Rabu, 02 November 2022

Frederik Anakotta dan keturunannya di Negeri Saparoea


(bagian 1) 

Oleh Adrijn Anakotta


A.   Pendahuluan

Marga atau nama keluarga Anakotta di negeri Saparua dianggap dan dipercayai sebagai salah satu keluarga asli atau penduduk asli di negeri Saparua bersama keluarga Titaleij, Simatauw dan Ririnama. Menurut tradisi lisan, 4 leluhur keluarga ini bersama istri-istri mereka, datang dari negeri Souhuku dan kemudian mendiami negeri Saparua. Kemudian selanjutnya beranak pinak, saling menikah di antara keturunan mereka dan menurunkan generasi hingga di masa kini.

Menurut tradisi pula, leluhur keluarga Anakotta di negeri Saparua, dimulai dari figur Hintauni/Hintaune Anakotta yang menikah dengan Kupasila Ririnama. Mereka berdua inilah yang di dalam tradisi lisan tersebut berimigrasi ke pulau Saparua, tepatnya ke negeri Saparua, dan diperkirakan proses perpindahan ini terjadi dalam tahun 1436 M. Jika kita mengestimasi 1 generasi adalah sekitar 25an tahunan, maka sejak 1436 hingga tahun 2022 ini telah menghasilkan sekitar 23 – 24 generasi yang telah berdiam di negeri Saparua. 

Anak-anak dari Hintauni Anakotta dan Kupasila Ririnama, tidaklah diketahui dikarenakan tidak ada arsip/sumber/catatan tertulis yang menceritakan tentang mereka. Begitu juga dengan keturunan generasi ke-2 dan seterusnya. Pada periode VOC, sekitar tahun 1630an pemerintah Gubernemen VOC Amboina melakukan uraian tentang negeri-negeri dan penduduk di kepulauan Lease, yang pastinya berisikan jumlah dan nama-nama penduduk. Namun sayangnya kami belum memiliki arsip ini. Begitu juga cacah jiwa atau sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 1670an hingga 1690an, belum banyak diketahui oleh kami, sehingga kami tidak mengetahui persis nama-nama penduduk yang bermarga Anakotta di negeri Saparua.

Arsip-arsip baptisan atau doop register pada periode VOC (1605 – 1790) khusus untuk negeri Saparua atau “Djemaat” Saparua dan Tiouw, belum kami miliki, sehingga kami tidak mengetahui persis. Arsip-arsip register baptisan pada tahun 1820 sajalah yang masih ada dan telah dipublikasikan. Berdasarkan register baptisan tahun 1820 – 1882 inilah, disertai dengan buku karangan M.D. Etmans dan komunikasi pribadi bersama Bpk. Don F. Rugebregt, maka kami bisa menyusun “silsilah” keluarga Anakotta yang berdiam di negeri Saparua.

Apa yang dilakukan ini, belumlah sempurna dan tidak lengkap, karena ketiadaan sumber-sumber yang dimaksudkan di atas. Namun, ini hanyalah sebuah usaha kecil untuk melestarikan silsilah dan sejarah keluarga Anakotta. Perlu dijelaskan juga bahwa tulisan ini lebih berfokus pada keturunan leluhur yang merupakan leluhur langsung dari kami. Sedangkan keturunan dari saudara-saudara dari leluhur kami, tidak dijelaskan panjang lebar, hanya disampaikan secara umum, sebagai gambaran besarnya saja.

Tulisan ini dimulai dengan figur Frederik Anakotta, yang diperkirakan lahir pada akhir abad XVIII atau sekitar 1780an. Informasi tentang Frederik Anakotta beserta keturunannya inilah yang akan dijelaskan dalam tulisan ini. Saudara-saudara lain dari Frederik Anakotta tidak dijelaskan panjang lebar, hanya berupa gambaran umum saja. Dikarenakan keturunan dari Frederik Anakotta ini, sangat banyak dan telah tersebar di berbagai tempat, maka tulisan ini terdiri dari beberapa bagian.

Akhir kata, semoga tulisan ini bisa diterima dan bermanfaat, serta segala informasi berupa cerita, sumber, arsip dan data yang bertujuan untuk melengkapi sejarah keluarga Anakotta ini, dengan penuh kerendahan hati akan diterima.

  

B.   Sejarah Keluarga

B.1. Frederik Anakotta (?  1837)

            Belum banyak diketahui tentang figur Frederik Anakotta ini. Siapa nama orang tuanya, tanggal lahirnya dan bahkan nama istrinya belum diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan arsip-arsip gereja tentang akta baptisan dirinya, akta pernikahan dirinya, akta baptisan anak-anaknya, catatan kematian dirinya, belum ditemukan.

            Namun ada beberapa sumber petunjuk yang bisa dijadikan titik analisa untuk “menjelaskan” dirinya. Sumber-sumber yang dimaksud adalah berupa register tanah dati di Negeri Saparua, register baptisan di “Djemaat” Saparua – Tiouw sepanjang 1820 – 1882 serta akta pra nikah penduduk negeri Saparua. 

            Menurut register tanah dati di negeri Saparua tertanggal 14 April 1823, yang ditandatangani oleh Melkianus (Melianus) Jacob Titaleij , Radja van Saparua, serta Dominggus Anakotta dan Pieter Ririnama, tertulis nama Frederik Anakotta yang memiliki tanah dati dengan nama Waemula, Tuha, Morilo, Ruwo, Haria Huri, Amanuhunyo, Belakang Negeri. Pada register tanah dati itu, figur Frederik Anakotta ditempatkan di urutan kedua dari 7 nama yang tertulis pada register itu. Jika urutan ini berdasarkan pada urutan usia, maka Frederik Anakotta adalah figur tertua kedua setelah Dominggus Anakotta. Hal ini juga logis, karena nama Dominggus Anakotta dimasukan sebagai pihak penandatanganan, yang berarti kemungkinan Dominggus adalah figur paling tua di antara 7 nama itu, atau bisa saja sebagai Kepala Dati untuk tanah-tanah dati milik keluarga Anakotta.

            Untuk lebih jelasnya, nama-nama berdasarkan pada register tanah dati adalah sebagai berikut :

1.    Dominggus Anakota

2.    Frederik Anakota

3.    Harmanus Anakota

4.    Salmon Anakota

5.    Cornelis Anakota

6.    Joseph Anakota

7.    Abraham Anakota 

Jika kita mengandaikan saja, misalnya Frederik Anakotta berusia rata-rata 25 tahun pada saat namanya tertulis pada register tanah dati tahun 1823 itu, maka Frederik Anakotta lahir sekitar 1798. Namun pengandaian tahun lahir Frederik Anakotta ini, sedikit “bermasalah” karena 2 alasan, yaitu :

1.    Menurut sumber dari M.D. Etmans, disebutkan bahwa anak dari Frederik Anakotta yaitu Adriaan Dominggus Anakotta lahir pada tahun 1812 atau 1813 dan Jacob Anakotta, lahir pada tahun 1817 atau 1818. Jika Frederik Anakotta lahir tahun 1798 dan anak tertuanya lahir tahun 1812 atau 1813, maka usia Frederik Anakotta adalah 14 atau 15 tahun, dan hal ini kurang terlalu meyakinkan. Jika kita misalkan saja, usia Frederik Anakotta berusia 20 tahun saat putra tertuanya lahir di tahun 1812 atau 1813, maka Frederik Anakotta lahir sekitar tahun 1792 atau 1793.

2.    Menurut lampiran akta pra nikah per tanggal 11 September 1863, disebutkan Joseph Anakotta berusia 70 tahun. Ini berarti Joseph Anakotta lahir sekitar tahun 1793, dan berusia 30 tahun saat namanya didaftarkan pada register tanah dati tahun 1823 itu.  Jika kita mengandaikan bahwa urutan 7 nama di atas diurutkan sesuai usia mereka, maka implikasinya adalah Frederik Anakotta lebih tua dari Joseph Anakotta, sehingga tahun lahir Frederik Anakotta beberapa tahun sebelum tahun 1793 itu. Jika kita misalkan pula, bahwa jarak usia mereka antara 1 – 2 tahun, maka perbedaan usia antara Frederik Anakotta dan Joseph Anakotta adalah antara 4 – 8 tahun. Ini berarti Frederik Anakotta lahir mungkin sekitar antara tahun 1785 – 1789. Ini berarti pula Frederik Anakotta berusia antara 23 – 28 tahun, saat putra tertuanya, Adriaan Dominggus Anakotta lahir pada tahun 1812 atau 1813. Usia 23 – 28 tahun merupakan usia rata-rata seorang lelaki memiliki seorang anak dan usia ini bisa diterima.

Dari beberapa pengandaian dan penjelasan di atas, mungkin bisa disepakati  bahwa Frederik Anakotta lahir antara tahun 1785 – 1789. Kapan Frederik Anakotta meninggal?. Kita belum tahu secara persis tanggal tepatnya ia meninggal dunia. Namun berdasarkan register baptisan sepanjang tahun 1820 – 1882, kita bisa menduga kira-kira tahun ia meninggal dunia. Berdasarkan register baptisan, Frederik Anakotta masih tertulis menjadi wali baptis pada tanggal 5 Desember 1837, saat menjadi wali baptis bersama Elisa Makailij untuk seorang anak laki-laki bernama Eduard Noija, putra dari Elias Noija dan Adriana Latumahina. Sejak Desember 1837 ini hingga tahun-tahun selanjutnya, nama Frederik Anakotta tidak lagi tertulis dalam register baptisan, ini mungkin menandakan bahwa ia telah meninggal dunia. Jadi bisa dipastikan Frederik Anakotta meninggal setelah tahun 1837, yang bisa berarti mungkin tahun 1838 atau beberapa tahun berikutnya. Jika ia meninggal di tahun 1838, maka Frederik Anakotta meninggal dunia dalam usia 49 – 53 tahun, suatu usia rata-rata normal manusia untuk hidup di awal abad 19, dimana banyak manusia yang meninggal di usia muda di masa itu.

Berdasarkan sumber dari M.D. Etmans, diketahui Frederik Anakotta hanya memiliki 2 orang anak (putra) dari seorang wanita tidak dikenal/diketahui identitasnya (onbekende vrouw), yaitu :

1.    Adriaan Dominggus Anakotta, lahir tahun 1812 atau 1813

2.    Jacob Anakotta, lahir tahun 1817 atau 1818.


B.1.1. Adriaan Dominggus Anakotta (1812/1813  Juni 1876)

            Seperti tertulis sebelumnya, diketahui bahwa Adriaan Dominggus Anakotta lahir tahun 1812 atau 1813. Namun menurut akta pra nikah per tanggal 11 September 1863, Adriaan Dominggus Anakotta yang saat itu menjadi Kepala Soa Anakotta menjadi saksi pra nikah sekaligus nikah, disebutkan berusia 48 tahun. Ini berarti bahwa Adriaan Dominggus Anakotta, “seharusnya” lahir pada tahun 1814 atau 1815. Namun, informasi pada arsip tahun 1863 itu, bisa “dipertimbangkan” ulang dengan alasan, mungkin saja Adriaan Dominggus Anakotta sendiri sudah tidak “ingat dengan tepat” usianya di tahun itu, dan hanya “memperkirakan” usianya sekitar 48 tahun. Tetapi rentang antara tahun 1812 – 1815 adalah rentang tahun lahir Adriaan Dominggus Anakotta yang masih dalam rentang tahun-tahun yang masih wajar.

            Berdasarkan register baptisan sepanjang tahun 1820 – 1882, nama Adriaan Dominggus Anakotta pertama kali muncul sebagai wali baptis pada tanggal 5 Desember 1837, saat menjadi wali baptis bersama Thobias Noija untuk seorang anak perempuan bernama Lentji Leonora Noija, putri dari Willem Noija dan Augustina Mailuhu. Pada tahun 1837, usia Adriaan Dominggus Anakotta berusia 25 tahun (dengan anggapan ia lahir tahun 1812). 

Lucas Polhaupessij, saat dibaptis (1837)

            Adriaan Dominggus Anakotta diketahui memiliki hubungan tanpa nikah dengan seorang perempuan bernama Petronella Polhaupessij, penduduk negeri Booy, dan memiliki seorang anak laki-laki bernama :

1.    Lucas Polhaupessij, lahir tahun 1835/1836, dibaptis pada tanggal 5 Desember 1837, dalam usia 1 tahun, dengan wali baptis Izaac Polhaupessij dan Elizabeth Tatipikalawan. 

Setelah berpisah atau mungkin Petronella Polhaupessij meninggal dunia, diketahui Adriaan Dominggus Anakotta menikah dengan Johana Tahalele pada tanggal 6 November 1838 di Saparua, dengan saksi pernikahan Elias Noija dan Andjela Mailuhuw. Johana Tahalele lahir di Booy, pada tahun 1817 atau 1818. Dari pernikahan ini lahir 9 anak, yaitu :

1.    Zacharias Maksiel Anakotta, lahir sekitar Juli 1839, dibaptis pada tanggal 27 Oktober 1839 (dalam usia 3 bulan), dengan wali baptis Melianus Jacob Titaleij dan Zacharias Poetiraij (Catatan : Melianus Jacob Titaleij adalah Radja van Saparua)

2.    Leonora Anakotta, lahir pada tanggal 4 Mei 1841, dibaptis pada tanggal 17 Oktober 1841, dengan wali baptis Ludia Titaleij dan Henderjeta Pattiselano


3.    Francois Anakotta, lahir pada tanggal 20 Agustus 1843, dibaptis pada tanggal 14 April 1844, dengan wali baptis B.J. Titaleij dan Johannes Simatauw. (Catatan : B.J. Titaleij mungkin adalah Benjamin. J. Titaleij, yang lahir tahun 1814 atau 1815)

4.    Frederik Hendrik Anakotta, lahir pada tanggal 23 Desember 1845, dibaptis pada tanggal 25 Mei 1846, dengan wali baptis Cornelis Pattiselano dan Phelpina Titaleij

5.    Amos Anakotta, lahir pada tanggal 29 Agustus 1848, dibaptis pada tanggal 6 Mei 1849, dengan wali baptis Matheus Thijssen dan Petronella Simatauw

6.    Maria Benjamina Anakotta, lahir sekitar Agustus atau September 1850, dibaptis pada 14 Maret 1852, dengan wali baptis Benjamin Matahelumual dan Marcus Lilipalij 

7.    Eliza Anakotta, lahir pada tanggal 7 April 1853, dibaptis pada tanggal 22 Mei 1853, dengan wali baptis Paulus Pieter Risakotta dan Wellem Noija

8.    Elizabeth Anakotta, lahir pada tanggal 7 April 1853, dibaptis pada tanggal 22 Mei 1853, dengan wali baptis Jacob Anakotta dan Hendrika Lokopessij (pasangan suami istri)

9.    Petronella Anakotta, lahir pada 29 April 1857, dan dibaptis 31 Desember 1857, dengan wali baptis J. Melkianus Titaleij dan Jacob Anakotta

Berdasarkan akta pra nikah tertanggal 11 September 1863, disebutkan bahwa Adriaan Dominggus Anakotta adalah seorang Kepala Soa Anakotta di negeri Saparua. Ia menjadi Kepala Soa, mungkin pada tahun 1850an saat berusia 40an tahun. Pastinya sepanjang tahun 1863 hingga 1870, Adriaan Dominggus Anakotta disebutkan sebagai Kepala Soa.

Belum diketahui secara persis, tanggal meninggalnya Adriaan Dominggus Anakotta. Pada akta pra nikah pernikahan putranya, Eliza Anakotta, tertanggal 2 Juni 1876, Adriaan Dominggus Anakotta bersama istrinya, Johana Tahalele, diketahui masih hidup, dikarenakan mereka berdua masih menandatangani surat izin menikah untuk putranya itu. Bahkan mungkin mereka berdua masih hidup hingga 16 Juli 1876, saat putra mereka itu menikah. Pada akta pra nikah pernikahan putrinya, Elizabeth Anakotta, per akhir Februari atau awal Maret 1880, lembar pertama akta pra nikah itu hilang/tidak ada, sehingga kita tidak mengetahui apakah Adriaan Dominggus Anakotta masih hidup atau telah meninggal dunia. Bahkan pada lampiran-lampiran akta pra nikah itu, tidak ada surat keterangan tentang meninggalnya Adriaan Dominggus Anakotta (jika telah meninggal) atau surat keterangan izin menikah untuk Elizabeth Anakota (jika Adriaan Dominggus Anakotta masih hidup). Jadi, yang pasti adalah Adriaan Dominggus Anakotta meninggal dunia setelah tahun 1876, namun belum diketahui dengan persis tanggal dan tahun meninggalnya.

[ Keturunan dari Adriaan Dominggus Anakotta akan dibahas pada bagian yang lain ]

===================================================================


            B.1.2. Jacob Anakotta (1817 – 1867)

Seperti disebutkan di atas, bahwa Jacob Anakotta lahir pada tahun 1817 atau 1818, namun belum diketahui secara pasti tanggal lahirnya.

Jacob Anakotta menikah dengan Hendrika Lokopessij pada tanggal 3 Juni 1846 di Saparua, dengan saksi pernikahan Willem Noija dan Cornelia Anakotta. Hendrika Lokopessij lahir di Tiouw, pada tahun 1827 atau 1828, putri dari Boengasela Lokopessij dan seorang laki-laki yang tidak diketahui identitasnya. Jika saat Hendrika Lokopessij lahir pada tahun 1827, Boengasela Lokopessij berusia 20an tahun, maka Boengasela lahir pada tahun 1800an awal, mungkin pada tahun 1802 – 1807. 

Dari pernikahan Jacob Anakotta dan Hendrika Lokopessij, lahir 3 anak laki-laki yaitu :

1.    Joseph Anakotta, lahir pada 1 Desember 1850, dibaptis pada 14 Maret 1852, dengan wali baptis Joseph Latumahina dan Christina Latumahina

2.    Efrardus Anakotta, lahir pada 3 Maret 1864, dibaptis pada 1 Mei 1864

3.    Anthone Anakotta, lahir pada 14 Januari 1868, dibaptis pada 5 April 1868 

Terlihat sepertinya pasangan Jacob Anakotta dan Hendrika Anakotta mengalami “kesulitan” memperoleh anak di tahun-tahun awal pernikahan mereka, dimana mereka membutuhkan 4,5 tahun barulah memperoleh anak. Begitu juga dengan perbedaan jarak antara anak pertama dan kedua, yang berbeda 13 tahunan. Mungkinkah, sebenarnya ada beberapa anak yang telah lahir, namun meninggal di usia bayi dan belum sempat dibaptis? Ataukah memang mereka benar-benar kesulitan memperoleh anak? 

Joseph Anakotta saat dibaptis (1852)

Efrardus Anakotta (1864)

Anthone Anakotta (1868)

Jacob Anakotta selama hidupnya, telah menjadi wali baptis untuk :

1.      Frederik Kaitjily, lahir pada 4 Agustus 1842, dibaptis pada tanggal 4 September 1842, putra dari Hendrik Kaitjily dan Johana Papilaya. Jacob Anakotta bersama Martha Tanalepij menjadi wali baptis untuk anak ini.

2.   Jacob Souhoka, lahir pada 8 Februari 1846, dibaptis pada tanggal  25 Mei 1846/1847, putra dari Frans Souhoka dan Martha Sahetapij. Jacob Anakotta bersama Pieter Simatauw menjadi wali baptis untuk anak ini.

3.     Zelfina Pattiwael, lahir pada 4 November 1848, putri dari Daniel Pattiwael dan Phelpina Lokopessij. Jacob Anakotta bersama Rachel Tomasowa menjadi wali baptis untuk anak ini.

4.    Johannis Kaitjily, lahir pada 27 Februari 1848, putra dari Mezaac Kaitjilij dan Eklefina Sahetapij. Jacob Anakotta bersama Maria Lesilolo menjadi wali baptis untuk anak ini.

5.   Cornelia Pattij, lahir pada 19 Juli 1856, putra dari Jacob Pattij dan Welmina Lokopessij. Jacob Anakotta bersama Phelpina Titaleij menjadi wali baptis untuk anak ini.

6.   Albertus Leatomu (Titaleij), lahir pada 31 November 1856, putra dari Pieter Titaleij dan Petronela Leatomu. Jacob Anakotta bersama Petrus Ririnama menjadi wali baptis untuk anak ini (catatan : pada register baptisan, tertulis nama Jacobus Anakotta)

7.      Petronella Anakotta, lahir pada 29 April 1857, putri dari Adriaan Dominggus Anakotta dan Johana Tahalele. Jacob Anakotta bersama J. Melkianus Titaleij menjadi wali baptis untuk anak ini

8.      Hanok Mailuhu, lahir pada 16 November 1861, dibaptis pada 30 Desember 1861,  putra dari Maria Mailuhu. Jacob Anakotta bersama istrinya, Hendrika Lokopessij menjadi wali baptis untuk anak ini. 

Akta Pra nikah Anthone Anakotta (1903)

Menurut akta pra nikah tertanggal 14 April 1903 bernomor 58, yaitu akta pra nikah pernikahan Anthone Anakotta dan Martha Tutuarima, disebutkan bahwa ayah dari Anthone Anakotta  yaitu Jacob Anakotta telah meninggal dunia (overladen) dan ibunya, Hendrika Lokopessij masih hidup (nog in leven). Pernyataan ini didukung dengan lampiran yaitu acte van bekenheid (akta keterangan) tertanggal 8 April 1903 yang dibuat oleh Radja van Saparua, Lambert Titaleij, dan ditandatangani oleh Lambert Titaleij, serta 2 orang saksi yaitu Marcus Simatauw (67 tahun) seorang Kepala Soa di Negeri Saparua, dan Zacharias Souisa (73 tahun), orang bebas (burgher) di negeri Saparua. Kedua saksi menyatakan dengan sebenarnya bahwa, Anthone Anakotta adalah benar anak dari Jacob Anakotta dan Hendrika Lokopessij, lahir pada 14 Januari 1868. Mereka juga menyatakan bahwa, Jacob Anakotta telah meninggal dunia pada tanggal 14 September 1867. Pada akhir dari akta keterangan ini disebutkan bahwa, akta ini dibuat dikarena akta kelahiran (Anthone Anakotta) dan akta kematian (Jacob Anakotta) telah terbakar, akibat rumah Radja van Saparua telah terbakar pada tanggal 15 Maret 1876. 

               Jika kita merujuk pada akta keterangan ini, maka Jacob Anakotta telah meninggal dunia di saat Hendrika Lokopessij masih mengandung Anthone Anakotta, dan usia kandungannya baru berumur 5 bulan (dengan asumsi, jika Hendrika Lokopessij melahirkan tepat usia kandungannya 9 bulan). Namun, informasi mengenai kematian Jacob Anakotta ini jika dipikirkan lebih jauh memiliki “kelemahan” dan sekaligus juga “pembenaran” terhadap informasi itu. Maksudnya adalah apakah benar, Jacob Anakotta telah meninggal pada 14 September 1867 saat Hendrika Lokopessij masih mengandung? Jika tidak benar, faktor-faktor apa yang menjadi permasalahannya?. Jika benar, apa pula faktor-faktor yang mendukung informasi ini?

akta keterangan Radja van Saparua (1903)

               Informasi kematian Jacob Anakotta pada tanggal 14 September 1867, memiliki beberapa faktor yang menjadi “permasalahannya”, yaitu :

1.    Akta keterangan yang dibuat tanggal 8 April 1903 tersebut adalah berisi keterangan kesaksian, yang jarak antara peristiwa kematian dan pembuatan akta keterangan sangat jauh yaitu hampir 36 tahun (tepatnya 35 tahun, 7 bulan). Apakah kedua saksi yaitu Marcus Simatauw dan Zacharias Souisa, masih mengingat dengan jelas dan benar kematian Jacob Anakotta, bahkan hingga tanggal kematiannya pada 14 September 1867 itu? Ataukah mereka hanya “mengira-ngira” saja?

2.    Pada register baptisan tertanggal 5 Mei 1868, yaitu baptisan Anthone Anakotta, pada kolom nama orang tua tertulis dengan jelas Jacob Anakotta dan Hendrika Lokopessij, tanpa ada keterangan tentang status Jacob Anakotta yang telah meninggal, padahal telah 8 bulan lamanya dari Jacob Anakotta meninggal (September 1867) hingga Anthone Anakotta dibaptis (Mei 1868).  Ini mengindikasikan bahwa pada saat Anthone Anakotta dibaptis, Jacob Anakotta masih hidup. Pada register baptisan beberapa tahun sebelumnya, selalu ada keterangan tentang status ayah dari anak yang dibaptis, apakah identitas mereka tidak diketahui atau telah meninggal. Jika register baptisan ini adalah salinan atau tulisan ulang dari register baptisan tahun-tahun sebelumnya, maka bukankah sang penulis register akan merujuk pada tulisan di register sebelumnya? Bukankah jika salinan ini ditulis kembali beberapa tahun kemudian, itu berarti bahwa informasi tentang kematian Jacob Anakotta telah diketahui dan “seharusnya” diberikan keterangan?

3.    Pada lampiran-lampiran yang disertakan dalam akta pra nikah tertanggal 14 April 1903 itu, salah satunya adalah salinan baptisan dari Anthone Anakotta tertanggal 5 April 1868. Salinan baptisan ini dikeluarkan pada tanggal 6 April 1903 demi kepentingan pernikahan Anthone Anakotta. Pada salinan itu, tidak ada keterangan tentang status kematian Jacob Anakotta. Ini berarti bahwa antara salinan baptisan yang dikeluarkan tahun 1903 dan register baptisan atau salinan register baptisan yang ditulis beberapa tahun kemudian, itu konsisten dan tidak berbeda.

4.    Pada register baptisan tertanggal 31 Desember 1881 atas nama Jan Kaitjilij, lahir pada 2 April 1881, putra dari Louis Kaitjilij dan Augustina Tutuarima, wali baptisnya tertulis Jacobus Anakotta dan Frans Huwae. Apakah nama Jacobus Anakotta ini adalah “kekeliruan” penulisan nama dari Jacob Anakotta? Ataukah ada figur lain yang memang namanya adalah Jacobus Anakotta? Berdasarkan sumber dari M.D. Etmans, ada figur bernama Jacobus/Jacobis Anakotta, namun ia lahir pada tahun 1874, sehingga tidak mungkin figur ini yang menjadi wali baptis pada tahun 1881 itu, karena masih berusia 7 tahun. Itu berarti ada figur lain bernama “Jacobus” Anakotta yang dimaksud dalam register baptisan tanggal 31 Desember 1881. Penulisan nama “Jacobus” Anakotta pada register tertanggal 31 Desember 1881 itu, bisa merujuk pada nama Jacob Anakotta, dengan alasan bahwa pada register per tahun 1857/1858 (lihat pada informasi anak baptis ke-6), ada nama Jacobus Anakotta bersama dengan Petrus Ririnama yang menjadi wali baptis untuk seorang anak laki-laki bernama Albertus Leatomu (Titaleij), lahir pada 31 November 1856, putra dari Pieter Titaleij dan Petronella Leatomu. Pada tahun 1840an – 1850an, tidak ada nama  atau “varian” Jacob Anakotta lainnya, selain hanya Jacob Anakotta yang lahir pada tahun 1817 itu.Mungkin penulisan nama “Jacobus” Anakotta ini adalah sebenarnya merujuk pada figur Jacob Anakotta  sendiri, seperti kasus pada register tahun 1857/1858 itu.

Selain faktor-faktor yang “mempermasalahkan” tentang informasi kematian Jacob Anakotta pada September 1867 itu, ada juga faktor-faktor yang bisa memperkuat kebenaran kematian itu sendiri, yaitu :

1.    Akta keterangan tertanggal 8 April 1903 itu adalah satu-satunya keterangan tentang kematian Jacob Anakotta yang masih ada, belum ada sumber/arsip pembanding lainnya, apalagi akta kematian Jacob Anakotta yang disebutkan telah terbakar pada keterangan akta 8 April 1903 itu, sehingga suka atau tidak, kita harus menerima bahwa Jacob Anakotta benar meninggal dunia pada 14 September 1867.

2.    Tidak ada bantahan atau “protes” dari Hendrika Lokopessij, yang notabene sebagai seorang istri pada saat pembuatan akta keterangan tertanggal 8 April 1903 itu. Hal ini menandakan bahwa, Hendrika Lokopessij “menyetujui” dan “mengakui” kebenaran kematian suaminya pada tanggal tersebut. Hal yang sama juga dilakukan oleh Eliza Anakotta, yang menjadi salah satu saksi pra nikah dari Anthone Anakotta. Ini juga mengindikasikan bahwa Eliza Anakotta menyetujui dan mengakui kebenaran tentang kematian Jacob Anakotta. Eliza Anakotta berusia 14 tahun pada tahun 1867, sehingga sudah bisa tahu dan mengingat tentang kematian seseorang, termasuk Jacob Anakotta yang merupakan pamannya sendiri.

3.    Marcus Simatauw dan Zacharias Souisa pada saat kematian Jacob Anakotta di tahun 1867 itu berusia 31 tahun dan 37 tahun, sehingga informasi yang diberikan oleh mereka pastilah suatu kebenaran. 

Jadi kesimpulannya, adalah selama belum ditemukan akta/arsip/sumber yang memberikan informasi tentang kematian Jacob Anakotta dari tahun-tahun yang  paling dekat dengan peristiwa kematian itu, maka kita harus “menerima” bahwa Jacob Anakotta meninggal pada tanggal 14 September 1867. Sang istri yaitu Hendrika Lokopessij diketahui masih hidup hingga tanggal akta pra nikah putranya yaitu tanggal 14 April, bahkan mungkin masih hidup hingga pernikahan putranya yaitu tanggal 30 April 1903. Jadi Hendrika Lokopessij meninggal dunia, mungkin pada tahun 1904 atau beberapa tahun kemudian.

B.1.2.1. Joseph Anakotta (1850  ?)

Seperti ditulis sebelumnya bahwa Joseph Anakotta, lahir pada 1 Desember 1850, dibaptis pada 14 Maret 1852, dengan wali baptis Joseph Latumahina dan Christina Latumahina. Belum banyak yang diketahui tentang figur ini, siapakah nama istrinya, nama anak-anaknya dan tanggal kematiannya. Namun kami menduga kuat, bahwa Joseph Anakotta meninggal di usia muda. Hal ini dikarenakan pada register baptisan sejak tahun 1850 hingga 1882, yang berarti 32 tahun lamanya, tidak ada nama Joseph Anakotta yang tertulis baik sebagai wali baptis, atau sebagai orang tua yang anaknya dibaptiskan. Agak mengganjal, jika selama 32 tahun, ia tidak pernah menjadi wali baptis 1 kali pun, meski ia sama sekali tidak menikah. Ada banyak contoh dari penduduk negeri Saparua yang menjadi wali baptis di saat mereka berusia muda, atau saat belum menikah, sudah menikah dan bahkan di saat mereka tidak menikah sama sekali.

Selain alasan ini, ada juga alasan lain yaitu bahwa penguasaan tanah dati milik Jacob Anakotta dipegang/dikuasai oleh putra bungsunya, yaitu Anthone Anakotta. Umumnya penguasaan tanah dati milik seorang ayah, akan dikuasai/dipegang oleh anak tertua. Hal ini mengindikasikan bahwa Joseph Anakotta meninggal dunia di masa muda, atau tidak memiliki keturunan, sehingga penguasaan/pemilikan tanah dati beralih ke adiknya.

 

B.1.2.2. Efrardus Anakotta (1864 – ?)

Seperti tertulis di atas, Efrardus Anakotta, lahir pada 3 Maret 1864, dibaptis pada 1 Mei 1864. Kami juga belum mengetahui banyak tentang figur ini. Siapa nama istrinya, nama anak-anaknya dan tanggal kematiannya. Mungkin Efrardus Anakotta juga meninggal dunia di masa muda. 

B.1.2.3. Anthone Anakotta (1868  1937)

            Anthone Anakotta lahir pada 14 Januari 1868 dan dibaptis pada tangga 5 April 1868. Di dalam keluarga, Anthone Anakotta biasa disapa/dipanggil “One” atau “Oyang One”. Berdasarkan akta pra nikah tertanggal 14 April 1903, ia menikah pada  usia 35 tahun, dengan Martha Tutuarima, usia 32 tahun, lahir pada 15 Februari 1870 dan dibaptis pada tanggal 2 Juli 1871, putri bungsu atau anak ke-6 dari Jacob Tutuarima dan Elizabeth Huliselan. Pada saat pra nikah ini, diketahui Jacob Tutuarima masih hidup (nog in leven) dan Elizabeth Huliselan telah meninggal dunia (overladen). Di dalam keluarga, Martha Tutuarima biasa disapa/dipanggil “Mala” atau “Oyang Mala”. 

Salinan akta baptis Anthone Anakotta

            Pada lampiran yang disertakan saat pra nikah Anthone Anakotta dan Martha Tutuarima, yaitu salinan register akta lahir kaum burger di negeri Saparua tahun 1871, yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh Jacob Eduard Siegers, Komandan Schuterrij van Saparua, tertanggal 18 Maret 1903, tertulis bahwa Martha Tutuarima, lahir di Saparua pada 15 Februari 1871, putri dari Jacob Tutuarima dan Elizabeth Huliselan. Tahun kelahiran Martha Tutuarima ini berbeda dengan register baptisan yang menyatakan bahwa ia lahir pada 15 Februari 1870. Jika kita menghitungnya, maka pada tahun 1903, Martha Tutuarima berusia 32 tahun, andai ia lahir pada tahun 1871, dan berusia 33 tahun andai ia lahir pada tahun 1870. Namun, kekeliruan penulisan tahun lahir ini, bisa ditoleransi karena hanya berbeda 1 tahun, meski ini agak “menganggu”. 

Salinan Akta Lahir Martha Tutuarima

            Seperti disebutkan bahwa Martha Tutuarima adalah anak ke-6 dari pasangan Jacob Tutuarima dan Elizabeth Huliselan. Berdasarkan register baptisan dan sumber dari M.D. Etmans diketahui, anak-anak dari Jacob Tutuarima dan Elizabeth Huliselan, sebagai berikut :

1.    Pieter Tutuarima, lahir pada 3 Agustus 1857, dibaptis pada 23 Mei 1858, dengan wali baptis Abraham Nitalessij dan Asnat Polhaupessij

2.   Benjamin Tutuarima, lahir pada 3 Mei 1860, dibaptis pada 6 Januari 1861, dengan wali baptis Manuel Tomasowa

3.    Augustina Welhelmina Tutuarima, lahir pada 19 Februari 1863, dibaptis pada 5 September 1863

4.    Elias Tutuarima, lahir pada 19 Juni 1865, dibaptis pada 4 Maret 1866

5.    Hobertina Tutuarima, lahir pada 21 Januari 1869, dibaptis pada 1 Agustus 1869

6.    Martha Tutuarima, lahir pada 15 Februari 1870, dibaptis pada 2 Juli 1871. 

 

Register Baptisan Martha Tutuarima

Informasi lebih jauh tentang Jacob Tutuarima dan Elizabeth Huliselan, belum banyak diketahui. Namun jika kita mengandaikan bahwa Jacob Tutuarima pada saat kelahiran putranya pada tahun 1857, berusia rata-rata 20an tahun, maka Jacob Tutuarima lahir sekitar 1830an. Berdasarkan register baptisan tertanggal 2 Oktober 1833, dibaptis seorang anak berusia 2 bulan bernama Jacob Tutuarima, putra dari Pieter Tutuarima dan Fransina Matahelumual, dengan wali baptis Pieter Thijssen dan Maria Lokopessij. Jacob Tutuarima yang dibaptis ini lahir sekitar Agustus 1833. Namun, apakah Jacob Tutuarima yang dibaptis pada tahun 1833 ini adalah Jacob Tutuarima yang menikah dengan Elizabeth Huliselan ataukah bukan, tidak diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan pada periode yang “sama”, ada 3 figur bernama Jacob Tutuarima. Jacob Tutuarima nomor 1 diketahui menikah dengan Christina Anakotta (lahir tahun 1822/1823), dan anak pertama mereka lahir pada tahun 1848. Jika Jacob Tutuarima nomor 1 ini adalah Jacob Tutuarima yang dibaptis pada tahun 1833, maka Jacob Tutuarima nomor 1 berusia 15 tahun, dan ini berarti Jacob Tutuarima nomor 1 bukanlah Jacob Tutuarima yang dibaptis pada tahun 1833 itu. Jacob Tutuarima nomor 3, tidak banyak informasi tentang dirinya. Jadi kemungkinan Jacob Tutuarima yang dibaptis pada tahun 1833 adalah Jacob Tutuarima yang menikah dengan Elizabeth Huliselan. Namun, ini hanyalah dugaan saja. Informasi tentang Elizabeth Huliselan juga tidak banyak diketahui. Siapa nama orang tuanya, dan tanggal kematiannya.   

Menurut register baptisan tertanggal 15 Juni 1890, Martha Tutuarima memperoleh seorang anak perempuan dengan seorang pria yang tidak diketahui identitasnya (onbekende man), yaitu Josefina Tutuarima, lahir pada 6 April 1889 dan dibaptis pada 15 Juni 1890, dengan wali baptis Izaak Souhoka dan Helena Simatauw.

            Namun, kemungkinan ayah dari Josefina Tutuarima adalah Anthone Anakotta sendiri. Hal ini didasari oleh cerita di dalam keluarga bahwa Anthone Anakotta memiliki 9 anak, yaitu 1 anak perempuan dan 8 anak laki-laki, tetapi anak perempuan itu meninggal dalam usia muda. Jika kita perhatikan dengan baik, bahwa pada tahun 1903 saat Anthone Anakotta dan Martha Tutuarima menikah, Josefina Tutuarima telah berusia 14 tahun, dan kemungkinan telah meninggal dunia, sehingga logis jika Anthone Anakotta tidak memasukan atau tidak mengakui (erkend) Josefina Tutuarima sebagai anaknya, seperti 6 anak lainnya yang lahir terlebih dahulu sebelum Anthone Anakotta dan Martha Tutuarima melakukan pra nikah pada 14 April 1903.

            Berdasarkan akta pra nikah tertanggal 14 April 1903 dan register baptisan, Anthone Anakotta dan Martha Tutuarima telah memperoleh 6 anak, yang kemudian diakui (erkend/arken) sebagai anak dari Anthone Anakotta, yaitu :


1.    Izaak Anakotta, lahir di Saparua pada 4 Agustus 1891, dibaptis pada 15 Mei 1892, dengan wali baptis Hendrik Pattiwael dan Margaretha Lokopessij.


salinan akta lahir Izaak Anakotta

2.    Hendrik Anakotta, lahir di Saparua pada 23 Juli 1893, dibaptis pada 12 November 1893, dengan wali baptis Adriana dan Hermanus.


salinan akta lahir Hendrik Anakotta

3.    Jacob Anakotta, lahir di Saparua pada 24 Januari 1896, dibaptis pada 28 Juni 1896.


salinan akta lahir Jacob Anakotta

4.    Josef Anakotta, lahir di Saparua pada 15 November 1897, dibaptis pada 24 Februari 1901, dengan wali baptis Paulus Anakotta dan Elizabeth Anakotta.


salinan akta lahir Joseph Anakotta

5.    Benjamin Anakotta, lahir di Saparua pada 23 Mei 1900, dibaptis pada 7 Desember 1902, dengan wali baptis Benjamin Tutuarima dan Pieter Pelupessij.


salinan akta lahir Benjamin Anakotta

6.    Abraham Anakotta, lahir pada 5 Mei 1902, dibaptis pada 7 Desember 1902, dengan wali baptis Elisa Simatauw dan Jacomina Latumahina.


salinan akta lahir Abraham Anakotta

Keenam anak di atas adalah anak-anak yang lahir sebelum Anthone Anakotta dan Martha Tutuarima menikah, yang kemudian diakui sebagai anak-anak kandung dari mereka. Setelah menikah, Anthone dan Martha juga memperoleh 2 anak laki-laki lainnya, yaitu :


7.    Frederik Anakotta, lahir pada 8 Februari 1904

8.    Pieter Anakotta, lahir pada 9 Juni 1908, dibaptis pada 26 Desember 1909, dengan wali baptis Hermanus Reasowa dan Estherlina Anthoneta Titaleij.  

 

Catatan : M.D. Etmans dalam sumber bukunya, tidak memasukan Frederik Anakotta sebagai anak dari Anthone Anakotta dan Martha Tutuarima, dan hanya memasukan Pieter Anakotta sebagai anak ke-7 bersama 6 anak di atas. Hal ini mungkin karena M.D. Etmans tidak menemukan arsip register baptisan milik Frederik Anakotta, atau akta baptisan Frederik Anakotta telah hilang.

            Belum diketahui secara persis, tanggal Anthone Anakotta dan Martha Tutuarima meninggal dunia. Nisan mereka berdua yang berada di pekuburan pusaka keluarga di negeri Saparua, tidak mencantumkan tanggal kematian mereka. Berdasarkan surat tahun 1937, diketahui bahwa Anthone Anakotta telah berusia sekitar 70 tahun dan masih hidup serta sakit-sakitan. Jadi Anthone Anakotta meninggal dunia diperkirakan setelah tahun 1937. Entah tahun 1938 atau beberapa tahun kemudian.

           

Berikut ini, terjemahan bahasa Indonesia isi akta pra nikah dari Anthone Anakotta dan Martha Tutuarima tertanggal 14 April 1903, yang aslinya dalam bahasa Belanda :

 

Nomor 58

Pada hari ini, Kamis, tanggal 14 April 1903, telah berhadapan (telah datang) kepadaku, Jacob van Zon, controleur afdeeling Saparua, oknum-oknum sebagai berikut :

 

Anthone Anakotta

 

Usia 35 tahun, penduduk negeri, tiada memiliki pekerjaan, berdomisili di [negeri] Saparua, putra kandung  dari Jacob Anakotta [yang] telah meninggal dunia dan Hendrika Lokopessij [yang] masih hidup

 

dan

 

Martha Tutuarima

Usia 32 tahun, wanita kaum burgher, tiada memiliki pekerjaan, berdomisili di [negeri] Saparua, putri kandung  dari Jacob Tutuarima [yang] masih hidup dan Elizabeth Huliselan [yang] telah meninggal dunia.

 

Oknum-oknum ini telah menunjukan kepada saya bahwa mereka berdua bermaksud untuk menikah satu sama lain sebagai suatu umat, serta menyerahkan kepada saya hal-hal [berkas] sebagai berikut :

 

1.    Satu akta keterangan yang dibuat oleh Radja van Saparua, yang menunjukan/menyatakan bahwa Anthone Anakotta lahir pada tanggal 14 Januari 1868

2.    Satu salinan kutipan dari register/daftar akta kelahiran kaum burgher Saparua, yang dibuat pada tahun 1871, yang menunjukan/menyatakan bahwa Martha Tutuarima lahir pada tanggal 15 Februari 1871

3.    Enam salinan kutipan dari register/daftar akta kelahiran kaum burgher Saparua, yang dibuat pada tahun 1891, 1893, 1896,1897,1900 dan 1902, yang menunjukan/menyatakan bahwa pada tanggal 4 Agustus 1891, 23 Juli 1893, 24 Januari 1896, 15 November 1896, 23 Mei 1900 dan 5 Mei 1902, telah lahir Izaak, Hendrik, Jacob, Joseph, Benjamin dan Abraham, yang ibu mereka merupakan calon mempelai perempuan dan calon mempelai laki-laki yang mengakui masing-masing anak tersebut, dimana pengakuan tersebut disetujui oleh ibu mereka.

 

Selanjutnya akta keterangan dari Radja van Saparua yang menunjukan bahwa Anthone Anakotta dan Martha Tutuarima tidak memiliki hubungan darah atau kekerabatan satu sama lain.

Dibuat di Saparua pada hari dan tanggal tersebut di atas, dan disaksikan oleh Eliza Anakotta, usia 50 tahun, pekerjaan Kepala Soa di Negeri Saparua, dan Eliza Simatauw, usia 57 tahun, tidak memiliki pekerjaan, keduanya berdomisili di negeri Saparua.

Dan selanjutnya akta ini telah dibuat setelah dibaca dalam bahasa Maluku/Ambon dan ditandatangani.

 

Tanda Tangan

A.    Anakotta

M.   Tutuarima

E.    Anakotta

E.    Simatauw

J.    van Zon

 

Catatan Tambahan :

1.    Jacob van Zon adalah Controleur van Saparua-Haruku pada periode 1902 – 1906

2.    Radja van Saparua pada masa ini adalah Lambert Titaleij yang memerintah pada 1874 – 1907

3.    Eliza Anakotta adalah putra dari Adriaan Dominggus Anakotta

4.    Eliza Simatauw adalah putra dari Martha Simatauw. Lahir pada Januari 1846, dibaptis pada 25 Mei 1846 dengan wali baptis Joseph Halauwet dan Christiaan Syaranamual. Eliza Simatauw  memiliki hubungan tanpa nikah dengan Cornellia Pietersina Marlissa

        

                                                      ====== bersambung =====

Tidak ada komentar:

Posting Komentar