Jumat, 30 November 2018

Muar, Vull, Licer, Lijasser, Lyaser, Vleasser, Luasse, Ulliasser, Honomoa hingga Saparoua


---- Jejak-jejak sebuah “nama” dalam Arsip dan Sumber
serta Perbincangan dalam ruang waktu ----
(Bag IIIc)
Oleh Adryn Anakotta




  1. Sumber-sumber Gereja

1)       Laporan kunjungan ke sekolah dan gereja di pulau Haruku, Saparua dan Nusalaut oleh DS Simon de Buck, Ouderlingen (Penatua) Fransisco Mole dan Jan Claasz tertanggal 19 Juli 16691

DS Simon de Buck bersama 2 orang ini mengunjungi ketiga pulau tanggal 3 Mei 1669 hingga 5 Juli tahun itu. Pada laporan ini, sang pendeta menyebut/menulis Honimoa sebagai nama Pulau. Ia juga menulis beberapa negeri yang ada di pulau Honimoa itu, seperti Paperou, Touaha, Sorri Sorri, Oulat/Oelat, Ouw, Haria, Poorto, Booy, Tiouw, Nollot, Itouwakka serta Hatuane dan Hatawana (Jazirah Hatawano).

Fragment dari laporan itu sebagai berikut2 :
Op ’t eylant Honimoa bevonden in de negorij Paperou en Touaha dat het school......................... voor desen hebbende gelegen op Sorri Sorri en naderhant op Oulat, in wiens plaetse dan meester Marcus, tot nog toe op Hatuane gelegen hebbende,......................... In de negorij Haria en Poorto, als ook die van Booy en Tiouw.........Den 4en juny het H. avondmael des Heeren uytgedeelt op Hatawana aen de ledematen van Paperou, Touhaha, Nollot en Itouwakka...................... Den 16en juny het H. avondmael des Heeren uytgedeelt in de negorij Sorri Sorri aen de ledemaeten van Oelat, Ouw, Sorri Sorri

Indonesia Timur (1740)

2)       Brief DS Jacobus Montanus kepada Kerkenraad van Batavia, tertanggal 20 April 16713

Pada brief/berita ini, Jacobus Montanus menulis kata Leyasse4, juga kata Honymoa.
Fragment dari berita itu, sebagai berikut 5:
........................ naar een jaar verblijf op Ambon bij ’t Casteel Victoria, naar de Leyasse op het eiland Honymoa gearriveert ben............

3)       Laporan kunjungan ke sekolah dan gereja di pulau Ceram, Haruku, Saparua dan Nusalaut oleh DS Jacobus Montanus, tertanggal 11 September 16716

DS Jacobus Montanus mengunjungi beberapa negeri di keempat pulau ini sejak tanggal 28 Desember 1670 hingga 9 September 1671. Pada laporan ini, ia menulis negeri-negeri yang ia kunjungi yaitu, Sorri Sorry, Ouw, Nollot, Itawacka, Paperou, Touaha, Tiouw, Saperoua, Booy, Poorto, Haria. (penulis hanya menulis nama-nama negeri di pulau Honimoa untuk kepentingan artikel ini).

Fragment dari laporan itu sebagai berikut7 :

(kunjungan pertama)
In de negorij Sorri Sorry den 28 december 1670.............. In de negerij Ouw den 3en january anno 1671..........In de negerijen Nollot en Itawacka op het eylandt Honimoa den 10en january
In de negerijen Paperou en Touaha op het eylandt Honimoa den 10en dito............ In de negerijen Tiouw en Saperoua den 14en dito..... In de negerijen Booy op het eylandt Honimoa den 15en january........... In de negerijen Poorto en Haria den 16en january.............................

(kunjungan kedua)
In de negorijen Nollot en Itawacka den 25en dito........................... In de negerijen Paperoe en Tuaha, den 25 April............ In de negorij Sorri Sorri den 4en may................... In de negorij Ouw den 5den dito.........In de negerij Sorri Sorri den 16den mey........................ In de negorijen Tiouw en Saparoua den 17en dito...........In de negorij Booy den 18en mey ..........In de negorijen Haria en Poorto den 16en juny........... In de negorijen Nollot en Itawacka den 18den juny............. In de negerijen Paperoe en Tuaha den 18en juny .............In de negorij Oulat den 29en juny.............. In de negorij Sorri Sorri den 29 july......... In de negerij Sorri Sorri den 9 september


Ada beberapa point penting yang perlu disampaikan:
1.       Untuk pertama kalinya, nama negeri/desa Saparua disebutkan/ditulis secara eksplisit pada sebuah dokumen. Montanus menulis kata Saperoua (pada kunjungan tanggal 14 Januari 1671) dan Saparoua (pada kunjungan tanggal 17 Mei 1671).
2.       Negeri Tiouw dan Saparua pastilah berdekatan, karena kedua negeri ini dikunjungi pada hari yang sama (1 hari). Tidaklah mungkin kedua negeri ini berjauhan. Sumber di atas menjadi bukti, apalagi jika memahami konteks waktu,kondisi dan perjalanan pada masa itu. Hal ini juga membuktikan hingga masa sekarang, bahwa kedua desa/negeri ini memang berdekatan sejak awal.
3.       Agak “aneh” dan “membingungkan” untuk memahami serta menjelaskan mengapa nama negeri/desa Saparua “membutuhkan” waktu yang sangat lama untuk ditulis/disebutkan secara eksplisit.
4.       Anomali ini menimbulkan beberapa dugaan serta pertanyaan yang bersifat “skeptis” terhadap eksistensi/keberadaan bahkan asal usul sebuah negeri yang bernama Saparua. Apa mungkin negeri Saparua baru “ada” pada tahun itu? Apa mungkin para leluhur yang dipercaya sebagai pembentuk negeri itu baru tiba? Apa mungkin negeri Saparua “tidak ada” sebelum tahun itu (1671)?.... jika jawabannya tidak mungkin, mengapa nama negeri ini tidak pernah disebutkan/ditulis sama sekali? Faktor apa dan alasan apa yang menyebabkan negeri ini tidak disebutkan??  Apakah para pendeta itu yang secara berkala menulis laporan2 tentang kerja mereka, sama sekali tidak mendengar nama negeri ini dari para penduduk negeri tetangga??.
5.       Keganjilan ini “sulit” dijelaskan karena alasan-alasan yang diberikan seperti saling bertolak belakang dan saling “menyangkal”. Jika negeri ini “ada” minimal “sejak” masa awal VOC, mengapa tidak pernah disebutkan/ditulis sama sekali, mengapa para pendeta yang bekerja di wilayah itu, yang selalu bersentuhan dengan para penduduk negeri tetangga, tidak pernah mendengar dari penduduk itu dan akhirnya menulis, meski hanya sebuah kata? Apa mungkin para penduduk atau para radja/patti, orang kaija di negeri tetangga tidak tahu sama sekali tentang negeri “asing” itu?.apa mungkin, misalnya penduduk negeri atau Patti negeri Tiouw, yang wilayahnya “berdekatan”, tidak tahu sama sekali tentang negeri itu???. Jika negeri itu “tidak ada”, bagaimana mungkin negeri itu tiba-tiba muncul seperti dari ruang hampa? Bagaimana caranya negeri itu tiba-tiba memiliki wilayah kekuasaan negeri dengan seluruh batas-batasnya yang dipercaya sejak dulu dan tidak “berubah” sama sekali hingga masa kini? Bagaimana mungkin dan bagaimana prosesnya, negeri itu tiba-tiba menempati lokasi “sentral” atau “jantung” dari pulau Honimoa/Saparua seperti yang terlihat pada peta pulau Saparua di masa kini?
6.       Memang kata Juroa (1614) dan Au (1631) diduga kuat oleh penulis sebagai nama negeri Saparua berdasarkan pada pembacaan serta alasan-alasan yang diberikan, namun kedua kata ini seperti “hilang” tidak disebutkan lagi pada periode-periode selanjutnya seperti yang dipaparkan oleh penulis melalui berbagai sumber-sumber. Mungkin hal ini, yang membuat Knaap menjadi “ragu” untuk menjelaskan tentang makna kata Juroa itu.
7.       Alasan “logis” yang mungkin bisa digunakan untuk memahami keganjilan ini, meski agak “lemah” adalah negeri Saparua adalah negeri “tertutup”. Mungkin mereka sama sekali tidak mau bersentuhan/bersoalisasi dengan orang lain. Mungkin para penduduk “asli” yang menghuni wilayah gunung/negeri lama/negeri mula-mula, “menutup” wilayah mereka agar tidak dimasuki oleh orang lain. Mungkin mereka ingin hidup “menyendiri” dan tidak mau “diganggu” oleh orang lain. Jika alasan ini bisa diterima, maka hal ini bisa jadi alasan, mengapa para penduduk negeri Saparua adalah negeri paling terakhir yang “mengenal” dan “menerima” kekristenan di pulau Honimoa/Saparua, seperti dipaparkan oleh sumber-sumber gereja.


4)       Laporan kunjungan ke sekolah dan gereja di pulau Ambon, Manipa, Buano, Ceram, Saparua dan Nusalaut oleh DS Jacobus Montanus, tertanggal Mei 16748

Sang pendeta mengunjungi keenam pulau ini sejak 15 Januari hingga 7 Mei 1674. Ia menulis pada tanggal 6 Mei 1674, mengunjungi negeri Tiouw dan Saperoua. Pada salah satu bagian dari laporan itu, ia juga menulis kata Thiou dan Saparoea.
Fragment dari laporan itu sebagai berikut9 :
Den 6 may in de negorij Tiouw, Saperoua........................... Tot een aanhangsel: met hoeveelen christenen dit Tamilou is verbondschapt van ouden tijden her, hetwelken onderling onderhouden tot dezen huydigen dag, sijnde met dien van Sirisory en Hoetemoery voor dees in een verbondschap getreden, hebbende dezen dry door het regt der wapenen seven negorijen overwonnen die se daarnaar onder elkanderen hebben verdeelt, als sijnde de negorij Toloety aan Tamilou, de negorij Routon onder Hoetemoery als onderdanen voor dees onderhoorig, de negorij Sila, Leynitoe, Thiou, Saparoea, Sirisory te beurt gevallen.........................................


5)       Laporan kunjungan ke sekolah dan gereja di pulau Haruku, Saparua Nusalaut dan zuid cust van Ceram (pantai selatan Seram), oleh DS Johannes Ab Englisch, tertanggal April 167710

Sang pendeta mengunjungi keempat tempat ini sejak 21 Maret 1677 hingga 18 April 1677. Pada tanggal 28 Maret 1677, ia tiba di negeri Poorten (Porto) dan menulis bahwa di situ, 6 anak-anak dibaptis, 2 pasangan menikah serta datangnya orang2 kristen dari negeri Haria, Poorten, Tiau (Tiouw), Saperoea dan Boy (Booi). Ia juga menulis pada tanggal 29 Maret siangnya, ia mengunjungi Tiau dan menulis sebuah gereja “baru” telah berdiri dengan penutup dari atap (daun rumbia).

Fragment dari laporan itu sebagai berikut 11:
Den 28en op Poorten de voorbereydinge gepredikt, 6 kinderen gedoopt, 2 paar getrouwt en
de ledematen van Haria, Poorten, Tiau, Saperoea en Boy gevisiteert................En des naarmiddaags naa Tiau vertrokken en de schoole gevisiteert hebbende,hebben bevonden........................De nieuwe kerke alhier staat al overent met adap toegedekt, dog nog niet voltoyt

Peta 1683

6)       Catatan tentang gereja di Gubernemen Ambon oleh DS Petrus van der Vorm, tertanggal 12 Juni 169212
Sang pendeta merinci tentang jumlah sekolah, gereja, dan school mester yang ada di pulau Liase atau Honimoa.
Fragment dari catatan itu sebagai berikut13 :
Op ’t eyland Liase of Honimoa: aan de fortres Hollandia oppermeesters 1, meesters 1, scholen 1, kerke 1, ondermeesters 1; Oelad meesters 1, scholen 1, kerke 1; Ouw 1, 1, 1; Nollot en Hitawaka 1, 1, 1; Paperoe en Toehaha 1, 1; Yamahoe 1, 1, 1; Portoe en Haria 1, 1, 1; Tiouw en Saperoea 1, 1, 1; Booy 1, 1, 1. T’samen 11 meesters, 9 scholen, 8 kerke


--------------Bersambung -----------

Catatan Kaki
1.     Rapport van een visitatie van kerken en scholen op Haruku, Saparua en nusa laut door DS. Simon de BUCK en de ouderlingen Francisco Mole en Jan Claasz. Ambon, 19 juli 1669. NA, VOC 1271, fol. 209r-213v. Afschrift. (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 339-341)
2.     Idem (Hal 340, 341)
3.     Brief van Ds. Jacobus Montanus aan de Kerkenraad van Batavia. Saparua, 20 April 1671. ANRI, Archief Kerkenraad Batavia 137, fol. 61-63 (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 346-347)
4.     Montanus menulis varian baru dari kata Uliaser, yaitu Leyasse. Jika dibaca secara cermat konteks dan isi dari berita ini. Ia menulis/menggunakan kata Leyasse sebagai nama kawasan, sedangkan Honymoa sebagai nama pulau.
5.     Catatan kaki no 3 (hal 346)
6.     Rapport betreffende een visitatie van kerken en scholen op Ceram, Haruku, Saparua en Nusa laut door ds. Jacobus Montanus. Ambon, 11 September 1671 NA, VOC 1286 I, fol. 525-533. Afschrift (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 349-356)
7.     Idem
8.     Rapport Betreffende een Visitatie van Kerken en Scholen Op Ambon, Manipa, Buano,Ceram,Saparua Ennusalaut door Ds.Jacobus Montanus. Ambon, z.d. [Mei1674]. NA, VOC 1300, fol. 906r-927v. Afschrift   (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 438-458)
9.     Idem (hal 457, 452)
10.  Rapport betreffende een visitatie van kerken en scholen op Haruku, Saparua, Nusa laut en de zuidkust van Ceram door ds. Johannes Ab Englisch. Saparua, z.d. [April 1677]. NA, VOC 1325 F, fol. 274-286. Afschrift (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 505-510)
11.  Idem (hal 507)
12.  KORT ONTWERP VAN DE STAAT DER AMBONSE KERKEN EN SCHOLEN DOOR DS. PETRUS VAN DER VORM. Saparua, 12 juni 1692. ANRI, Archief Kerkenraad Batavia 136, ongefolieerd (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel tweede band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 7 - 29)
13.  Idem (hal 8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar