Sabtu, 17 Agustus 2019

Permasalahan tentang (kata) Baileu : di antara kubu pertahanan dan anggota suatu lembaga


                                                                         Oleh : James. T. Colins

Baileu Negeri Saparua (Pisarana Hatusiri Amalatu) - Koleksi Pribadi


  1. Kata Pengantar

Baileu/Baileo mungkin adalah sebuah nama yang paling dikenal oleh semua orang Maluku, baik dalam bentuk fisiknya maupun hanya berupa susunan kata. Agaklah aneh, jika orang Maluku, khususnya di wilayah Maluku Tengah, yang mengaku tidak mengenal, mengetahui, bahkan mungkin belum pernah melihat objek dengan nama itu. Jika ditanya, apa itu baileu/baileo, banyak dari kita dengan yakin dan spontan, pasti menjawabnya, itu adalah rumah adat yang ada dan dimiliki oleh setiap negeri/desa asli Maluku.
Namun, jika ditanya dengan pertanyaan sedikit “filosofis” mengapa nama objek itu “harus” dinamai Baileu/baileo, mengapa tidak dinamakan dengan nama lain? Darimana kata baileu/baileo ini berasal? Apa dari bahasa Indonesia? Bahasa “tanah”? bahasa Belanda? atau darimana tepatnya? Bagaimana sejarahnya, hingga objek sakral itu dinamai dengan nama baileu/baileo?
Jika ditanya seperti itu, mungkin banyak dari kita yang belum bisa menjawabnya, mungkin banyak dari kita yang memerlukan waktu lama untuk menjawabnya....
James T Collins, seorang Profesor linguistik Melayu-Polinesia mencoba menjawabnya melalui kajian ini. Hal ini bermula pada tahun 1971, saat ia merasa sedikit “terganggu” dengan semua huruf vokal/huruf hidup pada kata baileu. Rasa gangguan itu tentunya bukanlah hal ganjil bagi seorang yang ahli dalam bidang bahasa.
Untuk menjawab rasa terganggunya itu, ia menulis artikel sepanjang 13 halaman ini, dimana 1 halaman berisikan gambar (sketsa) untuk mendukung analisanya, serta 2 halaman terakhir untuk literatur yang digunakan olehnya. Artikel ini ditulis dan dimuat pada Bijdragen tot de Taal-Land- en Volkenkunde volume 152, nomor 2 tahun 1996 dan menempati halaman 191-203, dalam versi bahasa Inggris berjudul Of Castle and Councillors; Questions about Baileu

Saat pertama kali membaca judul artikel ini, kami merasa penasaran bagaimana isinya, dan terperangah dengan isinya yang berupa analisa panjang lebara soal kata baileu/baileo itu dari sisi sejarah dan persoalan semantik, fonetis, leksikal dan banyak item-item kebahasaan lainnya. Memahami “terperangahnya”  dan betapa pentingnya hal ini diketahui banyak orang, maka kami memberanikan sekali lagi untuk menerjemahkan artikel yang agak “berat” ini.
Haruslah jujur diakui, kami bukanlah ahli bahasa, sehingga mungkin saja terjemahan kami ini, tidaklah tepat dalam hal pembahasan tentang unsur-unsur kebahasaan itu sendiri. Namun, kami percaya, bahwa usaha ini paling tidak “membantu” kita untuk mengetahui, memahami sejarah panjang sebuah nama yang kini paling familiar itu.
Mengutip dan “memolesi” sepotong kata dari sejarahwan Christine Dobbin dalam prakata pada buku yang dikarangnya Islamic Revivalism in a Changing Peasant Economy, Central Sumatra 1784-1847, terbitan Curzon Press London tahun 1983, maka biarlah “berantakan dan banyak salahnya” dari terjemahan ini adalah penanda kalau kami tetaplah terbatas.
Mungkin, sekali lagi.... mungkin, setelah selesai membaca kajian dari sang profesor, kita tidak sepakat dengan kesimpulannya. Hal itu tidaklah dilarang, itu sesuatu yang lumrah saja dalam dunia akademis. Agaklah keliru jika semua orang harus dan dipaksakan untuk sepakat. Berbeda pendapat itu selalu baik dan penting untuk mengasah kemampuan analitis yang cermat. Kami selalu percaya, bahwa pemikiran yang “pahit” selalu menyehatkan jiwa dan akal.
Selamat membaca, selamat menikmati, semoga kita selalu belajar “membaca” banyak pemikiran dan bisa jadi dewasa dalam memahami sejarah kehidupan kita sendiri.......... salam!

Penerjemah : Kutu Busu

  1. Terjemahan

Diantara kata-kata yang sangat “unik” dan mungkin juga “simbolis” adalah suatu istilah yang dipakai untuk “ruangan upacara di sebuah desa” yaitu kata BAILEU, yang seringkali di “sandingkan” dengan kata raadhuis “ dewan kota” yang merupakan vokabulari bahasa Belanda dalam percakapan Melayu Ambon, seperti yang disebutkan oleh Van Hoevell (1876) dan De Clercq (1876). Menurut beberapa kajian tentang masyarakat Ambon, BAILEU dianggap sebagai simbol pertentangan yang terus melekat di negeri-negeri orang Ambon antara tradisi asli (adat) dan agama, lihat Colley (1962: 8-13) untuk perspektifnya terhadap fungsi BAILEU pada masyarakat Kristen Ambon 30 tahun yang lalu. Di Ambon dewasa ini, BAILEU – bahkan yang telah rusak- masih tetap dihormati, bahkan tidak takut, disebabkan oleh perasaan hubungan supernatural antara bangunan-bangunan itu dengan leluhur di negeri itu (Collins, 1973). Seharusnya penelitian etnografis tentang Baileu dan segala “permasalahannya” di negeri-negeri Maluku Tengah, sangat diperlukan. Tujuan dari catatan singkat ini adalah kajian sederhana tentang asal usul kata BAILEU.
Tanpa kecuali, para pembuat/penyusun kamus untuk kata-kata Melayu Ambon, menjelaskan kata Baileu sebagai varian bahasa Ambon yang dalam bahasa melayu standar untuk kata balai “ bangunan publik”. Hal ini kadang-kadang dijelaskan secara jelas, misalnya saat Colley (1962:8) menulis : “ kata Baileu (sering ditulis Baileo) kelihatannya merupakan Malukunisasi dari istilah melayu untuk kata bale atau balai”. Bagaimana pun juga, banyak juga yang sering menghubungkan hal ini secara sederhana yaitu “mendekatkan” kata Baileu dengan bentuk-bentuk bahasa melayu standar : bale, balai atau balairun,  misalnya dalam De Clercq (1876), kita membaca : ‘Baileo A [mbonesse]’ disamakan dengan ‘ (P.balei) dimana P merujuk pada kamus karangan Pijnappel  tentang bahasa melayu standar (lihat untuk contohnya, Pijnappel (1875:45-46) untuk penjelasan entry balei yang lebih panjang, yang dikutip oleh de Clercq).
Penggabungan atau penyamaan kata melayu ambon baileu (ba-i-le-u) dengan kata bahasa melayu balai (ba-lai) dilakukan tanpa ada upaya menjelaskan mengapa dikata itu harus ada tambahan huruf hidup/huruf vokal, i dan u : kata melayu ambon ba-i-le-u dibandingkan kata melayu standar ba-le atau ba-la-i   [harap dicatat bahwa dalam kata melayu ambon, kata ai dari baileu adalah rangkaian huruf hidup bukan diftong (bunyi rangkap), begitu juga dengan kata eu yang juga adalah rangkaian huruf hidup].  Bahkan seandainya, kita berasumsi bahwa hal ini sebagai titik awal “Malukunisasi” untuk kata bale  [ dari kata melayu balai yang merupakan monoftongisasi dari akhir bunyi rangkap, /ay/ > (e)], kejadian model ini dalam kata melayu ambon dari tambahan 2 huruf hidup i dan u, faktanya merupakan tambahan suku kata, tidaklah menarik buat penyusun kamus untuk bahasa melayu ambon.

Baileu negeri Tuhaha (Beinussa Amalatu)
Baileu dalam kata-kata bahasa Portugis, bagaimana pun juga lebih menarik perhatian, yang berasal dari penyusun kamus kata-kata Portugis dimana kata baileu  adalah atau kata yang umum digunakan. Dalam kamus bahasa Portugis karangan Michaelis ([Wimmer] 1961), kita melihat bahwa kata baileu adalah tempat gantungan/perancah, bangunan lebih tinggi dimuka/belakang sebuah kapal atau penjara untuk para pelaut. Dicionario Brasileiro da lingua Portuguesa ([Mirados Internacional] 1975) memberikan pengertian lebih panjang ditambah dengan beberapa arti, seperti andaime pensil ‘ tangga-tangga gantungan’; tribuna, palanque ‘ tribun/mimbar’, kaitan/cantelan yang dilihat; carcera de marinha ‘ tempat tahanan pelaut/kelasi’ dan beberapa istilah yang berkaitan dengan istilah kelautan atau militer. Kamus berbahasa Brazil ini hanya berbeda dalam hal perincian pengertian yang ada pada kamus-kamus yang diterbitkan di Portugis; lihat Costa dan Sampaio e Meio (n.d) atau Ferreira (n.d).
Dalam tahun 1919, Msgr (monsinyur). S. Dalgado penyusun kata-kata Indo – Portugis yang setara/sama dengan glosarium milik Hobson-Jobson menyarankan/menjelaskan etimologi dari kata Portugis ini. Pertama, ia memperlihatkan bahwa kata baileu  bukanlah kata dalam Portugis yang berasal dari bailar ‘ menari’  seperti yang sebelumnya pernah dijelaskan. Lebih lanjut, ia juga menegaskan (Dalgado 1988, 11: 461) bahwa kata baileu adalah kata melayu untuk kata balai, dan mengutip De Clercq bahwa kata melayu ambon untuk bentuk baileu merupakan sumber paling dekat untuk kata Portugis itu ( ‘o etimo imeditao da palavra portuguesa’). Ia juga memperkuat analisanya, dengan beberapa kutipan dari sumber-sumber portugis abad 16 dan 17, sebagai contohnya adalah sebuah teks dari tahun 1539, yang menggunakan istilah baileu  untuk panggung kerajaan dan bangunan-bangunan militer angkatan laut di Sumatera. Etimologi Dalgado yang otoritatif ini, di masa sekarang dikutip dalam kamus etimologis bahasa portugis, lihat contohnya yaitu buku karangan Machado tahun 1977. Jadi, meskipun Dalgado menghabiskan banyak waktu untuk mempertimbangkan asal usul kata baileu dalam bahasa portugis, pada akhirnya juga ia tetap merujuk pada kata melayu balai1 sebagai sumber dari istilah ini, khususnya melalui bentuk yang dikutip, dari kata-kata ambon melayu milik de Clercq. 
Penelitian filologis milik Dalagado, yang meliputi semua kata-kata Hindia Portugis dilakukan lebih luas. Hal yang sama juga dilakukan terhadap kamus milik De Clercq termasuk data dari seluruh wilayah Maluku, termasuk Manado dan Kupang. Namun, dari sudut pandang ahli bahasa, masih ada masalah “lama” yaitu etimologi kata balai > baileu, meskipun kedua kata ini memiliki sumber yang sangat otoritatif dan meluas. Ada hal sederhana yang tidak diketahui, mekanisme fonologis dalam kata-kata melayu ambon, yang bisa menjelaskan tambahan huruf vokal dari kata baileu. Bagaimana (caranya) kata [balai] atau [bale] menjadi kata [baileu] ?
Pada kata-kata melayu ambon dewasa ini, kata baileu kadang-kadang dilafalkan oleh beberapa pembicara dengan suatu perangkapan bunyi rangkaian huruf vokal ai, seperti ini [ bayleu] disamping [baileu]2 namun bukan seperti [baleu] atau tidak seperti [beleu]. Darimana tambahan suku kata atau huruf vokal dari kata baileu berasal?. Yang pasti, kita bisa memperdebatkan berdasarkan pada hal khusus, bahwa kata baileu bisa berasal dari kata balairong – suatu varian campuran dari kata balai – jika monoftongisasi kata balai itu terjadi dan jika r  itu hilang dengan cara yang sulit dijelaskan. Proses hipotesis ini seperti balairong > balerong > baleong, dapat menghasilkan suatu bentuk yang dipinjam ke bahasa portugis sebagai kata baleo atau baled, dimana akhir sengauan - ng dari hipotesis kata baleong­- digantikan oleh penyengauan awal sekelompok huruf vokal3. Sebuah bentuk yang dipinjam dalam kata melayu ambon, yaitu kata baleo  tanpa penyengauan. Pastinya, hal demikian bukanlah kali pertama, bahwa kata melayu yang dipinjam oleh orang/bahasa portugis kemudian diperkenalkan lagi ke dalam bahasa melayu.  Schuchardt ( lihat Gilbert 1980 dan Collins 1983) menyatakan bahwa kata gudang ’warehouse’ dalam bahasa melayu moderen, haruslah berasal dari kata Indo-Portugis, guddo yang mana kata itu sendiri aslinya berasal dari kata melayu gedung (atau dalam beberapa dialek, godong) ‘ gudang beras, lumbung penyimpanan’4. Itu merupakan hal “rujukan” pada jalan “melingkar” proses peminjaman dari kata melayu ke kata portugis, kemudia diikuti oleh pemrosesasn ulang semantik dan fonetik dalam bahasa portugis kemudian di “perkenalkan kembali” ke bahasa melayu menjadi bentuk sepasang kata sama, seperti yang dijelaskan di atas5. Namun untuk kata portugis baileu  tidak berisikan penyengauan huruf vokal baik dewasa ini atau sebelumnya terhadap kutipan kata baileu itu. Hal ini bertentangan dengan pola yang dihasikan oleh kata guddo seperti dijelaskan sebelumnya. Bagaimana pun juga, perbedaan fonologis (ai bukan a) antara kata melayu ambon baileo dan kata baleo secara hipotesis juga tak bisa dijelaskan. Jadi solusi “khusus” untuk menjelaskan kata balairong juga termasuk bermasalah.

Baileu suku Hualu di Pulau Seram
Pada titik ini, hal itu mungkin berguna untuk menguji beberapa contoh lama dari kata baileu dalam teks-teks Portugus yang berasal dari Maluku. Jacobs (1971) mencatat beberapa kemunculan kata baileu  dalam suatu manuskrip, yang ia (Jacobs) percayai sebagai catatan Galvao tentang Maluku Utara pada tahun 15446. Ia juga mencatat arti kata itu dari bentuk-bentuk dalam teks Galvao, yang dimulai dari bangunan luar biasa di atas dek kapal/perahu hingga ruang pertemuan dan panggung/tempat untuk tidur. Meskipun demikian, ia dengan yakin menempatkan kata baileu dalam kumpulan indeks kata-kata Indonesia dan negara Asia lainnya (Jacobs 1971: 366-376). Dalam kajian Jacobs penting lainnya (1974), kita dapat membaca/melihat beberapa surat yang ditulis dalam bahasa portugis oleh para misionaris Katholik di Ambon dan Maluku pada abad ke-16. Meskipun koleksi surat-surat ini dimulai sejak tahun 1544, ada sebuah surat ke-179 yang ditulis di Ambon pada 15 Juni 1570, muncul kata baileu (tanpa penjelasan dari penulis surat itu, Frater Pero Mascarenhas, S.J). Ia (Mascarenhas) menulis seperti ini :   di tempat itu, pader (Mascarenhas)  menyampaikan cerita tentang keimanan suci kita kepada orang-orang yang telah dikumpulkan dalam baileu yang sangat besar untuk mendengar dengan penuh perhatian sehingga setiap kata tidak dilupakan (terjemahan dari penulis). Untuk hal ini, kutipan Jacobs (1974: 597, catatan kaki nomor 5) menjelaskan kata itu sebaga “ rumah pertemuan di negeri/desa ( village meeting house) “.  Tahun berikutnya pada tahun 1571, Frater Jeronimo de Olmeido, S.J. mengirim surat bernomor 184 (tertanggal 12 mei 1571) dari Ambon, dimana ia menyebut kata baileo bagian dari kapal perang. Jacobs memberikan catatan untuk kata baileo ini berarti “ ruangan lebih tinggi untuk serdadu di kapal’; lagipula ia juga memberikan tambahan keterangan dalam surat ini, bahwa frase  os do baileo’ secara khusus bermakna “serdadu yang menempati di seberang/berlawanan dengan posisi para pendayung”7. Jadi dalam dua surat yang berisi kemungkinan penggunaan paling awal kata baileu yang berasal dari Ambon, kata ini lebih merujuk pada suatu bangunan di darat atau ruangan tinggi di dek kapal. Seperti catatan sebelumnya, Dalgado boleh jadi benar saat ia menegaskan bahwa baileu adalah kata portugis yang berasal dari kata melayu.
Tetapi bahkan etimologi hipotesis dari kata balairong yang ditawarkan di sini tidak menjelaskan keseluruhan tambahan huruf hidup. Mengingat tidak adanya penjelasan linguistik yang meyakinkan tentang huruf vokal yang dapat menghubungkan kata baileu ke kata balai atau balairong, maka saya (penulis) mengusulkan jalan lain untuk menyelidikinya. Dalam paragraf berikutnya, buktinya akan dikemukakan  untuk mendukung kata baileu mungkin saja merupakan kata yang aslinya berasal dari kata-kata bahasa Romawi-Portugis, bukan Melayu. Jadi, kata baileu dalam bahasa Portugis adalah kata pinjaman dari bahasa Romawi lainnya, dan kata baileu dalam bahasa Melayu Ambon hanyalah kata pinjaman dari bahasa Portugis. Singkatnya, “jalannya” seperti ini Portugis > Melayu adalah kebalikan langsung dari yang umumnya diakui, Melayu > Portugis.
7 Pertimbangan bisa dikemukakan di sini, untuk mendukung klaim ini :

1.         Pertama, Pelopor penyusun kamus Inggris Melayu, Thomas Bowrey memasukan kata baileu dalam kamusnya yang terbit tahun 1701, yaitu : ‘ Baleew a ship’s deck, suatu lantai yang ditinggikan...... Baleew eang ca tega.... lantai yang ketiga....’. Ia hanya tahu, bahwa kata itu adalah sebagai istilah bahari, kira-kira mirip artinya dengan yang didefinisikan oleh Jacobs untuk munculnya kata ini dalam surat no 184 yang disebutkan di atas. Bowrey juga memisahkan definisi dari kata Baleerong, yaitu ruangan penjagaan, halaman suatu ruangan/gedung. Kesimpulan kami adalah kata baileu dalam kamus milik Bowrey (Baleew)8 adalah istilah bahari yang tidak sama pengertiannya atau tidak bisa “disatukan/digabungkan” pengertiannya dengan kata balai atau balairong (Baleerong). Semua fakta ini semakin meyakinkan, ketika kita memeriksa terjemahan Daniel Brouwerius terhadap kitab Kejadian, yang nampaknya ditulis di Ambon sekitar tahun 1660 (Collins 1992a). Dalam terjemahan ini, kata baleew (Kejadian 6:16) berarti ‘geladak kapal/perahu’  dan kata baleeu baleeu ( Kejadian 34: N) berarti ‘ rumah sementara’. Jadi, nampaknya makna yang bersifat “bahari dan darat” dari kata baileu, kedua makna ini muncul/terjadi di dalam bahasa lokal melayu ambon minimal di pertengahan abad ke-17, sama seperti yang  terjadi dalam bahasa portugis abad ke-16, namun itu satu-satunya kata melayu baileu di luar “Ambon”  (Baleew milik Bowrey) yang maknanya berasal dari bidang bahari9


2.        Kedua, dalam kamus bahasa Portugis dewasa ini, kata baileu merupakan istilah bahari yang merujuk pada bangunan “tambahan”  di atas geladak kapal, dan yang kedua adalah ‘perancah’ yang diartikan sebagai ‘penjara’, ‘bui’ yang dimaksudkan sebagai bahasa slang/gaul atau bahasa “lokal”. Dalam bahasa kaum Iberian lainnya, yaitu bahasa Spanyol, kata untuk ruangan/bangunan di atas kapal adalah kata castillo.  Kata castillo merujuk pada ‘bagian strategis dari bangunan “tambahan”, dari castillo para kelasi bekerja memasang tali pada layar depan dan utama, serta selama pertempuran di laut, dapat digunakan sebagai tempat meletakan/ “menggantungkan” senjata (lihat Smith 1993:89-90). Kata Spanyol castillo (baileu dalam bahasa Portugis) adalah garis terdepan dari sistim pertahanan.
Memang kata baileu didefinisikan dalam satu kamus bahasa Portugis yaitu Dicionario Brasileiro ([Mirados Internasional] 1975: 244) sebagai “ Naut. Castelo ou estrado alto, om navios antigos e sobre o qual combatia” (Istilah Bahari: Perancah atau ruangan tinggi di atas kapal-kapal tua, tempat mereka berperang/bertempur). Di sini, terlihat kata baileu dan castelo/castillo pengertiannya sama, setidaknya seperti yang disebutkan di atas.

3.        Ketigas, dalam bahasa Inggris seperti juga dalam bahasa Spanyol dan Portugis, kata castle merujuk baik pada, rumah bangasawan atau kubu pertahanan, juga ruangan/bangunan tambahan di atas geladak kapal.  Bahasa Inggris juga memiliki kata lain yang berhubungan secara semantik dengan kata kastil yaitu kata bailey. Kamus Inggris Oxford (1971:625)  memberikan definisi pertama tentang kata bailey : ‘ dinding luar yang menutupi kubu pertahanan dan membentuk garis pertahanan pertama dari kastil feodal’. Dalam bahasa Inggris, kata bailey (juga dilafalkan sebagai bailly) sudah digunakan sejak tahun 1300. Hal ini menunjukan bahwa setidaknya, baileu sebagai kata Portugis dalam bidang bahari merujuk pada suatu struktur yang mirip fungsinya dengan kastil dari kata bahasa Inggris di bidang bahari, yaitu ‘bangunan “tambahan” yang terletak di haluan kapal, dan digunakan sebagai gudang, mesin dan lain-lain atau sebagai tempat tinggal para kelasi’ (Flexner 1987: 7 -49).
Fakta-fakta penyebaran dari istilah castle/castelo/castillo dan bailey/baileu dapat ditampilkan ke bagan berikut dari 2 istilah arsitektur

.                                                               'fort'                                                                'ship' s superstructure'

English                         castle                                                                    castle
                                     bailey                                                                        -----

Portuguese                   castelo                                                                  castelo
                                       -----                                                                      baileu


                        Bahasa Inggris menggunakan kedua istilah yang secara semantik saling berhubungan untuk suatu struktur geografis, namun hanya satu yang merujuk pada suatu struktur kelautan. Sebaliknya, bahasa Portugis menggunakan hanya salah satu untuk suatu struktur geografis, dan keduanya untuk merujuk pada suatu stuktur kelautan.


4.       Keempat, dalam bahasa Inggris kata bailey mungkin adalah kata pinjaman dari kata bahasa latin abad pertengahan yaitu kata baillium, meskipun menurut OED (Oxford English Dictionary) ada sedikit “kebingungan” antara kata bailey dengan kata bailly atau bailiff;  dimana kata bailly/bailiff  diperkirakan berasal dari bahasa latin yaitu kata bajulus.  Di beberapa kasus, kata bailey yang dalam bahasa Inggris jelas merupakan pinjaman dari bahasa Romawi, paling mirip berhubungan dengan kata dari abad pertengahan baillium ‘ halaman kubu pertahanan/benteng’ , lihat Latham (1975: 175) yang mengutip munculnya kata latin ini minimal tahun 1142 pada sumber-sumber Inggris dari teks bahasa latin abad pertengahan.
Kutipan ini bersifat instruktif/perintah : ‘m terris et turribus, in castellis et baillis’ ( di tanah dan di menara, di benteng dan di baileys – terjemahan penulis).
Penyamaan kata casellis dan baillis  memberikan dukungan kuat terhadap hubungan semantik antara 2 kata latin itu.

5.        Kelima, tidak ada kamus berbahasa Portugis yang sepengetahuan saya yang menghubungkan kata baileu dengan kata latin baillium.  Di sisi lain, kata-kata yang sama asalnya dengan kata bailly, adalah kata yang menurut OED sering membingungkan dengan kata bailey dalam bahasa Inggris, seperti juga kata bailio  dalam bahasa Portugis yang bermakna : ‘(Arch) panglima ksatria kuno, ketua hakim, juru sita, petugas ([Wimmer] 1961). Seperti Diez (1887) tunjukan, kata bailio dalam bahasa Portugis adalah “ketidaksengajaan” dari kata latin klasik yaitu bajulus (Baj’lus), sepertu halnya kata bahasa Italia balivo atau bahasa Provencal baileu. Pada pertengahan abad ke-16, kata bajulus  tersebar luas pemakaiannya dalam bahasa latin yang digunakan atau diajarkan di Inggris dan Perancis; kata ini muncul dalam kamus bahasa latin untuk siswa milik Estienne (1971). Bukti dari Diez menunjukan hal yang sama, kata itu tersebar luas dalam bahasa-bahasa Eropa barat. Selanjutnya, salah satu kamus berbahasa melayu paling awal, dan tentunya paling ditulis di Ambon (Wiltens dan Danckaerts 1623), kata Portugis ini, balio dikutip sebagai kata melayu. Kata ini dianggap sama dengan kata sida-sida atau sesida, serta didefinisikan sebagai ‘ een gelubde’, ‘ yang dikebiri’, yaitu seorang kasim pengadilan. Tugas seorang komandan ksatria pada abad pertengahan, cocok dengan kata dari bahasa Sansekerta siddha  yang bermakna pertapa bijak (lihat Gonda 1952). Penyusun kamus bahasa Belanda lebih berfokus pada karakteristik fisik dari makna kata balio/sida-sida  yaitu yang dikebiri daripada berfokus pada tugasnya/fungsinya. Kita dapat membandingkan definisi dari wilayah Maluku untuk hal itu, dalam kamus de Houtman tahun 1603 (berdasarkan jenis bahasa melayu yang digunakan di Aceh, bagian paling barat Nusantara), dimana kata sida-sida atau sesida didefinisikan sebagai ghelubt man’ laki-laki yang dikebiri’ atau siapdragher ‘ orang yang membawa meterai/cap kerajaan’10.
Dalam kasus apapun, dokumentasi-dokumentasi awal yang menyebut kata balio (dari bahasa portugis bailio) dalam bahasa melayu di Maluku, memunculkan persoalan, ya atau tidaknya kata bailio ini (< bajulus) adalah tidak, juga sama membingungkan dengan bentuk yang dibuktikan dalam kitab kejadian milik Brouwerius, baleeu (< baillium), dimana kedua bentuk ini sama membingungkan dalam bahasa Inggris dan Perancis.  

6.       Keenam, jika istilah baileu dalam bahasa Portugis telah digunakan oleh para kru poliglot (memiliki kemampuan berbahasa lebih dari 1 bahasa) dari kapal-kapal Portugis untuk merujuk pada ruangan tambahan di kapal, yaitu sebagai garis pertama pertahanan laut11 (lihat (Jacobs 1971: 156-163) yang mengutip penjelasan Galvao tentang  pengunaan militer pada kata baileu dalam bidang bahari), juga sebagai tempat berlindung untuk para kelasi dan penyimpanan, maka tidak terlalu sulit untuk memahami bagaimana para pelaut yang telah memiliki pengertian/gagasan tentang kata baileu  sebagai geladak kapal, “menyamakan/memperluas pengertian/menamakan” kepada struktur yang sama bentuknya pada kapal-kapal kaum pribumi yang sering mondar-mandi di laut Ternate, dan juga kepada struktur yang mereka lihat di pantai-pantai Ternate dan Ambon.  Lantai berbahan kayu yang ditinggikan dengan sisi terbuka dan hanya sebagian tertutup, masih menjadi fitu-fitur ciri khas arsitektur di Asia Tenggara yang tropis, namun bukan khas arsitektur dari daratan Eropa. Tidaklah mengherankan, jika para pelaut Portugis ini mengenali struktur terbuka dan tambahan dari wilayah Maluku ini, sebagai sesuatu yang mirip dengan baileu  yang juga mereka telah ketahui/pahami. Perbandingan dari sketsa yang relevan mungkin bermanfaat di sini. Pada ilustrasi 1, terlihat perancah pada kapal milik Spanyol abad 16 (lihat Smith 1993: 72), sedangkan ilustrasi 2 adalah sketsa gedung pertemuan abad 20 di Seram Maluku Tengah (lihat Jensen 1948: 64).
Tidak hanya soal fitur arsitekturnya, yaitu struktur kayu yang ditinggikan, atap yang agak melengkung dan area yang terbuka, serta area pagar, dimana kesamaan satu sama lainnya sangat mencolok, namun juga fungsi struktur ini sangat mirip.  Di satu sisi, keduanya berfungsi sebagai tempat pertemuan bagi para pria, khususnya para serdadu dalam pasukan. Pada sisi lain, saat tidak berfungsi sebagai tempat pertemuan, struktur-struktur di Maluku, seperti ruangan tambahan di kapal, berfungsi sebagai gudang/tempat penyimpanan.
Pada tahun 1876, De Clercq mendefinisikan baileu  orang-orang Ambon sebagai berikut :
Raadhuis, tegenwoordig zelden meer tot dat doel gebruikt : waar ze nog worden aangetroffen dienen ze ter opberging van materialen
(balai kota, namun bangunan ini mulai jarang digunakan untuk tujuan ini lebih lama: dimana bangunan ini masih dapat ditemui, berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang --- terjemahan penulis).
Bahkan Cooley (1962) mengomentari fungsi baileu orang Ambon sebagai tempat menyimpan benda sakral/magis.  Tentu saja, Valentyn (1726: 4) pada abad ke-17 menulis dan menggambarkan baileu sebagai tempat pemujaan iblis ( een hooge baileoe, het Duivels-huis genaamd).

Kapal Spanyol abad 16

7.        Ketujuh, bukan tidak mungkin, seperti dalam bahasa Inggris kata bailey, castle dan bailly, bailiff juga membingungkan, sama seperti dalam bahasa melayu ambon, terhadap kata pinjaman Portugis baileu – bangunan beratap tambahan/ditinggihkan  dan bailio anggota perkumpulan/lembaga saling “bercampur”.  Makna yang berhubungan dengan bahari dari kata baileu  seperti yang telah ditegaskan dalam Bowrey dan Brouwerius, telah “hilang” dalam penggunaanya di Ambon, tetapi makna baileu sebagai tempat pertemuan seperti yang ditegaskan dalam Brouwerius, semakin “menguat” oleh penggabungan semantik dengan kata bailio – anggota dewan/lembaga  yang pada akhirnya menjadi definisi normatif  bahasa melayu ambon abad 19 sebagai raad huis ‘balai kota’ (misalnya anggota suatu lembaga, para anggota).
Ada juga faktor lain yang mungkin berkontribusi pada penggabungan semantik “anggota lembaga” dengan “ tempat pertemuan”, yaitu sesuatu yang terjadi pada sekitar abad 16 dan 19.
Dalam abad ke-17, orang-orang Belanda memperkenalkan ke lingkungan leksikal dunia berbahasa melayu, suatu kata pinjaman dari bahasa Perancis yang kemudian ditambahkan menjadi makna yang “padu”.  
Dalam dokumen-dokumen Belanda abad ke-17, kata balliuw atau baliu  merujuk pada makna pejabat resmi yang ditunjuk/diangkat (lihat Verdam 1973), dan setidaknya di Hindia Belanda, terminologi warisan Belanda, yaitu kata raadhuis ‘ dewan kota’  sering dipertukarkan dengan kata bailljouw atau baljuw (< Perancis Bailli < Latin Bajulus) ( lihat misalnya catatan Wurffbain tahun 1686 dari Batavia (Posthumus Meyjes 1931) serta komentar Posthumus Meyjes sebagi editor di masa moderen).
Arti kata baileu inilah yang “dikuatkan” oleh kesamaan kata dari bahasa Belanda dan “diwariskan” ke dalam bahasa melayu ambon13.

Ketujuh pertimbangan ini, secara bersama-sama merupakan suatu jalinan bukti-bukti yang meyakinkan sebagai argumen/alasan bahwa kata baileu  dalam bahasa melayu ambon, merupakan kata pinjaman dari bahasa Portugis, bukan sebaliknya seperti yang disarankan oleh Dalgado 70 tahun lalu. Mungkin dalam kasus itu dalam bahasa Portugis, terutama yang diucapkan di wilayah Asia, kata baileu dipakai untuk merujuk pada struktur yang berlokasi di darat, bercampur atau dikaitkan dengan kata melayu balai14, tetapi bahkan jika percampuran/pengaitan ini memang terjadi, adalah hal anakronistis (tidak sesuai urutan waktu/zaman) untuk mengklaim bahwa kata baileu itu adalah kata melayu untuk balai.
Sebaliknya, penutur bahasa Portugis mungkin berpikir kata baileu  berhubungan dengan kata balai. Fenomena semacam itu bisa saja dianggap sebagai kontaminasi semantik.
Bahasa melayu ambon adalah dialek bahasa Melayu yang diakui mengandung lebih banyak kata-kata pinjaman dari bahasa Portugis daripada kebanyakan dialek melayu (Paramita 1972). Bukti dokumentasi dalam bentuk catatan pengadilan, terjemahan Alkitab, koleksi khotbah yang berasal dari Ambon abad ke-17 (lihat misalnya Collins 1992a, 1992b) membuktikan bahwa pada waktu itu terdapat lebih banyak kata-kata pinjaman dari bahasa Portugis. Mungkin sebagian dari kata-kata itu, masih tetap tidak dikenali, seperti kata baileu  atau tidak tercatat karena sangat tidak memadainya cakupan leksikografis dialek melayu yang tersedia. Mengungkap dan mengenali berbagai kata-kata pinjaman, adalah langka penting dalam tugas yang masih tertunda untuk menulis sejarah Melayu, serta upaya akademis yang lebih jauh dan luas untuk mengevaluasi kembali teori Proto-Austronesia.

Replika kapal Eropa abad 17

Pada tahun 1971, bahkan sebelum saya tiba di Ambon, ketika saya masih mengandalkan kamus milik De Clercq, saya merasa terganggu dengan semua huruf vokal pada kata baileu  dalam bahaa melayu ambon, yang dikatakan sama dengan kata balai.
Bagaimana bisa kata baileu  dikaitkan dengan kata balai?  Dari mana semua huruf  vokal itu berasal, terutama dalam dialek yang malah sebaliknya mengurangi huruf vokal yang telah ada ? (lihat ringkasan pernyataan dalam Collins 1980 : 18-19).
Mungkin ada argumen untuk  jalan “ melingkar” melalui kata balairong  seperti disebutkan di atas, tetapi saya menyajikan bukti-bukti di sini yang meyakinkan dengan kuat, bahwa tidak ada huruf vokal tambahan yang “merayap masuk” ke dalam kata balai15  dan bahwa kata balai  dan baileu  tidaklah secara genetik terkait satu sama lain.
Kata melayu balai  adalah refleks reguler dari Proto-Austronesia balai ‘ rumah, pondok, ruang upacara’ (Dempwolff 1938: 21); sedangkan kata baileu  adalah istilah dalam bidang bahari dalam bahasa Romawi yang dipinjamkan ke dalam bahasa Portugis dan kemudian dari bahasa Portugis di perkenalkan ke bahasa Melayu16. Dewasa ini, kata baileu dipertahankan dengan memperluas basis semantik dalam varian-varian bahasa Portugis. Meskipun penggunaannya, mungkin telah meluas di antara varian bahasa melayu lainnya  pada abad ke-17, rupanya hal demikian tetap dipertahankan hanya dalam khasanah bahasa melayu ambon, dengan pergeseran dan pemaknaan yang lebih menyempit.  Dengan demikian, makna yang menghubungkan kata balai dan baileu  lebih didasarkan pada etimologi-sosial, kesalapahaman bahasa-bahasa serumpun dan percampuran semantik, bukan pada asal usul linguistik yang umum terjadi.
Mungkin jika para filologis bahasa Romawi, yang berspesialisasi dalam bahasa Portugis, mengetahui betapa “anehnya” tambahan-tambahan huruf vokal itu dalam kata pinjaman bahasa melayu, mereka mungkin tergoda untuk menjelajahi teks-teks latin abad pertengahan serta jargon-jargon di bidang bahari dalam bahasa Romawi.
Pada awal tahun 1544, Galvao (Jacobs 1971: 259) melaporkan bahwa di Tidore, Maluku Utara : Kaitjil Rade, seorang pemimpin pulau itu berbicara bahasa Portugis dan Castilia, terkadang bercampur dengan bahasa Biscayan, serta tidak membutuhkan juru bahasa.
Hal ini merupakan petunjuk tentang keragaman linguistik yang tersebar diantara pedagang “orang-orang Portugis”, para serdadu, para pelaut, yang pertama kali mengunjungi Maluku 450 tahun lalu, sehingga dapat “memancing” minat secara ilmiah penelitian filologis oleh para pakar bahasa Romawi. Penelitian semacam itu bukanlah keahlian saya.  

---- selesai ----

Catatan kaki
1.    Untuk yang lebih baru, lihat Thomaz (1988: 259) tanpa komentar atau penjelasan tentang keterkaitan kata baileu dari bahasa portugis dan balai dari bahasa melayu. Jadi tradisi terhadap ini tetap dipegang
2.   Saya berterima kasih kepada pengamat “tak bernama” yang menunjukan variant (bayleu) muncul dalam dialek ambon melayu dewasa ini. Bagaimanapun juga, kemunculan yang terus menerus terhadap varian-varian dengan rangkaian huruf vokal (ai) disamping kuatnya varian diftongisasi (ay) mendukung keadaan fenomena /ai/ sebagai rangkain huruf vokal. Selain itu, fokus kajian ini adalah bersifat kesejarahan yang menjadi fakta bahwa tidak ada varian monoftongisasi dari kata baileu, jadi bukan varian beleu. Dalam bahasa melayu ambon yang saya ketahui, diftong mengalami monoftongisasi tanpa perkecualian, sebagai contoh serai> sare. Rangkaian huruf vokal bagaimanapun juga tetap berlangsung dalam kata-kata pinjaman seperti Said > (Sait), dan kata baileu juga akan diuji disini.
3.   Seperti yang disebutkan D.J. Prentice (p.c. 10 november 1994) menunjukan 2 kombinasi eo/eo benar-benar tidak sama dalam posisi akhir kata dalam bahasa Portugis.
4.  Kata dalam bahasa Inggris (Anglo-Indian) godown (ruang penyimpanan/gudang) juga dipinjam dari bentuk Indo-Portugis, dan pastinya berasal dari bahasa melayu, meskipun menurut etimologi-sosial berasal dari bentukan go+down
5.   Contoh lain peminjaman, pengemasan ulang dan penginputan ulang, adalah kata menteri berasal dari bahasa Melayu hasil peminjaman dari bahasa Sansekerta melalui bahasa Hindi, yang dipinjam kedalam bahasa Portugis (oleh kontaminasi dengan kata dari bahasa Portugis mandar) sebagai mandarim yang merujuk pada pejabat tinggi di Asia, termasuk pejabat-pejabat bangsa China. Pada awal abad 16, kata ini dipinjam kedalam bahasa Inggris sebagai mandarin.  Banyak gejala yang mengaitkan dengan chinese mandarin yang menghasilkan nama-nama yang mengindikasi keterkaitan itu seperti : mandarin oranges (lemon china), mandarin silk (sutera china). Dikarenakan entry ini merujuk pada penentuan tingkatan kaum elit, yang dihasilkan oleh pengujian bahasa sastra china, sehingga disebut sebagai mandarin  dalam bahasa Inggris, kemudian melalui bahasa Inggris kedalam bahasa melayu moderen. Jadi, kata mandarin (aslinya berasal dari kata menteri lewat bahasa Portugis)  diinputkan kembali ke bahasa melayu sebagai mandarin nama dari bahasa nasional china, sekali lagi menghasilkan sepasang kata yang sama dalam bahasa melayu moderen, yaitu menteri dan mandarin
6.  Manuskrip Galvao (1544) adalah laporan tentang wilayah Maluku bagian utara, khususnya wilayah Ternate dan Tidore, daripada wilayah Maluku Tengah. Ada juga kemunculan kata baileu lebih awal atau lebih kemudian tentang kata baileu di luar wilayah Maluku. Dalgado (1988 II: 461) mengutip bahwa pada tahun 1539 kata baileu  muncul di Sumatera. Catatan Castenheda tentang penaklukan daratan India dan Nusantara, pertama dipublikasikan pada tahun 1551 meski ditulis beberapa tahun sebelumnya (Andaya 1993: 10) termasuk menyebutkan suatu dari bagian teras (alpendre) a que chamao bayleu  di istana raja Bengal di bagian utara India (lihat Dalgado 1988 II: 462). Penyebaran dan perluasan awal dari istilah ini dalam laporan-laporan Portugis, tidak menyebut Maluku sebagai asalnya.
7.   Di sini, teks dari Jacobs disejajarkan dengan Pinto dari tahun 1529, yang dikutip oleh Dalgado (1988 II: 461-462), dimana ia (Dalgado) membuat perbedaan antara orang di baileu (a que elles chamao de Baileu) dan yang bertugas untuk mendayung (os mais chusma de remo). Saya mengucapkan terima kasih kepada L Collins untuk membantuku mengklarifikasi perbedaan yang terdapat dalam Pinto ini
8.  Sangat bernilai untuk mencatat keanehan pengejaan kata baleew dalam bahasa inggris, dengan rangkaian eew. Bagaimana hal itu dilafalkan pada bahasa inggris abad 17? Rangkaian ee seperti kata see biasanya ditandai [i] kemudian diikuti dengan e, akhirnya w sering ditandai dengan rangkaian pelafalan [yuw] seperti kata few. Rangkaian eew, bagaimanapun juga bukanlah kombinasi yang sama. Jika itu terjadi, apakah kata baleew  harus dilafalkan [balyuw]  atau [baliyuw]? Ini merupakan pengejaan yang aneh, faktanya Bowrey memiliki akses pada sumber-sumber Belanda ketika ia menulis kamusnya itu.
9.  Kutipan awal ini terungkap bahwa beberapa yang dicatat disini muncul dalam bahasa Portugis, bukan dalam teks melayu.
10.Pengertian ini akhirnya sejajar dengan pengertian yang diberikan oleh Latham (1975: 176) untuk kata bajulus dari abad pertengahan: pembawa surat, berita, pesan atau menteri tinggi/agung. Makna baiulus dalam pengertian Cicerion adalah pengantar barang atau alat pengangkut (Glare 1990: 220), yang masih di anggap sebagai istilah dalam panduan kamus latin abad 16; lihat Estienne (1971) dan Calepino (1950-1952)
11.  Penelitian awal tentang kamus berbahasa latin-portugis-jepang yang terbit tahun 1595 (Calepino 1950-1952) tidak menghasilkan bukti-bukti dukungan yang meyakinkan terhadap  pemakaian kata baileu  atau balio dalam bahasa portugis pada institut keagamaan di Jepang. Lihat juga ([Iwai] 1951,1953. Pada saat bersamaan hal itu dipertimbangkan tidaklah sama dengan kata balio dari abad 17 – yang diasumsikan disini sebagai kata pinjaman portugis – merupakan kata reflex dari bahasa melayu untuk kata beliau
12. Catatan bahasa melayu itu pada periode sama (?) telah memiliki suatu item leksikal untuk mencakupi jenis struktur pertahanan maritim ini. Wilkinson (n.d. 254) memasukan kata dandan ‘platform-extension to deck of native prahu.... yang dulunya digunakan juga sebagai tempat berperang (dandani akan tempat berperang, Hg. Tuah 298). Pada akhir periode, piranti yang sama direkam oleh Newbold (1971:38) dalam laporannya tentang bajak laut melayu tahun 1839, yang mendirikan kubu pertahanan dari kayu yang disebut Apilans.... dibagian belakang yang mana para anggotanya bersembunyi, bertempur dengan senjata mereka..... Apilan dutegaskan secara jelas oleh Wilkinson (n.d. 42) sebagai pelindung senjata. Papan tebal dengan lubang ditengah untuk menempatkan senjata.
13. Pada abad 17, banyak varian bahasa melayu “bertemu” menghasilkan dasar dari dialek melayu ambon dewasa ini. Khasanah kata-kata dari isi khotbah F Caron pertengahan abad 17 yang ditulis di Ambon, menunjukan berbagai bentuk leksikal yang “berebutan”. Istilah Portugis untuk Gubernur, misalnya guvernador “berebut” dengan istilah Ternate yaitu Salahaka.  Pada akhirnya istilah Belanda gubernur  diperkenalkan  mungkin pada saat bersamaan, menjadi istilah yang lebih diterima (lihat Collins 1992b). Pergolakan dan periode perkembangan dari bahasa melayu ambon “menyaksikan” penghilangan dan penggantian banyak item leksikal pada bahasa itu
14.Diasumsikan bahwa kata Portugis mandarim  yang dijelaskan pada catatan kaki no 5 diatas, mungkin dihasilkan dari percampuran fonetis kata melayu menteri  dan kata portugis mandar.  Namun pengaitan kata baileu dengan kata balai. Pencampuran yang telah kita lakukan berdasarkan pada saling melengkapi antara beberapa semantik dengan sebagian fonetis yang sama, dengan demikian situasinya seperti kesalahan pengenalan tentang asal usul yang sama.
15. Itu mungkin terkontaminasi kemudian (khususnya oleh penyusun kamus bahasa belanda dan etnologis amerika) dari kata baileu dengan bahasa melayu atau jawa dari bentuk balai atau bale tidak bisa disangkali disini. Lebih lanjut, intinya adalah semua bukti merujuk pada sumber etimologis untuk kata baileu  tak bisa disangkali semuanya berada di Nusantara . argumen dalam artikel ini adalah kata baileu adalah kata pinjaman dari bahasa portugis, bukan dari bahasa melayu atau jawa.
16.Harap diperhatikan, bahwa saya (penulis) tidak mengklaim bahwa kata baileu dalam bahasa portugis adalah kata yang diwariskan dari Proto-Romance. Pertama, kata baillium tidaklah muncul dalam latin klasik, dan mungkin “memasuki” bahasa portugis setelah perkembangan perubahan bunyi yang terjadi dalam bahasa Galicia dan Portugis ( ringkasannya dapat ditemukan dalam Agard 1984: 116-123). Kedua, munculnya kata baileu dalam bahasa portugis haruslah melalui jalur lain. Adalah bermanfaat untuk menyelidiki bahwa bahasa portugis seperti banyak bahasa-bahasa romawi, meminjam secara luas dari bahasa-bahasa romawi lainnya. Parkinson (1988: 165-167) sebagai contoh mengutip kata-kata pinjaman dari bahasa Castilian, Latin gerejawi, Provencal, Perancis dan Italia. Ya atau tidak bentuk baileu dari bahasa Provencal yang dicatat oleh Diez (1887) menyarankan suatu jalan penelitian haruslah ditentukan oleh sarjana-sarjana bahasa Romawi.


Literatur

§  Agard, Fredrick B., 1984, A course in Romance linguistics. Volume 2: A diachronic view, Washington: Georgetown University Press.
§  Andaya, Leonard Y., 1993, The world of Maluku; Eastern Indonesia in the early modern period, Honolulu: University of Hawaii Press.
§  Bowrey, Thomas, 1701, A dictionary English and Malayo, Malayo and English, London: Sam. Bridge.
§  Calepino, Ambrogio, 1950-52, Dictionarium latino lusitanicum; Ac iaponicum ex Ambrosii Calepini volumine depromptum in quo omissis nominibus proprijs tarn locorum ..., Amakusa: Collegio Iaponico Societatis Iesu cum facultate Superiorum. [Facsimile reproduction of 1595 edition, issued by Toyo Bunko, Tokyo.]
§  Clercq, F.S.A. de, 1876, Het Maleisch der Molukken; Lijst der meest voorkomende vreemde en van het gewone Maleisch verschillende woorden zooals die gebruikt worden in de residentieen Manado, Ternate, Ambon met Banda en Timor Koepang, benevens eenige proeven van aldaar vervaardigde Pantoens, Prozastukken en Gedichten, Batavia: Braining.
§  Collins, James T., 1973, 'Fieldnotes in Asilulu, Kaitetu and Seit'. [Unpublished manuscript.]
-, 1980, Ambonese Malay and Creolization theory, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
-, 1983, Review of Pidgin and Creole languages, in: Dewan Bahasa 27:368-71.
-, 1992a, 'Souda batsjampor segalla boumi pounja bassa; D. Brouwerius' translation of Genesis, 1697', Paper presented at the Second International Maluku Research Conference, Honolulu.
-, 1992b, 'Studying seventeenth-century Ambonese Malay; Evidence from F.
§  Caron's sermons (1693)', Cakalele 3:99-122.
§  Cooley, F.L., 1962, Ambonese adat; A general description, [New Haven]: Yale University, Southeast Asian Studies.
§  Costa, J. Almeida, and A. Sampaio e Meio, n.d., Dicionario da lingua Portuguesa, Porto: Porto Editora. [Sixth edition.]
§  Dalgado, Sebastiao Rodolfo, 1988, Glossario Luso-Asiatico, Vols I-II, New Delhi: Asian Educational Services. [First published in 1919.]
§  Dempwolff, Otto, 1934-38, Vergleichende Lautlehre des austronesischen Wortschatzes, Berlin: Dietrich Reimer.
§  Diez, Friederich, 1887, Etymologisches Worterbuch der Romanischen Sprachen, Bonn: Marcus.
§  Estienne, Robert, 1971, Dictionariolum puerorum tribus linguis latina Anglia & Gallica, Amsterdam: Da Capo Press. [First edition: London 1552.]
§  Ferreira, Julio Albino, n.d., Dicionario Portugues-Ingles, Porto: Domingos Barreira. [New edition; A. de Morais, ed.]
§  Flexner, Stuart Berg, ed., 1987, The Random House dictionary of the English language. New York: Random House. [Second edition; Unabridged.]
§  Gilbert, Glenn G., ed., 1980, Pidgin and Creole languages; Selected essays by Hugo Schuchardt, London: Cambridge University Press.
§  Glare, P.G.W., ed., 1990, Oxford Latin Dictionary, Oxford: Clarendon Press.
§  Gonda, J., 1952, Sanskrit in Indonesia, Nagpur: International Academy of Indian Culture.
§  Hoevell, G.W.W.C. van, 1876, Vocabularium van vreemde woorden voorkomende in het Ambonsch-Maleisch, Dordrecht: Blusse en Van Braam.
§  Houtman, Frederick de, 1603, Spraeck ende woord-boeck, inde Maleysche ende Madagaskarsche talen, t'Amstelredam: Jan Evertsz. Cloppenburch.
§  [Iwai Hirosato], 1951, Kirishitan-ban Ra-po-nichi taiyaku jiten ni tsuite, Tokyo: Toyo Bunko.
-, 1953, On the Latin-Portuguese-Japanese dictionary published by the Jesuit mission press in Japan, [Tokyo]: Toyo Bunko.
§  Jacobs, Hubert J.J., 1971, A treatise on the Moluccas (c. 1544), probably the preliminary version of Antonio Galvao's lost Historia das Molucas, Rome: Jesuit Historical Institute. [Sources and Studies for the History of the Jesuits III.]
-, 1974, Documenta Matucensia I (1542-1577), Rome: Institutum Historicum Societatis Iesu.
§  Jensen, A.E., 1948, Die drei Strome, Leipzig: Harrassowitz.
§  Latham, R.E., 1975, Dictionary of medieval Latin from British sources, Fasc. I, A-B, London: The British Academy. [By Oxford University Press.]
§  Lombard, D., 1970, Le 'Spraeck ende woord-boek' de Frederick de Houtman; Premiere methode de malais parle (fin du xvie s.), Paris: Ecole Francaise d'Extreme-Orient.
§  Machado, Jose Pedro, 1977, Dicionario etimologico da lingua portuguesa, Lisboa: Livros Horizonte.
§  [Mirados Internacional], 1975, Dicionario Brasileiro da lingua Portuguesa, Sao Paolo: Mirados Internacional.
§  Newbold, T.J., 1971, Political and statistical account of the British settlements in the Straits of Malacca, Volume 1, Kuala Lumpur: Oxford University Press. [Oxford in Asia Historical Imprints. First edition 1839.]
§  Oxford English Dictionary, 1971, The compact edition of the Oxford English Dictionary, Vols 1-2, New York: Oxford University Press. [Twenty-fifth printing in the U.S.]
§  Paramita R. Abdurachman, 1972, Some Portuguese loanwords in the vocabulary of speakers of Ambonese Malay in Christian villages of Central Maluku, Jakarta: Lembaga Research Kebudayaan Nasional.
§  Parkinson, Stephen, 1988, 'Portuguese', in: Martin Harris and Nigel Vincent (eds), The Romance languages, pp. 131-69, New York: Oxford University Press.
§  Posthumus Meyjes, R., ed., 1931, Johann Sigmund Wurffbain, Reise nach den Molukken und vorder-Indien, 1632-1646, Den Haag: Nijhoff. [Original edition 1686.]
§  Pijnappel, J., 1875, Maleisch-Hollandsch woordenboek, Haarlem: Enschede. [Second edition.]
§  Smith, Roger, 1993, Vanguard of empire; Ships of exploration in the age of Columbus, New York / Oxford: Oxford University Press.
§  Thomaz, Luis Filipe F.R., 1988, 'L'influence du malais sur le vocabulaire portugais', in: Luigi Santa Maria, Faizah Soenoto and Antonio Sorrentino (eds), Papers from the III European colloquium on Malay and Indonesian studies (Naples, 2-4 June 1981), pp. 251-65, Naples: Istituto Universitario Orientale.
§  Valentyn, F., 1726, Oud en Nieuw Oost-Indien; Omstandig verhaal van de geschiedenissen en zaaken het kerkelyke ofte den Godsdienst betreffende, zoo in Amboina ..., Dordrecht: Joannes van Braam.
§  Verdam, G., ed., 1973, Middelnederlandsch handwoordenboek, 's-Gravenhage: Nijhoff.
§  Wilkinson, R.J., n.d., A Malay-English dictionary (Romanized), Tokyo: Daitoa Syuppan Kabusiki Kaisya.
§  Wiltens, Caspar, and Sebastianum Danckaerts, 1623, Vocabularium ofte Woort-boeck
naer ordre vanden Alphabet in 't Duytsch-Maleysch ende Maleysch-duytsch,
's Graven-haghe: Weduwe en Erven H.J. van Wouw.
§  [Wimmer, Franz], 1961, Michaelis illustrated dictionary, Volume II, PortugueseEnglish, Sao Paolo: Melhormentos.
Yule, Henry, and A.C. Burnell, 1990, Hobson-Jobsoh; A glossary of colloquial Anglo Indian words and phrases, and of kindred terms, etymological, historical, geographical and discursive, Calcutta: Rupa. [The Bengal Chamber Edition; First edition 1886.]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar