Jumat, 03 Agustus 2018

Muar, Vull, Licer, Lijasser, Lyaser, Vleasser, Ulliasser, Honomoa hingga Saparoua


---- Jejak-jejak sebuah “nama” dalam Arsip dan Sumber
serta Perbincangan dalam ruang waktu ----
(Bag I - d)

Oleh 
Admin Blog Pisarana


Sumber-sumber Periode Portugis (1512–1605) ini (yang telah disajikan pada bagian 1a–1c) akan dianalisa untuk menjawab dan mengaitkan ketiga pemahaman yang disampaikan sebelumnya.


Pemahaman Pertama, seperti terlihat pada surat bernomor (1) hingga (20) terlihat dengan eksplisit bahwa Liasse, Licer, Oliazer, dan seluruh varian penulisannya, sejak awal orang-orang Portugis merujuk dan hanya merujuk nama itu kepada pulau Saparua yang kita kenal sekarang. Nama Liasse bukanlah nama gugusan yang kita kenal dan pahami di masa sekarang. Hal ini dibuktikan dalam surat-surat para misionaris itu, yang “merinci” ke-3 nama pulau dengan nama mereka sendiri-sendiri. Pemahaman terhadap isi surat-surat inilah, yang membuat Hubberts Jacobs dengan yakin membuat kesimpulan yang disebutkan di atas.

Agak “prematur” jika ada anggapan bahwa nama Liasse adalah nama yang diberikan/dinamai oleh bangsa Portugis. Semua surat-surat tersebut bisa menjadi argumentasi paling valid untuk membantah anggapan demikian. Alasan lain adalah meski terdapat beberapa varian penulisan, namun mereka tetap konsisten dengan makna dan seluruh penggunaan nama itu untuk merujuk nama pulau yang mereka maksud. Meski penulisannya “berbeda” namun intinya adalah sama. Alasan kedua anggapan bahwa nama itu adalah nama “lama” untuk pulau Saparua bisa diterima dan memiliki bukti kuat. Para misionaris yang menulis surat-surat itu adalah orang-orang yang bertugas di wilayah “Lease”, minimal wilayah di sekitarnya. Tempat tugas mereka yang mengakibatkan mereka akan selalu bersentuhan dengan masyarakat yang telah mengenal, tahu tentang nama itu, dan mempergunakan nama ini dalam percakapan sosial di masa itu. Alasan kedua ini “memperoleh” bukti dari Laporan/Surat Steven van der Haghen sendiri. Laporan yang dimaksud adalah Surat/Laporan Steven van der Haghen bertanggal 14 Agustus 161721.

Meilink Roelofsz yang menggunakan salah satu sumber ini dalam bukunya22 menulis demikian : dalam surat/laporan itu bagaimana :

“Van der Haghen membandingkan para pendeta Portugis taat yang dicintai dan dihargai atas pengorbanan diri dan upaya mereka di kalangan orang yang beralih memeluk agama Kristen di Amboina dengan para pendeta Protestan yang tak bisa dicontohi”.

Berdasarkan sumber van der Haghen tersebut, kita bisa “berargumen” bahwa dengan sikap hangat, humble dan bergaul erat” dari para misionaris dengan penduduk lokal, maka tidaklah mungkin, jika penduduk lokal, “menipu” atau “merekayasa” sebuah nama pulau kepada para pendeta itu. Jika pun ada yang berbohong, merekayasa atau “menutupi” sesuatu dalam hal ini, nama sebuah lokasi.... atas alasan apa mereka melakukan hal demikian?..... jika 1 atau beberapa orang menipu, berbohong, merekayasa..mungkin hal itu bisa diterima..... namun apakah semua penduduk lokal yang ditemui/bersentuhan dengan para pendeta itu berbohong? Rasanya agak “janggal” jika hal demikian terjadi.

Maka bisa dipastikan nama “lease” yang mereka tulis dalam surat-surat mereka, bukan hasil penciptaan mereka, tapi nama/kata yang mereka ketahui/dengar dari sumber lokal tersebut. Agak “berlebihan” jika hal sederhana ini pun ditolak, hanya karena sikap “fanatik” terhadap narasi-narasi yang bersumber dari legenda atau tradisi oral yang bias. Mungkin saja varian penulisan nama itu, tidak “asli” menurut pemahaman orang-orang pribumi, namun “perbedaan” itu hanyalah soal terbatasnya bahasa, telinga, lidah dan produknya yaitu berupa varian penulisan nama tersebut. Namun “perbedaan” tersebut tidaklah signifikan, sehingga kemungkinan kecil ada nama lain dari apa yang mereka tulis.

Peta Lease oleh Johanes Vingoboons, 1660

2.   Pemahaman kedua, nama Liasse dan seluruh varian penulisannya, menurut penulis mungkin adalah “nama lengkap” dari nama Vull yang ditulis oleh Pires. Mungkin maksud sebenarnya dari Pires adalah “Uull”. Hipotesis ini bisa dilihat hubungannya dengan cara penulisan abjad U yang selalu di tulis dan diganti dengan abjad V. Jadi mungkin saja dengan keterbatasan bahasa, maka Pires “hanya” mendengar “penggalan” kata Uull (Vull) dari kata lengkapnya “Ulliase/Ulliaser”.

Kata Vull (Uull) dari Pires juga bisa dibandingkan dengan kata yang ditulis oleh Castanheda  yaitu Nunciuel pada tahun 156123 atau Nucelloel yang disebut Dourado pada tahun 157124. Armando Cortesao dalam catatan kaki seperti yang disebutkan sebelumnya, menyebut bahwa mungkin kedua kata ini berarti Nusa Uel.....atau Pulau/Kepulauan Uel......nama ini “mirip” dengan nama, jika kita bisa beranggapan seperti pulau/kepulauan Uul.

Penulisan kata Nucalao (Nusalaut) yang dilakukan oleh Pires harus diakui tidaklah “berbeda jauh” dengan apa yang ditulis oleh para misionaris beberapa tahun kemudian, dengan seluruh varian penulisan kata itu. Lagipula seperti yang dibilang sendiri oleh Pires, bahwa ia mendapatkan semua itu dari sumber-sumber orang Melayu dan para pedagang Muslim, bahkan ia “mempelajari” peta-peta yang mereka buat. Maka konsekuensinya akan berakibat pada “efek berantai” menyangkut nama Vull yang ditulis oleh Pires. Kita harus menerima kata itu sebagai “kebenaran” yang faktanya “direvisi” kemudian oleh para misionaris di tahun-tahun berikutnya.

 

Pemahaman ketiga menyangkut hubungan nama “Ulliaser” dengan nama Muar yang disebutkan Mpu Prapanca dalam Nagarakrtagama.

G.P. Rouffaer saat pertama kali mengidentifikasi lokasi Muar, merujuk nama ini pada wilayah Kei (Maluku Tenggara). Pendapat ini kemudian dirubah lokasinya menjadi  Saparua/Honimoa. Hampir 70 tahun kemudian, pendapat ini “ditentang” oleh Fraasen, yang menyebut lokasi Muar adalah Hoamoal atau Veranula/Veranura/Waranula/Hoamohel dan beberapa varian penulisan nama itu.

Harus diakui bahwa pendapat Fraasen benar jika mendasari pendapatnya dengan sumber-sumber Portugis. Sumber dari Pires menyebutnya Tanah Muar25, Huberts Jacobs menyebutnya Veranula/Veranura/Waranula, Tiele menyebutnya Batachina Muar. Selain nama Batachina Muar juga ada nama Batachina Moro yang merujuk pada pulau Halmahera.

M. Adnan Amal, menulis bahwa nama ini merupakan nama dari Sumber Portugis, dan dalam pengucapan menjadi Bat(a) Chin(a), yang dalam teks-teks lama ditulis Batchian. Ia mengutip pendapat Adriaan Lapian yang menyebut bahwa itu adalah “salah ucap” dari kata Bacan26. Selain itu, penggunaan nama Batachina/Batucina dimasa itu “berasal” dari kata Bato/batu, dan kata ini digunakan di beberapa tempat. Misalnya kata Batutara, Batachina Moro, Batchina yang merujuk di kawasan Sulawesi Utara, serta Batachina Muar.

Cortesao dalam catatan kakinya menjelaskan tentang deskripsi yang dilakukan oleh Pires. Pires menulis demikian :

.................. behind are Tana Muar, Uli (Olu), Varam and they say that navigation behind is very safe.

Cortesao memberikan catatan kaki dan membagi kata Tana Muar menjadi 2 kata27 :

Tana : There is good anchorage in front of tanah gojang village, in Piru Bay. However, there is also Tanjung Tanduru or Tananurong the north west corner of the island, which might suggest Pires Tana or even Tana Muar

(Tana : disitu merupakan tempat berlabuh yang baik dan terletak di depan negeri tanah goyang, pada teluk Piru. Lagipula, disitu juga ada tanjung Tanduru atau Tananurong yang terletak pada sisi barat laut dari pulau itu (pulau seram), dimana ini mungkin/bisa jadi memberi kesan pada Pires untuk menamainya Tana atau bahkan Tana Muar)

Muar : Galvao says that after Buru and Amboina the ships of Abreu coasted along that (island) which is called Muar Damboino. I was unable to establish any connexion betwen Pires Muar and Galvao Muar Damboino, which seems to reffer to Ceram though some connexion certainly exist between the two.

(Galvao menyebut bahwa setelah pulau Buru dan Amboina, Armada Abreu “berlayar pada jalur” disepanjang pulau itu yang dinamai Muar Damboino. Saya (maksudnya Cortesao) tak bisa “menghubungkan” kedua kata ini, baik kata Muar yang disebut Pires maupun Muar Damboino yang disebut oleh Galvao, dimana kedua kata ini secara pasti merujuk pada pulau Seram, walaupun hubungannya pasti salah satu (yang benar) diantara keduanya)

Terlihat pada saat yang bersamaan kedua sumber ini menggunakan kata Muar. Jika dibaca secara cermat, deskripsi Pires lebih pada deskripsi pada bagian barat laut hingga arah utara pulau Seram hingga berakhir pada kata Varam (Wahai).

Sedangkan armada Abreu dan deskripsi oleh Galvao lebih menceritakan “bagian selatan pulau Seram”.

Armada Abreu yang dimaksud oleh Cortesao sambil mengutip Galvao adalah armada Antonio Abreu yang di dalam armada itu Fransisco Rodrigues turut serta. Armada ini berlayar pada akhir tahun 1511.

Visualisasi jalur pelayaran armada Abreu ini kemudian dilukis oleh Armando Cortesao dalam bukunya28. Peta ini juga dikutip oleh Manuel Lobato dalam artikelnya.29

Pada peta yang digambar oleh Cortesao, terlihat jelas bahwa jalur pelayaran mereka tidak melalui arah utara pulau Seram, tapi melalui jalur selatan, yang jalurnya kemungkinan melalui 2 jalur. Jalur pertama adalah setelah tiba di pulau Ambon (di ujung timur jazirah Leitimor), armada itu “menusuk” jalur sempit antara pulau Haruku dan pulau Ambon (Negeri Tengah-tengah, Tulehu, Waai, Liang) dan berbelok serta bergerak di sepanjang pantai selatan pulau Seram (“di atas” Haruku, Saparua) hingga ujung timur pulau Seram dan berbelok menuju Seram laut dan berlabuh di Guli-guli (Seram Timur) atau................

Jalur kedua, setelah tiba di pulau Ambon, armada itu bergerak dan berlayar di sepanjang jalur “bagian bawah” pulau Haruku, Saparua, Nusalaut, kemudian berbelok dan menusuk langsung kearah Seram Timur dan berlabuh di Guli-guli.

(Meskipun pada peta, terlihat jelas.......jika jalur pelayaran armada Abreu lebih condong mengikuti jalur kedua, dimana  armada ini “berhadapan” langsung dengan Laut Banda)

Galvao menulis demikian30 :

 

.................. Daqui foram aa ylha de Burro, & Damboino, & costearam a costa daq’lla q’ se chama de Muar Damboino, surgiram em he porto, q’ se diz Guli Guli,.................

 

 C.R.D. Bethune yang menerjemahkan buku Antonio Galvao ini menulis :

 

...............From thence they went to the Islands of Burro and Amboino3, and came to an anker in an hauen of it called Guliguli..............

 

Bethune memberi catatan kaki no 3 pada kata Amboino itu dan menulis :

 

And coasted along what is called Muar d’Amboina.

 

Hal ini yang menyebabkan Cortesao tidak “bisa menghubungkan” kedua kata Muar yang disampaikan oleh Pires maupun Galvao itu.

Perbedaan ini memunculkan hipotesis yang lebih luas lagi bahwa kata Muar bukan nama “asli” dari suatu tempat, melainkan hanya penamaan berdasarkan potensi atau relief geografi semata.

Jika kita merujuk pada Muar Damboino/Damboina milik Galvao, maka kata itu bisa digunakan untuk kawasan di sepanjang pantai selatan pulau Seram (utara Lease) atau di sepanjang bagian bawah Lease atau selatan wilayah Lease (yang juga selatan pulau Seram).

Hal ini bisa dianalisis lebih mendalam dengan mengaitkan penjelasan dari Cortesao yang menyebut Muar adalah Mouth of river (mulut atau Muara sungai).

Jika kita membaca secara cermat, Pires menulis 2 kata Muar dan “menempatkan” pada 2 lokasi yang berbeda. Muar yang berada di wilayah semenanjung Malaka dan Muar yang berada di Pulau Seram. Ke-2 lokasi ini disebutkan oleh Pires pada tahun yang sama yaitu tahun 1512 itu. Ini menimbulkan pertanyaan kritis lainnya, mana yang lebih “senior” diantara keduanya?? Atau mana yang lebih dulu “lahir”?

Mungkinkah kata Muar ini yang nantinya akan “berubah” di masa sekarang menjadi kata Muara?

Honomoa oleh Johan Ottens, 1633

Menarik pula menganalisa tentang Waranula/Warnoel yang dirujuk sebagai wilayah Muar (menurut Pires).

Kata Noel juga bisa dikaitkan pada kata Nunciuel atau Nucelloel yang disebut oleh Castanheda dan Dourado, berdasarkan “kesamaan” kata dan bunyi.

Nusaniwe di Pulau Ambon disebut juga oleh Castanheda sebagai Nunciuvel31.

Uniknya lagi bahwa Nusaniwe (Nunciuvel), Saparua (Nunciuel/ Nucelloel) dan Hoamoal (Warnoel/Veranula), memiliki “relief” geografi yang bisa dianggap sebagai “pelabuhan” yang baik.

Menarik juga melihat kata Honimoa, yang di masa VOC/Belanda selalu merujuk pada nama Pulau Saparua.

Menurut penulis, nama Honimoa memiliki “kedekatan bunyi” dengan kata Muar, tentunya dengan “varian” penulisan kata Honimoa/Hunimua.

Menurut Fraasen, Honimoa/Hunimua adalah sebuah “teluk” dibagian selatan pulau Saparua32.

Menariknya lagi, jika kita memperhatikan dengan cermat pada peta awal tentang pulau Honimoa/Saparoea tahun 163433.

Peta ini dibuat berdasarkan kunjungan Gubernur VOC Ambon Artus Gijsels ke Pulau Uliaser pada Agustus 1634 itu. Pada peta ini terlihat lambang sungai/kali yang hilirnya berujung di tepi laut. Lambang sungai/kali ini, kakinya “berdekatan” dengan tulisan Au dan “bertetangga” dengan tulisan Honimoa.

Begitu juga dengan 2 peta tahun 169533 oleh Isaac de Graaf serta peta dari Johanes Hogeboom tahun 169334

Peta tahun 1747 dari Jacob Keyser35 juga menampilkan lambang sungai/kali yang bermuara ke pantai/laut. Peta tahun 172636 yang dimuat oleh Valentyn dalam magnum opusnya juga menampilkan hal demikian.

Beberapa peta dari tahun 1800an37, tahun 181738, tahun 187539 selalu menunjukan lambang sungai/kali yang bermuara ke laut, yaitu Sariambi di Negeri Saparua dan Huasu di Negeri Sirisori/daerah Honimoa.

Beberapa “bukti” ini bisa dipertimbangkan  dan jika hal ini bisa diterima maka Honimoa/Hunimua (Saparua) juga bisa dipertimbangkan sebagai lokasi Muar karena merujuk pada deskripsi geografis yaitu berupa “memiliki Muara/teluk” (pinggir pantai)

Apakah pemahaman “luas” ini yang menyebabkan Rouffaer tetap setia pada kesimpulannya bahwa Muar adalah Saparua/Honimoa (Lease)? Jawabannya mungkin saja!

Jika bukan, atas dasar dan sumber/referensi kuat yang mana yang digunakan oleh Rouffaer?

Apakah ia tidak “membaca” sumber dari Tiele, Pires, Rumphius yang digunakan oleh Fraasen?

Sumber dari Tiele diterbitkan pada tahun 1877-1879, Pires menulis pada tahun 1512-1513, Rumphius menulis pada tahun 1671.

Rouffaer menulis artikel yang menyimpulkan tentang Muar dan Saparua pada tahun 1908. Maka kemungkinan besar, Rouffaer telah membaca sumber-sumber itu. Jika begitu, mengapa ia tetap berpendapat lain dengan mereka?

Ini tetap menjadi “misteri” dan mungkin bisa dipecahkan oleh sejarahwan yang lebih berkompeten.

Namun penulis berpendapat, semua kemungkinan itu bisa dipergunakan, tentunya dengan mendasarinya dengan bukti-bukti.

Mungkin saja, Rouffaer juga mempertimbangkan faktor-faktor lain sehingga menyimpulkan bahwa Muar dalam Nagarakrtagama adalah Honimoa/Saparua. Sebaliknya mungkin juga..... Fraasen hanya “terpaku” pada teks dan tidak melihat faktor “non teknis” lainnya.

 

==== Bersambung ====

 

Catatan Kaki

1.      VOC Archief O.B. 1618 III, folio 357vs

·   Roelofs, M.A.P. Meilink, Persaingan Eropa dan Asia di Nusantara : Sejarah Perniagaan 1500-1630 (edisi terjemahan Indonesia), Komunitas Bambu, Jakarta, 2016, Bab VI, catkaki no 13, hlm 119 dan 351

2.   Roelofs, M.A.P. Meilink, Persaingan Eropa dan Asia di Nusantara : Sejarah Perniagaan 1500-1630  (edisi terjemahan Indonesia), Komunitas Bambu, Jakarta, 2016, Bab VI, cat kaki no 13, hlm 119 dan 351

3.  De Castanheda, Fernao Lopez, Historia do descobrimento & conquista da India pelos Portugueses, Livro VIII... yang terbit tahun 1561

4.      Dourado, Fernao vas, Universal Atlas, 1571

5.      Catatan kaki no 20/151 (hlm 337)

6.  Beschriuinge vant eylant van Ambona, gelegen int Oost-Indiën.............(dimuat oleh P.A. Tiele dalam Bijdragen en mededeelingen, deel 6, 1883, hlm 340-377

·     Beschrijuinge vant eylant, stadt ende casteel van Ambona, midsgaders die eylanden onder den archipelago van Ambona sorterende (dimuat oleh Gerrit. J. Knaap dalam Memorie van Overgave van Gouverneurs van Ambon in de zeventiende en achttiende eeuw, S’Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1987, hlm 1-11)

7. The Suma oriental of Tome Pires, Tome Pires 1512-1515, (edisi bahasa inggrisnya diterjemahkan oleh Armando Cortesao, London, 1944, two volume, first volume, fifth book, hlm 210)

8.  Amal, M. Adnan, Kepulauan Rempah-rempah, Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950, hlm 16

9. The Suma oriental of Tome Pires, Tome Pires 1512-1515, (edisi bahasa inggrisnya diterjemahkan oleh Armando Cortesao, London, 1944, two volume, first volume, fifth book, hlm 210)

10. The Suma oriental of Tome Pires, Tome Pires 1512-1515, (edisi bahasa inggrisnya diterjemahkan oleh Armando Cortesao, London, 1944, two volume, first volume, introduction hlm xxx)

11.  Fransisco Rodrigues voyage of discovery to the spice island from Armando Cortesao (dimuat oleh Lobato, Manuel, A Man in the Shadow of Magellan : Fransisco Serao, the first European in the Maluku Island (1511-1521), Revista de Cultura / Review of Culture, International Edition, série 111, 39, 2011, pp. 113)

12.  Bethune, C.R.D. Admiraal, Hakluyt, Richard, The Discoveries of the World, from their first originall vnto the yeere of our lord 1555, briefly written in the Portugall tongue, by Antonie Galuano, Gouernor of Ternate, the chiefe island of the Malvcas, G. Bishop, London, 1601, hlm 117

13.  de Castanheda, Fernao Lopes, Historia do descobrimento & conquista da India pelos Portugueses, Livro VIII, 1561, hlm 200

·         Hubert Jacobs, SJ, Documenta Malucensia, Vol 1 (1542-1577 ), Institutum Historicum Societatis Iesu, Roma, 1974, chapter VI (Documents), cat kaki no 17, hlm 350

14.  Fraasen, Chr.Fr, Bronen Betreffende Midden Molukken 1796-1902, Huygens Ing, 1998, Register Naam Honimoa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar