Rabu, 13 April 2016

Rekam Jejak


Negeri Pisarana Hatusiri Amalatu Saparoea
Dalam Pusaran Waktu.


Seperti kehidupan, sejarah sebuah negeri atau dalam skop lebih luas yaitu kebudayaan, pastilah mengalami pasang surut dalam jejak-jejak langkahnya. Kebudayaan akan dimulai dengan “kelahiran”, perkembangan pasang surut dan akhirnya mengalami keruntuhan. Itu yang dikatakan Supratikno Raharjo dalam bukunya “peradaban jawa”. Ia mengutip dan memakai analisa sejarahwan Inggris Arnold Toynbee  untuk mengupas peradaban jawa yang berlangsung selama hampir 7 abad. Ada periode Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang berlangsung sejak Mataram Kuno hingga runtuhnya kerajaan Majapahit. Persoalan itupun bisa digunakan dalam memahami jejak langkah sebuah sejarah dari suatu negeri, meskipun ada hal-hal yang tak sama. Hal yang tak sama itu adalah soal keruntuhan, karena tentunya keruntuhan sebuah negeri, tidaklah diinginkan siapapun.
Negeri Saparua atau Pisarana Hatusiri Amalatu juga mengalami sebuah jejak yang panjang. Seperti layaknya manusia, ia juga mengalami kelahiran, masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga saat ini. Jika digunakan umur manusia, negeri itu telah “berumur” hampir 6 abad. Tentunya dalam usia itu, banyak hal yang terjadi, banyak kejadian yang telah mewarnai perjalanan Negeri Saparua. Kejadian-kejadian itu menjadi montase kehidupan sebuah negeri, kalaideskop yang bisa digunakan untuk merenung, belajar serta mengambil manfaat untuk kehidupan serta pertumbuhan sebuah negeri kedepan.
Ini adalah sebagian rekam jejak, yang bisa dicatat, dikumpulkan dan didata. Tentunya rekam jejak itu tak sempurna, karena mungkin saja, banyak yang terlewati, tak tercatat dan dimuat. Ini hanyalah sebuah usaha untuk mencatat, apa-apa saja yang pernah terjadi dalam rentang waktu yang panjang itu. Rekaman itu pastilah banyak kekurangan, namun kiranya ini bisa dijadikan sebagai langkah awal untuk “melengkapi” jejak itu.

Paruh pertama Abad 15

1436
Ø Tercatat sebagai tahun kedatangan leluhur-leluhur 4 soa (Titaley, Anakotta, Simatauw, Ririnama) dari Negeri Souku/Souhuku (Lilipori Kalapessy) di pantai selatan pulau Seram ke pulau Saparua1). Leluhur 4 soa itu dianggap sebagai leluhur Negeri Saparua. Menurut catatan,  mereka adalah 4 kapitan (pemimpin perang) yang datang bersama istri mereka. Mereka adalah Kapitan Riang Santuwa (Titaley) dengan istrinya Nyi/nyai Sahele Simatauw, Kapitan Hintaune/Untaune (Anakotta) dengan istrinya Kupasila Ririnama, Kapitan Adjelis (Simatauw) dengan istrinya bermarga Anakotta serta seorang Kapitan yang tak diketahui namanya (Ririnama) dengan istrinya bermarga Ruhupessy.
 
Awal Abad 16
1514
Ø Baileu Negeri Saparua pertama kali dibangun oleh Raja Melyanus Titaley bersama 4 Soa Asali (Titaley, Anakotta, Simatauw dan Ririnama).2)

Paruh pertama Abad 17
1635-1666
Ø Pendeta Heurnius, seorang misionaris Belanda berada di Saparua untuk mengabarkan injil Kristus.3)

Paruh kedua Abad 17
1676
Ø Arnold de Vlaming van Oudshoorn membangun Benteng yang nantinya bernama Duurstede untuk pertama kalinya.4) Menurut tuturan yang dipercayai, lokasi pembangunan Benteng Duurstede ini adalah dati/petuanan milik leluhur bermarga Titaley. Lokasi ini adalah di atas batu karang yang dikenal sebagai Muka Kota. Tak jauh dari lokasi ini, terdapat lokasi yang dipercayai sebagai tempat berlabuh atau tempat singgah leluhur Negeri Pisarana saat memutuskan memilih Negeri Saparua sebagai daerah hunian mereka.5)

1690
Ø  Pembangunan Benteng Duurstede kemudian dilanjutkan oleh Nicholaas Paul Schagen.6) Benteng ini dinamakan Benteng Duurstede mengikuti nama kota kelahiran Nicholaas Paul Schagen yaitu wijk duurstede yang berarti “kota mahal” di Utrecht Belanda.

Abad 18
1740-an
Ø    Mayasang Simatauw menjabat sebagai Raja Negeri Saparua sekitar tahun 1749.7)

1750
Ø   Oktober 1750 : Permaisuri Kesultanan Banten, Ratu Syarifah Fatimah divonis bersalah oleh VOC dan diputuskan dibuang ke Saparoea.8)

1789
Ø Raja Negeri Saparua Mayasang Simatauw meninggal dunia.9)

Awal Abad 19
1811-an
Ø Seorang Saparoea bernama Anthone Rhebok tercatat sebagai anggota pasukan elit yaitu brigade/korps 500. Pasukan ini dibentuk oleh Thomas Stamford Rafless. Dalam pasukan ini, selain Anthone Rhebok, ada juga Thomas Matulessy. Dikemudian hari kedua orang ini dikenal dalam Perang Pattimura.10)
Ø  Saparua dikenal dengan istilah Belanda "Saparoea is het neusje van de zalm" (Saparua adalah hidung ikan zalem) di kalangan orang-orang belanda.11)
 
1817
§  Maret
Ø  22 Maret : Armada Belanda memasuki perairan Negeri Saparua. Armada ini membawa Residen Saparoea yang baru yang bernama Johanes Rudolph van den Berg bersama istri (Johanna Christhina Umbrgrove) dan ketiga anaknya. Residen van den Berg berkantor di Benteng Duurstede sebagai markas besarnya. Saat menjadi Residen, van den berg masih berusia muda yaitu 29 tahun.12)
 
§  April
Ø  Thomas Matulessy atau Pattimura diketahui berhubungan (berpacaran?) dengan seorang wanita Mestizo (campuran) bernama Elizabeth Gasier yang adalah istri dari penduduk Negeri Saparua bernama Eliza Titaley. Selama Perang Pattimura, Elizabeth Gasier tinggal di rumah Raja Saparua, keluarga Titaley.13)
Ø  Suasana Saparoea semakin memanas karena munculnya isu pemberontakan di kalangan rakyat.14)

§  Mei
Ø        10 Mei : Orang Haria, Pieter Matheos Souhoka datang bertamu di Benteng Duurstede Saparoea untuk melapor kepada Residen van den Berg tentang isu pemberontakan.15)
Ø     12 Mei : Nyora Nolloth (istri Raja) datang bertamu di Benteng Duurstede Saparoea dan minum kopi bersama istri Residen sambil membenarkan isu pemberontakan.16)
Ø        14 Mei : Thomas Matulessy bersama rekan-rekan bermusyawarah di Hutan Saniri yang ada dalam petuanan Negeri Saparua. Di pertemuan itu hadir juga utusan dari Negeri Saparua yaitu seorang laki-laki bermarga Titaley.17)
Ø    15 Mei : Scriba Ornek, sang juru tulis Residen Saparoea dan istri Residen menulis surat ke Gubernur Ambon. Scriba Ornek adalah juru tulis yang beberapa minggu sebelumnya mengganti posisi Philip Latumahina sebagai juru tulis. Philip Latumahina dipecat karena memicu perkelahian dengan Anthone Rhebok. Sebelum dipecat, kedua orang ini dihukum cambuk di dalam Benteng Duurstede.18)
Ø  15 Mei : Bombardier Verhagen menyelamatkan putrinya dari hasil hubungan gelapnya dengan wanita Saparoea. Wanita saparoea ini tak diketahui namanya namun dikenal sebagai Vrouw Verhagen (istri verhagen). Anak mereka bernama Maria Verhagen.19)
Ø    15 Mei : Philiph Latumahina dan Anthone Rhebok datang bertamu di Benteng Duurstede dan dijamu minum oleh Residen Saparoea. Anthone Rhebok meninggalkan benteng dan membawa surat kepada Raja Sirisori, namun surat itu tak pernah sampai ke tujuan, namun ditempel di tiang Pasar Saparua.20)
Ø       16 Mei : Perang Pattimura meletus di Negeri Saparua. Peperangan dipimpin oleh Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura dan kawan-kawan merebut Benteng Duurstede. Sebelum menyerang Benteng Duurstede, J Sahetapy Guru Jemaat yang tinggal di Saparua memimpin ibadah penyerangan.21)
Ø       16 Mei : Anak dari Residen Saparua Johanes Rudolph van den Berg yang bernama Jean Luberth van den Berg, diselamatkan oleh Salomon Pattiwael dan disembunyikan di Hutan Rila petuanan Negeri Saparua. Bersama mereka juga ada Maria Verhagen dan ibu serta saudari perempuannya. Hutan Rila adalah negeri lama atau negeri awal/mula-mula dari Negeri Saparua.22)
Ø     20 Mei : Ekspedisi penumpasan pemberontakan dibawah pimpinan Mayor Beetjes muncul di perairan Teluk Saparua, awalnya mereka ingin berlabuh di pantai Waihenahia petuanan Negeri Saparua namun karena terhalang ombak, ekspedisi ini berlabuh di pantai Waisisil. Peristiwa pendaratan dan pembantaian oleh pasukan Perang Pattimura inilah yang disebut Tragedi Waisisil.23)
Ø    29 Mei : M.S. TITALESSY (TITALEY) - RADJA SAPAROEA (ada dalam daftar nama para Raja, Patih dan Orang Kaya yang ikut menandatangani PROKLAMASI HARIA pada tanggal 29 Mei 1817).24)

§ Agustus
Ø   03 Agustus : Ekspedisi kedua penumpasan pemberontakan Pattimura berhasil merebut Duurstede, Letnan Ellinghuysen diangkat sebagai komandan Benteng Duustede. Hal ini dilakukan untuk mengganti posisi Residen Saparoea yang telah tewas pada 16 Mei 1817.25)

§ September
Ø  30 September : J.A. Neijs residen Ternate diangkat menjadi Residen Ambon sekaligus Residen Saparoea menggantikan Johanes Rudolph van den Berg yang telah tewas beberapa bulan sebelumnya.26)

§ November
Ø    13 November : Selama hampir 6 bulan, anak Residen Saparoea yang selamat, Jean Luberth van den berg bersembunyi Hutan Rila. Tanggal ini ia diserahkan kembali ke tangan komandan marinir. Belanda Q.M.R. Verhuell, pemimpin kapal perang Evertsen. Di masa dewasa nantinya anak ini meminta izin kepada Parlemen Belanda untuk menambahkan namanya menjadi Jean Luberth van den Berg van Saparoea. Hal ini dilakukan untuk mengenang tragedi hidupnya.27)

1821
Ø Injil Kristus diterima di Saparua dan sebagai buktinya 41 orang dewasa Negeri Saparua dibaptis untuk pertama kalinya.28)

1823
Ø  Berdasarkan register dati tahun 1823 oleh Belanda,29) jumlah dati yang ada di Negeri Saparua adalah sebagai berikut :

1.       Soa Titaley membentuk 4 kesatuan wajib kerja atau 4 dati.
2.      Soa Anakotta membentuk 5 kesatuan wajib kerja atau 5 dati.
3.      Soa Simatauw membentuk 2 kesatuan wajib kerja atau 2 dati.
4.      Soa Ririnama membentuk 1 kesatuan wajib kerja atau 1 dati.

1854-1872
Ø  R. Bosset, pendeta bantu di Saparua 1854-1872 yang juga berkhotbah dalam bahasa Melayu rendah, menggubah sebuah bundel Nyanyian Rohani dalam bahasa Melayu rendah itu. Bundel itu mungkin sekali dipakai di Saparua atau boleh jadi di jemaat lain.30)

1870-an
Ø     Jean Lubberth van den Berg dalam bukunya berjudul “Jejak Arab di Nusantara” menyusun tabel yang menyebutkan orang Arab di Saparua sebanyak 10 orang/jiwa, orang Tionghoa seratusan orang/jiwa.31) 
                                                     
1895
Ø    Tanggal 20 Desember 1895 gedung gereja penduduk Saparoea-Tiouw ditahbiskan oleh Pdt. H.L. Langevoort (Pendeta Saparua) dan Pdt. F. Quak (Pendeta Nusalaut). Mewakili jemaat Saparoea-Tiouw antara lain : T.H.J. Pietersz, M.O. Pietersz, J. Siegers, L. Titaley, E. Noija dan P.H. Pattiwael. Gereja awal jamaat Saparua-Tiouw ini belum memiliki nama, hanya bertuliskan ”KABAH”.32)

Abad 20
1911
Ø 10 Agustus : Berdirinya Muhabeth pertama di Negeri Saparua, perkumpulan rumah duka (muhabeth) ini mempunyai markas besar di kompleks Tiang Belakang/Soa Baru.33)

1920-an
Ø    Belanda mengetahui di dalam petuanan Negeri Saparua terdapat sumber air yang bisa digunakan untuk kebutuhan di dalam Benteng Duurstde. Sumber air inilah yang dikemudian hari dikenal sebagai Waterleiding atau pipa air.34)
 
1922
Ø  Buang Jozef Marlissa menulis sebuah buku tentang “4 Soa” pada tahun ini. Buku yang digunakan sebagai salah satu rujukan/sumber referensi penulisan ulang sejarah Negeri Saparua.35)

1925
Ø  Matheos Alveros Kesaulija menjabat sebagai Assistant Besstur di Kantor Contrelaur Saparua (1925-1938). Orang ini pernah menjadi Raja Negeri Saparua dan Tiouw pada masa itu.36)
Ø   Pada sekitar tahun 1925-an, paduan suling Negeri Saparua – Tiouw dalam sebuah pertandingan paduan suling di Kota Ambon memenangkan gelar paling tinggi “eir prize” dari Pemerintah Belanda.37)

1930
Ø   Richard Chauvel berhasil memberi petunjuk jejak Tionghoa dengan memberi data statistik tahun 1930. Saat itu, jumlah orang Tionghoa di Kota Ambon berjumlah 1.869 orang. Sedangkan di Pulau Ambon jumlah orang Tionghoa mencapai 310, di Saparua 359 orang. Mereka terlibat aktif dalam perdagangan berbagai hasil alam, hasil kebun, hasil laut, dan juga penjualan barang kelontongan seperti pakaian, nampan, piring, gelas, muk/cangkir, dan lain sebagainya. Secara sosiologis kemudian muncul sebutan seperti “China Saparua”, “China Dobo”, “China Ambon”, “China Banda”, dan lain sebagainya.38)

1938
Ø  Lamberth Alberth Titaley menjabat sebagai Raja Negeri Saparua (1938-1968). Bersama Raja Pattisahusiwa Negeri Sirisori Islam pernah menjadi anggota konstituante/MPRS-RI di masa pemerintahan Presiden Soekarno.39)

1940-an
Ø      Sejarah bermulanya hubungan saling membantu Negeri Saparua dengan Negeri Tuhaha di sekitar tahun 1940an, penentuan tahun 1940an itu, didasarkan pada tahun pemerintahan Raja Saparua Lamberth Alberth Titaley (1938-1968) yang merupakan “aktor” penting dalam kasus ini. Di tahun itu, Negeri Tuhaha dan Sirisori Amalatu terlibat konflik soal perbatasan (batas wilayah) mereka.
Ø   Dalam proses persidangan konflik batas wilayah itulah, Raja Saparua di masa itu, Lamberth Alberth Titaley (1938-1968) tampil sebagai aktor penting dalam penyelesaian masalah ini. Raja Saparua dijadikan “saksi kunci” oleh Pemerintah Negeri Tuhaha untuk bersaksi. Negeri saparua dijadikan saksi kunci, karena kedua negeri tersebut berbatasan langsung dengan Negeri Saparua. Atas kesaksian ini dan sebagai tanda hormat serta ucapan terima kasih, Raja Tuhaha, Raja Tanalepy Tua (ayah dari alm Raja Tuhaha Inyo Tanalepy) berjanji dan mengangkat sumpah : “SEBAGAI UCAPAN TERIMA KASIH, MAKA NEGERI TOEHAHA AKAN MEMBANTU PEKERJAAN NEGERI DARI NEGERI SAPAROEA”.
Ø     Janji/Sumpah ini disampaikan kepada Raja Saparua, Lamberth Alberth Titaley bersama perangkat Negeri Saparua dan perangkat Negeri Tuhaha.40)

1960/1961
Ø  Pembangunan baru Baileu Negeri Saparua (renovasi total).41)

1965
Ø  Berdasarkan SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT 1 MALUKU TANGGAL 30 MARET 1965 NO. PU22/7/17. 42) Kecamatan Pulau Pulau Lease (Saparua, Haruku dan Nusalaut) yang tadinya beribukota di Negeri Saparua dimekarkan menjadi 2 Kecamatan baru yaitu :
1.  KECAMATAN SAPARUA (pulau saparua dan pulau nusalaut) tetap beribukota di NEGERI SAPARUA. Penetapan status Kecamatan Saparua yaitu pada tanggal 30 Juli 1966.
2. KECAMATAN PULAU HARUKU beribukota di NEGERI PELAUW. Penetapan status Kecamatan Pulau Haruku yaitu pada tanggal 30 Agustus 1966.

1969
Ø  Tahun dimulainya Anthoneta Benjamina Anakotta menjabat sebagai Raja Negeri Saparua (1969-1996).43)

1972

Ø  Renovasi Baileu Negeri Saparua (tutu baileu/ganti atap).44)

1973
Ø  Peletakan batu pertama gedung Gereja Zeba’ot yang menjadi gereja jemaat Saparua Tiouw pada tanggal 13 juli 1973, di bawah komando ketua panitia M. Sahetapy.45)

1977
§ Juli
Ø Pemugaran kembali situs kepurbakalaan Benteng Duurstede oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia Kantor Wilayah Maluku dimulai dari bulan juli 1977 hingga bulan Maret 1982.46)

§ Desember
Ø Peresmian gedung Gereja Zeba’ot jemaat Saparua Tiouw pada tanggal 17 desember 1977. Di tahun ini, gereja tersebut dinamai gereja Zebaot yang berarti tentara Allah/Tuhan.47)

1985
Ø Di tahun 1985 Gereja Hok Im Tong/Bethlehem Saparua (sekarang) dipermanenkan/dibetonisasi dan diambil alih oleh pihak jemaat (gereja).48)
Ø  Renovasi Baileu Negeri Saparua (tutu baileu/ganti atap).49)

1991
Ø    Pada sensus/pendataan terakhir tahun 1991 menyebutkan jumlah total penduduk Desa/Negeri Saparua adalah 3850 jiwa dengan rincian jumlah laki-laki sebanyak 1975 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 1875 jiwa.50)
Ø Jumlah penduduk Desa/Negeri Saparua menurut kewarganegaraan dengan perincian :

1.       Warga Negara Indonesia Asli sebanyak 3665 jiwa
2.      Warga Negara Keturunan Indonesia sebanyak 113 jiwa
3.      Warga Asing sebanyak 32 jiwa

Ø Luas petuanan Negeri Saparua secara keseluruhan adalah 1500 Ha dengan perincian :

1.       Tanah perkebunan seluas 750 Ha
2.      Tanah perumahan rakyat seluas 75 Ha
3.       Tanah yang belum tergarap seluas 645 Ha

1996
Ø    Anthoneta Benjamina Anakotta mengakhiri masa jabatan sebagai Raja Negeri Saparua selama 27 tahun memerintah (1969-1996).51)

1997
Ø  Engelberth.W. Hengstz menjabat sebagai Pejabat Raja Sementara (1996-1997).52)
Ø  Jacob Titaley menjabat sebagai Raja Negeri Saparua selama 2 periode (1997-2008). Beliau adalah seorang pensiunan TNI-AL.53)

1999
Ø    Kerusuhan berlatarkan isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) di Pulau Ambon meluas ke Pulau Saparua. Pencantuman peristiwa ini tidak bermaksud untuk menguak luka lama. Hanya saja, dengan menceritakan lembaran kelam sejarah Saparua ini, maka kita bisa terus belajar dari pengalaman dan kemudian tidak mengulangi kesalahan-kesalahan terdahulu.54)
 
Abad 21
2008
§ Oktober
Ø Renovasi Baileu Negeri Saparua (tutu baileu/ganti atap dan papan) 27 Oktober 2008.55)
Ø Pelantikan Upu Ama Latu Pisarana/Raja Negeri Saparua Lamberth Leonard Titaley periode 2008-2013. Dihadiri oleh pejabat raja sementara dan masyarakat Negeri Souhuku.56)
Ø  Penuturan kembali sejarah hubungan persaudaraan/pela gandong Souhuku dan Saparua oleh Tetua Adat Negeri Souhuku.57)

2011
§  Juni
Ø Masyarakat Negeri Saparua menghadiri pelantikan Upu Ina Latu Lilipori Kalapessy/Raja Negeri Souhuku Josefina Ruhupessy di Negeri Souhuku Pulau Seram. Negeri Souhuku dan Negeri Saparua adalah Negeri bersaudara (Pela Gandong).58)

§ November
Ø Peletakan batu pertama pembangunan gedung baru Kantor Klasis GPM Pulau-Pulau Lease di Negeri Tiouw Jemaat GPM SAPTI (Saparua-Tiouw) pada tanggal 19 Nopember 2011.59)
 
2013
§ Februari
Ø   Pencanangan renovasi gedung Gereja Zeba’ot, Jemaat GPM Saparua-Tiouw, oleh Wakil Gubernur Maluku Ir. Said Assagaf, Selasa (12/2).
Ø      Hadir juga dalam pencanangan reno­vasi gedung Gereja Zeba’ot terse­but diantaranya, mantan Gubernur Maluku M. Saleh Latuconsina, man­tan Ketua DPRD Maluku Dr. Zeth Sahu­burua, MH, mantan Ketua MPH Sinode GPM Pendeta SP Titaley. Renovasi Gedung Gereja Zeba’ot tersebut akan menghabiskan ang­garan sebesar Rp 1.394.147.000.60)
 
§ Desember
Ø Perayaan Natal “Pisarana Sejabodetabek Pulang Kampong” pada tanggal 28-31 Desember 2013 di Lapangan Merdeka Saparua.61)
Ø  Jacob Rikumahu Kepala Urusan Pemerintahan merangkap sebagai Pejabat Raja Sementara (2013 – 2014) menggantikan Raja Lamberth Leonard Titaley.62)

2014
Ø Hanoch Ririhena menjabat sebagai Pejabat Raja Sementara (2014 – hingga sekarang).63)
Ø  Proyek pembangunan CEKDAM WAIMOELA.64)

2015
§ April
Ø  Masyarakat Negeri Saparua menghadiri peresmian Baileu Negeri Souhuku yang baru pada tanggal 28 april 2015 di Negeri Souhuku.65)

§ Mei
Ø  Peringatan Hari Pattimura ke-198. Sejak tahun 2013 pemerintah provinsi Maluku memindahkan lokasi peringatan Hari Pattimura yang biasanya berlangsung di Kota Ambon ke Kota Saparua. Memasuki tahun ketiga.66)

§ September
Ø  Pekan Budaya Lease bertajuk “ Festival Duurstede” pertama kali digelar di Pulau Saparua pada tanggal 21-23 September 2015. Negeri Saparua bertindak sebagai tuan rumah.67)

§ Desember
Ø  Pentahbisan gedung baru Gereja Zeba’ot Jemaat GPM SAPTI (Saparua-Tiouw) oleh ketua majelis jemaat Pdt. Robby Pattinasarany dan diresmikan langsung oleh Gubernur Maluku Ir. Said Assagaff bersama masyarakat kedua negeri pada tanggal 20 Desember 2015.68)

2016
§ Januari
Ø     Pentahbisan dan peresmian gedung baru Kantor Klasis Pulau-Pulau Lease yang berkedudukan di Jemaat GPM SAPTI (Saparua-Tiouw) oleh Wakil Gubernur Maluku Dr. Zeth Sahuburua, MH, Ketua MPH Sinode GPM Pdt. Dr. J. Chr. Ruhulessin, Msi, Raja-Raja, Aparatur pemerintahan Kecamatan Saparua dan perwakilan masyarakat PP. Lease (Saparua, Haruku, Nusalaut) pada tanggal 8 Januari 2016.69)

§ Maret
Ø Kunjungan 4 Soa Pisarana Hatusiri Amalatu Aaparua ke Negeri Asali atas undangan Inalatu Lilipory Kalapessy/Ibu Raja Souhuku Ny. Josefina Ruhupessy untuk melihat situs sejarah BENTENG TITALEY yang adalah tempat mula-mula 4 Soa Pisarana sebelum memutuskan berpindah ke Pulau Saparua, hal ini sebagai upaya memperkenalkan kembali adat dan budaya, serta merupakan bagian dari dukungan terhadap program SOUHUKU PANGGEL PULANG MANGENTE NEGERI 2016. 70)

§ April
Ø 10 April : Persidangan Jemaat Khusus Hok Im Tong (Tionghoa-Saparua).71)
Ø 14 April : Persidangan Jemaat GPM Saparua-Tiouw ke-39.

§  Dst...
Ø Selama Negeri Saparua masih berdiri rekam jejak ini akan terus dicatat oleh generasi-generasi selanjutnya.


Catatan kaki:
1)   Informasi tentang tahun kedatangan ini, pertama kali muncul pada papan pamflet saat pelantikan Raja Negeri Saparoea, L.L. Titaley di akhir November 2008. Informasi ini diperoleh oleh panitia pelantikan saat “berkonsultasi” dengan para tetua adat Negeri Souhuku yang akan menghadiri acara pelantikan tersebut. Informasi ini juga diulang lagi atau “diperkuat” kembali pada saat pelantikan Raja Negeri Souhuku, Ny. Fien Ruhupessy di akhir Juni 2011. Saat itu diputarkan sejarah asal mula terbentuknya Negeri Souhuku.
2)  Papan informasi yang dikeluarkan/dibuat oleh Dinas Pariwisata Provinsi Maluku yang didirikan di samping rumah adat (baileu).
3)  Liturgi Ibadah pentahbisan/peresmian Gereja Zebaot pada tanggal 20 Desember 2015. Liturgi ini disusun oleh Pdt. Chr. Tamaela.
4)  Artikel “Senjakala Sluis”
5)   Artikel sejarah Negeri Saparua/Pisarana Hatusiri Amalatu atau skripsi F.L. Anakotta : Tinjauan Lelepelo di Negeri Saparua, Skripsi S1 Fakultas Hukum Perdata, 1993
6)  Emblem/prasasti yang terdapat pada dinding Benteng Duurstede, di samping pintu masuk/gerbang.
7)  Sejarah 4 Soa ditulis oleh Buang Jozef Maelissa pada tahun 1922.
8)  Merle.C. Ricklefes dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern 1400-2000. Dalam buku itu, hanya disebut bahwa permaisuri kesultanan Banten dan putra mahkota diputuskan dibuang ke Saparua, namun ditahan sementara di pulau edam kepulauan seribu (provinsi DKI Jakarta –sekarang). Keputusan ini tak jadi dilaksanakan karena permaisuri terlanjur meninggal. Ia kemudian dimakamkan di situ, sedangkan putra mahkota akhirnya dibuang ke pulau Banda Maluku. Ada yang menarik soal informasi ini. Disitu tidak disebutkan, Negeri Saparua secara eksplisit, hanyalah Saparua. Namun menurut pendapat saya, itu adalah Negeri Saparua. Alasannya adalah Negeri Saparua adalah pusat pemerintahan VOC, yang jadi markas besar Residen Saparoea. Ditambah lagi, di Negeri Saparua terdapat Benteng Duurstede, maka masuk akal di situlah tempat pembuangan yang dimaksud. Apalagi, baru 60 tahunan, benteng duurstede selesai dibangun (lihat catatan kaki no 6), maka bisa diterima jika Benteng Duurstedelah yang dipakai/difungsikan sebagai tempat interniran. Lagipula agak janggal, jika tempat (desa/negeri) lain yang dimaksud, mengingat di desa/tempat lain tak ditemukan tempat yang khusus dipakai sebagai tempat pembuangan. Lagipula sebagai tempat markas besar, maka para tahanan/orang buangan “harusnya” mendapat perhatian/pengawasan langsung  VOC, bukan di tempat lain yang jauh. Tambahan lagi, data ini diperoleh dari arsip-arsip Belanda yang notabene ditulis oleh orang Belanda sendiri, maka tidak mungkin mereka menulis sesuatu yang tidak mereka maksudkan.
9)  Ibid
10)     1942 Berg J. v.d. "Herinneringen mijner jeugd/Jean Lubbert van den Berg van Saparoea, Kenang-kenangan masa remaja" serta berbagai artikel tentang Perang Pattimura yang dicari.
11-27)     Ibid
28)        Liturgi Ibadah Pentahbisan gereja Zebaoth, tanggal 20 Desember 2015
29)       Skripsi S1 F.L. Anakotta Fakultas Hukum Perdata, 1993
30)        Eko Praptanto : Sejarah Indonesia, bag 4, Bina Sumber Daya Mipa Jakarta, 2010
Sartono Kartadirjo : Pemberontakan Petani Banten
Penjelasan soal “dugaan” Saparua, bisa dibaca pada catatan kaki no 8 di artikel ini. Mungkin dugaan ini juga sama dan bisa dipakai dalam kasus ini.
31)    Ibid
32)   Liturgi Ibadah Pentahbisan Gereja Zebaot tanggal 20 Desember 2015. Liturgi ini dibuat oleh Pdt Chr Tamaela. Di liturgi tersebut secara jelas, Tamaela mencatat ada 3 pendeta, yaitu Pdt H.L. Langervoot, Pdt L. Quak dan Pdt N. Laut. Saya sedikit berbeda dengan Tamaela pada sisi ini. Saya berpendapat hanyalah 2 bukan 3 seperti yang ditulis Tamaela. Alasannya cuma sederhana, terlihat jelas pada inkripsi yang ditempel pada dinding gereja, terlihat di situ, di bawah nama Pdt H.L Langervoot, ada tanda kurung bertuliskan Pdt Spr, dan dibawah tulisan Pdt L. Quak ada tanda kurung bertuliskan Pdt N. Laut. Menurut saya, tanda kurung itu adalah penjelasan tentang siapa mereka atau lokasi tempat kedua pendeta tersebut bertugas pada masa itu. Jika mengikuti pola pikir Tamaela, maka “seharusnya” ada 4  pendeta, yaitu Pdt Langervoot, Pdt Spr, Pdt Quak dan Pdt N. Laut. Tapi saya berpikir positif, mungkin saja, liturgi itu terdapat “kekeliruan” dalam pengetikan.
33)   Artikel “Pelatu dan Latuwaelaiti
34-36)   Ibid
  37) Artikel “ Dobolaar/Doboliir”
38) https://satumaluku.com/2016/02/08/kilas-jejak-masa-lalu-warga-tionghoa-maluku/
39) Liturgi Ibadah Pentahbisan gereja Zebaot, tanggal 20 Desember 2015 dan inkripsi pada dinding gereja
40) Artikel “Sejarah Asal Mula Beinusa Amalatu membantu Negeri Pisarana dalam Renovasi Baileu”
41) Artikel “Upu Amalatu Pisarana” tertulis dengan jelas daftar para Raja Negeri Saparua.
42-44 ) Ibid
45) Inkripsi pada dinding gereja Zeba’ot jemaat GPM Saparua-Tiouw
46) Inkripsi pada dinding Benteng Duurstede dan papan informasi yang dikeluarkan/dibuat oleh Dinas Pariwisata Provinsi Maluku
47)  Ibid
48) Artikel “Arsitektur Baileu Negeri Saparua dan Unsur-unsur Yudaisme Kuno”
49)  Ibid
50) Sensus Penduduk Negeri Saparua Tahun  1991/Skripsi S1 F.L. Anakotta Fakultas Hukum Perdata, 1993
51-53) Ibid
55) http://news.liputan6.com/read/167226/renovasi-rumah-adat-warga-menari-dan-berdoa
60) Ibid
62-64) Ibid
   65) https://www.facebook.com/baileo.negerisoahuku?fref=ts
66) http://www.kemendagri.go.id/news/2015/05/15/latupati-saparua-prosesi-ambil-api-pattimura
67) http://bisniswisata.co.id/21-23-september-2015-festival-duurstede-di-maluku-tengah/
68-71) Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar