(bag
2b)
[Maarten Vanhaverbeke]
1.4 Militer
Jumlah tentara di Amboina telah kita bahas secara singkat di atas : pada bulan Juni 1732 terdapat 589 tentara, beberapa bulan kemudian berkurang 10 tentara, dan pada tahun 1688 terdapat 607 tentara (lihat infra). Sekarang kita tahu dari Beschryvinge van de Oostindische Compagnie-nya Pieter van Dam, bahwa jumlah militer yang “kita anggap perlu atau secara umum diperlukan” di Amboina disebutkan sebanyak 600 orang50. Jadi jumlah itu kira-kira berada pada jumlah yang “diizinkan” di sana51. Terdiri dari apakah kelompok tentara yang besar ini, yang kini berjumlah sekitar 57% dari total jumlah pegawai kompeni di Amboina?. Tabel 2 dibagi berdasarkan fungsinya, namun tabel di bawah ini (tabel 6) sedikit lebih terperinci. Setelah entri “jumlah pegawai kompeni”, gambaran umum tentang “penempatan militer” diikuti dalam missive bulan September 1732. Dalam hal ini kita mendapatkan gambaran umum tentang jumlah tentara (dan fungsinya) per karesidenan [atau tempat tugas] pada bulan September 1732. Kita melihat bahwa jumlah totalnya memang tidak sesuai dengan tabel 2 : 2576 dibandingkan dengan 581. Namun, hal ini karena 5 perwira militer di Amboina tidak termasuk dalam daftar ini. Hal ini menyangkut 1 letnan komandan dan 4 vaandrig [atau tentara pembawa bendera], semuanya ditempatkan di kota Amboina54. Kami mencatat sekitar setengah (289 orang) dari jumlah tentara di kegubernuran di tempatkan di Leitimor, separuh lainnya terbagi di Hitu (87 orang), Saparua (62 orang), Buru (40 orang), Manipa (37 orang), Larike (34 orang) dan Haruku (32 orang)55.
Jika kita melihat rincian berdasarkan fungsinya, kita melihat bahwa sebagian besar personel militer terdiri dari tentara : 468 orang dari 581, atau lebih dari 80%. Diikuti dengan kopral sebanyak 76 orang (atau 13%). Sisanya, terdapat 24 sersan (15 di Leitimor, dan masing-masing karesidenan memiliki paling sedikit 1 orang), 7 penabuh genderang dan 1 “juru tulis garnisun”56.
Garnisun di Amboina pada tahun 1732 dipimpin oleh Kapten Elias van Stadea, setidaknya antara tanggal 25 September dan 13 Oktober. Dalam resolusi tertanggal 25 September 1732 kita membaca bahwa ia tiba di Amboina dari Ternate pada tanggal 21 September “untuk memimpin garnisun sesuai dengan perintah Yang Mulia Pemerintah Tertinggi”57. Namun siapa pendahulunya, kami tidak mengetahuinya. Agaknya posisi Kapten sudah kosong pada tahun 1731 dan tetap kosong sampai kedatangan Elias van Stadeb. Lagi pula, kapten/pemimpin garnisun juga memiliki “kursi” di Raad van Politie di Amboina (lihat supra), dan tidak ada kapten yang hadir pada pertemuan Raad sebelum September 1732. Pada tanggal 25 September, kapten baru tersebut menduduki jabatan di Raad dan “President komisaris urusan kecil dan perkawinan juga dilimpahkah kepadanya, setelah ia mengambil sumpah sesuai dengan statuta Batavia mengenai lembaga ini”58. Namun, ia tidak bertahan lama di jabatannya, karena kematiannya dilaporkan dalam catatan harian pada tanggal 13 Oktober59. Keesokan harinya dia “dia berada di Gereja Melayu dimakamkan secara megah, sementara 3 tembakan salvo dilakukan oleh tentara dari batalion dan diikuti dengan 9 tembakan meriam dari benteng ini”60. Dalam berita terpisah dari Gubernur Johannes Bernard ke Batavia tertanggal 15 Oktober61, kita membaca bahwa Elias van Stade selalu sakit dan terbaring di tempat tidur sejak kedatangannya di Amboina dan Letnan Carel Anroekc telah ditugaskan sebagai komandan garnisun “Yang Mulia yang Terhormat, sekarang dengan rendah hati memohon, melalui permintaan terlampir, untuk menghormatinya dengan jabatan Kapten atau Letnan Kapten garnisun Ambon; sama seperti vaandrig Jan Damares juga dengan rendah hati memohon agar diizinkan menjadi letnan ketika Anroek naik pangkat”62.
Terakhir, tentang para tentara yang datang dan pergi pada tahun 1732. Angka-angka yang digunakan selama ini tentu saja hanya gambaran sekilas, seperti yang kita ketahui bahwa terdapat cukup banyak perubahan mengenai jumlah tentara di Amboina pada tahun 1732. Misalnya kita membaca di catatan harian (dagregister) bahwa 75 dan 73 tentara tiba pada tanggal 2 Februari dan 11 Maret masing masing dari Batavia dengan kapal Doornik dan Boekenrode63. Dalam kasus pertama, hal ini menyangkut 1 sersan, 1 penabuh genderang, 2 kopral, dan 71 tentara. Dalam surat tertanggal September 1732 kita menerima daftar total 142 pegawai kompeni yang berangkat antara September 1731 dan September 173264. Sekitar setengah dari jumlah tersebut terdiri dari tentara : 60 tentara, 6 kopral, dan 3 sersan. Jadi kira-kira jumlah tentara yang berangkat sama banyaknya dengan jumlah tentara yang tiba. Namun dalam surat yang sama pada bulan September 1732, 100 tentara tambahan (termasuk 2 penabuh genderang) diminta65. Namun, kita tahu bahwa jumlah total tentara yang diterima adalah sekitar 600 orang. Tentu saja bisa jadi permintaan ini dibuat karena kepergian tentara di masa depan yang masa kerjanya akan berakhir pada tahun 1733. Dalam surat tertanggal Mei 1733, tidak disebutkan tentang tentara lain yang dikirim atau diberangkatkan.
1.5 Personel maritim.
Personel maritim di Amboina terdiri dari 208 orang pada akhir Juni 1732. Ini berarti bahwa sekitar 20% dari jumlah pegawai di Amboina dipekerjakan pada bidang “maritim”. Kita harus membedakan antara “pelaut” di darat atau yang ditempatkan di pantai dan personel di kapal, dengan kata lain pelaut “sebenarnya”. Kedua kelompok tersebut berjumlah hampir sama (110 di darat dibandingkan 94 di kapal). Selain itu, 3 pelaut yang dihukum (atau dijatuhi hukuman kerja paksa) dan 1 pelaut tingkat bawah termasuk di antara personel maritim66.
Kita tidak tahu apa sebenarnya tugas para “pelaut” yang ditempatkan di darat di Amboina itu. Dalam karya Lodewijk Wagenaar mengenai Galle, wilayah VOC di Ceylon67, kita membaca bahwa para “pelaut” ini dikerahkan ke sana untuk segala jenis pekerjaan pelabuhan. Hal ini dapat bervariasi mulai dari bongkar muat kapal (yang lebih kecil), hingga pengepakan barang yang akan dikirim hingga bantuan perbaikan kapal di galangan kapal. Banyaknya jumlah pelaut di darat juga berfungsi sebagai cadangan tenaga kerja jika ada kapal yang membawa orang sakit68. Agaknya tidak terlalu berani untuk berasumsi bahwa para pelaut sederhana di darat di Amboina melakukan tugas serupa. Kami juga mencatat bahwa jumlah “pelaut” ini juga termasuk “pegawai artileri”69. Namun, hubungan keduanya tidak disebutkan.
9470 personel pelaut “asli” dibagi ke dalam 5 kapal kompeni pada bulan September 1732: chialopu De Nagelboom (25 orang), chialoup De Coffijthuin (21 orang), chialoup Bouro (20 orang), chialoup De Zeeworm (15 orang) dan pantchiallang De Woelwater (15 orang) (lihat tabel 7). Chialoup adalah kapal sekoci dengan 1 atau 2 tiang yang biasanya digunakan untuk lalu lintas jarak jauh71. Pantchiallang, atau juga pantjalling, adalah kapal pribumi yang antara lain digunakan oleh VOC untuk tujuan patroli72. Kita akan membahas penggunaan kapal dan pelayaran di Amboina secara umum pada bab 6. Tabel 7 memberikan kita ikhtisar komposisi personel di kapal.
Kelima kapal tersebut dipimpin oleh seorang juragan [atau onderstuurman] dan juga mempunyai seorang kepala kelasi [atau bootsman] yang mengawasi para pelaut73. Seorang tukang kayu kapal74 hanya ada di kapal Bouro, De Coffijthuin dan De Nagelboom. 2 kapal terakhir juga memiliki seorang ahli bedah/operasi. Selebihnya, sebagian besar awal kapal terdiri dari pelaut, yang jumlahnya bervariasi antara 13 sampai 21 orang.
Kita tahu bahwa antara bulan September 1731 dan September 1732, sejumlah 52 orang pegawai kompeni yang bekerja di bidang maritim meninggalkan Amboina menuju Batavia75. Hal ini menyangkut 1 orang juragan, 1 orang kepala kelasi, 1 kopral kapal76 dan 49 pelaut. Jumlahnya cukup banyak, namun kami tidak menemukan laporan adanya pasokan personel baru maritim pada tahun 1732. Akan tetapi “persyaratan perbekalan” untuk tahun 1733 memang meminta 30 pelaut76, mungkin untuk mengembalikan jumlah pelaut di darat ke jumlah yang sesuai standar.
Terakhir, tentang kapal itu sendiri. Pada bulan September 1732 kompeni di Amboina memiliki 5 kapal. Namun, jumlah ini kurang dari “biasanya”, karena pada bulan Agustus chialoup De Speelman dibongkar karena rusak. Dalam keputusan Raad tertanggal 6 Agustus kita membaca sebagai berikut :
”akhirnya, tuan Gubernur menyampaikan pernyataan dari manajer galangan kapal dan kepala tukang kayu kapal, dan lain-lain, yang disampaikan untuk menghormatinya, melaporkan kondisi buruk chialoup d’Speelman yang tidak dapat diperbaiki. Jadi setelah melalui pertimbangan, diputuskan bahwa lunas [kapal] itu harus dihapuskan dari laporan laba rugi. Juga untuk menghancurkannya sesuai dengan perintah yang mulia dan untuk menggunakan besi tempa bersama dengan apa yang masih dalam kondisi baik sebagaimana diperlukan untuk layanan perusahaan/kompeni”78
Pernyataan manajer galangan kapal dan “para pekerja pembuat kapal” yang disebutkan di atas juga dapat ditemukan di sumber-sumber. Di dalamnya kita membaca bahwa mereka menemukan chialoup “dalam kondisi sedemikian rupa sehingga seluruh lambung kapal, luar dan dalam, hancur total, termasuk seluruh lunas dan batangnya, bahkan sedemikian rupa sehingga tidak mungkin bisa dipasak/dipaku lagi”79. Itulah sebabnya mereka menilai bahwa De Speelman “tidak dapat dibuat lagi untuk pelayaran laut melalui perbaikan atau penyempurnaan apapun”80. Oleh karena itu, kompeni mengalami kekurangan chialoup. Selain itu surat tertanggal September 1732 menunjukkan bahwa chialoup (De Comcomer) juga telah dibongkar pada tahun 1729 dan masih belum diganti81. Itulah sebabnya mereka meminta di Amboina tambahan 2 “kapal yang mampu mengangkut perbekalan dan pengumpulan rempah-rempah”82. Kecuali “jika Yang Mulia menganggap kami layak dan memenuhi syarat untuk memiliki 2 kapal seperti itu yang berlabuh di pulau Bouro”83. Hal ini akan jauh lebih efisien menguntungkan dan menguntungkan bagi perusahaan daripada dibawa dari Batavia. Selain itu, tersedia cukup kayu di Buru untuk membuat chialoup ini.
Dari surat Mei 1733 kita mengetahui bahwa permintaan ini disetujui oleh Batavia. Izin diperoleh untuk membangun chialoup dan pantchiallang di Buru ini “untuk penggantian salah satu dari 2 chialoup yang dibongkar dan patchiallang De Zeeworm yang tidak digunakan lagi”84. Tampaknya De Zeeworm tidak digunakan lagi oleh pemerintah dan izin diberikan untuk membangun pantchiallang pengganti, tetapi tidak untuk membangun chialoup kedua guna mengurangi jumlah kapal hingga ke jumlah yang ada pada tahun 1729. Untuk pembangunan kapal tersebut seorang tukang kayu kapal ditugaskan dari Batavia, yang dikirim secepat mungkin ke pulau Kelang (Manipa) untuk mengerjakan kayu-kayu yang diperlukan yang diproduksi oleh penduduk pribumi. Diputuskan untuk menambatkan kapal di Kelang dan bukan di Buru, karena kemudian diketahui bahwa “[kayu] di sana memiliki kualitas yang lebih baik daripada di Bouro dan selain itu situasi dan lokasi tepian sungai tampaknya lebih cocok untuk pembuatan chialoup dan patchiallangs85.
Satu catatan terakhir mengenai kapal : selain daftar personel kapal, juga diberikan daftar persenjataan kapal86. Semua kapal dilengkapi dengan layar dan bertiang tiga dan “dipasang” dengan meriam besi, dan/ atau bassen logam, dan/atau ruang. Bass adalah “senapan angkatan laut tertua yang berukuran kecil”87, namun tidak jelas jenis senjata angkatan laut mana yang digunakan di ruang/kamar itu. Selain itu, terdapat senjata tangan dan amunisi dalam jumlah proporsional di atas kapal.
1.6 Pertukangan atau “teknisi”
Di gubernemen Amboina terdapat 82 tukang atau “teknisi” aktif (termasuk pemimpinnya)88. Jumlah ini sekitar 8% dari total jumlah pegawai kompeni. Sekali lagi kita melihat bahwa sebagian besar dari mereka, yaitu sekitar 68 orang89, dipekerjakan di kota Ambon. Dalam uraian/deskripsi jiwa kita mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang komposisi kelompok ini. Di kota Ambon misalnya, terdapat 17 tukang kayu untuk rumah, 14 orang tukang kayu untuk kapal, 7 orang pandai besi (kasar), 4 orang tukang batu, 3 orang pemimpin pekerja, 3 orang juru mudi [kwartiermeesters], 3 orang pembuat mesiu, 2 orang tukang tembaga/pembuat tong, 2 orang tukang kunci, 2 orang pembuat layar, 1 orang pembuat cetakan kuningan, 1 orang pembuat sasis senjata, 1 orang tukang tembaga, 1 orang gebeddoender [pendoa?], 1 orang juru tulis galangan kapal, 1 orang tukang/pembuat roda, 1 orang kepala kelasi, 1 orang tukang kaca, 1 orang juru gambar, 1 orang pembuat peta, dan 1 orang tukang batu. Beberapa profesi memerlukan klarifikasi/penjelasan di sini. Seorang juru mudi atau kwartiermeesters mempunyai kendali langsung terhadap sekelompok orang dan bertanggung jawab atas pendistribusian makanan panas dan pengawasan ketertiban selama makan90. Seorang tukang tembaga/pembuat tong mengawasi pembuatan bak, tong, ember dan sejenisnya91. Seorang pembuat cetakan kuning membuat cetakan dari bahan tembaga atau kuningan92. Dan yang terakhir, pembuat sasis senjata adalah sasis sebuah meriam93. Tidak diketahui dan tidak ditemukan informasi secara pasti apa tugas/fungsi dari gebeddoender. Secara keseluruhan, kita dapat mengatakan bahwa ini adalah komposisi yang cukup normal : para tukang atau “teknisi” di Amboina adalah para tukang yang biasa juga terdapat di pos-pos perdagangan VOC lainnya.
Kami tidak menemukan sumber apa pun tentang kemungkinan kedatangan para tukang dari Batavia ke Ambon pada tahun 1732. Kita tahu, antara bulan September 1731 dan September 1732, total ada 15 tukang yang berangkat ke Batavia : 7 tukang kayu kapal, 2 tukang kunci, 2 tukang gambar, 1 tukang tembaga, 1 tukang pembuat cetakan kuningan, 1 pembuat laci94 dan 1 tukang batu95. Sebaliknya, “persyaratan perbekalan” pada tahun 1732 meminta 14 tukang baru : 4 tukang kayu kapal, 4 tukang kunci, 2 pembuat laci, 1 tukang tembaga, 1 tukang bubut96, 1 pembuat sepatu dan 1 pandai besi jangkar97.
1.7. Kewarganegaraan pegawai kompeni
Di atas telah kami buat sketsa gambaran kepegawaian di Amboina berdasarkan entri “jumlah pegawai kompeni” (lihat tabel 2) dan deskripsi jiwa (lihat lampiran 1). Sebagaimana disebutkan, deskripsi jiwa juga memuat informasi tentang asal geografis personel VOC. Namun, kita harus membuat reservasi besar mengenai kegunaan sumber ini dalam kaitannya dengan studi tentang kewarganegaraan. Faktanya adalah bahwa sebagian besar pegawai kompeni dicatat tanpa nama (dan karena itu asal usulnya), seringkali hanya disebutkan jumlah kategori pekerjaan tertentu. Hal ini terutama terjadi pada posisi “rendahan”. Misalnya, kita lihat ada 27 tentara di Manipa dan Boano, atau 13 pembuat kapal yang belum menikah di Ambon (lihat lampiran 1). Jika nama seorang tentara, pelaut atau tukang disebutkan, seringkali karena ia sudah menikah : istri dan anak-anaknya juga termasuk dalam daftar. Namun (tentu saja) sebagian bear pegawai kompeni sudah menikah. Karena tidak dicantumkan nama tentara, pelaut, dan tukang, maka kami hanya mempunyai data kewarganegaraan sebagian kecil personel VOC. Lagipula, sekitar 70% personel VOC di Amboina adalah militer atau “pelaut”, yang sebagian besar terdiri dari tentara atau pelaut. Selain itu, telah kami sebutkan bahwa penugasan di karesidenan Hitu tidak ada dalam deskripsi jiwa. Secara keseluruhan, sangat sulit untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang kewarganegaraan personel VOC tersebut di Amboina. Menarik untuk melihat berbagai tingkat pekerjaan secara terpisah, terutama tingkat/kelas-kelas yang lebih tinggi. Secara khusus, hampir semua kewarganegaraan dikenal di kalangan personel administratif dan keagamaan serta pangkat militer yang lebih tinggi. Namun mari kita lihat terlebih dulu angka totalnya : tabel 8 memberi kita gambaran umum tentang semua kewarganegaraan yang ditemukan dalam deskripsi jiwa.
Pertama, yang mengejutkan adalah jumlah pegawai kompeni yang disebutkan hanya 909 orang. Tentu saja, ini ada hubungannya dengan tidak ada informasinya pegawai di karesidenan Hila. Namun, berdasarkan semacam ringkasan jumlah penduduk per karesidenan – yang disertakan di belakang deskripsi jiwa – (ringkasan umum; lihat infra) kita mengetahui bahwa ada 105 pegawai kompeni di Hila (lihat lampiran 6). Jumlah ini akan menghasilkan 1014 pegawai, kurang lebih mendekati jumlah 1036 pegawai yang ada di tabel 1. Fakta bahwa angka-angka ini berbeda ada hubungannya dengan kecerobohan/kekeliruan dalam deskripsi jiwa. Lagi pula, ketika mengolah sumber ini, seringkali terlihat bahwa angka totalnya salan dan, dengan kata lain, orang sering salah menghitung. Daftarnya panjang sekali, pada setiap halaman disebutkan jumlah sementara dan tampaknya mudah terjadi kesalahan. Dari 909 pegawai kompeni yang ada pada deskripsi jiwa, kita hanya mengetahui 230 pegawai asal geografisnya. Namun yang kami tahu dengan pasti adalah 679 pegawai lainnya semuanya keturunan Eropa. Bagaimanapun, semua tentara, “pelaut” dan para tukang ini terdaftar dalam kategori “Eropa dan Belanda”. Oleh karena itu, personel VOC di Amboina pada tahun 1732 -dengan hampir pasti-98 terdiri dari sekitar 90% orang Eropa dan sekitar 10%. Kategori terakhir ini [orang Asia] terkait dengan Assisten dan kepala sekolah orang Ambon (lihat infra).
Karena persentase dari jumlah keseluruhan 909 pegawai memberikan gambaran yang agak menyimpang -karena sekitar 75% berasal dari “orang Eropa yang tidak diketahui”- tabel 8 juga menunjukkan rasio kewarganegaraan dibandingkan dengan jumlah kewarganegaraan yang ditemukan (termasuk 230 orang). Dengan cara ini kami berharap dapat memperoleh wawasan yang lebih baik mengenai kewarganegaraan yang ditemukan di antara sebagian kecil personel VOC di Amboina. Kita melihat bahwa selain sekelompok besar orang Belanda (29%), juga terdapat cukup banyak orang Jerman (18%). Diikuti oleh orang Belanda-Austria dengan 7% atau 16 orang99. Orang Skandanavia (4 orang Denmark, 2 orang Swedia dan 1 orang Norwegia) dan orang Eropa lainnya (3 orang Perancis, 2 orang Polandia, 1 orang Swiss, 1 orang Spanyol dan 1 orang Italia) masing-masing berjumlah sekitar 3%100. Oleh karena itu, 2 kelompok terakhir ini jumlahnya sangat kecill. Tentu saja, persentase ini tidak menjelaskan apa pun tentang hubungan dalam seluruh angkatan kerja. Jadi mari kita lihat berbagai kelas pekerjaan secara terpisah.
Pertama-tama, para pejabat tinggi sipil : dari 22 orang, 12 orang berasal dari Republik (lihat tabel 4) dan 6 orang dari jumlah itu berasal dari Amsterdam101. Selain itu, Opperhoofden van Larike, Adriaan’t Hooft, mungkin juga dianggap sebagai pejabat tinggi asal Belanda. Pertimbangkan : ia lahir di Amboina, tetapi terdaftar sebagai orang Eropa. Di antara para akuntan [atau boekhouder] tersebut juga terdapat 3 orang castiezen atau mixtiezen102 -anak dari ayah orang Eropa dan ibu pribumi-103 yang sebenarnya harus kita anggap sebagai orang Belanda, bukan orang pribumi. Dengan cara ini, sebenarnya hanya ada 2 orang non-Belanda yang “asli” yang tersisa : fiscal Christoff Godloff Kraus dan akuntan Frans Hendrik Heijbroek, masing-masing adalah keturunan Swiss (Fribourg) dan Jerman (Munster). Sayangnya, asal usul ke-4 pejabat tinggi tersebut tidak disebutkan namun mereka pasti orang Eropa104.
Oleh karena itu kami menyimpulkan bahwa jabatan pejabat tinggi tersebut sebagian besar diperuntukan bagi orang Belanda dan tidak ada orang Ambon di antara kelompok tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan 45 pegawai administrasi (tingkat bawah) lainnya di Amboina. Kami memiliki data asal-usul 39 orang dari kelompok ini. Ternyara hanya 8 orang yang berasal dari Republik, mayoritas (19 orang) adalah orang “Ambon”. Namun sekali lagi kita harus membedakannya : 17 orang dari 19 orang itu, berkaitan dengan “casties atau mixties”105. Oleh karena itu, pertanyaannya adalah sejauh mana kita dapat berbicara tentang orang Ambon di sini. Ada pula 5 “casties atau mixties” lainnya, dari Tanjung Harapan (3 orang), Batavia (2 orang) dan Malaka. Oleh karena itu, jumlah orang “casties atau campuran” di kalangan pegawai administrasi tingkat bawah sangat besar (dan juga cukup besar dibandingkan dengan jumlah orang Belanda dalam kelompok ini). Namun, dalam karyanya mengenai Galle, wilayah VOC di Ceylon, Lodewijk Wagenaar menyebutkan bahwa orang “mixtien” di Galle tidak bisa memperoleh pangkat yang lebih tinggi daripada jabatan assisten106. Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, kita dapat menduga bahwa hal serupa juga terjadi di Amboina. Meskipun ada 3 akuntan orang “casties/mixties” (lihat supra). Agaknya, promosi menjadi akuntan terutama diperuntukkan bagi orang Eropa. Selebihnya kelompok ini terdiri dari 3 orang Jerman dan 1 orang Spanyol.
Kapten garnisun, Carel Anroek, berasal dari Amsterdam. Di antara 4 vaandrig di Ambon ada 2 orang Jerman, keturunan campuran dan seorang Belanda. Dari 24 sersan di Amboina, kita mengetahui asal usul 20 orang. Dari jumlah tersebut, 13 orang adalah keturunan Jerman, 4 orang berasal dari Republik dan 3 orang dari Belanda-Austria. Orang Jerman jelas merupakan mayoritas di puncak militer di Amboina : dari 29 posisi militer tertinggi, 15 posisi pasti diduduki oleh Jerman. Kebanyakan dari mereka datang dari Hamburg : ini berkaitan dengan 8 orang sersan, yang anehnya semuanya tinggal di kota Ambon. Jumlah tentara Jerman dalam garnisun ini seharusnya tidak mengejutkan. Penelitian Roelof van Gelder terhadap orang-orang Jerman yang bertugas di VOC menunjukkan bahwa sepanjang masa keberadaan kompeni, sekitar 60% tentaranya berasal dari luar negeri107. Mayoritas tentara asing (Eropa non-Belanda) tersebut adalah keturunan Jerman dan seringkali datang dari kota-kota di Jerman utara seperti Hamburg. Pada tahun 1732, hal serupa terjadi di Amboina. Seluruh garnisun Amboina -sama seperti wilayah VOC lainnya- mungkin sebagian besar terdiri dari orang Jerman.
Kelompok terakhir yang bisa kita diskusikan adalah pegawai di bidang keagamaan. Dari 4 pendeta tersebutd, kita hanya mengetahui asal usul Balthazar Delmhorst. Ternyata dia juga keturunan Jerman, dan ada 61 orang kepala sekolah pribumi, dengan kata lain hanya merekalah orang Ambon “asli” yang dipekerjakan oleh VOC. Semua personel VOC lainnya adalah keturunan Eropa, casties, atau campuran.
1.8 Kenaikan jabatan dan gaji: suatu rekonstruksi gaji.
Banyak informasi yang dapat ditemukan mengenai gaji personel VOC secara umum, namun sedikit yang diketahui mengenai gaji spesifik di Amboina. Namun, gaji untuk posisi serupa bisa berbeda tergantung pada posisi dagangnya (walaupun jelas tidak terlalu besar). Hanya dalam Beschryvinge der Oostindsche Compagnie karya Pieter van Dam, kita menemukan angka konkrit untuk Amboina108. Namun berdasarkan sumber tahun 1732, gaji bulanan berbagai posisi/jabatan dapat ditentukan. Pada akhir setiap resolusi dewan, diberikan gambaran mengenai orang-orang yang “dalam kualitas dan/atau kenaikan gaji“ (lihat lampiran 3). Disebutkan nama pegawai kompeni, kemungkinan asal usulnya, jabatannya, gaji yang terkait pada saat itu, gajinya di masa depan, dan jabatan baru apa pun. Sebanyak 105 pegawai kompeni dilaporkan menerima kenaikan gaji atau promosi dengan cara tersebut. Dalam kebanyakan kasus (77 kasus) hal ini hanya berkaitan dengan kenaikan gaji/upah. Dengan cara ini kita dapat menyusun gambaran gaji minimum dan maksimum untuk banyak posisi (tetapi tentu saja tidak semua). Gambaran umum ini dapat dilihat pada tabel 9. Gambaran yang dicetak miring berasal dari karya Van Dam. Kami melihat Van Dam hanya memberikan data mengenai jabatan administratif tertinggi dan keputusannya hanya memuat jabatan lebih rendah. Hal ini tidak mengherankan karena para pejabat tinggi memperoleh penghasilan yang cukup besar : oleh karena itu, tidak ada kemungkinan maupun kebutuhan untuk kenaikan gaji. Sebaliknya, bagi pegawai kompeni berpangkat lebih rendah yang berpenghasilan, misalnya 12 gulden per bulan, 1 atau 2 gulden tambahan per bulan akan memberikan perbedaan yang besar.
Sekarang berapa penghasilan orang-orang di Amboina? Maksudnya di sini bukan untuk membahas semua angka dari tabel di bawah ini satu per satu, namun untuk memilih dan mendiskusikan beberapa. Gubernur menerima 200 gulden per bulan, gaji seorang opperkoopman [pedagang senior/pedagang kepala] hanya setengahnya. Seorang koopman [pedagang] memperoleh penghasilan 65-70 gulden di Amboina, onderkoopman memperoleh 40 gulden, dan seorang akuntan (boekhouder) hanya memperoleh 30 gulden. Promosi dari assisten menjadi boekhouder (akuntan atau pemegang buku), sesuatu yang berhasil dilakukan Carel Gustaaf Gledsteijne, misalnya, pada tahun 1732 (lihat supra), juga merupakan bisnis yang cukup menguntungkan : assisten hanya mendapat penghasilan 20-24 gulden per bulan. Perbedaan gaji antara akuntan dan pedagang cepat meningkat. Jika kita mengetahui bahwa gaji tertinggi bagi para tukang tertentu, khususnya tukang batu dan tukang kayu, sama tingginya dengan gaji para akuntan -yang bagaimanapun juga, adalah pegawai sipil yang lebih tinggi- maka 30 gulden per bulan tidaklah seberapa. Namun dibandingkan dengan gaji personel militer dan angkatan laut terendah, akuntan, tukang, dan juga assisten masih cukup baik. Seorang sersan masih mendapat penghasilan sebanyak assisten, tetapi kopral dan tentara masing-masing menerima maksimum 16 dan 14 gulden per bulan. Gaji terendah untuk apa yang disebut tentara “rendahan” hanya 9 gulden, yang bisa disebut sangat murah. Hanya seorang pelaut yang dapat memperoleh penghasilan lebih sedikit lagi di Amboina, karena mereka memperoleh penghasilan minimal 5 dan maksimal 14 gulden (atau hampir 3 kali lipat). Kapten garnisun itu berpenghasilan tinggi dan menerima gaji yang sama dengan opperkoopman. Hanya Gubernur dan pendeta yang penghasilannya lebih baik dari mereka. Pendeta memperoleh penghasilan sebesar 120 gulden per bulan dan, menurut Van Dam, jumlah tersebut merupakan jumlah minimum bagi para pendeta yang “tertarik mempelajari bahasa”113. Tidak mengherankan jika para pendeta memperoleh penghasilan sebesar itu. Bagaimanapun, mereka adalah orang-orang yang berpendidikan cukup tinggi dan melalui prosedur seleksi yang ketat oleh VOC. Terlebih lagi, gaji yang diberikan juga harus “menarik”, karena – seperti yang telah disebutkan sebelumnya- tidak hanya terdapat kekurangan pendeta di Asia, namun juga kekurang pendeta di Republik.
Yang terakhir, para kepala sekolah pribumi memperoleh penghasilan 12, 15, atau 18 gulden, meskipun mereka tidak dibayar dalam gulden melainkan dalam rijksdaalder : mereka menerima rata-rata sekitar 5-6 rijksdaalder per bulan. Gaji para kepala sekolah nampaknya rendah, namun mereka masih cukup sejahtera, seperti yang disebut oleh Knaap. Kebanyakan dari mereka memiliki 3-5 budak. Selain itu, pendapatan mereka sebenarnya mungkin lebih tinggi : kemungkinan besar para kepala sekolah menerima tunjangan tambahan dari masyarakat desa dan mereka juga bertindak sebagai penulis bayaran.
Berdasarkan kenaikan jabatan dan gaji, tentunya kami juga dapat menyampaikan sesuatu tentang berbagai promosi yang terjadi di Amboina dan ini menyangkut 28 dari 105 kasus. Ini semua adalah promosi yang normal dan teratur. Misalnya, 5 tentara dan 1 taruna dinaikan menjadi kopral, seorang kopral menjadi sersan, 3 sersan persiapan menjadi sersan penuh, seorang pelaut menjadi pendamping juru mudi, seorang “guru” menjadi kepala sekolah, 2 assisten persiapan menjadi assisten penuh, 1 assisten menjadi akuntan [dalam kasus Gledsteijn], tukang kayu yunior menjadi tukang kayu senior, dan lain-lain. Promosi yang paling “spektakuler” adalah promosi tentara Samuel Bagijn menjadi assisten : gajinya meningkat dari 9 menjadi 24 stuiver.
Terakhir satu penjelasan terakhir mengenai gaji. Dalam resolusi tanggal 24 April kita membaca bahwa total 19 pegawai kompeni (1 pendeta, 2 ahli bedah/operasi, 3 kopral, 8 tentara, 1 juru mudi, satu penembak dan 3 pelaut) telah diizinkan untuk “diperbolehkan mengirimkan beberapa rekening gaji yang ditutup oleh pihak kejaksaan [surat kuasa tertulis] ke luar negeri/tanah air”115.
1.9 Bagian keputusan.
Dengan jumlah total 1026 hingga 1036, terdapat sekitar seratus lebih pegawai kompeni di Amboina pada tahun 1732 dibandingkan dengan jumlah sekitar 1700. Kelas pekerjaan normal ditemukan di level bawah. Ada cukup banyak perubahan atau “kubu-kubuan” di kalangan staf/pegawai administrasi. Assisten diberi kesempatan untuk naik menjadi akuntan. Ternyata perubahan-perubahan tersebut tidak selalu mendapat persetujuan Batavia. Perubahan yang paling penting tentu saja adalah penunjukkan Gubernur baru pada tahun 1733. David Joan Bake (seperti Johannes Bernard ketika ia menjadi Gubernur pada tahun 1727) adalah “orang lama” di Amboina sebagai bekas Resident/Opperhoofden. Yang paling diingat dari perjalanan karir Gubernur Johannes Bernard adalah sebelum bergabung dengan VOC, ia sudah berkarir “dengan penuh kompetisi”, khususnya dengan EIC.
Pegawai bidang keagamaan sebagian besar terdiri dari kepala sekolah pribumi. Hanya ada 4 pendeta yang tersedia untuk seluruh pelayanan. Ketika 2 pendeta berangkat ke Batavia pada tahun 1733 (1 untuk menikah, yang lain karena perilaku tidak bermoral), jemaat berada dalam kesulitan yang sangat besar, karena tidak ada seorang pun yang tersisa untuk memberikan pelayanan penginjilan di komunitas Melayu. Mengenai personel maritim, kami menemukan bahwa sekitar separuh dari mereka benar-benar tinggal di darat, separuh lainnya bertugas dan terbagi di antara 5 kapal kompeni/perusahaan. Jumlah tentara di Amboina ternyata berada di kisaran jumlah yang ditoleransi yaitu 600 orang. Dan yang terakhir, para tukang ternyata terdiri dari profesi-profesi yang normal/biasa.
Sekitar 90% pegawai kompeni hampir pasti merupakan keturunan Eropa, 10% sisanya berasal dari Asia. Kelompok Asia sebagian besar terdiri dari para kepala sekolah. Jabatan manajemen level tertinggi hampir seluruhnya dipegang oleh orang-orang Belanda yang sebagian besar berasal dari Amsterdam. Selebihnya, jumlah sersan asal Jerman yang relatif besar sangat mencolok, meskipun diketahui bahwa kompeni memperkerjakan cukup banyak orang Jerman dan mereka sebagian besar menjalankan fungsi militer. Terakhir, berkaitan dengan soal gaji/upah di Amboina, terlihat jelas bahwa gaji/upah tersebut tidak jauh berbeda dengan gambaran umum gaji kompeni : seperti yang diduga, para tentara dan pelaut memperoleh gaji yang relatif kecil dan para pejabat tinggi memperoleh gaji yang lebih tinggi.
======= bersambung =====
Catatan Kaki
50. Dam, Beschryvinge van de Oostindische compagnie. Derde Boek, 320.
51. Kita harus mencatat bahwa angka-angka yang dibuat oleh Van Dam berasal dari akhir abad ketujuh belas, tetapi karena angka-angkanya kurang lebih sama, kita masih dapat mengatakan bahwa angka-angka ini masih berlaku pada tahun 1732.
52. Benteng atau benteng kecil; lihat Buijze, De Ambonse Lant-beschrijvinge door G.E. Rumphius, 300.
53. Benteng kayu kecil sederhana atau benteng dengan pagar kayu runcing; lihat di atas 298.
54. lihat Tabel 2 & lampiran 1.
55. Lihat Tabel 6.
56. Lihat Tabel 6.
57. VOC 2235b, resolutie, folio's 6 & VOC 2283 resolutie, folio's 154.
58. Idem.
59. VOC 2283a dagregister, folio 580.
60. VOC 2283a dagregister, folio 581.
61. VOC 2235b folio's 26-29.
62. VOC 2235b folio's 27-28.
63. VOC 2235a dagregister, folio 669 & 616-617.
64. VOC 2235a missive, folio's 893-894 (46).
65. VOC 2235a missive, folio's 898-899 (47). Kita juga menemukan pertanyaan ini dalam 'persyaratan kebutuhan' tahun 1733; Lihat Lampiran 9.
66. Lihat Tabel 2.
67. Wagenaar, Galle; VOC-vestiging in Ceylon.
68. Ibidem, 114.
69. Lihat Tabel 2.
70. Pada Tabel 7 kita melihat bahwa sebenarnya ada 96 kapal menurut distribusinya di antara kapal-kapal tersebut
71. Wagenaar, Galle; VOC-vestiging in Ceylon, 118 & 227.
72. Knaap, Memories van overgave, xxix.
73. Juru mudi juga bertugas mengawasi layar dan pukat pada tiang utama, yaitu segala sesuatu yang termasuk tiang utama. Zie http://VOCopvarenden.nationaalarchief.nl/UitlegFunctie.aspx
74. Bertanggung jawab atas lambung kapal, pompa dan pekerjaan kayu lainnya; Lihat di atas.
75. VOC 2235a missive 25-09-1732, folio 894 (46).
76. Bertanggung jawab atas pemeliharaan senjata, pembuat senjata; lihat http://VOCopvarenden.nationaalarchief.nl/UitlegFunctie.aspx
77. Lihat lampiran 9 & VOC 2235 missive 25-09-1732, folio's 898-899 (47).
78. VOC 2235a resolutie, folio 932.
79. VOC 2235a folio 1.200-1.201.
80. VOC 2235a folio 1.201.
81. VOC 2235a missive, folio 879 (39).
82. VOC 2235a missive 25-09-1732, folio's 898-899 (47).
83. Idem.
84. VOC 2283a missive, folio's 98 (67).
85. VOC 2283a missive, folio's 98-99 (67).
86. VOC 2283a missive 25-09-1732, folio's 880-882 (40).
87. Lihat Buijze, De Ambonse Lant-beschrijvinge door G.E. Rumphius, 284.
88. lihat Tabel 2.
89. Lihat lampiran 1; Dalam deskripsi jiwa, personel maritim yang dipekerjakan di darat dihitung sebagai tukang dan perbedaannya tidak selalu jelas.
90. Zie http://VOCopvarenden.nationaalarchief.nl/UitlegFunctie.aspx
91. Idem.
92. Idem.
93. Idem.
94. Pembuat senapan atau pistol, yaitu bagian kayu dari pistol; lihat http://VOCopvarenden.nationaalarchief.nl/UitlegFunctie.aspx
95. VOC 2235a missive 25-09-1732, folio's 894 (46).
96. Mengolah kayu, logam atau tulang pada mesin bubut; lihat http://VOCopvarenden.nationaalarchief.nl/UitlegFunctie.aspx
97. Lihat lampiran 9 & VOC 2235a missive 25-09-1732, folio's 898-899 (47).
98. Angka untuk Hila tidak ada di sini, namun gambaran keseluruhannya mungkin benar.
99. Mereka datang dari Brussels (3), Ghent (2), Mechelen (2), Antwerp (2), Waasmunster, Dendermonde, Sint-Niklaas, Assenede, Zeveren, Ostend dan Haasrode; Lihat Lampiran 1.
100. Lihat Lampiran 1.
101. 1Enam lainnya berasal dari Schage (2), Arnhem, Haarlem, Den Haag dan Groningen VOC 7960, penjelasan rinci, folio's 2-21, 154-157, 250-151, 312-313, 330-331, 334-335.
102. VOC 7960, ziel-en nagelbeschrijving, folio's 2-21.
103. Wagenaar, Galle, VOC-vestiging op Ceylon, 224.
104. Dilihat dari namanya, orang akan cenderung berasumsi bahwa mereka adalah orang Belanda, namun hal ini bisa sangat menyesatkan.
105. VOC 7960, ziel-en nagelbeschrijving, folio's 2-21, 154-157, 250-151, 312-313, 330-331, 334-335.
106. Wagenaar, Galle, VOC-vestiging op Ceylon, 134.
107. Gelder, Het Oost-Indisch avontuur; Duitsers in dienst van de VOC, 53.
108. Dam, Beschryving der Oostindische Compagnie; Derde Boek, 229-230.
109. Ini mengacu pada penembak dengan senjata kaliber kecil, atau prajurit dengan senjata api besar; lihat Buijze, De Ambonse Lant-beschrijvinge door G.E. Rumphius, 285.
110. Penunjukan pangkat prajurit yang dilatih sebagai perwira angkatan laut; lihat http://VOCopvarenden.nationaalarchief.nl/UitlegFunctie.aspx
111. Pembantu nakhoda kapal, bertugas mengawasi dan merawat tali-temali tiang utama; lihat idem.
112. Pelaut berpangkat rendah yang tidak terlatih; lihatWagenaar, Galle, VOC-Vestiging op Ceylon, 223.
113. Ibidem, 230.
114. Knaap, Kruidnagelen en christenen, 116-117.
115. VOC 2235a resolutie, folio's 206-207.
Catatan Tambahan
a. Elias van Stade/Staden bertugas sebagai komandan garnisun di VOC Persia pada akhir tahun 1724 dengan pangkat letnan menggantikan Kapten Hendrik Hermansz yang meninggal. Kemudian dimutasikan menjadi komandan garnisun gubernemen Ternate pada awal tahun 1726 dengan pangkat Kapten menggantikan Kapten Herman Vlak yang kembali ke Batavia. Kapten Elias van Stade diumumkan menjadi Kapten Garnisun Gubernemen Ambon pada Februari 1732 menggantikan Kapten Jacobus Schravelaar yang meninggal dunia.
§ Generale Missiven Gouverneur Generaal en Raden aan Heeren XVII, deel VII (1713-1724), deel VIII (1725-1729) dan deel IX (1729-1737)
b. Kapten Elias van Stade menggantikan Kapten Jacobus Schravelaar yang meninggal dunia pada 26 Juli 1731 [sejak Jacobus Schravelaar meninggal pada Juli 1731, tidak ada yang menggantikannya, jadi hampir 1 tahun lamanya komandan garnisun/militer Ambon tidak memiliki komandannya], Jacobus Schravelaar pernah menjadi sersan [komandan benteng Wantrouw] di Manipa pada tahun 1710-1712, dan ia menjadi komandan militer/garnisun gubernemen Ambon mungkin pada awal-pertengahan 1725, menggantikan komandan Zacharias de Bensin (1723 – 1725?). Jacobus Schravelaar menikah dengan Sara van den Bussche, putri dari Jacob van den Busche [komandan militer gubernemen Ambon, 1709-1719) dan Magdalena Eeck. Putri mereka yang bernama Magdalena Antonia Schravelaar menikah dengan [istri kedua] Carel Gustaaf Gledsteijn, Opperhoofden van Buru (1739-1749) dan Opperhoofden van Haruku (1749-1751). Putri dari C.G. Gledsteijn dan M.A. Schravelaar yaitu Barbara Johana Gledsteijn menikah dengan Johan Constantijn Cruijpenning, Opperhofden van Buru (1771-1763), Opperhofden van Haruku (1765-1773) dan Opperhoofden van Saparua (1773-1778). Setelah menjanda, Sara van den Busche menikah dengan Jan Elias Mijlendonk, Opperhofden van Saparua (1737-1743).
§ Hendrik E Niemeijer, dkk, Bronnen betreffende Kerk en School in de.............., eerste deel, tweede band, hal 324, catatan kaki nomor 804
§ Generale Missiven Gouverneur Generaal en Raden aan Heeren XVII, deel IX (1729-1733), hal 318
c. Letnan Carel Anroek diketahui pensiun dengan pangkat Kapten per 18 Januari 1734. Menikah dengan Catharina de Lange
§ Hendrik E Niemeijer, dkk, Bronnen betreffende Kerk en School in de.............., eerste deel, tweede band, hal 334, catatan kaki nomor 827
d. Keempat pendeta yang bertugas adalah Balthasaar Demhorst (dari Oldenburg), Petrus Kraan (dari Zeeland), Philipus Capelle (dari Detmolt) dan Hendricus Grimbergen (dari Utrecht)
e. Carel Gustaaf Gledsteijn nantinya menjadi Opperhoofden van Buru (1739-1749) dan Opperhoofden van Haruku (1749-1751). Menikah dengan [istri kedua] Maria Antonia Schravelaar [Lihat catatan tambahan huruf b]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar