1 surat
dari Gubernur Hugli dan 1 pengakuan. Pieter Croon Trompetter, Jacob Jansz dan
Andries Smit, semuanya melihat “kapal” Inggris memuat 150 peti kayu berisikan
tembaga. Kopral Wynand Barseveld dan prajurit Francois Vallois bersaksi,
melihat ada pemindahan dari Strijen ke
kapal kecil, sementara prajurit Cornelis Jansz van Geddeswyk dan kopral Simon
Adolphe Crygen, yang secara pribadi menurunkan peti-peti kayu dari dalam kapal,
bersaksi bahwa para pelaut menyebut peti-peti itu berisikan tembaga. Semua
orang ini adalah marinir. Schaghen kemudian mengatakan bahwa mereka kurang
berpengalaman untuk memahami apa yang mereka lihat. (“kurang pengalaman” mereka dikombinasikan dengan fakta bahwa marinir di
atas kapal memiliki beberapa tugas, mungkin telah mendorong Van Genegen untuk
memilih orang-orang ini6).
Pelaut
Jacob Jacobz van Zierikzee bersaksi, bahwa di telah memuat 250 peti kayu
berisikan tembaga ke perahunya dan
membawanya ke Seifert. Di sana, ia
melihat 150 peti lainnya dimuat dan mendengar bahwa peti itu berasal dari Strijen. Perwira rendahan, Herman Diest
van Middelburgh mengatakan bahwa dia telah bertemu dengan Jacobz, saat Diest
datang ke Bellasoor dan telah membantu memindahkan tembaga dari Seifert ke dermaga-dermaga Inggris. Diest
juga bersaksi, telah melihat 150 peti lainnya diangkut dengan perahu berbeda,
tetapi tidak mengetahui di mana 150 peti lainnya itu diturunkan. Namun, telah
melihat Nicolaas Schaghen, istrinya, dan seorang pendeta Inggris naik kapal Seifert7. Samuel Jansz van
Amsterdam, “ABK” kabin kapal Strijen berusia
17 tahun, bersaksi bahwa dia telah melihat perahu mengambil tembaga dari ruang
kapal, sementara Carsten de Wit van Lubeck, Francois Nieuland, Hendrick
Jasparsz, dan Pieter Jansz, semuanya bersaksi telah berkontribusi pada berbagai
tahap pemuatan dan pembongkaran tembaga8. Bahkan perwira-perwira
rendah kapal9, dan sang kapten kapal bersaksi (Kapten Jan Prins dalam pengakuannya) telah melakukan transaksi dan
peranan Schaghen dalam hal itu10.
Pernyataan
para saksi ini, membentuk kasus penuntutan atas keberadaan sejumlah besar peti
tembaga ilegal di atas kapal Strijen, dan
juga hubungan keluarga Schaghen dengan tembaga. Kecuali Kapten Prins, para saksi
itu sendiri bukanlah subjek investigasi, kesaksian mereka tercatat (sebagai)
interogasi-interogasi yang rutin.
Kesaksian
tentang perdagangan pakaian Nyonya Schaghen lebih lemah. Kapten Barend
Caaskoper mengaku kepada para pejabat di Hugli, bahwa ia telah membeli dari
seorang Inggris dan kemudian dijual (secara
tidak langsung) kepada Kapten Gerrit Coper 4 peti sutera, dengan seharga
1.190 dukat perak. Caaskoper mendapat kain dari orang Inggris. Clara Catharina
Stomphius (istri Caaskoper) bersaksi
bahwa Van Genegen telah menyumbangkan 800 real spanyol untuk pembelian kain
tipis (untuk gorden, tirai dll) itu, dan coelie
(budak) Caaskoper dan prajurit Andries Smit, keduanya bersaksi melihat
Nyonya Schaghen datang ke rumah Caaskoper dengan membawa uang itu. Caaskoper
mengaku hanya menerima 800 real dari Nyonya Schaghen, dan menambahkan bahwa
Nyonya Schaghen telah menegosiasikan harga 1.190 ducat, yang telah dia terima
untuk harga sutera tersebut11. Coper mengaku, dia telah membayar
Caaskoper 1.190 ducat, dan Gerard Coutier mengaku, mengirim barang yang tidak
ditentukan ke Nyonya Schaghen dan seorang Arnold Deldyn (Deldyn mendukung kesaksian ini) dengan imbalan 51 hingga 61 lembar
kain bernilai antara 300 dan 350 real. Dia (Coutier) telah mendapatkan kain ini
melalui Alexander Hendricks, yang menjalankan bisnisnya sendiri di luar gudang
VOC, dan yang telah membelinya dari orang Inggris12. Jadi, dalam
kasus ini, sebagian besar saksi dalam kasus hukum Nyonya Schaghen ini,
menguntungkan keterlibatan mereka sendiri. Kredibilitas mereka, seharusnya
lebih rendah dari para saksi perdagangan tembaga.
Setelah
menyajikan semua pernyataan ini dari berbagai orang, penuntut mengklaim bahwa
Nicolaas Schaghen pasti tahu tentang penjualan sejumlah besar tembaga ke
Inggris, dan bahwa ia gagal melakukan tugasnya, dan memberi tahu Komisaris (Hendrik Adriaan van Rheede tot Drakesteync)
di Bengal. Lebih jauh lagi, istrinya jelas terlibat dalam perdagangan swasta. Karena
itu, Nicolaas Schaghen secara pribadi bersalah atas perdagangan swasta tembaga,
dan secara hukum bertanggung jawab atas perdagangan istrinya yaitu sutera. Inti
dari masalah ini, adalah bahwa Schaghen telah hadir/berada ketika tembaga itu
dipindahkan, dan telah “menemani” saat barang-barang itu berpindah. Dia tidak
berusaha menghentikan transaksi atau melaporkannya kepada siapa pun. Karena
itu, ia tahu dan sengaja tidak melakukan apa pun. Lebih jauh lagi, karena
perdagangan istrinya telah dilakukan di rumah tangganya, dia pasti sudah tahu
tentang itu juga, dan bertanggung jawab atas paling tidak hukuman sipil.
Formula yang digunakan penuntut adalah qui
presens est in loco presumatur scire ea, quae ibi aguntur, bahwa siapa pun
yang berada di lokasi (TKP) dianggap mengetahui apa yang terjadi di sana.
Latar Belakang Politik
Meskipun fakta-fakta dari kasus ini diletakan
di hadapan para hakim, tetapi mereka hanya memiliki sedikit pilihan, setidaknya
hanya mendenda Schaghen untuk perdagangan swasta, pertanyaannya tetap muncul,
mengapa harus Schaghen??? Mengapa sidang itu diprioritaskan???.
Pengadilan untuk perdagangan swasta sangat
mahal, dan jarang memberikan kemenangan dramatis bagi pihak jaksa penuntut.
Kasus Schaghen, misalnya, tipikal dalam durasinya dan dalam dokumen yang
dihasilkannya. Catatan-catatan dan salinan catatannya itu, lebih dari 400
halaman. Dikarenakan tidak ada lagi kertas-kertas yang tersisa dan tidak ada
bukti fisik yang disita, maka pernyataan saksi sangat penting. Strijen telah hancur dan banyak anggota
ABK kapal telah ditugaskan kembali, sehingga beberapa harus dicari dan
diwawancarai melalui surat-surat. Pengadilan terhadap perdagangan swasta juga
sangat sulit untuk dimenangkan; keyakinan jarang terjadi dan biasanya hanya
menghasilkan denda kecil. Karena kantor kejaksaan harus menanggung biaya
persidangan dalam kasus apapun, kecenderungannya adalah mereka tidak mengajukan
banyak kasus perdagangan swasta.
Sekalipun seorang jaksa penuntut sangat
bersemangat dalam “membidik” perdagangan swasta, Schaghen sendiri bukanlah
“ujung tombak” perdagangan ilegal di Bengal. Dia jarang ada di sana, ketika
penyelidikan atas tindakannya dimulai. Para pemimpin gerombolan lainnya,
Alexander Hendricks dan Mesdag, jelas telah melakukan jauh lebih banyak untuk
melukai reputasi VOC di Bengal dan peluang mereka untuk berdagang daripada
Schaghen. Memang, semua bukti menunjukan keterlibatan Schaghen hanya terbatas
pada “sikap diamnya” terhadap kesalahan dan keuntungan istrinya.
Jika persidangan untuk perdagangan swasta itu
mahal dan sulit untuk dituntut, dan jika Schaghen jauh dari pemimpin gelorombolan
perdagangan swasta, mengapa penuntut memilihnya?. 2 ketidakberuntungan
menimpanya. Pertama, dia berada di
tempat yang salah di waktu yang salah – terperangkap
dalam penyelidikan yang lebih luas. Kedua, Jaksa memiliki dendam terhadapnya.
Adalah ketidakberuntungan Schaghen untuk tiba di Bengal, pada puncak
penyelidikan umum atas korupsi di pos itu. Heeren
XVII, sadar bahwa pejabat kompeni di Timur, tidak pernah menangani
perdagangan swasta dengan sangat serius, dan telah mengirim beberapa orang ke
Bengal untuk menyelidiki secara independen. 2 orang pertama telah gagal total –
malah 1 orang bergabung dengan pedagang
swasta! – tetapi penyelidik ketiga menanggapi tugasnya dengan serius dan
memulai penuntutan13. Lebih buruk bagi Schaghen, harus ada penyelidikan
atas kedatangan kapal-kapal, karena kapal itu kandas tak lama kemudian.
Seandainya ia datang beberapa tahun sebelumnya, atau jika kapalnya tidak
kandas, dia mungkin tidak akan tertangkap.
Meskipun dia adalah pejabat tertinggi yang
didakwa dalam skandal ini, Schaghen bukanlah pelaku “terbesar”. Kepala jaksa
penuntut menemukan bahwa pedagang junior (onderkoopman)
Alexander Hendricks dan pedagang senior (opperkoopman)
Herman Mesdag, telah menggunakan gudang perusahaan (VOC) di Bellasoor sebagai
markas bisnis mereka sendiri. Mereka telah membeli dan menjual sutera dari
pedagang Benggali dan Persia, menyimpan barang-barang mereka di gudang, melanggar
monopoli perusahaan dan menggunakan nama perusahaan, meskipun mereka seharusnya
mewakilinya. Hendricks tampaknya melakukan sebagian besar pekerjaan, namun
diberi kekebalan sebagai imbalan atas kesaksiannya14. Hanya nasib
sial bagi keluarga Schaghen, bahwa Caaskoper mendapatkan pakaian yang ia dan
Van Genegen perdagangkan dari Hendricks.
Dalam kasus apa pun, untuk para staf di Asia,
penuntutan perdagangan swasta bukan tentang “mempolisikan” perusahaan, tetapi
tentang politik perusahaan dan posisi para staf. Schaghen sendiri, adalah
kambing hitam yang cocok dan menjadi target khusus pejabat tertentu. Untuk
memahami hal ini, perlu dipahami sesuatu tentang hierarki sosial para elit
perusahaan dan cara-cara posisi para staf diperoleh.
Sebagian besar pejabat senior VOC di Asia
adalah para veteran kawakan, manusia-manusia dengan pengalaman bertahun-tahun,
kadang-kadang puluhan tahun. Selama abad ke-17, perusahaan meningkatkan jumlah
personelnya, dari beberapa ratus pada tahun 1603 menjadi puluhan ribu pada
tahun 168015. Cara paling pasti untuk promosi di angkatan laut,
marinir, atau birokrasi adalah kombinasi kecerdasan dengan tatakrama yang layak
dan mampu bertahan terhadap persaingan. Meskipun pangkat yang paling tinggi,
sebagian besar diisi oleh para pria yang memiliki latar belakang keluarga yang
menonjol/berpengaruh, para asisten mereka jenjang di bawah mereka, sering
berasal dari orang-orang biasa. Mereka hampir semua bertugas di VOC untuk
seluruh kehidupan dewasa mereka.
Lord van Reede van Amerongen (1621-1691), bekas bos Nicolaas Schaghen |
Karir Schaghen tidak “cocok” dengan pola ini.
Ayahnyad, adalah sekretaris (pegawai
yang mengurusi korespondensi) dari Wijk bij Duurstede, dan ia (Nicolaas
Schaghen) sendiri telah bekerja keras dari seorang pengacara pembelae,
hingga menjadi sekretaris yang mengurusi korespondensi rahasia dan pribadi pada
kedutaan besar Lord Van Reede van Amerongenf di Denmark. Dia
akhirnya menjabat sebagai salah satu Direktur VOC, mewakili Utrecht di kamar/cabang
(kamer) Amsterdamg. Ia bertugas dalam jabatan itu selama 13 tahun,
sebelum dikirim ke Hindia sebagai anggota Raad
van Extraordinarish dan dalam tahun itu dipromosikan sebagai
Gubernur VOC Malakai, dimana ia hanya menjabat selama 2 tahun
sebelum dipromosikan menjadi Direktur VOC Bengalj (Benggala). Jadi,
meskipun berpengalaman dengan perusahaan, ia memiliki sedikit pengalaman
tentang Asia dan beberapa teman di sana, betapapun banyak yang mungkin ia
punyai di Eropa. Dia adalah orang “luar”, seorang pria yang telah berhasil
mencapai puncak karir melalui politik dan pekerjaan administratif di kantor
pusat. Ketidakjujurannya yang spesifik, hanya akan berdampak pada kantor pusat,
dan bukan pada pejabat di Asia.
Orang yang dipilih untuk melakukan penuntutan
perdagangan swasta di Bengal, adalah Hendrik Adriaen van Rheede van Mijdrechtk.
Sejarah karir van Rheede adalah kebalikan dari Schaghen. Dia telah bergabung
dengan VOC sebagai kadet angkatan laut ketika masih sangat muda, dan bekerja
sendiri mencapai karir melalui pertempuran di darat dan laut serta pengalaman
birokrasi bertahun-tahun. Pada 1686, tahun persidangan Schaghen, ia (Van
Rheede) telah berdinas di VOC selama 23 tahun di hampir semua bidang militer
dan birokrasi yang ada. Dia telah pulang sebentar ke Belanda, dan memperoleh
gelar kebangsawanan ksatria (knighthood),
dimana Heeren XVII menugaskannya
kembali ke kantor-kantor VOC di Asia, dan memerintahkan untuk melakukan yang terbaik untuk menghentikan perdagangan
swasta.
Tentu saja, penugasannya pasti menempatkan
Van Rheede di posisi yang sulit/dilematis. Sebagai seorang pria karir, ia pasti
tahu pekerjaan investigasinya tidak disukai. Keengganan para pejabat di Timur
untuk menuntut perdagangan swasta, adalah apa yang akhirnya mendorong Heeren XVII untuk menunjuk Van Rheede,
karena 2 figur lain yang mereka tunjukl, telah terbukti tidak
berpengalaman dan tidak efektif. Heeren
XVII rupanya berharap, koneksi dan pengalaman Van Rheede di Asia akan
membuat tugas ini diselesaikan dengan lebih baik. Dan dia (van Rheede)
melakukannya, tetapi dia tidak menghentikan perdagangan swasta, dan pilihannya
sebagai jaksa penuntut, pada kenyataannya memastikan bahwa dia tidak akan
melakukannya.
Investigasi Van Rheede
menunjukan bahwa dia berjalan di garis tipis antara melayani kepentingan Heeren XVII dan melindungi perdagangan
swasta. Mengetahui bahwa sebagian besar pemimpin di Asia, lebih menyukai
perdagangan yang lebih bebas untuk warga negara khusus serta pelanggaran
beberapa monopoli VOC, maka Van Rheede memfokuskan penyelidikannya, hanya pada
bentuk-bentuk perdagangan swasta yang paling “terkenal” dan menyerahkan
setidaknya salah satu “biang keladi” terpenting dari kekebalan perdagangan.
Investigasi berpusat pada bisnis Hendricks yang memanfaatkan gudang-gudang
perusahaan. Bentuk perdagangan swasta ini, adalah paling mudah untuk ditentang;
dimana banyak pejabat mungkin secara sah dan terbuka menentang monopoli
perusahaan, dan sejauh mana pembatasan dari perusahaan pada ruang kargo
individu, hanya sedikit yang akan berpendapat bahwa menjalankan bisnis swasta
besar pada properti perusahaan, dengan biaya perusahaan dan di gudang-gudang
perusahaan sambil melanggar monopoli VOC dan menggunakan nama perusahaan. Jika
ada jenis perdagangan swasta, yang bisa dituntut oleh Van Rheede tanpa
menyinggung sesama staf, inilah jenis perdagangannya.
Keterlibatan Schaghen adalah
bonus bagi Van Rheede, yang tidak menyukai, tidak percaya, dan tidak respek
pada Schaghen. Schaghen secara tidak adil memperoleh penunjukan dalam proses promosi
salah satu teman dekat Van Rheede, yaitu Laurens Pitm, seorang pria
yang lahir dan besar di Hindia Timur, dan yang telah berdinas di VOC Asia
selama 18 tahun, setelah 9 tahun lamanya bertugas di kamar (chamber) Amsterdam.
Dia menulis kepada Gubernur Jend VOC dan Raad van Indie :
dan menyangkut pilihan terhadap Yang Mulia anggota Dewan
Luar Biasa, Nicolaus Schaghen, Gubernur Malaka, sebagai Direktur kami di Bengal,
dan penunjukan saudara saya, President Laurens Pit sebagai Gubernur Pantai
Coromandel [.....] seharusnya tidaklah menjadi kewenangan saya untuk tampil
secara terbuka, dan tidak bersembunyi, untuk menyampaikan bahwa anggota-anggota
Dewan membuat pilihan yang tidak sesuai mengenai saudara lelaki saya
[...........] Dengan rasa hormat yang tinggi sebagai Komisaris yang telah
ditugaskan dengan kekuasaan yang besar oleh [.......] Direktur-direktur dan
Tuan-tuan kami, untuk memprotes atas itu [penunjukan Schaghen]17.
Van
Rheede melanjutkan untuk mengingatkan mereka, soal catatan panjang pengabdian
Pit yang patut dicontoh di Asia sejak tahun 1671, tentang ketekunan dan
kejujurannya dalam melayani perusahaan. Subteks dengan sangat kuat menyiratkan,
bahwa kualitas-kualitas ini belum tentu ada pada Tuan Schaghen. Van Rheede
mengirim surat ini ke Batavia, dalam paket yang sama dengan seri pertama
dokumen-dokumen dalam penyelidikan resmi keterlibatan Schaghen dalam
perdagangan tembaga, dikirimkan hanya sebulan setelah ia mendengar penunjukan
itu.
=== bersambung ===
Catatan Kaki
:
1.
Versi dari cerita ini, pertama kali
dimuat dalam surat-surat dari Heeren XVII
sejak tahun 1609, diulang kembali pada halaman 18-32 pada karya Nicolaas
Graaf Oost-Indische Spiegel tahun
1703, continued in F. de Haan, Priangan: De
Preanger-Regentschappen onder hel Nederiandsch Bestuur tot 1811 (4 vols;
Batavia 1910-1912) and in J. de Hullu, 'De Matrozen en Soldaten op de Schepen der
Oost-lndische Compagnie', Bijdragen tot de Taal-, Land-, en Volkenkunde van
Nederlandsch-Indie 69 (1914) 318-365, reprised in pages 225-230 of Charles
Boxer, The Dutch Seaborne Empire, 1600-1800 (London 1965), and recently recapitulated
in pages 41-42 of Leonard Andaya, The World of Maluku (Honolulu 1993).
2.
Boxer, Dutch Seaborne Empire, 245-250.
3.
Setiap pelaut dan marinir diizinkan
untuk memperdagangkan barang apa pun yang tidak dimonopoli, yang dapat
dimasukan dalam lemari/loker mereka (biasanya ada di dalam kapal)
4.
Catatan-catatan penuntutan
memungkinkan rekreasi mendetail dari kejahatan yang dituduhkan kepada Schaghen.
Paragraf sebelumnya didasarkan pada pernyataan saksi yang diajukan oleh jaksa.
Catatan untuk dokumentasi ini ditampilkan di bawah.
5.
J.A. van der Chijs, Nederlands Indisch
Plakaatboek I (Batavia and The Hague 1885) 585. 'Belangen den particulieren
ofte verboden handel sal een yder voor syn huysvrouw ende familie moeten
responderen ende instaen' (regarding private or forbidden trade, each shall
have to respond and stand in for his wife and family).
6.
ARA, VOC 9521, dokumen B: unfoliated “Eijsch
ende Conclusie”, poin 5-10. Dokumen ini memiliki nomor paragraf yang saya sebut
sebagai “poin” dalam catatan. Pengorganisasian dalam bentuk paragraf bernomor
adalah tipikal dari ringkasan kasus hukum.
7.
ARA, VOC 9521, document B: 'Eijsch ende
Conclusie' points 15-16.
8.
ARA, VOC 9521, document B: 'Eisch ende
Conclusie' points 21-24.
9.
ARA, VOC 9521, document B: 'Eisch ende
Conclusie' point 31.
10.
ARA, VOC 9521, document B:'Eisch ende
Conclusie'point 27.
11.
ARA, VOC 9521, document B: 'Eisch ende
Conclusie' points 28-30.
12.
ARA, VOC 9521, document B: 'Eisch ende
Conclusie' points 37-40. Stompius signed her name to document L.
13.
Prakash, The Dutch East India Company, 86-88.
14.
ARA, VOC 1422, pages 1334 and 1340.
15.
Jumlah ini tidak termasuk pribumi,
lembaga-lembaga semi-independen seperti gereja-gereja dan rumah sakit, banyak
pedagang berlisensi VOC, atau sebagian besar keluarga para pegawai. Beberapa
pria, tentu saja memiliki putra-putra yang dipekerjakan oleh VOC, dan beberapa
istri dipekerjakan sebagai “bidan”.
16.
The biographical information on Schaghen,
on the chief prosecutor, Hendrik Adriaan van Rheede van Mijdrecht, and on
Laurens Pit the younger comes from W. Wijnaendts van Resandt, De
Gezaghebbers der Oost-Indische. Compagnie op hare Buiten-Comptoiren in Azie (Amsterdam
1944) 33-34, 181-182, and 103-104, respectively.
17.
ARA, VOC 1422, page 1292: Letter from
Hendrik Adriaen van Rheede to Batavia, December 28, 1686: '[...] over en van wegen de verkiesing van de heer
Extraord. Raed Nicolaus Schaghen uyt het Malaxxe gouverneur tot directeur in
Bengalen, ende de aenstellingh ran mijn oudsche broeder den president Laurens
Pit tot gouverneur ten custe Coramandel, sooda nigh als hier vooren uyt het
annl. extract synen Ed. brief van 18. maert te sien is, soude icke in het
bysondere my niet hebben aen te trecken, indien niet duysterlyck, daer mede te
kennen gegeven wiers, dat de leden van de vergaderingh ten belangen van mijn
broeder waren gebragt tot een angevolgelycke verkiesingh [...]• Ick hebbe te
veel resepct voor een Commissaris, die op een extraordinaris wyse met seer
groot pouvoir vand Ed. heeren Bewindhebberen, onse heeren meesters uyt gesonden
is, om daer tegens te contesteren [...]
Catatan Tambahan
a.
Sara Aleta van Genegen adalah putri
dari Vincent van Genegen dan Sara de Willem, dibaptis di Amsterdam pada tanggal
21 Mei 1655. Nicolaas Schaghen dan Sara Aleta van Genegen menikah di Amsterdam
pada tanggal 27 Oktober 1674.
§ Baptism: DTB9, p.119 - Oude Kerk, Amsterdam
§ Smith, Pieter, Sanders, A.P.M and van der Veer, J.P.F,
Hendrik Engel’s Alphabetical list of dutch zoological cabinets and menegeries,
Rodopi BV Amsterdams, 1986 (hal 92)
b.
Markas besar VOC Bengal ada di Hugli
(Hoogli). Hoogli pertama kali di pilih menjadi markas besarnya oleh Direktur
pertama VOC Bengal Pieter Sterthemius (1656 – 1658). Awalnya ia memilih
Kazimbazar, namun berubah pikiran dan memilih Hoogli pada tahun 1656.
§ Lihat : Oom Prakash, The Dutch East India Company in Bengal : Trade Previleges and Problems,
1633 – 1712 (dimuat di The Indian
Economic and Social History Riviews, volume 9, isue 3 (1972), hal 258 – 287),
khususnya hal 269
§ Lihat juga : Sur,
Byapti, Individual
Interests Behind the Institutional Façade: The Dutch East India Company’s Legal
Presence in Seventeenth-Century Mughal Bengal, (dimuat dalam Itinerario, Volume 42, No 2, Research
Institue for History, Leiden University, 2018, hal 279 – 294) terkhususnya hal
280
c.
Hendrik Adriaen van Rheede tot Drakesteyn
adalah putra dari Ernst van Rheede dan Elisabeth van Utenhove, lahir di
Amsterdam pada tanggal 13 April 1636, meninggal pada 15 Desember 1691 di Laut
Arab.
d.
Ayah Nicolaas Schaghen bernama Gerbrant
Schaghen (1615 – 1704), sedangkan ibunya bernama Anthonneita (Anthonia) Wijborch
(1620 -1648). Nicolaas Schaghen adalah anak ke-4 dari 6 bersaudara.
§ Wijk bij
Duurstede – Dopen NG 1635-1813
e.
Nicolaas Schaghen adalah lulusan
fakultas hukum Universitas Utrecht
§ Lihat
: Dankersloot-de Vrij, Marijke. Plattegrond
der Vesting Duurstede
f.
Lord
Van Reede van Amerongen bernama lengkap
Godard Adriaen van Reede Baron van Amerongen. Ia adalah putra dari Godard van
Reede Heer van Amerongen (1593 – 1641) dan Anna van Boetzelaer van Toutenburg
(1584 -1650), lahir pada 6 Januari 1621 di Amerongen Utrecht dan meninggal pada
9 Oktober 1691 di Kopenhagen, Denmark. Ia menikah dengan Margaretha Turnor
(1621 – 1700) pada tahun 1643.
g.
Kamar/Cabang (kamer) Amsterdam adalah
salah satu kamar dari 6 kamar di kantor pusat VOC. 5 lainnya adalah Zeeland,
Delft, Rotterdam, Hoorn dan Enkhuizen. Kamar Amsterdam diwakili oleh 8 utusan,
salah satunya berasal dari wilayah Utrecht. Dalam konteks artikel ini, Nicolaas
Schaghen mewakili wilayah Utrecht itu. Kamar Zeelanda diwakili oleh 4 utusan,
sedangkan 4 kamar lainnya diwakili oleh 1 utusan, sehingga berjumlah 16 orang,
ditambah 1 utusan yang ditunjuk secara bergilir diluar dari kamar Amsterdam,
sehingga total berjumlah 17 orang. 17 orang inilah yang menjadi Direksi VOC dan
disebut Heeren XVII (Tuan 17)
§ Lihat
Femme.S. Gaastra, De organisatie van de
VOC, (dimuat oleh G.Balk dkk dalam The
Archives of the Dutch East India Company (VOC) and the Local Institutions in
Batavia, BRILL, Leiden & Boston, 2007, hal 45-59
§ The organisation of VOC (terjemahan
Rosemary Robson-Mc Killop), hal 13 - 27
§ Organisasi VOC (terjemahan Th. Van den
End dan Syahrita Chairaty Kasim), hal 28 - 44
h.
Raad van extraordinaris sebenarnya
adalah bagian dari Raad van Indie dimana institusi ini terdiri dari 2 bagian :
Raad van Ordinaris dan Raad van extraordinaris. Mungkin terjemahan sederhananya
adalah anggota asli dan anggota luar biasa. Anggota Raad van extraordinaris biasanya
diisi oleh beberapa Gubernur dari pos/wilayah-wilayah terpenting, misalnya
Ambon, Banda, Ternate, Malaka, Coromandel, Ceylon. Karena itulah dalam konteks
ini, pada daftar yang disusun oleh Valentijn, Nicolaas Schaghen menjadi anggota
Raad van extraordinaris sejak 1683 – 1696 (pada periode sejak ia menjadi
Gubernur Malaka hingga kematiannya (1696) saat menjadi Gubernur Ambon)
i.
Nicolaas Schaghen ditunjuk sebagai
Gubernur Malaka pada tanggal 18 April 1684. Ia berangkat ke Malaka pada tanggal
4 September 1684 dan tiba di Malaka pada tanggal 20 September 1684 dengan kapal
Sylversteyn. Schaghen secara resmi
mulai bertugas pada tanggal 1 Desember 1684, menggantikan Gubernur sebelumnya,
Cornelis van Qualberg (1680 – 1684)
§ Generale
Missiven Governors Generaal VOC, Joannes Camphuys tertanggal 30 November
1684 (dimuat oleh W.Ph. Coolhas dalam
Generale Missiven Governors Generaal VOC, vierde deel, hal 723)
§ Hervey,D.F.A
Valentyn’s Description of Malaka (edisi terjemahan atas karya Valentyn, vyfde
deel, eerste stuk, 1726) dimuat dalam Journal of the Straits Branch of the
Royal Asiatic Society, No 22, Desember 1890 Hal 242.
j.
Pada tanggal 23 Oktober 1685, Nicolaas
Schaghen ditunjuk menjadi Direktur VOC Bengal untuk menggantikan Direktur sebelumnya,
Maarten Huijsman (1683 – 1685) yang meninggal tahun 1685. Sambil menunggu
kedatangan Schaghen, VOC Bengal di pimpin oleh Secunde Jan Pit (1685-1686)
sebagai pejabat. Schaghen menuju ke Bengal pada 12 Januari 1686 dengan
menggunakan kapal Strijen.
k.
Hendrik Adriaen van Rheede tot
Drakesteyn atau Hendrik Adriaen van Rheede van Mijdrecht menjadi Komisioner
Jenderal pada 20 Oktober 1684.
§
Lihat
Sur, Byapti, Individual
Interests Behind the Institutional Façade: The Dutch East India Company’s Legal
Presence in Seventeenth-Century Mughal Bengal, (dimuat dalam Itinerario, Volume 42, No 2, Research
Institue for History, Leiden University, 2018, hal 279 – 294) terkhususnya hal
281, catatan kaki no 18
l.
2 figur yang dimaksud adalah Isaac
Soolmans dan Adriaen van Ommen
§ Lihat Sur, Byapti, Individual
Interests Behind the Institutional Façade: The Dutch East India Company’s Legal
Presence in Seventeenth-Century Mughal Bengal, (dimuat dalam Itinerario, Volume 42, No 2, Research
Institue for History, Leiden University, 2018, hal 279 – 294) terkhususnya hal
284
m.
Laurens Pit (de jonge/junior) adalah
putra dari Laurens Pit de oude (senior) dan Elizabeth Vogel van Ternate.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar