Sabtu, 15 Februari 2020

Kapan kota Ambon didirikan? (bag 3 - selesai)


Oleh 
Hubert Jacobs, S.J. 
 
 
 
14.    Benteng keempat : Ambon

                    Kita sekarang tiba pada relokasi terakhir benteng Portugis sekaligus benteng definitif, yang pada akhirnya meletakan fondasi bagi kota Ambon. Situasi militer jauh dari meyakinkan untuk seorang Sancho de Vasconcelos. Dia terus menerus dihadapkan pada serangan-serangan yang diinspirasi dan dipimpin oleh Ternate, serta terpojok oleh kekuatan besar kapal perang orang-orang pribumi79. Hal ini diperiksa/ditinjau langsung oleh Sultan Ternate di pulau-pulau sekitarnya – wilayah-wilayah vasalnya – dan dioperasikan dibawah komando “panglima tertinggi” yaitu Rebohongi (Rubohongi)a  yang terkenal. Armada Portugis, di sisi lain, kekuatannya telah “ dihalangi”, dan menerima dengan lapang dada, hampir tidak ada lagi niat untuk menambahkan kapal perang dari India (Goa), serta setiap negeri-negeri Kristen yang menyediakan dan memasok kora-kora telah terkena razia dari Ternate. Akibatnya, Vasconcelos memiliki kesulitan terbesar untuk membela rakyatnya dan melindungi orang-orang Kristen. Namun demikian, dalam keberaniannya yang tak tergoyahkan, ia kadang-kadang berhasil menyerang musuh dan berkali-kali musuhnya kagum pada tindakannya, yang mengejutkan dan seringkali jauh dari tindakan lunak. Tetapi apa pun yang dia lakukan, berkali-kali juga, ia harus kembali ke markasnya yaitu benteng kayu itu, dan setiap kali itu juga, ia menyadari kondisi benteng itu terlalu beresiko selama ketidakhadirannya. Ia hanya menerima sedikit bantuan dari Goa. Ketika kapal barkas/tongkang kerajaan Portugis tiba dari India setiap tahun, itu dilakukan untuk memuat cengkih dan pala. Mereka juga membawa perbekalan, amunisi dan mungkin orang-orang, tetapi orang-orang ini ditugaskan untuk benteng di Ternate. Pertanyaannya adalah apakah pada waktu itu, benteng di Ambon telah dimasukan dalam buku-buku layanan pasokan reguler di Goa. Tak perlu dikatakan bahwa pada tahun 1582, Livro das Cidades masih mengatakan tentang benteng berbatu di Ambon : “ saya tidak memberlakukan gaji untuk para pejabat di sini (Ambon), karena tidak ada aturan kerajaan untuk hal ini”80. Hal itu juga menggambarkan bahwa selama sekitar 20 tahun, kita tidak pernah mendengar ada informasi tentang penunjukan kapitein baru untuk benteng di Ambon81, dimana secara normal para pejabat yang bertugas tidak pernah lebih dari 3 tahun bertugas. Kita tahu, bahwa benteng Ternate telah diabaikan oleh Goa selama bertahun-tahun, maka tentu saja tidak akan ada banyak yang tersisa juga untuk benteng di Ambon.
                    Vasconcelos memantau dengan cermat situasi dan membuat rencana baru. Yang dia butuhkan adalah sebuah benteng, kuat dalam konstruksinya, juga kuat dalam anak buah dan persenjataan. Portugal dan India akan mengurus 2 hal terakhir, sedangkan Vasconcelos akan mengurus yang pertama, yaitu benteng yang kuat konstruksinya. Setelah semua “meragukan” kekuatan benteng kayu, sebuah benteng berbatu harus dibangun “de pedra e cal”, seperti istilah yang disandangnya yaitu benteng batu bata. Koordinasi lain yang sangat menentukan menjadi faktor pendorong.  Setelah pembunuhan Sultan Hairun pada tahun 1570, kondisi benteng Ternate semakin genting, dan kebijakan realistis memaksa untuk dipertimbangkan bahwa Portugis akan kehilangan benteng itu. Jika, dalam hal demikian, Portugis tidak bisa memiliki benteng kuat yang dapat terus menerus dipertahankan secara baik di Ambon, tidak ada pilihan lain lagi, selain meninggalkan seluruh wilayah Maluku untuk selamanya. Jika Ternate (benteng) takluk, hal yang sama akan terjadi juga di Ambon dalam situasi seperti sekarang (di masa itu)82. Situasi itu haruslah dihindari.
                    Sangat menarik bagi Vasconcelos untuk membangun benteng baru berikutnya dengan segera dari yang lama, yang berarti sekali lagi di Uritetu. Tetapi pengalaman yang tidak menyenangkan, menghentikannya untuk merealisasikan ide itu. Secara strategis kubu pertahanan di Uritetu telah gagal. Bukan hanya karena kayu yang telah lapuk dan busuk setelah beberapa tahun, tetapi juga dapat dipantau dan dihancurkan dengan gampang di atas pantai yang datar, dari kedua sisi perbukitan tinggi dari arah belakang. Situasi ini sangat merusak sistim pertahanannya83.  Di masa itu, pesisir Leitimor nyaris tidak memiliki pantai yang lebih luas di sepanjang teluk, yang membuat pegunungan agak jauh ke belakang. Vasconcelos berpikir telah menemukan tempat semacam itu agak cukup dekat, yang digambarkan sebagai dataran luas tanpa perbukitan di dekatnya, jaraknya sedikit lebih dari jarak tembakan meriam dari Uritetu, dan tidak terlalu jauh dari negeri “Aucem” (Ahusen)84. LEMOS85 dan Livro das Cidades86 tetap samar-samar tentang informasi lokasi baru ini dan hanya menggunakan ungkapan seperti “dekat dengan yang sebelumnya” atau “ agak dekat”. RUMPHIUS menyebut tempat itu adalah Honiboppo, yang terletak dengan jarak “tembakan senjata” ke arah barat, dan melaporkan bahwa orang-orang Portugis pertama-tama harus membabat habis hutan sagu, sebelum mereka dapat memulai pembangunan87. VALENTIJN juga memberikan informasi yang sama88. Namun, sayangnya surat-surat misionaris kaum Jesuit yang kita ketahui, tidak ada yang berasal dari tahun-tahun yang menentukan ini.
                    Pekerjaan pembangunan ini ditangani secara sistematis. Pekerjaan dan jam kerja dibagi di antara negeri-negeri Kristen yang setia dan bersahabat. Tempat-tempat lain dibersihkan melalui penebangan kayu-kayu. Tetapi kali ini, rekonstruksinya dimulai menggunakan bahan baku lewat pembakaran kapur89. 4 orang Portugis bertanggungjawab atas pekerjaan tim pribumi, dan seorang dari Goa mengawasi para pengawas. Vasconcelos sendiri ditunjuk menangani rancangan konstruksinya90.
                   
Teluk Ambon dan Benteng Victoria 1682


15.    Kapan dibangun?

                    Pertanyaan utama yang paling menarik bagi kita adalah : kapan benteng baru dibangun?. Tidak ada tanggal yang disebutkan dan tidak ada upacara peletakan batu pertama, semua informasi ini tidak dijelaskan di mana pun, seperti misalnya contoh pada benteng di Ternate pada tanggal 24 Juni 152291, serta benteng di Tidore pada tanggal 6 Januari 157892. Namun, kami segera menemukan “indikasi” yang kuat. Benteng di Ternate takluk pada hari-hari terakhir bulan Desember 1575. Bagi Baab-Ullah, ini adalah keberhasilan yang tidak terbayangkan, dengan cerdik memainkan peran sebagai wilayah vassal yang setia pada Raja Portugis. Dia tidak mengambil alih benteng itu untuk dirinya sendiri, dia hanya menempatinya sementara waktu, sampai pembunuh ayahnya diserahkan kepadanya atau dihukum dengan layak; Portugis tetap secara diam-diam dapat terus membeli panen cengkih asal Ternate dengan harga yang ditentukan, dan mereka selalu diterima di pulau itu;  dan dia (Baab-Ullah) akan mengirim utusan dengan kapal pertama yang berlayar ke Goa untuk membela kasus Ternate di Goa, dan mungkin di Lisbon. Apakah ini politik pura-pura atau politik perdamaian yang sebenarnya? Portugis tidak mempercayai ketulusan niat Baab-Ullah untuk sesaat93, tetapi terpaksa untuk menerima tawaran bersahabat. Kapitein malang yang telah melakukan serangan itu (pembunuhan Sultan Hairun) bernama Diogo Lopes de Mesquita, dikirim ke Ternate oleh wakil raja Dom Luis de Ataide pada tahun 1579 untuk diserahkan kepada Baab-Ullah. Namun, kapal itu tidak sampai melewati Japara, dimana seluruh ABK dibantai oleh orang Jawa. Namun, Portugis masih tetap berdagang di Ternate, tetapi perdagangan itu merosot tajam dan tidak lagi memonopoli perdagangan94. Yang paling penting adalah bahwa untuk sementara waktu, orang-orang Ternate dan Portugis tidak secara radikal menghabisi satu sama lain.
                    Dalam konteks kebijakan quasi-vassal Baab-Ullah ini, adalah sangat tepat bahwa tidak lama setelah takluknya benteng di Ternate, ia mengirim utusan untuk bertemu Sancho de Vasconcelos di Ambon untuk berdamai dengannya. Hal ini pastilah terjadi pada paruh pertama tahun 1576: hingga bulan April adalah waktu yang tepat dan menguntungkan untuk berlayar dari Ternate ke Ambon. Nah, ketika para utusan itu tiba di Ambon, mereka mendapati dan melihat Vasconcelos sedang sibuk membangun benteng batu itu. Sebagai petunjuk khusus, disebutkan juga bahwa orang-orang Ternate segera bekerja membantu pembangunan benteng tersebut95. Selain itu, juga diinformasikan bahwa seseorang mencurigai ada seekor ular di rerumputan. Tetapi hal yang pasti adalah : pada musim semi tahun 1576, konstruksi bangunan sedang berlangsung dengan lancar.
                    3 hari setelah jatuhnya benteng Ternate, bahkan sebelum pasukan Portugis meninggalkan pulau itu, sebuah kapal barkas kerajaan Portugis muncul di depan benteng itu96. Jika kapal itu tiba tepat waktu, maka implikasinya, kapal itu seharusnya tiba pada bulan Oktober. Armada itu dibawah komando Lionel de Brito, membawa perbekalan dan artileri serta jatuhnya benteng Ternate tidak perlu terjadi, jika kapal itu tiba lebih awal. Meski begitu, kapal itu tetap diizinkan untuk memuat cengkih tanpa masalah dan kembali ke Goa. Untuk hal ini, kapal ini berlayar ke Ambon, seperti rute biasanya, untuk berlabuh sementara waktu di teluk besar dan menunggu angin yang baik untuk berlayar kembali ke Malaka, yang akan mulai bertiup sekitar pertengahan bulan Mei. Anak buah armada Lionel de Brito juga dilaporkan, bahwa mereka “terpaksa” turut membantu dalam pembangunan benteng baru selama keberadaan mereka di lokasi  teluk berlabuh itu. Lebih jauh lagi, kita juga mengetahui bahwa kapal ini berangkat sangat terlambat yaitu pada tanggal 15 Juli97. Oleh karena itu, maka kita harus menyimpulkan bahwa pembangunan sedang berlangsung antara bulan Februari dan Juli 1576. Kita juga diberikan informasi bahwa setelah 4 bulan, benteng siap dioperasikan lebih jauh98, yang berarti satu (bulan) dimundurkan dari yang sebelumnya. Sehingga Juni atau Juli 1576, seharusnya dianggap sebagai tanggal awal pemukiman benteng dan kota Ambon.
                    Ada juga informasi ketiga, yang sayangnya juga tidak memberikan banyak detail informasi. Ketika Sultan Baab-Ullah telah mengusir Portugis dari pulau itu, dan segera menjadi Raja terkuat di dunia Maluku, pangeran kesultanan Tidore, yang secara tradisi tidak pernah ingin berhubungan dengan Portugis, tetap merasa tidak tenang. Setelah awalnya ragu-ragu, dia memutuskan bahwa sekarang gilirannya datang untuk menemukan keselamatannya dengan orang-orang Eropa ini, dan dia diam-diam berlayar ke Ambon 99 untuk menawarkan Vasconcelos perdamaian, aliansi dan menjadi vasaal loyal, dan terlebih lagi memberikan izin untuk mendirikan benteng di pulaunya sendiri (di pulau Tidore). Sebuah episode dramatis kini terjadi, Baab-Ullah menyerang Tidore dan berhasil memenjarakan Sultan, tetapi ia segera melarikan diri, dan diterima oleh sekelompok orang Portugis dengan ramah di pulaunya itu dan segera secara bersama-sama mempersiapkan pendirian benteng. Yang mengecewakan, setidaknya untuk para sejarahwan, bahwa dari episode sejarah itu, yang kadang-kadang diceritakan dengan sangat rinci, adalah tanggal-tanggalnya sebagian besar atau kurangnya saling bertentangan100. Oleh karena itu, kita hanya sedikit saja menggunakan informasi ini, bahwa setelah kunjungan raja Tidore, ketika mereka diinformasikan tentang penangkapannya, benteng baru di Ambon telah cukup jauh berkembang101. 
                    Apa yang kita ketahui dengan pasti adalah : pada paruh pertama tahun 1576, Vasconcelos sedang sibuk membangun sebuah benteng berbatu pada suatu lokasi, di kota Ambon yang kita lihat saat ini.



16.    Kapan pembangunannya di mulai?

                    Namun, pertanyaan yang penting dan jelas adalah : apakah pembangunan mungkin telah dimulai pada tahun 1575?. Jawabannya harus dalam persetujuan. Tetapi perbedaan tipis yang sangat penting juga harus diterapkan. Relacao Vasconcelos menceritakan dengan jelas dan komprehensif, yang secara kebetulan tanpa menyebutkan banyak tanggal, bahwa benteng baru itu (pembangunannya) dimulai 2 kali.
                    Begitu Vasconcelos bertekad untuk memindahkan benteng Uritetu ke arah barat, ia mulai membersihkan lokasi baru itu dan segera membangun tempat pembakaran kapur. Dia baru saja menyelesaikan 2 dari 4 sisi benteng setinggi manusia atau harus berurusan dengan konspirasi beberapa negeri. Meskipun dia telah melakukan tindakan pencegahan saat pertama kali meminta saran dan izin dari negeri-negeri, diantaranya negeri Nusaniwe, Kilang, Soya, Puta dan Halong yang secara eksplisit disebutkan nama negeri itu, dan semuanya telah menyatakan kepuasaan dengan rencana tersebut102, situasi segera berubah saat mengetahui beberapa dari negeri itu tidak menyukainya. Apakah negeri-negeri itu merasa terancam oleh kekuasaan Portugis yang mulai berkembang? Ataukah apakah mereka memang terancam oleh Ternate?  Penyebab masalah ini hanyalah kasus pencurian yang biasa dilakukan oleh budak orang Portugis. Apapun masalahnya, negeri Ahusen dan 2 negeri Ulilima Soya dan Puta berbalik bertikai dengan Vasconcelos. Ia tentu saja berhasil meredam dan menggagalkan ini, tetapi sementara itu, pembangunan benteng tidak bisa berjalan dengan baik. Tak lama kemudian penghancuran negeri Nusaniwe dan Halong dilakukan oleh perampok dari Hatuhaha (pulau Haruku) dan Hitu terjadi, sementara “pattij” negeri Halong yang loyal, tewas di kaki salib negeri yang besar. Hal ini dilanjutkan oleh usaha dramatis lainnya, dimana “hukum” murtad lainnya dari Nusaniwe yang bernama Rui de Sousa, memilih mati tenggelam daripada dibawa ke hadapan Vasconcelos. Ia kemudian pergi untuk mendapatkan kora-kora musuh di pesisir selatan dekat negeri Kilang, serta mengunjungi semua negeri Kristen Uliaser (Lease) untuk membesarkan hati mereka. Setelah semua insiden dan peristiwa ini, ia akhirnya kembali memasuki teluk Ambon, ia mendapati perahu-perahu berisikan orang Portugis yang melarikan diri dari Ternate, dan menginformasikan bahwa benteng di Ternate telah takluk pada Baab-Ullah. Pertemuan ini, pastilah terjadi pada bulan Januari atau Februari 1576. Lionel de Brito yang disebutkan sebelumnya di atas, muncul setelah peristiwa pertemuan ini dengan kapalnya di Ambon, dan kejadian ini terjadi pada tanggal 20 Februari103.
                    Dari rangkaian peristiwa yang panjang ini, memperjelas bahwa awal pembangunan benteng untuk pertama kalinya yang tertunda itu, haruslah “dimundurkan” hingga tahun 1575 dan bahkan mungkin hingga ke awal tahun itu (tahun 1575). Sangatlah luar biasa, bahwa judul dari salah satu bab pada Relacao Vasconcelos berbunyi: “Bagaimana Penduduk Nusaniwe memberontak dan bagaimana Sancho de Vasconcelos dapat membangun benteng dengan baik, saat baru saja tertunda”104, tanpa sengaja menyebutkan bagian kedua ini dalam teks. Setidaknya kita tahu dari teks ini, bahwa setelah pembangunan pertama, pembangunan benteng berbatu itu sepenuhnya dihentikan untuk sementara waktu. Judul bab lain dengan tepat menyebutkan, oleh karena itu “Sancho de Vasconcelos membangun benteng batu bata, dimana ia sebelumnya telah memulainya”105. Kemudian dalam bab 47 diceritakan, bagaimana ketika Vasconcelos memiliki lebih banyak orang yang tersedia setelah kedatangan Lionel de Brito, mulai membangun benteng yang kembali dimulai itu (maksudnya setelah terhenti itu), maka tidaklah lagi mengejutkan bagi kita dengan informasi bahwa para musuh telah kembali menghancurkan apa yang telah Vasconcelos bangun sebelumnya106. VALENTIJN menginformasikan hal ini dengan cara yang berbeda dan kurang meyakinkan, yaitu ia menginformasikan tentang tindakan boikot penduduk negeri Soya, yang membongkar bangunan pada malam hari yang telah mereka kerjakan pada siang harinya107. Dan RUMPHIUS menginformasikan tentang kerjasama beberapa negeri selama pembangunan benteng, dimana ia menyebutkannya terkhususnya negeri Nusaniwe, Urimesing dan Puta108.




17.    Benteng dan Kota

                    Begitulah cara kami (penulis) untuk sampai pada kisah permulaan pembangunan benteng melalui jalan memutar (maksudnya melalui penjelasan yang berliku-liku/memutar). Kini metode pekerjaan pembangunan benteng itu digambarkan agak berbeda. Orang-orang dari berbagai negeri tidak bisa lagi diajak untuk kerjasama. Sekarang, sebagian besar anggota armada Lionel de Brito yang melakukan pekerjaan pembangunan itu: mereka tanpa lelah menyeret batu-batu berat di pundak mereka, sementara yang lain menarik potongan batu-batu koral dari bebatuan karang didekat pantai, dan semuanya entah perwira atau para prajurit, bekerja dengan dedikasi yang sangat besar sehingga bekerja dengan semangat dan menyenangkan.  Begitu keempat sisi benteng telah mencapai ketinggian manusia dan 1 kubu pertahanan telah selesai di tepi pantai, 4 rumah kayu dibangun lagi untuk pos penjagaan, dan kemudian pada Juni 1576, relokasi benteng Uritetu Batumerah ke benteng baru, barulah dapat terlaksana109. Yang lama tentu saja dihancurkan. Jadi yang baru adalah benteng dengan 4 sisi (segiempat). VALENTIJN juga berbicara tentang benteng berbatu yang kokoh dengan 4 sisi. Di tempat lain, ia juga menyebutkan, lagi-lagi tentu saja mengkopi dari RUMPHIUS bahwa kastil/benteng itu belum selesai  hingga tahun 1588. Ini sangat mungkin terjadi, tetapi kami tidak memiliki sumber-sumber yang lebih tua tentang hal ini. Banyak benteng Portugis di Asia diketahui rampung setelah bertahun-tahun lamanya110.
                    Yang tidak boleh juga diabaikan adalah apa yang ditulis oleh Sebastio GONCALVES sebelum tahun 1619. Pertama, ia mengklaim bahwa Antonio Pais telah mendirikan benteng pertama pada tahun 1563. Ia keliru dalam hal ini, kecuali jika kita mau menyebut sesuatu seperti tumpukan yang jadi markas Pais sebagai tempat perlindungan. Kemudian, katanya lagi, 5 benteng lagi didirikan di tempat yang berbeda, dimana setiap kali didirikan, yang sebelumnya dihancurkan lebih dulu, dan semua benteng ini terbuat dari kayu, hingga Sancho de Vasconcelos membangun benteng batu pada tahun 1576. 5 benteng itu berada pada sisi yang tinggi. Akhirnya, ia mengatakan bahwa ketika Laksamana Andre Furtado Mendonca tiba di Ambon tahun 1602, ia menganggap benteng itu terlampau besar dan sulit untuk dipertahankan, dan oleh karena itu, ia mengecilkannya111. Akhirnya, kami juga telah mempelajari Cort Verhael, tetapi proses pengecilan benteng oleh Furtado itu, dilakukan setelah ekspedisinya. Hal itu mungkin terjadi antara Maret 1603, ketika dia kembali ke Ambon dari pengepungan benteng Ternate secara sia-sia, serta Juni tahun itu, ia kembali pulang ke Malaka. Pada teks itu, kami juga mengetahui bahwa benteng itu memiliki dinding batu yang keras dan kapur yang kuat, hasil pembakaran dalam tungku perapian di dalam benteng. Pada sisi bagian laut, benteng itu dilengkapi dengan 2 kubu pertahanan berbentuk bulan sabit yang lebarnya 4 atau 5 fathom112. Konstruksi seperti inilah, yang dilihat oleh Belanda pada tahun 1605. Benteng itu lebih populer disebut dan masih tetap disebut Benteng Kota Laha, yang merupakan “benteng di suatu teluk”. Setelah Belanda menaklukan benteng ini pada 23 Februari 1605 dibawah pimpinan  Steven van der Haghen, mereka dengan bangga menyebut benteng itu dengan nama Benteng Victoria.
                    Berbicara tentang relokasi, Relacao Vasconcelos secara eksplisit mengatakan bahwa “semua orang” dari lokasi lama ke benteng yang baru113. Jadi tidak hanya pasukan yang pindah, tetapi juga pemukiman penduduk lokal, dari luar, seperti negeri-negeri Hatiwe, Tawiri, Halong dan mungkin pemukiman negeri lainnya, semua bahkan dengan pemimpin-pemimpin mereka sendiri.  Termasuk juga kaum “mardijker” dan sekelompok orang Portugis yang disebut “casados”, yang telah menikah dengan wanita-wanita pribumi, dan menjadi penduduk tetap pulau itu, dan bukan bagian dari anggota garnisun : mereka semua pindah ke tempat baru, dan membangun rumah-rumah disekeliling benteng114. Jadi sejak awalnya, sudah ada “kota” di sebelah benteng, khususnya di sisi bagian selatannya.

                   
Penaklukan Portugis di Ambon, 1605

18.    Siapa pendiri kota Ambon ?

                    Pembangunan benteng Ambon, bukanlah pekerjaan mudah : karena telah sangat jelas dari semua deskripsi di atas. Betapa banyaknya situasi/keadaan yang telah mempengaruhinya, entah itu baik atau buruk!!!. Betapa banyaknya orang yang memainkan peran penting didalamnya dan turut mempengaruhinya !!!. Dapatkan kita menjelaskan dan menunjuk 1 diantara mereka : bahwa yang ini adalah pendiri, dan yang lainnya adalah bukan??? . Tampaknya hampir mustahil untuk menjawabnya.
                    Raja Portugis, Dom Sebastio yang pada tahun 1565 menyampaikan suratnya kepada Wakil  Raja di Goa115, barulah berumur 11 tahun, maka “pendiri” benteng, tentulah bukan dia. Wakil Raja yang mengirim armada ke Ambon pada tahun 1562 dan 1566 dengan perintah membangun benteng dalam arti yang lebih nyata hanyalah seorang pemrakarsa. Namun, mereka bertindak dalam semangat formil, yang didesak dan diilhami oleh orang lain, yang memiliki lebih banyak pengalaman dan mengalami sendiri suasana itu secara nyata. Di antara yang terakhir, para anggota kaum Jesuit tidak diragukan lagi menempati tempat penting, jika bukan yang paling penting. Dengan kata lain, merekalah yang hidup dengan kondisi-kondisi sulit, dan merekalah yang bersikeras di Goa, bahwa Ambon harus memiliki benteng, bukan hanya Ternate saja. Tetapi, untuk sementara itu kita tidak tahu atau mungkin juga tidak dengan yang lainnya, lebih sedikit karena alasan agama daripada demi kepentingan perdagangan, telah bersikeras bahkan lebih lagi dalam hal ini. Faktor yang menentukan dalam ketentuan kebijakan, biasanya pertimbangan keuangan.  Dalam kasus apa pun, tindakan para kaum Jesuit sehubungan dengan pendirian Ambon, hanyalah dari jauh, tidak langsung dan seolah-olah berperan dari balik layar. Jika mereka ingin dihormati, tetaplah masih sulit untuk menentukan siapa di antara mereka, yang memenuhi syarat untuk dianggap sebagai pendiri dan mendapatkan medali kehormatan untuk itu.
                    Goncalo Pereira Marramaque, jauh lebih mungkin mendapatkan gelar pendiri. Dia memiliki tugas kilat. Dia juga melakukannya, dengan mendirikan benteng di Hitu utara. Benteng-benteng batu yang berikutnya, sebenarnya hanyalah soal relokasi dan kelanjutan saja dari benteng sebelumnya. Joao da Silva “belum” layak untuk diberi kehormatan seperti ini. Dia telah memutuskan untuk pindah ke teluk, dan telah memerintahkan pembangunan benteng di sana, tetapi dia tidak melakukannya atas keinginan sendiri dan bahkan dipaksa untuk mau melakukannya. Dia tidak melakukannya dengan baik. Sulit untuk memberikan kehormatan pendiri bagi orang yang menentang keinginan dan ungkapan rasa terima kasih.
                    Akhirnya ada figur bernama Sancho de Vasconcelos. Setelah sikapnya yang tidak kenal takut pada Silva, ia berhasil mengalihkan bahaya yang mengancam orang-orang Portugis dan Ambon, Ia adalah orang yang benar-benar membangun benteng di Uriteto, dan 3 tahun kemudian membangun lagi yang sama kuatnya, dan dengan pantang menyerah membangun benteng berbatu di Ambon, dimana sekelompok penduduk pribumi segera berkumpul di sekelilingnya dan memberikan persetujuan serta bekerjasama, sehingga “kastil” dan “kota” diberikan kepadanya sejak awal sebagai suatu entitas organik. Dialah yang memimpin eksekusi proyek itu, menyelesaikan pembangunan benteng itu, dan berhasil membelanya, melawan para musuh yang pernah menghancurkan benteng ciptaannya. Tidak bisa disangkal, Benteng dan Kota Ambon adalah hasil “penciptaannya”.  

=== selesai ===

CATATAN PENTING !!!

Setelah artikel ini sepenuhnya diterbitkan, kami (penulis) menemukan dokumen di Seville yang bukan tanpa arti bagi masalah kami. Pada tanggal 2 Juni 1601, kapten Ambon, Estevao Teixeira de Macedo, menulis surat kepada Raja Philip III, "dari benteng ini Nossa Senhora da Anunciada" (AGI, Filipi 9 ramo 2 no. 46).
Contoh dari banyak benteng lainnya, yang “mendapatkan” nama benteng berdasarkan hari liturgis gerejawi saat peletakan batu pertama benteng itu, maka nampaknya membenarkan kesimpulan kami bahwa khusus untuk benteng di Ambon, upacara peletakan batu pertama berlangsung pada Hari Maria mendapatkan Khabar Baik, yaitu pada tanggal 25 Maret. Namun kejadian ini mungkin berlangsung pada tahun 1575 atau 1576.

Catatan Kaki
  1. Nama “asli” dari perahu itu adalah “kora-kora”; deskripsi tentang kora-kora ada dalam VALENTIJN,  II a, hal 183-184
  2. Livro das Cidades f. 74r.
  3. Rel. Vasc. Hal 445 menyebutkan bahwa kedatangan pengganti Vasconcelos yang bernama Antonio Pereira Pinto sekitar tahun 1590. Lihat catatan kaki no 47
  4. Rel. Vasc. Hal 286.
  5.  loc.cit.
  6. Rel. Vasc. Hal 286-287.
  7. LEMOS 471.
  8. Livro das Cidades f. 73r.
  9. RUMPHIUS, I, hal 11.
  10. VALENTIJN II a 130; I I I a 3 1: 'Honipoppo'.
  11. Tidak kurang dari 9 atau 10 depa.
  12. Rel. Vasc. 286-287.
  13. CASTANHEDA V I 171.
  14. Rel. Vasc. 367.
  15.  Rel. Vasc. 365; cf. SOUZA II, Conqu. III, Div. 2, par. 17.
  16. Livro das Cidades ff. 66ö-67r.
  17. Rel. Vasc. 318.
  18. Rel. Vasc. 317; C O U T Ö IX 287.
  19. Rel. Vasc. 320.
  20.  loc. cit.
  21. Pada september 1576 (Brief van Francisco de Chaves SJ uit Malakka, 22 november 1578, in ARSI Goa 12 I ff. 418r-419i/).
  22. Menurut Rel. Vasc. Hal 328 menyebutkan bahwa Raja Tidore datang ke Ambon pada bulan September 1578; menurut hal 367, peletakan batu pertama untuk benteng di Tidore dilakukan pada hari 3 raja (orang majus) pada tahun yang sama.
  23. Rel. Vasc. 327-333.
  24. Kerjasama Hatiwe dan Tawiri tidak perlu dipersoalkan lagi. Perhatikan bahwa Soya juga sepakat di mana benteng akan dibangun (Rel. Vasc, hal 286).
  25. Rel. Vasc. 287-319.
  26. Rel. Vasc. hoofdstuk 41 op p. 299.
  27. Rel. Vasc. hoofdstuk 45 op p. 313.
  28. Rel. Vasc. 319-320.
  29. VALENTIJN I I I a 29.
  30. RUMPHIUS 1 1 1 . Puta adalah sebuah negeri di Uli Urimesing.
  31. Rel. Vasc. Hal 320, Lionel de Brito secara keliru disebut (Lionel) de Lima
  32. VALENTIJN II a 129; III a 31; RUMPHIUS I 11.
  33. Seb. GONQALVES III 151.
  34. Cort Verhael 342-343.
  35.  Rel. Vasc. 320.
  36. Rel.Vasc. 333. Adalah hal yang wajar untuk bertanya-tanya apakah “distrik” Halong-Mardika yang terletak di antara benteng dan sungai Batumerah, bukan sisa dari “kota” di sekitar benteng Uritetu.
  37. Seb. GONCALVES III 172; SA III 127. lihat par. 6 dan catatan kaki no 25.


BIBLIOGRAFIE
  • Adatrechtbundels, XXXVI: Borneo, Zuid-Celebes, Ambon enz., 's-Gravenhage 1933.
  • Beschrijvinge vant eylant, stadt ende casteel van Ambona, midsgaders die eylanden onder den archipel van Ambona sorterende, welcke landen .. . den Admirael Steven vander Hagen . . . den 23 en Februario a° 1605 ingenomen heeft. In TIELE, Documenten voor de geschiedenis der Nederlanders in het Oosten, Bijdr. en Mededel. Hist. Genootsch. Utrecht VI (1883) IX.
  • CASTANHEDA, Fernao LOPES DE, História do descobrimento e conquista da India pelos portugueses. 9 boeken in 4 dln. Coimbra 1924-1933.
  • Cort Verhael van 't geene bij den Admirael Steven vander Haghen tot Ambonen met den Portugesen ende Jesuyten gehandelt is. In TIELE, Documenten voor de geschiedenis der Nederlanders in het Oosten, Bijdr. en Mededel. Hist. Genootsch. Utrecht VI (1883) VI.
  • COUTO, Diogo de, Da Asia, Década 4-12, 15 dln. Lisboa 1778-1788.
  • Documenta Malucensia I 1542-1576, ed. Hubert JACOBS SJ, Rome 1975 (Monumenta Historica Societatis Iesu, vol. 109).
  • ENI: Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië, 2e dr. 8 dln. 's-Gravenhage-Leiden 1917-1939.
  • GONCALVES, Sebastiao SJ, História dos religiosos da Companhia de Jesus ... nos reynos e provincias da India Oriental, ed. José WICKI SJ, 3dln. Coimbra 1957-1962.
  • JARRICUS, Petrus SJ, Thesaurus rerum indicarum. Coloniae Agrippinae 1615 (Is vertaling van franse editie van 1614).
  • KEUNING, J., Ambonezen, Portugezen en Nederlanders, in Indonesië 9 (1956) 135-168.
  • MAFFEI, Giampietro SJ, Historiarum Indicarum libri XVI. Ie ed. Firenze 1588.
  • RIJALI, Hikayat Tanah Hitu. Slechts in uittreksel bij VALENTIJN III b 1-14.
  • RUMPHIUS, Georgius Everhardus, De Ambonsche Historie. In BK.I 64 (1910) ; twee dln. in één band.
  • SA, Artur Basilio de, Documentagao para a história das missóes do Padroado português do Oriente Insulindia. 5 dln. Lisboa 1954-1958.
  • SCHURHAMMER, Georg SJ, Franz Xaver, sein Leben und seine Zeit. 4 dln. Deel U/l Freiburg-Basel-Wien 1963.
  • SOUZA, Francisco de, SJ, Oriente conquistado a Jesus Christo pelos Padres da Companhia de Jesus da Provincia de Goa. 2 dln. Bombaim 1881-1886 (geciteerd volgens parte-conquista-divisao-paragrapho).
  • TEIXEIRA, Manuel, The Portuguese Missions in Malacca and Singapore. 3 dln. Lisboa 1961-1963.
  • TIELE, P. A., De Europeërs in den Maleischen Archipel. In BKI 25 tot 36, 1877-1887.
  • Treatise: A Treatise on the Moluccas (c. 1544), probably the preliminary version of António Galvao's 'História das Molucas', ed. Hubert JACOBS SJ, Rome 1971.
  • VALENTIJN, Francois, Oud en Nieuw Oost-Indiën. 5 dln. Dordrecht-Amsterdam 1724-1726.
  • WESSELS, C. SJ, De geschiedenis der R.K. Missie in Amboina 1546-1605. Nijmegen-Utrecht 1926 (Franse ed.: Histoire de la mission d'Amboine. Louvain 1934).


Catatan tambahan
  1. Sumber-sumber Portugis menulis namanya Raboanje, Raboange, Rebohange, Rebohonge, sedangkan sumber Belanda menulis namanya Roebohongi (de Clercq), Roebohongij (Rumphius), Roebohongie (Valentijn). Ia adalah putra dari Samarau, Salahakan (Gubernur Ternate) untuk kawasan kepulauan Ambon yang bermarkas di Hoamoal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar