- Orang Negeri Saparua dan Perang Pattimura -
Penulis: Adryn Anakotta
Editor : Ferdy Lalala
Pengantar
Pemberontakan Thomas Matulesij (dalam
perspektif Belanda) atau Perang Pattimura tahun 1817, tidak bisa
dilepas-pisahkan dari Saparua, baik pulau maupun “TKP pusatnya” yaitu Negeri
Saparua. Perang yang hampir mencapai 6 bulan itu, tidak saja merepotkan kaum
penjajah, karena belum lama mereka mengambil lagi Maluku dari tangan Inggris
(Maret 1817), tapi di sisi lain juga melibatkan banyak orang dari berbagai
kawasan di sekitar “locus delicity” atau lokasi kejadian. Kejadian yang
berlangsung hampir 2 abad lalu itu, terus menimbulkan banyak perdebatan dan
pertanyaan. Para pemimpin pemberontakan itu, kisah hidup mereka pun hanyalah
“sepotong-sepotong”. Kita hanya mengenal secara “sambil lalu”, Thomas
Matulesij, Sayat Parintah (Said), Anthonij Rhebok, Philip Latumahina, Christina
Martha Tiahahu dan beberapa orang lainnya. Hanya itu, agak aneh memang, tapi
begitulah faktanya. Selain itu, pemberontakan yang memakan waktu 6 bulan itu
pun tentunya melibatkan banyak orang namun kembali lagi kita tak disuguhi oleh
narasi seperti itu. Mungkin historiografi sejarah kita, hanya lebih “suka”
menonjolkan “pribadi” para pemimpinnya, rakyat kecil jarang untuk diangkat atau
disentuh.
Setiap pemimpin besar pastilah dikelilingi
oleh orang-orang terbaiknya, minimal ada “orang-orang tak dikenal” yang turut
membantunya. Begitu juga yang terjadi dalam Perang Pattimura.
Lewat artikel ini, penulis hanya berupaya
menyajikan hal-hal “sederhana” itu, hal-hal yang mungkin tak diketahui oleh
kita selama ini. “invisible man” itu memang tak secara eksplisit dinarasikan
dalam sejarah resmi kita, namun nama mereka tercatat dalam arsip-arsip kolonial
yang ada pada masa itu.
Seperti yang disebutkan di atas, peristiwa
itu telah “menarik minat” orang-orang di sekitar, dari berbagai daerah
di sekitar untuk turut terlibat. Mempertimbangkan, banyaknya data yang mungkin
saja terjadi, maka penulis hanya membatasi pada orang-orang asal negeri Saparua
yang turut terlibat dalam peristiwa itu. Tak ada alasan lain, hanya alasan
teknis saja, namun mungkin itu semua bisa “dilunasi” dengan lampiran yang
disertakan dalam artikel ini. Lampiran I, berupa nama-nama dari negeri lain,
terkhususnya dari pulau saparua yang turut terlibat. Lampiran II, berupa
nama-nama tentara Belanda yang tewas dalam operasi penumpasan pemberontakan
itu.