Senin, 07 Oktober 2013

Destinasi Wisata Saparua_Mari datang ale yo

( Penulis : njel_thinkfast )

Ini merupakan artikel pertama saya, setelah sebelumnya saya dan beberapa orang teman hanya menuliskan artikel-artikel kami di facebook. Tujuan penulisan artikel ini adalah ingin memperkenalkan Saparua, kota kelahiran yang menjadi tempat penuh kenangan kami. Tapi apakah pembaca sekalian mengetahui kota kecil kami ini? Mungkin sebagian orang hanya mengetahui pulau Saparua, pulau kecil yang ada di Kepulauan Maluku, pulau cengkeh dan pala, pulau rempah-rempah yang menjadi incaran bangsa penjajah di masa lalu, Ada sedikit kebingungan yang terjadi karena nama kota kecil kami juga juga dipakai menjadi nama pulau kami, konon pemberian nama ini berawal dari cerita rakyat tentang para leluhur yang menyeberangi lautan menuju pulau Saparua dengan menggunakan dua buah gosepa (gosepa : rakit dari batang-batang bambu yang diikat menjadi satu sehingga membentuk seperti sampan). Saparua berasal dari kata “Sampano” yang artinya sampan/perahu dan kata “Rua” yang artinya dua, jadi kata “Saparua” berarti “Dua Sampan”. Saparua, Ya itulah nama kota kecil dan nama pulau kami.

Untuk mencapai pulau tersebut, hal pertama yang harus kita lakukan setelah kita tiba di Kota Ambon adalah menuju ke pelabuhan penyeberangan di desa Tulehu, di Pelabuhan Tulehu disediakan transportasi untuk menuju pulau Saparua. Ada 2 jenis transportasi yang disediakan yaitu kapal/ferry penyeberangan dengan lama perjalanan kurang lebih 1 jam, orang-orang biasa menyebutnya kapal cepat. Harga tiketnya pun relatif murah yaitu Rp. 75.000,-  untuk kelas ekonomi (duduk bebas tanpa ada nomor kursi) dan Rp.100.000,- untuk kelas VIP (kursi terbatas). Kapal cepat ini hanya membawa penumpang 2x pada pukul 06.00 pagi dan 10.00 siang setiap harinya, kecuali hari Minggu. Transportasi yang kedua adalah speed boat dengan lama perjalanan sekitar 45 menit, jika menggunakan speed boat kita harus merogoh kocek lebih dalam lagi yaitu berkisar Rp. 500.000,- biasanya speed boat ini disewa oleh beberapa orang (bayar patungan) agar lebih murah, dan biasanya speed boat ini digunakan jika sudah ketinggalan kapal cepat/ferry. Jam operasi speed boat ini bebas, artinya kapan saja kita bisa menggunakan speed boat  untuk menyebrang ke pulau Saparua.

Setelah kita menaiki transportasi penyeberangan tersebut, kita akan tiba di Pelabuhan Haria, pulau Saparua. Dari sini kita bisa menaiki oto penumpang (angkutan umum) atau ojek menuju ke Kota Saparua. Sepanjang perjalanan menuju Kota Saparua kita akan disuguhkan dengan pemandangan dan panorama alam yang masih alami. Walaupun matahari terasa sangat menyengat, tapi udara di pulau ini terasa sangat bersih. Sekarang saya akan mencoba menjabarkan beberapa hal tentang Kota Saparua. Here we gooo.

Kota Saparua terletak di pulau Saparua yang masuk dalam gugusan pulau-pulau Lease (Saparua, Haruku dan Nusalaut). Letak Kota Saparua membujur dari utara ke selatan dan melintang dari timur ke barat.  Batas-batas wilayah Kota Saparua, yaitu :

1.       Sebelah Utara, berbatasan dengan Negeri Tuhaha dan Dusun Pia (Sirisori Amalatu)
2.       Sebelah Barat, berbatasan dengan Negeri Tiouw
3.       Sebelah Timur, berbatasan dengan Negeri Sirisori Amalatu
4.       Sebelah Selatan, berbatasan dengan Lautan Teluk Saparua

Ada banyak destinasi wisata yang bisa ditawarkan untuk pengunjung/turis, baik turis lokal maupun turis asing. Jika kita berbicara tentang destinasi wisata pulau Saparua, fokus utama turis lokal/asing hanya tertuju kepada situs memorial peninggalan Belanda (VOC) berupa benteng-benteng pertahanan dan juga spot diving/lokasi menyelam. Kota Saparua memiliki sejumlah spot/lokasi untuk wisata sejarah, rekreasi dan kuliner tradisional, antara lain :

SITUS SEJARAH DAN BUDAYA
Benteng Duurstede, peninggalan bersejarah pemerintah Kolonial Belanda yang berlokasi di atas batu karang/batu kota,  di tepi pantai Teluk Saparua.
Baileu Pisarana Hatusiri Amalatu dan batu meja/batu pengalasan (Altar Persembahan) yang mencirikan Kota Saparua sebagai sebuah Negeri Adat.

 Foto : Page Saparua Kota 

NEGERI LAMA SAPARUA ( Hena/Amano )
Dari ketinggian gunung, bekas Kota Saparua mula-mula, di tengah-tengah perkebunan cengkeh kita bisa melihat pemandangan eksotik, hamparan lautan yang luas, benteng Belanda yang berdiri kokoh di atas batu karang di tepi pantai, dan sebagian dari pulau Saparua. (Mohon maaf, tidak diijinkan untuk mengambil foto karena kawasan ini dianggap keramat oleh masyarakat setempat).

GUNUNG SANIRI
Berbatasan langsung dengan Negeri Tuhaha dan Negeri Sirisori Amalatu. Gunung yang menjadi tempat berkumpul dan bermusyawarah Kapitan Pattimura alias Thomas Matulessy dan kawan-kawan dalam “PERANG PATTIMURA” sebelum menyerang Benteng Belanda pada 15 mei 1817 di pusat Kota Saparua.

 Foto : Johanes Alexander Anakotta

OBOR PATTIMURA ( Pattimura Day )
Setiap setahun sekali pada tanggal 14 Mei diadakan perayaan seremonial Obor Pattimura, dimulai dengan pengambilan/pembuatan api di gunung saniri oleh masyarakat Negeri Tuhaha. Kemudian api obor diarak menuju Baileo Negeri Saparua dan diterima oleh Upu Ama Latu Pisarana/Raja Negeri Saparua. Selanjutnya diberikan kepada Pimpinan Kecamatan Saparua/Camat untuk membakar obor induk dekat Benteng Duurstede, yang diartikan sebagai simbol kemenangan perang. Obor Pattimura kemudian diarak melewati negeri-negeri hingga tiba di Kota Ambon pada tanggal 15 Mei untuk selanjutnya diadakan UPACARA PERINGATAN HARI PATTIMURA.

 Foto : Syolla Titaley

MUKA KOTA ( Duurstede Beach )
Berdekatan dengan Benteng Duurstede, menawarkan pasir putih halus dan laut yang tenang. Cocok untuk dijadikan tempat refreshing melepas lelah bersama teman dan keluarga di waktu senggang.

 Foto : Raphael Pattiwael van Westerloo

PASAR TRADISIONAL NEGERI SAPARUA
Pada hari-hari tertentu/hari pasar yaitu pada hari Rabu dan Sabtu, penjual/pedagang dari seluruh penjuru negeri Pulau Saparua bahkan dari pulau-pulau sekitar datang ke Pasar Saparua untuk melakukan transaksi jual beli/barter.

 
 Foto : Page Saparua Kota

WATER LEIDING ( Tuha - Slois )
Lokasinya terletak di Kampung Baru - Kota Saparua. Pada jaman belanda air Tuha ini dibangun menyerupai Kanal kecil. Dipakai oleh masyarakat untuk tempat pemandian dan keperluan lainnya.

TELUK SAPARUA ( Saparua Bay )
Pemandangan Teluk Saparua menawarkan ketenangan hati di kala sang surya mulai terbenam ke peraduannya.

 Foto : Novi Haurissa Hendriks

WAIMOELA ( Sumber Air Hidup )
Adalah sumber air yang menghidupi sebagian warga Kota Saparua. Kualitas airnya tak tertandingi oleh air mana pun, bahkan Air Waimoela dapat langsung diminum mentah.

 Foto: Ferdy Lalala

KULINER SAPARUA ( Jajanan Kampung )
Tak perlu diceritakan lagi cita rasa jajanan kampung di Kota Saparua. Anda harus mencobanya sendiri!





 
 Foto : Handry Carlos Gunawan

Masih banyak tempat/lokasi potensial yang menjadi aset bagi Kota Saparua. Jika saja pemerintah setempat mau menata dan mengelola aset-aset potensial ini dengan baik maka dapat dijadikan peluang berusaha yang mendatangkan devisa/pendapatan dan tentunya masyarakat Kota Saparua sendiri yang akan merasakan dampaknya. Sebuah tantangan untuk kita bersama.
Mari samua warga Kota Saparua dimana pun berada. Arika tempo bangun kota tercinta!

Salam Manis.

2 komentar:

  1. Mantap memang Saparua memang mantap, Trimakasih

    BalasHapus
  2. Saparua dengan budaya ,adat istiadat yg saling merangkul dan menjadi icon bagi dunia .....saparua ok ....

    BalasHapus