Selasa, 07 Agustus 2018

Minggu, 05 Agustus 2018

Muar, Vull, Licer, Lijasser, Lyaser, Vleasser, Luasse, Ulliasser, Honomoa hingga Saparoua


                        ---- Jejak-jejak sebuah “nama” dalam Arsip dan Sumber

serta Perbincangan dalam ruang waktu ----

(Bag IIa)

 

Oleh

Admin Blog Pisarana

 

Pada periode “transisi” ini, banyak para penjelajah yang memasuki “kawasan Nusantara”. Penjelajah Inggris, Henry Middleton tiba di pantai negeri Mamala pada 20 Februari 16051. Penjelajah Perancis, Francois Pyrard of Laval, tiba di Maluku pada tahun 16072, namun ia hanya mendeskripsikan Banda dan Ambon secara umum.

Menurut Colton Borney, Henry Middleton tiba di Mamala pada hari ke-10 (tanggal 10-11 Februari 16053). Middleton menyebut tentang Ambalau (Amblaw), Buru (Bouro), Amboina, Veranula, Mamala (Mamalla), dan Manipa. Namun mereka tidak banyak mendeskripsikan kawasan Lease.

Seperti disebutkan pada artikel bagian I, sejak Februari 1605, saat Van Der Haghen menaklukan benteng Portugis, maka kekuasaan VOC mulai menanamkan kukunya di Pulau Ambon. hal ini ditandai dengan diangkatnya Fredrik de Houtman sebagai Gubernur VOC Ambon. sejak saat itulah VOC (Belanda) mulai berkuasa dan menguasai sepenuhnya wilayah Pulau Ambon dan sekitarnya dalam sebuah Gubernemen yang disebut Gubernemen/Gouvernment van Ambon.

Dengan berfungsinya kekuasaan administratif itulah, maka pencatatan, pelaporan baik secara umum, maupun mendetail berasal dari mereka (VOC). Begitu juga dengan pendeskripsian yang lebih “luas” terhadap wilayah kekuasaannya, salah satunya adalah wilayah “lease”.

Pada bagian ini, penulis akan menyajikan laporan, sumber, arsip VOC yang mendeskripsikan, atau hanya sekedar “menyinggung” wilayah dimaksud. Selain sumber-sumber dari pihak “resmi” disajikan juga laporan, jurnal perjalanan, dari pihak “luar”, entah itu para pendeta/zending, pelukis, maupun para penjelajah atau pengunjung.

Penyajian itu akan disusun secara kronologis, disertai dengan penjelasan atau analisa, jika penulis merasa perlu untuk menjelaskan atau menganalisanya.


Honnoma/Honimoa, Johan Ottens dan Artus Gijsels, 1633


A.    Periode VOC (1605-1799)

1.      Memorie van Overgave Gubernur VOC Ambon, Jasper Janszoon (1611-1614)4

Jasper Janszoon adalah Gubernur ke-2 VOC Ambon yang menggantikan Fredrik de Houtman (1605-1611). Ia bertugas selama 3 tahun dan pada tahun 1614, ia digantikan oleh Adriaan Martens Blok (1614 – 1617).

Memorie van Overgave  atau Nota Serah terima jabatan ini, dibuat pada tanggal 25 Juni 1614.

Pada MOG itu, ia mendeskripsikan tentang wilayah Lease. Ia menulis demikian5 :

.............................. Bij oosten Amboyna sijn 3 bewoonde eylanden die geen nagelen op en brenghen, alleen sago ende ander vivres. Dese staen mede onder 't gebiedt van 't
casteel ende worden genoemt de eylanden van Ulliasser. Het eerste leyt een cleyn
mijl van Amboyna, de durpen aen de zuydtsijde sijn dese ende hebben den naem
van cristenen, als Haruka, Sammetta, Omman ende Wassus. Van dese is Omman het hooft............... Aen de westsijde van dit eylandt sijn 4 durpen dat mooren sijn, ende sijn altijt
vianden tegen de voorseyce cristenen dorpen geweest, als Hatawa, Rabau,
Ralolij ende Holijlieuw............

Terjemahan garis besarnya :

(di sebelah timur pulau Ambon, terdapat 3 pulau yang disebut kepulauan Ulliaser. Pulau pertama berjarak kurang lebih 1 mil laut dari pulau Ambon, negeri-negeri yang berada pada sisi selatan pulau itu semuanya beragama Kristen yaitu Haruka (Haruku), Sammetta (Samet), Omman (Oma) dan Wassus (Wasu).........sedangkan pada sisi barat pulau itu terdapat 4 negeri muslim yaitu, Hatawa (Hatuhaha), Rabau (Kabau), Ralolij (Kailolo) dan Hulaliu (Holijlieuw)

Het tweede eylandt leydt een musquet schoot weegh’s bij oosten van't  voorgaende , de cristene durpen sijn dese aen de suydtsijde als Haria, Boy, Papero, Tiau, Juroa12, Sorosorij, Tetowarij13, Au ende Oullatta. Aen de noortsijde leyt een plaets genaemt Iha – mau, sijn twe durpen, hebben ijder vier durpen onder haer.

Terjemahan garis besarnya :

(Pulau kedua jaraknya sejauh satu tembakan senjata disebelah timur pulau sebelumnya, negeri-negeri kristen terletak disebelah selatan pulau itu, yaitu Haria, Booi (Boy), Papero (Paperu), Tiouw (Tiau), Juroa, Sirisori (Sorosorij), Tetewarij, Ouw (Au) dan Ullath (Oullatta).

Pada sisi utara ada sebuah “wilayah” yang bernama Iha – Mau, dimana wilayah itu terdiri dari 2 negeri, serta 4 negeri dibawah “kekuasaan” mereka)

Het derde eylant genaemt Nouselaou leyt ontrent 1,5mijl van't  voorgaende.
Op dit eylant sijn twe princepale stedekens onder haer Titeway ende Amette die
noch eenighe cleyne stedekens onder haer hebben.

Terjemahan garis besarnya :

(Pulau ketiga bernama Nusalaut (Nouselaou) yang berjarak 1,5 mil dari pulau sebelumnya. Di pulau itu terdapat 2 penguasa besar yang dipimpin oleh negeri Titawaai (Titeway) dan negeri Ameth (Amette), dimana beberapa negeri kecil dibawah kekuasaan mereka masing-masing)

Menarik membaca fragment dari MOG sang gubernur, terkhususnya tentang pulau kedua. Ada beberapa hal penting yang perlu penulis jelaskan dan analisa :

a.   Gubernur menyebut 3 pulau itu sebagai kepulauan Ulliaser. Sebutan ini, kemungkinan besar mengikuti apa yang telah disebutkan oleh Steven van der Haghen, 7 tahun sebelumnya.

b.      Sang gubernur hanya menyebut nama pulau ketiga yaitu Nouselaou, sedangkan 2 pulau lainnya tidak disebut.

c.   Ada sebuah istilah yang digunakan oleh gubernur untuk menyatakan jarak dari pulau pertama ke pulau kedua. Ia menggunakan istilah “trend” dimasa itu, een musquet schoot. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan suatu jarak yang “dekat” atau bisa terlihat dengan mata. Jika diterjemahkan secara literal maksudnya adalah satu tembakan peluru/mesiu.

Istilah pada abad XVII ini bisa disamakan dengan istilah dalam sastra seperti jaraknya selemparan batu, atau sepeminum teh.

d.  Pada kata Juroa dan Tetowarij, Knaap memberikan catatan kaki . Kata Juroa (no 12), Knaap menulis : Waarschijlink Saparua of Tuhaha(mungkin (Negeri) Saparua atau (Negeri) Tuhaha). Sedangkan kata Tetowarij (no 13), ia menulis Tetuwaru op zuidoostkust van saparua, in de loop van de 17 eeuw bij Ouw gevoegd7 (Tetuwaru berada pada pantai tenggara pulau saparua, pada paruh abad 17 merupakan bagian dari negeri Ouw)

e.    Terlihat bahwa Knaap, tidak “yakin” dengan kata Juroa, apakah ini negeri Saparua atau Tuhaha. Namun penulis lebih condong, bahwa kata Juroa yang disebut oleh gubernur merujuk pada negeri Saparua sekarang. Mungkin seperti “narsis” karena penulis adalah orang negeri Saparua, namun penulis memiliki alasan-alasan yang bisa dibuktikan dan dipikirkan lebih jauh.

 

1.   Seperti yang disebutkan dalam Memori itu, Juroa adalah sebuah negeri yang terletak di sebelah selatan pulau saparua, sedangkan faktanya, Tuhaha sejak dulu terletak di sebelah utara.

2.    Wilayah “geografis” negeri Saparua selalu dan tidak berpindah ke bagian lain atau tetap dibagian selatan. Hal ini dibuktikan pada tahun 1687. Pada saat perdebatan tentang lokasi benteng baru (nanti menjadi benteng duurstede), Gubernur VOC Ambon dimasa itu, Robertus Padbrugge menolak keras negeri saparua dijadikan lokasi benteng dengan alasan, wilayah selatan (negeri saparua) adalah wilayah sunyi.8

3.   Nama Juroa lebih terdengar “dekat” ke nama Saparua, dibandingkan dengan nama Tuhaha. Faktanya, nama Tuhaha secara konsisten “tidak berubah”. Sejak masa Portugis namanya dikenal atau disebut Atua, Tuaa, Tuaha, Tuhaa (lihat surat-surat para misionaris). Kekonsistenan nama Tuhaha, bisa dilihat pada sumber Rumphius9. Rumphius yang menulis pada tahun 1671, menulis bahwa di tahun 1635, negeri Tuhaha disebut Tuaha10, dan menyebut penduduk negeri Tuhaha sebagai Tuahas11. Justus Heurnius, 2 tahun sebelumnya, pada tahun 1633 saat mengirim surat/laporan tertanggal 15 Agustus 163312, tentang pekerjaan penyebaran injil menyebut negeri Tuhaha sebagai Touaha13, suratnya (brief) tertanggal 19 Agustus 163314 juga menyebut Touaha, begitu juga dengan Pendeta Helmichius Helmichii yang menyampaikan berita (brief) kepada Komisaris Anthonio van den Heuvel di Ambon pada tanggal 8 Juni 163315, ia dalam beritanya itu menyebut/menulis Tuhaha dengan nama Touaha16.

2 tahun sebelumnya, di tahun 1631, saat Gubernur VOC Ambon, Artus Gijsels (1631-1634) mengadakan kunjungan kerja ke Ulliaser, ia berkunjung ke Ihamahu dan Sirisori serta Ullath. Hasil kunjungan itu kemudian dilukis oleh Jan Ottens, yang saat itu menjadi Fiscal Gubernemen Ambon (1628-1631)17. Lukisan itu berjudul Affbeeldingh der Eilanden Luasse. Mitsgaders t geene Noopende de Timult: der Negerijen Touhaha, ende Sorisory, door ordre van D'Ed: HeerGouvern: Artus Gijssels Bijden Fiscael I. Ottens In Passant G Annotteert zij: i. Als Medio Augusto an: 163118. Jan Ottens menulis Tuhaha sebagai Touhaha. Jan Ottens inilah yang nantinya menjadi Gubernur VOC Ternate (1633-1635)19

4.  Seperti yang disebut pada butir 3 diatas, nama Juroa terdengar lebih dekat ke nama Saparua, hal ini bisa “dibuktikan” pada sumber Inggris20. Residen Ambon asal Inggris, Robert Townsend Farquhar (1799-1802)21 saat menyampaikan laporan kepada “bosnya”, bertanggal 5 April 1799, yang salah satu isinya penunjukan Letnan Jhon Henry Slingsby sebagai Resident Saparua. Pada laporan itu ia menyebut Saparua sebagai JAPROOD, di lain tempat (pada laporan itu) ia menyebut JAPROOA, atau juga SAPROOA.

5.   Pembuktian tentang wilayah “geografis” negeri Saparua dan Tuhaha yang tak pernah “berpindah” dapat dibuktikan lewat peta22. Pada peta tersebut negeri Saparua terletak di sebelah selatan pulau Saparua, sedangkan Tuhaha terletak dibagian utara pulau Saparua. Peta ini dilukis tanpa nama dan dilukis berdasarkan deskripsi Rumphius tentang Tsunami Ambon pada Februari 1674. Pada peta tersebut juga tertulis Saparua (Supurua), Tuhaha (Tauhu), Sirisori (Siri Sore). Penulisan nama negeri-negeri pada peta itu, juga membuktikan kekonsistenan nama Tuhaha yang tidak “berubah” secara signifikan, tapi hanya berupa varian gaya penulisan saja

Oulath oleh Artus Gijsels, 1633

Atas beberapa “bukti” tersebut di atas, maka penulis lebih condong berpendapat, bahwa nama Juroa merujuk pada negeri Saparua, bukan pada negeri Tuhaha. Jika disebut bahwa bukti-bukti diatas, bertarikh beberapa tahun setelah Memori sang Gubernur, dan akibatnya lokasi kedua negeri itu bisa saja berpindah, maka hal ini tak ada dasarnya.Pada sumber-sumber Portugis maupun VOC, kedua negeri itu tetap pada tempatnya hingga sekarang, atau tidak pernah disebut atau disinggung sama sekali tentang perpindahan lokasi. Jika disebut, bahwa bisa saja nama mereka telah berubah, kembali lagi bahwa kekonsistenan nama Tuhaha dapat membuktikannya. Perubahan nama Juroa menjadi Touaha, Tuaha, terlihat terlalu “jauh” dan terlalu “dipaksakan” jika dibandingkan dengan Juroa “menjadi” Saparua dengan seluruh varian penulisannya yang nanti akan disajikan oleh penulis.

Jika hipotesis penulis ini “benar”, maka ini adalah untuk pertama kalinya, nama negeri Saparua disebut/ditulis secara eksplisit dalam sebuah sumber, meski ditulis dalam varian yang “berbeda” dari yang kita kenal sekarang.

Penyebutan nama sebuah objek dalam “laporan” yang berkelas seperti Memori van Overgave, memiliki “standar” validitas yang tinggi. Apalagi MOG dari seorang pejabat yang bergelar Gubernur. Agak naif jika kita menyebut itu informasi yang keliru, karena “faktanya” suatu MOG tidak disusun secara sembarangan. MOG adalah nota serah terima jabatan, sebuah kewajiban dari pejabat yang mengakhiri tugasnya untuk menulis hal itu. MOG adalah “rangkuman” dari semua kebijakan, masalah, projeksi perkembangan dan usulan kepada pejabat pengganti untuk melanjutkan kebijakannya. MOG secara umum dijadikan sebagai “panduan” kepada pejabat baru untuk memahami wilayah kerja, karakteristik wilayah, karakteristik penduduk, kebijakan yang telah dibuat, hasil dari program-program kebijakan, persoalan-persoalan yang belum diselesaikan oleh pejabat lama.  Berbekal MOG inilah, pejabat baru bisa “memetakan” dan memudahkan dia untuk bekerja dan menyelesaikan seluruh pekerjaannya saat menjabat. Penulisan MOG adalah kewajiban yang harus dipatuhi oleh semua orang yang dipercayakan menjabat suatu jabatan, entah itu sekelas Gubernur, Direktur, Opperhoofd, bahkan pada level tertinggi yaitu Gubernur Jenderal VOC sekalipun.

Isu menarik tentang MOG para Gubernur inilah, yang (mungkin) membuat Sujeewa Bandara menjadikannya sebagai Thesis untuk meraih gelar Masternya23. Thesis ini berjudul Writing memoirs in the mid-eighteenth century- A comparative study in Ambon and Sri Lanka, yang dipertahankannya pada Agustus 2016 di Universitas Leiden.

Isu utama pada Thesis ini adalah, ia mendiskusikan tentang “struktur/kerangka” penulisan MOG para Gubernur VOC. Ia mengambil sampel untuk thesis ini dengan membandingkan MOG Gubernur VOC Ambon dan Gubernur VOC Ceylon (Srilangka).

Penulisan atau isi dari laporan-laporan resmi seperti ini, biasanya dibuat secara berjenjang dan berkala. Maksudnya adalah ditulis berkala dan menjadi kewajiban. Berjenjang maksudnya, adalah ditulis oleh pejabat dari tingkat yang paling rendah sampai level tertinggi. Lagipula MOG para Gubernur itulah yang biasanya digunakan sebagai “bahan baku” penulisan MOG Gubernur Jenderal kepada penggantinya.

Jika kita memahaminya dengan baik, maksudnya memahami seluruh prosedur, kebiasaan para pegawai VOC dalam soal penulisan laporan-laporan seperti itu, maka tentunya informasi yang terdapat pada laporan-laporan itu memiliki validitas tinggi.

2.`Memorie van Overgave Gubernur VOC Ambon, Adriaan Martens Blok (1614-1617)24

Adriaan Martens Blok, adalah Gubernur VOC Ambon ke-3 yang menggantikan Jasper Janszoon. Ia berkuasa pada tahun 1614-1617. Ia menulis MOG yang bertanggal 4 Juli 161725, yang ditujukan kepada penggantinya Steven van der Haghen (1617-1618). Di dalam isi MOG ini, sang Gubernur menyebut Ulyasser dan Nousselaouw26.

Fragment isi dari MOG itu adalah sebagai berikut :

...............verhandelen hebben om sagu, soo in Ulyasser, op Nousselaouw ende aende custe van Ceram..................

.....dorpen, ofte die van Nouselaouw welcke meest alle ..............

Terjemahan garis besarnya :

Pohon sagu terdapat juga di pulau Ulyasser, pulau Nousselaouw dan (negeri-negeri) di pantai pulau Seram.

Dilihat dari konteks isi surat, sang Gubernur menyebut nama pulau kedua sebagai Ulyasser dan nama pulau ketiga sebagai Nousselaouw.

Selain itu, pada bulan tanggal 16 Mei 161727, sang Gubernur membuat “kontrak” atau kesepakatan dengan negeri-negeri di pantai selatan pulau seram. Dalam isi kontrak/kesepakatan itu ia menyebut Ulliaser, sebagai rujukan pada nama gugusan untuk 3 pulau.

Fragment isi kontrak tersebut28 :

.........................gelijk die van Ulliaser en andere onderdaenen vanden voors...........

Pada “pengantar” kontrak ini, gubernur juga menyebut negeri Iha en Mau (Iha dan Ihamahu) serta Soresorij (Siri-sori)

 

3.       Brief Gubernur VOC Ambon, Steven van der Haghen (1617-1618)

Steven van der Haghen adalah Gubernur VOC Ambon ke-4 dan memerintah pada tahun 1617-1618. Ia menggantikan Adriaan Block Martensz. Ia menyampaikan brief (berita/surat) kepada para petinggi VOC di Batavia pada tanggal 26 Mei 161729. Pada brief ini ia menyebut eylanden Liasser30.

Fragment isi brief itu sebagai berikut :

.....................ende de eylanden Liasser tot haer hulpe gehadt, .................

................God loff ende den Gouverneur Block Martens is inde eylanden Liasser geweest met drie correcorren

Dilihat dari konteks dan isi brief, maka der Haghen menyebut eylander Liasser sebagai nama untuk gugusan. Ia menyebut kunjungan Gubernur Adriaan Block Martens ke kepulauan Lease dengan menggunakan 3 kora-kora. Kunjungan inilah yang berpuncak pada kontrak seperti disebut pada butir 2 di atas

“Lease” oleh Johan Ottens, 1633


4.       Brief Gubernur VOC Ambon, Steven van der Haghen (1617-1618)

Steven van der Haghen kembali mengirim brief kepada para petinggi VOC tertanggal 14 Agustus 161731. Pada brief ini ia menjelaskan atau mendeskripsikan wilayah Lease. Ia menyebut kepulauan Uliasser terdiri dari 3 pulau yaitu Uliasser, Oma dan Nusalao (Nusalaut)

Fragment brif itu sebagai berikut32:

Onse eylanden van Uliasser, die weljke sijn, te wetten Uliasser, Oma ende Nusalao, leggende bij oosten Amboina inde passagie van Banda.............

Terjemahan garis besarnya :

Kepulauan Uliasser terdiri dari 3 pulau, yaitu pulau Uliasser, Oma dan Nusalao , yang terletak di sebelah timur pulau pulau Ambon  dan merupakan jalur menuju pulau Banda.........

 

5.       Brief Gubernur VOC Ambon, Steven van der Haghen (1617 – 1618)

Steven van der Haghen kembali mengirim brief kepada para petinggi VOC tertanggal 6 Mei 161833. Pada brief ini ia menulis beberapa varian penulisan nama Lease. Ia menulis Lyasser, Liasser dan Liassersche, selain itu secara konsisten ia menulis Oma dan Nusalao34.

Fragment isi dari brief tersebut :

De eylanden van Lyasser, als Oma, Liasser ende Nusalao..............begonnen een sargant opt eylant Liasser te leggen................Nu hebbe ick opt eylant Oma ook een sargant geleit..........nu rest noch het eylant Nusalao.................

(konteks dari fragment isi surat ini adalah penempatan seorang sersan di kepulauan Lease, dimana seorang sersan di masing-masing pulau untuk mengepalai kekuasaan VOC di tiap pulau itu)

..........want daer moeten twee aent casteel westen weesen ende twee (om) op de Liassersche eylanden als op de...................

Pada periode ini, terlihat van der Haghen tidak “merubah” terlalu banyak varian penulisan dibandingkan 10an tahun sebelumnya. Pada periode ini ia menulis Uliasser, Liasser, Lyasser, Liasser, juga Liassersche. Jika ia menulis kata-kata ini, ia merujuk pada nama gugusan, dan juga nama pulau sebagai salah satu anggota dari gugusan itu, atau nama salah satu anggota himpunan, tergantung konteks dan isi suratnya. Menurut penulis “perbedaan” penulisan kata ini, hanyalah karena gaya menulis saja, atau “permainan” abjad saja, tetapi maksud dan rujukannya pada hal yang sama atau hal yang sudah diketahui, bukan pada objek yang lain.

 

=== bersambung ===

Catatan Kaki

1.   Hubert Jacobs, SJ, Documenta Malucensia, Vol 2 (1577-1606 ), Jesuit Historical Institute, Roma, 1980, chapter V (Documents), dan cat kaki no 3, hlm 685

·         Foster, William, The voyage of Sir Henry Middleton to the Moluccas, 1604-1606, 1943

·       Corney, Bolton, The voyage of Sir Henry Middleton to Bantam and the Maluco island, Hakluyt Society, London, 1855, hlm 21- 27

2.  Gray, Alberth, and Bell, H.C.P, The voyages of Francois Pyarard of Laval to the east indies............vol II, Hakluyt Society, London, 1888, hlm 166-167

3.   Corney, Bolton, The voyage of Sir Henry Middleton to Bantam and the Maluco island, Hakluyt Society, London, 1855, hlm 23

4.      Rumphuijs, Georgius Everhardus, De Ambonsche Historie behelsende een kort verhaal Der Gedenkwaardigste Geschiedenissen zo in Vreede als oorlog voorgevallen sedert dat de Nederlandsche Oost Indische Comp: Het Besit in Amboina Gehadt Heeft s-Gravenhage, Martinus Nijhoff (eerste deel), caput 6, hlm 31

·         Valentyn, Francois. Oud en Nieuw Oost Indie (twede deel) Beschyving van Amboina Vervattende......., Joannes van Braam, Dordrecht, 1724

·   Doren, van J.B.J. De Moluksche Laandvoogden van het jaar 1605 tot 1818, J.D. Sybrandi, Amsterdam, 1808, hlm 13

·         Ludeking, E.A.W. Lijst van Gouverneurs van Ambon, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde 14 (1864), pp. 525

5.      Memorie...........van Jasper Jansz, 25 Juni 1614, ARA : VOC 1064, folio 208r-210v (in Knaap, Gerrit.J. Memorie van Overgave van Gouverneur van Ambon in de zeventiende en achtiende eeuw, ‘S Gravanhage, Martinus Nijhoff, 1987, hlm 18-19

6.      Idem (catatan kaki no 12, hlm 19)

7.      Idem (catatan kaki no 13, hlm 19)

8.      Pligtschuldig En Nodigh Schriftelijk Berigt....door Robertus Padbrugge, 18 Agustus 1687 (in Knaap, Gerrit.J. Memorie van Overgave van Gouverneur van Ambon in de zeventiende en achtiende eeuw, ‘S Gravanhage, Martinus Nijhoff, 1987, hlm 259

9.      Sumber Rumphius...................

10.  Halaman 123, 126, 127,

11.  Idem (hlm 127)

12.  Brief van DS Justus Heurnius aan de Kerkenraad van Batavia, Oulat 15 Agustus 1633 (dimuat oleh Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hlm 147-149)

13.  Idem (hlm148)

14.  Brief van DS Justus Heurnius aan Gouverneur Generaal Hendrick Brouwer, Oulat 19 Agustus 1633 (dimuat oleh Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hlm 152-153)

15.  Brief van DS Helmichius Helmichii aan Commisaris Anthonio van den Heuvel, Ambon 8 Juni 1633 (dimuat oleh Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hlm 138-145

16.  Idem (hlm 145)

17.  Valentyn, Francois. Oud en Nieuw Oost Indie (twede deel) Beschyving van Amboina Vervattende......., Joannes van Braam, Dordrecht, 1724 bag 2, hlm 2 dan 36

18. Affbeeldingh der Eilanden Luasse. Mitsgaders t geene Noopende de Timult: der Negerijen Touhaha, ende Sorisory, door ordre van D'Ed: HeerGouvern: Artus Gijssels Bijden Fiscael I. Ottens In Passant G Annotteert zij: i. Als Medio Augusto an: 1631……… Map of the islands of Haruku, Saparua and Nusa Laut near Ambon, expedition of A. Gijsels_Atlas of Mutual Heritage.html

19.  De Clercq, F.S.A. Ternate, The Residency and Its Sultanate (Bijdragen tot de kennis de Residentie Ternate, 1890) apendix II (Edisi Terjemahan Bahasa Inggris oleh Paul Michael Taylor dan Marie N Richards), Smithsonian Institution Libraries Digital Edition, Washington DC, 1999

·     Widjojo, Muridan Satrio. Cross-cultural Alliance-making and local resistance in Maluku during the revolt of Prince Nuku, c.1780-1810 (disertasi doktor di universitas Leiden) apendiks 3, 2007

·         https://www.geni.com/projects/Governors-of-Ternate/17987

20.  Resident te Ambon (Farquhar) aan gouverneur in Rade te Madras (Clive), Ambon, 5 april 1799.

Afschrift. IOR, Madras Public Consultations 12 July 1799, P/242/14 f. 2178-2213 (dimuat oleh Chr. Fraasen dalam Bronnen Betreffende Midden Molukken, 1796-1902)

21.  Ludeking, E.A.W. Lijst van Gouverneurs van Ambon, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde 14 (1864), pp. 542

22.  Waerachtig verhael van de Schriklijke Aardbevinge Nuonlanghs eenigen tyd herwerts, ende voor naemntlijck op den 17 February de jaers 1674 voorgevallen in/en ontrent de eylanden van Amboina, (sebuah buku yang ditulis berdasarkan laporan yang dibuat. G.E. Rumphuijs tahun 1675)

23.  Bandara, Sujeewa, Writing memoirs in the mid-eighteenth century- A comparative study in Ambon and Sri Lanka, University of Leiden, Nederland, August 2016

24.  Doren, van J.B.J. De Moluksche Laandvoogden van het jaar 1605 tot 1818, J.D. Sybrandi, Amsterdam, 1808 (hal 13)

·       Ludeking, E.A.W. Lijst van Gouverneurs van Ambon, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde 14 (1864), pp. 525

·       Valentyn, Francois. Oud en Nieuw Oost Indie (twede deel) Beschyving van Amboina Vervattende......., Joannes van Braam, Dordrecht, 1724 bag 2, hlm 1 dan 33)

25.  Memories van Adriaen Blocq Martensz nagaleten aan zijn opvolger als Gouverneur van Ambon, Steven van der Haghen (dimuat oleh P.A.Tiele dalam Bouwstoffen voor geschiedenis der Nederlanders in den Maleischen Archipel, Eerste deel, P.A. Tiele, Martinus Nijhoff, 1886, hlm 188-201

·     Memorie van Adriaan Block Martensz, 4 Juli 1617 (in Knaap, Gerrit.J. Memorie van Overgave van Gouverneur van Ambon in de zeventiende en achtiende eeuw, ‘S Gravanhage, Martinus Nijhoff, 1987, hlm 19)

26.  Memories van Adriaen Blocq Martensz nagaleten aan zijn opvolger als Gouverneur van Ambon, Steven van der Haghen (dimuat oleh P.A.Tiele dalam Bouwstoffen voor geschiedenis der Nederlanders in den Maleischen Archipel, Eerste deel, P.A. Tiele, Martinus Nijhoff, 1886, hlm 201)

27. Accord met de dorpen aan de zuidkust van Ceram (dimuat oleh P.A.Tiele dalam Bouwstoffen voor geschiedenis der Nederlanders in den Maleischen Archipel, Eerste deel, P.A. Tiele, Martinus Nijhoff, 1886, hlm 204-206)

·       Heeres, J.E. Corpus Diplomaticum Neerlando – Indicum Vol I (1596 -1650), bagian LV Ambon 16 Mei 1617, Gravenhage Martinus Nijhoof, 1907 hlm 130-132

28. Accord met de dorpen aan de zuidkust van Ceram (dimuat oleh P.A.Tiele dalam Bouwstoffen voor geschiedenis der Nederlanders in den Maleischen Archipel, Eerste deel, P.A. Tiele, Martinus Nijhoff, 1886, hlm 205)

·       Heeres, J.E. Corpus Diplomaticum Neerlando – Indicum Vol I (1596 -1650), bagian LV Ambon 16 Mei 1617, Gravenhage Martinus Nijhoof, 1907, hlm 131, 132

29.  Brief van Steven van der Haghen aan Bewindhebbers Oost Indie Compagnie, 26 Mei 1617 (Ceram (dimuat oleh P.A.Tiele dalam Bouwstoffen voor geschiedenis der Nederlanders in den Maleischen Archipel, Eerste deel, P.A. Tiele, Martinus Nijhoff, 1886, hlm 206-217)

30.  Idem (hlm 211,214)

31.  Brief van Steven van der Haghen aan Bewindhebbers Oost Indie Compagnie, 26 Mei 1617 (Ceram (dimuat oleh P.A.Tiele dalam Bouwstoffen voor geschiedenis der Nederlanders in den Maleischen Archipel, Eerste deel, P.A. Tiele, Martinus Nijhoff, 1886, hlm 217-221)

32.  Idem (hlm 219)

33.  Brief van Steven van der Haghen aan Bewindhebbers Oost Indie Compagnie, 26 Mei 1617 (Ceram (dimuat oleh P.A.Tiele dalam Bouwstoffen voor geschiedenis der Nederlanders in den Maleischen Archipel, Eerste deel, P.A. Tiele, Martinus Nijhoff, 1886, hlm 222-228)

34.  Idem (hlm 224, 228)