Sabtu, 16 Maret 2024

Kenangan Dari Kehidupan Siswa STOVIA 25 Tahun Lalu




Jacob Samallo
Dokter Hindiaa

 

  1. Kata Pengantar

Tulisan yang disajikan di sini adalah tulisan dari Jacob Samallo, seorang lulusan STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) atau Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera/Pribumi, pada tanggal 1 Oktober 1908b. Setelah lulus dari STOVIA, Jacob Samallo bergelar Inlandsche Arts (atau Dokter Pribumi).  Tulisan ini dalam bahasa Belanda dengan judul Herinneringen uit het Leven van de Eleves der STOVIA 25 Jaar Geleden, dan dimuat dalam bundel/buku yang dieditori oleh A. de Waart, berjudul Ontwikkeling van het Geneeskundig Onderwijs te Weltevreden, 1851– 1926, diterbitkan di Weltevreden, tahun 1926, oleh Penerbit Kolff.  Tulisan Jacob Samallo adalah salah satu tulisan dari banyak tulisan yang dipersembahkan dalam rangka memperingati 75 tahun keberadaan pendidikan kedokteran di Hindia Belanda.

Seperti judulnya, Jacob Samallo, menceritakan pengalamannya saat ia menempuh pendidikan kedokteran di STOVIA selama 10 tahun, dari tahun 1898 – 1908. Ada informasi menarik jika kita membaca kisah pengalamannya, seperti sikap menghormati para junior kepada kakak-kakak senior, metode perpoloncoanc  yang terjadi di antara para siswa STOVIA, sikap keras dan kejam dari penjaga sekolah terhadap siswa yang terlambat, serta informasi berharga lainnya. Intinya, kita bisa mengetahui sedikit tentang sistem pendidikan di masa kolonial pada tahun-tahun terakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. 

Siswa STOVIA 1902

Tulisan Jacob Samallo yang disajikan dalam versi bahasa Indonesia di sini adalah terjemahan dari Prof Dr Djoko Marihandono dan Harto Juwono atas buku yang dieditori oleh A. de Waart di atas. Buku terjemahan ini berjudul Perkembangan Pendidikan Kedokteran di Weltreveden, 1851 – 1926, diterbitkan oleh Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, 2014. Tulisan Samallo berada pada halaman 242-246.

Kami hanya menambahkan sedikit foto dan catatan tambahan untuk melengkapi apa yang telah ada. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kita, setidaknya dalam hal mengetahui dan memahami apa yang pernah dialami oleh generasi-generasi sebelum kita yang pernah mengenyam pendidikan tinggi pada masa lalu.

 

  1. Terjemahan

Sekolah Dokter Djawa lama pada tahun 1898 berdiri di samping rumah sakit militer sekarang ini, di depan Gang Menjangan, Pasar Senen, Weltevredend, dan terdiri atas dua jurusan yaitu jurusan persiapan di dekat rumah sakit, dan jurusan kedokteran di dekat kebun Kolonel, pimpinan dinas kesehatan sipil dan militere.

Jurusan persiapan saat itu terdiri atas dua kelas dan jurusan kedokteran terdiri atas lima tahun belajar. Pada jurusan persiapan, para murid kelas-2 dan kelas-3 dari jurusan kedokteran ikut belajar dan di jurusan kedokteran hanya murid dari kelas tahun belajar tinggi. Murid dari dua tahun belajar terakhir adalah para tuan dengan janggut panjang dan kadang-kadang dengan kacamata emas di hidungnya. Mereka ini dihormati oleh para murid baru dan harus disapa dengan kata “Tuan”. Mereka menganggap murid kelas persiapan seperti buyung dan membiarkan mereka mengelap sepatunya, mengatur dipannya, mengisi lampunya dan kadang-kadang menjadi kurirnya. Celakalah murid baru yang tidak mengikuti perintah mereka. Saya membiarkan mereka dengan sebotol bir untuk membeli minyak di Pasar Senen. Beberapa rekan senior memanggil saya untuk memakan sate bersama mereka dan saya membayar makanan itu demi kenyamanan mereka. Pada seperempat abad kedua keberadaan STOVIA salah satu murid dari tahun ajaran terakhir pada hari Minggu pagi mengadakan ibadah sendiri dan semua pemuda Kristen Ambon dan Menado wajib untuk mengikutinya. Salah satu murid paling senior berkeliling dengan topinya dan mengambil sekeping uang sebagai kolekte. Uang kolekte ini oleh pendeta palsu itu dan murid senior digunakan untuk menggaji rekan-rekan mereka.

Saya memberitahu para pembaca beberapa contoh metode perpeloncoan : saya selanjutnya mengisahkan bagaimana pada perempat abad ketiga belajar dan bagaimana kami hidup bersama sebagai anggota asrama. Pada masa ini kami diperlakukan seperti militer. Semuanya berlangsung tepat waktu. Pada pagi hari pukul setengah delapan lonceng berbunyi (sekolah dimulai), pukul setengah satu (sekolah selesai), pukul setengah lima (belajar sore dimulai), pukul setengah enam (belajar sore selesai), pukul setengah delapan (belajar petang dimulai), pukul setengah sepuluh (belajar petang selesai), pukul 10 (apel) dan kadang-kadang pada pukul 12 malam masih ada apel tambahan. Suatu saat ketika Direktur Rollf  yang sangat dihormati datang, ketika dia tidak melewatkan waktunya untuk tidur. Pada saat itu, sekitar pukul satu dan tiga pagi hari kami masih mendengkur, pengawasan dilakukan apakah kita tidak melakukan desersi setelah kontra apel penjaga pintu. Di luar STOVIA setiap murid wajib untuk memakai topi seragamnya dan hukuman berupa pengurungan kamar selama satu sampai dua hari terjadi bila kita tertangkap di luar lembaga itu tanpa tanda pengenal ini.

Saya menyapa penjaga pintu dan saya sampaikan kepada pembaca bahwa penjaga pintu itu tidak tahu siapa saya. Saat itu, setiap jurusan memiliki penjaga pintu sendiri. Seorang mantan militer mengawasi penerapan tata-tertib, kebersihan dan kerapian kamar tidur dan keheningan selama belajar. Pendeknya dia seperti pemburu pencuri. Dia juga kita hormati tetapi tidak selalu dicintai karena penjaga pintu ini sering memberikan laporan yang dampaknya menurunkan nilai dan sebagai akibat dari laporan itu, perampasan kebebasan terjadi. Kadang-kadang kita diam-diam mengutuk penjaga itu. 

Hermanus Frederik Roll (1867 - 1935)

Direktur kita dr. H.F. Roll adalah seseorang yang memperhatikan lembaganya, tetapi juga bertindak sangat keras sejauh menyangkut pemberian hukuman. Kami menyebut dia dengan Bapa Roll dan namanya sangat dihormati. Dr. Roll adalah sosok ayah yang keras bagi mereka yang mengabaikan belajarnya dan berperilaku nakal. Bapa Roll juga selalu berkata, ”Seorang dokter harus memiliki sifat yang baik dan bersikap baik”. Saat itu jika kalian suka berbuat tidak benar atau mencuri, maka kalian juga akan dipukul dengan kelereng. Suka berkelahi atau nakal tidak akan dianggap berat. Pada masa ini suatu ungkapan tegas Bapa Roll: ”Tidak bisa ilmu pasti, jangan jadi dokter”. Apabila murid ingin naik dari jurusan persiapan menuju jurusan kedokteran, maka setidaknya harus mendapatkan nilai 6 untuk ilmu pasti.

Tentang kurikulum kita saat itu, saya tidak bisa banyak berkata karena seperempat abad telah berlalu; apakah di mata generasi sekarang terlalu berat atau ringan, saya tidak tahu tetapi saat itu semangat kami selalu didorong. Pada jurusan persiapan, kami umumnya maju dan pada jurusan kedokteran kami harus mengumpulkan pengetahuan medis yang dalam praktik bisa menjadikan kami sebagai dokter yang baik.

Pada masa ini disebutkan bahwa pendidikan kita tidak akan diperberat. Pemerintah menghendaki dokter desa kita agar setiap tahun lebih banyak tenaga bantuan medis yang bisa disediakan. Tetapi Bapa Roll tidak sependapat tentang ini. Kami berusaha saat itu agar direktur kita menjadi orang yang berjuang demi cita-citanya dan jika dia tidak bisa mencapainya, maka kami bisa membantunya dengan menembus seluruh garis itu; manusia yang sakit membutuhkan dokter dengan kewenangan mutlak. Untunglah untuk lembaga ini dan untuk bangsa kita, bahwa Bapa Roll berusaha menjelaskan maknanya; bukan hanya itu tetapi juga kualitas pelajaran dinaikkan. Seluruh sekolah dirombak dan dua tahun dicurahkan sebagai waktu belajar, di mana masa belajar bagi dokter bumi putra diubah menjadi sembilan tahun. 

Saya di sini harus mengungkapkan rasa hormat kepada Direktur Roll yang dengan tindakannya telah memberikan bukti kasihnya bagi Hindia dan orang Hindia. Dr. Roll juga sering berkata kepada kita, ”Dari sekolah ini seluruhnya dan bukan semi dokter yang diluluskan”. Bila harus berjuang demi lembaga ini, di sana Dr. Roll masih juga tetap berada di posnya. Saya masih ingat ketika dokter Djawa dan dokter bumi putra diizinkan memasuki sekolah tinggi medis di Belanda (karya dr. A. Rivaig). Saat itu oleh Menteri Koloni diminta nasehat dari serikat dokter Eropa di Hindiah, dengan perkecualian Tuan Roll dan dua tokoh lain (dokter yang bersahabat dengan kami) semuanya menolak penerimaan kami masuk universitas di Belanda.

Kembali Bapa Roll, yang memberi nasehat rekan-rekan kami Joost dan Radjimani, berada di luar organisasi itu, meminta izin lewat telegram kepada menteri. Belajar di STOVIA mengalami peningkatan ketika kami orang Hindia pertama-tama berterimakasih kepada dr. Roll. Dr. Roll pada masa dari 1898 sampai 1901 digantikan oleh dr. Ouwehandj dan kemudian oleh dr. Kiewiet de Jongek. Dari direktur terakhir ini, saya hanya ingat bahwa dia sebagai guru dalam ilmu anatomi sangat mengagumkan. Jadi dia dengan tangan di punggung membiarkan kita meraba-raba dan membelai tulang dan khususnya menetapkan apakah itu tulang selangka kiri atau kanan. Juga dr. Kiewiet de Jonge memiliki kebiasaan menarik dalam memberikan pelajaran melalui pembicaraan yang sangat cepat sehingga kami tidak mungkin bisa mengikutinya. Dia juga selalu berkata pada awal pelajaran:”Hai pemuda, apabila saya berbicara terlalu cepat, mohon kalian berteriak: berhenti.” Kini pada setiap pelajaran, Piet P harus berteriak berhenti dan kembali perlahan-lahan memulai dari awal untuk terus dengan kecepatan kilat pada bagian tengah. Dr. Kiewiet de Jonge juga sangat kita segani. Dia tidak mau menghukum tetapi apabila dia menangkap basah seorang murid, pasti murid itu akan tersenyum kecut. Pada masa belajar saya, Piet P adalah teman sekelas. Dr. Kiewiet de Jonge pasti pernah berkata kepada Piet,”Piet, aku tidak mau menghukummu lagi karena kenakalanmu, kecuali engkau sepanjang tahun tidak lagi mempunyai hari libur”. Piet kemudian, karena kurangnya bakat (atau lebih tepatnya keinginan) dikeluarkan.

Kemudian ketika selama beberapa tahun bekerja sebagai dokter sipil di Delil, saya berjumpa di sana dengan mantan direktur kita dalam rapat dokter cabang Pantai Timur Sumatra. Dr. Kiewiet de Jonge tidak hanya menjadi pembicara cepat, penulis cepat dan patolog tropis serta ahli internis, tetapi dia juga masih tetap ingat pada wajah bekas muridnya, karena setiap dokter Hindia yang menghadiri rapat petang itu, dikenalnya kembali dan langsung dipanggil namanya. Jadi kira-kira pada 1902, kami menerima sebuah gedung STOVIA baru (sebuah pemberian tiga orang Deli yang sangat beruntungm). Suatu perbaikan terjadi dengan lembaga baru; bukan hanya menyangkut kurikulum, tetapi juga sebuah asrama, dilengkapi dengan ruang olahraga lengkap dan ruang belajar anatomi khusus. Hanya tata-tertib yang tidak mengalami perubahan, yang masih tetap keras karena dr. Roll setelah selesainya cuti menjadi kepala lembaga itu. Selama masa belajar saya, Tuan Jansen (kemudian digantikan oleh Jennaen) dan La Fontaine0, bertugas menjadi penjaga sekolah.

Jansen adalah orang baik, sementara La Fountaine kita anggap sebagai algojo. Berapa kali kita dipanggil oleh La Fountaine, kami segan pada algojo itu karena dia layak dihormati. Dia tidak pernah mencantumkan hal-hal sepele dalam laporan tentang kita. Setelah Jansen, muncul Jennae dan orang tua ini pada mulanya berurusan dengan para murid dari tahun ajaran terakhir. Kami pernah pada suatu petang, setelah apel petang, melempar Jennae dengan bantal karena dia telah mencatat hal-hal sepele dalam laporan beberapa pemuda.

Saat ini semangat belajar tinggi di mana saya bisa memberikan sejumlah contoh kepada pembaca. Di WC, di kebun, di kamar tidur, selama makan, di mana-mana para murid berkeliling dengan buku di tangan. Kami saat itu menunjukkan dengan berbagai cara bahwa seorang manusia bisa mengerjakan dua atau tiga hal sekaligus. Pada perempatan abad kedua keberadaan sekolah dokter Djawa, mereka terus belajar di bawah adu ayam. Pembaca, bukankah ini merupakan puncak kerajinan?

Sekolah Dokter Jawa ca 1896

Waktu paling menjengkelkan selama belajar paksa itu adalah waktu sebelum dan selama praktik percobaan. Mereka yang acuh tidak akan mendapatkan apapun, tetapi mereka yang lebih serius (rekan-rekan Jawa kita) tidak akan melewatkan waktu. Segera setelah itu selesai, sedikit ketegangan tampak dalam wajah serius mereka, tetapi mengingat percobaan ini diulangi dalam dua bulan, maka ketegangan tersebut masih ada pada goresan di wajahnya. Siapa yang ingin belajar menjadi dokter, dia harus mencurahkan tenaganya. Di masa saya, kami tidak memiliki hiburan lain kecuali olahraga. Liburan jeda bukan merupakan libur karena hari-hari bebas dicurahkan untuk ulangan. Murid yang menggantungkan perangkat otaknya yang baik dan belajarnya tidak berlangsung serius, selama tahun ajaran ini kebanyakan berusaha menipu. Pelajaran medisnya sangat sulit sehingga hanya belajar cermat yang bisa membebaskan dokter di masa depan dari kesalahan. Orang berkata, ”Juga kuda terbaik kadang-kadang tersandung”. Begitu juga orang mulai berbuat kesalahan atau kekeliruan sebagai dokter, tetapi kesalahan besar akan mengorbankan jiwa pasien dan hal ini bisa dicegah melalui belajar rajin dan teratur.

Bapa Roll selalu berkata, ”Para pemuda, apabila kalian menjadi dokter kelak, maka kalian jangan berpikir bahwa kalian telah berpengalaman. Tidak, seorang dokter yang belum sampai setahun belajar, setidaknya masih tertinggal sepuluh tahun dalam mata pelajaran keilmuannya”. Kami sering bertanya kepada Bapa Roll, bagaimana kami bisa meneruskan belajar apabila gaji kami tetap rendah. Pada 1908 ketika saya menerima gaji pertama 70 gulden, saya tidak bisa membayar cucian sebagai dokter muda, lebih-lebih berlangganan sebuah Koran atau majalah kedokteran. Pasti, sebagai murid, saya bisa hidup dari 18 gulden dan kemudian 20 gulden dalam sebulan, tetapi ketika saya hanyalah seorang murid yang tidak membayar pajak, tidak menyewa rumah dan sebagainya.

Dua puluh lima tahun lalu, kami bisa menghidupi seseorang dengan upah f 10 per bulan. Ini juga berlaku bagi kebanyakan kita yang memiliki kenalan atau keluarga di Batavia. Orang lain kemudian akan bergantung pada Abang Kiding, yang menyediakan makanan per porsi sehingga Anda sering bisa mendapatkan makanan sebulan di bawah f 10. Apa yang tersisa dari tunjangan pemerintah kita, dibayarkan untuk cucian, rokok, sabun dan sebagainya. Dalam pengelolaan uang saku yang hemat, kita bisa dalam waktu tiga bulan membeli sepotong pakaian. Saat itu kita tidak mempunyai banyak sisa tetapi kita hidup tanpa kontrol. Celakalah dia yang berhutang, karena Bapa Roll selalu memberikan peringatan kepada kita.

Di STOVIA yang baru di jalan rumah sakit, Abang Kiding penjual nasi yang kita hormati, tidak lagi datang dengan pikulan nasi, karena direktur memberi kami makan dengan perlengkapan yang layak seperti piring, sendok, garpu dan gelas. Makan dengan demikian dihidangkan ke ruang makan oleh induk semang dan penjaga mengawasi secara bergiliran sehingga semua berlangsung teratur dan rapi. Pada setiap lembaga pendidikan, dengan atau tanpa asrama, ada beberapa jenis murid. Misalnya ada seseorang yang bernama Jan T., seorang pelahap makanan.

Jan juga memakan semua apa yang tersisa pada piring nasi dan sayur. Juga setiap siang dan petang senda gurau terjadi apabila Jan mengambil semuanya dan dengan wajah yang berbinar kesenangan, terus makan dan menjawab beberapa tamu dengan sindiran. Anda tidak perlu makan amarum setiap hari untuk bisa mempunyai nafsu makan, karena dengan melihat Jan makan pasti akan ikut makan. Suatu tipe kedua adalah Piet P yang disebutkan di atas, yang selama belajar petang selalu melontarkan lelucon sambil duduk, hingga menghebohkan seluruh isi kelas.

Juga ada yang terkenal sebagai pembuat kata-kata dan ungkapan baru, kembali yang lain dikenal karena penerimaan dan pemecatan murid baru. Dua puluh lima tahun lalu, alumni hanya berasal dari orang bumi putra khususnya orang Jawa, Sumatrra, Menado, Timor, Ambon dan beberapa orang Makasar atau Melayu dari Borneo. Dengan perkecualian muncul beberapa perbedaan pendapat antara orang Minangkabau dan orang Batak bahkan terjadi suatu perkelahian. Kami di bawah saling merasa sebagai putra dari keluarga besar. Biasanya setiap murid memiliki teman akrabnya, yang berbagi pelajaran dan berjalan-jalan bersama. Akan tetapi pada umumnya sering berbicara. Pada saat itu ada kesatuan di antara para murid STOVIA.

Ketika kira-kira lima tahun saya membuka praktik pribadi, saya pernah mengunjungi STOVIA kita (di depan gang Kwini), di sana bertemu Tuan La Fontaine dan bertanya kepadanya tentang semangat para murid. “Begini Jacob, mereka semua tampak lucu dengan dasi yang indah dan kerah tinggi. Saya lebih suka tikus-tikus tua dari zamanmu karena aku lebih mudah bekerja sama”. Apa yang dikatakannya menunjukkan semangat modern di antara murid STOVIA.

Kira-kira tiga puluh tahun setelah promosi, setelah mengembara di luar Jawa, mengunjungi Federasi Negara Malaya dan Cina Selatan, saya kembali ke Batavia dan kunjungan pertama saya adalah STOVIA kita di Salemba-Weltevreden. Di Singapura saya telah mengunjungi Sekolah Medis dan di Universitas Hongkong, tetapi STOVIA terbaru melebihi semua harapan kita. Jadi Sekolah Dokter Djawa yang sederhana tumbuh menjadi lembaga pendidikan medis, yang tidak bisa dijumpai tandingannya di Timur.

Akhirnya kita masih harus mengakui bahwa Hindia berterimakasih kepada dr. H.F. Roll dan para penggantinya. Jika saya tidak salah, maka Bapa Roll tepat sebelum pensiun menerima bintang jasa Orde Oranje Nassau. Betapa sedikit perwira dengan lebih sedikit jasa yang tidak bisa menerima singa di dada? Kami para dokter Hindia, baik Dokter Djawa, dokter Hindia, maupun mereka yang telah menempuh ujian persamaan bagi dokter di Eropa, tidak akan pernah melupakan Roll. Bapa Roll, kami orang Hindia berterimakasih kepadamu dalam merayakan tujuh puluh lima tahun keberadaan Sekolah untuk Mendidik Dokter Hindia.

===== SELESAI ====

 

Catatan Tambahan

  1. Sejak tahun 1851 – 1902, lulusan Sekolah Dokter Djawa bergelar Dokter Jawa, sejak tahun 1902 – 1913 lulusan STOVIA bergelar Inlandsch Arts atau Dokter Bumiputra/Pribumi, sejak tahun 1913 – 1930an lulusannya bergelar Indisch Arts atau Dokter Hindia [Belanda].
  2. Jacob Samallo, lahir di Ambon pada tahun 1884, masuk STOVIA pada 14 Maret 1898 dan lulus pada 1 Oktober 1908

§  Museum Kebangkitan Nasional , Perkembangan Pendidikan Kedokteran di Weltreveden, 1851 – 1926, 2014,  Jakarta, [penerjemah Prof Dr Djoko Marihandono dan Harto Juwono], halaman 295

§  Kartadarmadja, Sunjata M, Drs., 1980, Prof Dr Wilhelmus Zakarias Johannes, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Lampiran I, halaman 77 – 88

  1. Pada masa kolonial, plonco dikenal dengan istilah “ontgroening”. Groen berarti hijau untuk menggambarkan seorang murid baru. Ontgroening bertujuan untuk menghilangkan warna hijau itu.
  2. Gedung Sekolah Dokter Djawa pada tahun 1851 – 1902, kini menjadi RSPAD Gatot Subroto. Pada tahun 1889 nama sekolah dokter jawa berubah menjadi School tot Opleiding van Inlandsche Geneeskundigen (atau Sekolah Pendidikan Ahli Ilmu Kedokteran Pribumi), tahun 1898 namanya berubah lagi menjadi STOVIA, dan alamat gedung sekolahnya masih tetap sama. Pada tahun 1902, gedung STOVIA berpindah ke alamat baru yang kini menjadi Museum Kebangkitan Nasional.
  3. Awalnya Dinas Kesehatan Sipil atau Burgerlijke Geneeskundige Dienst dan Dinas Kesehatan Militer atau Militaire Geneeskundige Dienst digabung, namun pada tahun 1911, Dinas Kesehatan Sipil menjadi bagian terpisah

§  Boomgaard, Peter, ‘The development of health care in colonial Java’ in: BKI 149 nr. 1 (1993), 77-93.

  1. H.F. Roll memiliki nama lengkap Hermanus Frederik Roll, lahir di Gouda, Belanda, pada tanggal 27 Mei 1867, putra dari Hermanus Frederik Roll dan Johanna Wilhelmina Kratzenstein. H.F. Roll menikah dengan Maria van Dijkum, lahir di Groningen pada 9 Februari 1866, putri dari Albertus van Dijkum dan Maria Nieveen. H.F. Roll menuju ke Hindia Belanda pada 9 September 1893 dengan menumpang kapal Prins Hendrik. Ia menjadi Direktur STOVIA pada 1896 -1899 dan 1901 – 1908.H.F. Roll meninggal di Batavia pada 20 September 1935

§  Keppy, Herman., Dr. Hermanus Roll, vader van de Indonesische geneeskunde

§  Ontwikkeling van het Geneeskundig Onderwijs te Weltreveden 1851 – 1926, G.Kolff & Co, Weltreveden, 1926

§  Perkembangan Pendidikan Kedokteran di Weltreveden, 1851 – 1926, Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, 2014 [penerjemah Prof Dr Djoko Marihandono dan Harto Juwono], hal 284

  1. A. Rivai memiliki nama lengkap Abdul Rivai. Lahir di Talloe pada tahun 1873, masuk Sekolah Dokter Djawa (STOVIA) pada 11 Juli 1887, lulus pada 9 Februari 1895. Namun, Hans Pols menulis Abdul Rivai lulus pada Maret 1895.

§  Ontwikkeling van het Geneeskundig Onderwijs te Weltreveden 1851 – 1926, G.Kolff & Co, Weltreveden, 1926

§  Perkembangan Pendidikan Kedokteran di Weltreveden, 1851 – 1926, Museum Kebangkitan Nasional Jakarta, 2014 [penerjemah Prof Dr Djoko Marihandono dan Harto Juwono], hal 293

§  Pols, Hans., 2018, Nurturing Indonesia : Medicine and Decolonization in the Dutch East Indies, Cambridge University Press, hal 24

  1. Serikat Dokter Eropa di Hindia Belanda atau Asosiasi Dokter Eropa di Hindia Belanda disebut Bond van Geneesheeren in Nederlandsch Indie (BGNI) didirikan di Surabaya pada tahun 1902, dan diakui melalui Besluit Gub Jend no 21 tertanggal  27 Oktober 1902

§  Hasanah, Siti., Vereeniging van Inlandsche Geneeskundige : Cara Dokter Pribumi Mendongkrak Status Profesionalisme dalam Tatanan Kesehatan Kolonial, Historia, Volume 5, nomor 1, Juli 2022, hal 39 – 62, khusus hal 43

  1. Joost dan Radjiman yang dimaksud oleh Samallo dalam tulisan ini adalah Carel van Joost dan Mas Radjiman. Carel van Joost lahir di Laboeha Batjan tahun 1865, masuk Sekolah Dokter Jawa pada 29 September 1879 dan lulus pada tahun 1886, sedangkan Mas Radjiman lahir di Jogja tahun 1879, masuk Sekolah Dokter Jawa pada 7 Mei 1893 dan lulus pada 23 Desember 1898.

§  Ontwikkeling van het Geneeskundig Onderwijs te Weltreveden 1851 – 1926, G.Kolff & Co, Weltreveden, 1926

§  Perkembangan Pendidikan Kedokteran di Weltreveden, 1851 – 1926, Museum Kebangkitan Nasional Jakarta, 2014 [penerjemah Prof Dr Djoko Marihandono dan Harto Juwono], hal 292, 294

  1. dr Ouwehand yang dimaksud adalah dr C.D. Ouwehand. Ia menjadi Penjabat Direktur STOVIA melalui Besluit Pemerintah nomor 14 tertanggal 12 Maret 1902. Ia menjadi Dosen/Guru dalam mata pelajaran Anatomi, Fisiologi, Topografi Anatomi dan Ilmu Tanaman di STOVIA

§  Jaarlijksch Verslag der STOVIA te Weltevreden over den Cursus 1902 – 1903, Batavia Landsdrukkerij, 1903, hal 18 – 19

§  Museum Kebangkitan Nasional, 2017, Laporan Tahunan Sekolah Pendidikan Dokter Pribumi di Weltevreden, Tahun Ajaran 1902 – 1903, [Penerjemah Prof Dr Djoko Marihandono], hal 18-19

  1. dr. Kiewiet de Jonge memiliki nama lengkap dr G.W. Kwiet de Jonge. Ia menjadi Direktur STOVIA pada periode 1900 – 1901

§  Ontwikkeling van het Geneeskundig Onderwijs te Weltreveden 1851 – 1926, G.Kolff & Co, Weltreveden, 1926

§  Perkembangan Pendidikan Kedokteran di Weltreveden, 1851 – 1926, Museum Kebangkitan Nasional Jakarta, 2014 [penerjemah Prof Dr Djoko Marihandono dan Harto Juwono], hal 284

  1. Jacob Samallo bertugas di Deli, Pantai Timur Sumatera dalam tahun 1919

§  Hesselink, Liesbeth, Jan Peter Verhave, & Leo van Bergen (Eds) (2019). The Medical
Journal of the Dutch Indies 1852-1942. A Platform for Medical Research
. Jakarta: AIPI

§  Hesselink, Liesbeth., Para Penulis Hindia, dalam Leo van Bergen, Liesbeth Hasselink, Jan Peter Perhave (Ed.) Gelanggang Riset Kedokteran di Bumi Indonesia. Jakarta: AIPI. [Edisi Terjemahan], hal 113 – 145, khusus hal 138

  1. 3 orang Deli yang beruntung yang dimaksud oleh Samallo adalah H.H.Peter.Wilhelm Jansen, Jacob Nienhuys dan Hendrik Cornelis van de Honert. Mereka bertiga adalah 3 pengusaha Belanda dari Deli. H.C. van de Honert menjadi Direktur Deli Maatschappij (1898 – 1916) menggantikan H.H.P.W. Jansen yang juga salah seorang pendiri Deli Maatschappij bersama Jacob Nienhuys.

§  Jaarlijksch Verslag der STOVIA te Weltevreden over den Cursus 1902 – 1903, Batavia Landsdrukkerij, 1903, hal 24-25

§  Museum Kebangkitan Nasional, 2017, Laporan Tahunan Sekolah Pendidikan Dokter Pribumi di Weltevreden, Tahun Ajaran 1902 – 1903, [Penerjemah Prof Dr Djoko Marihandono], hal 24-25

  1. Jenae memiliki nama lengkap L. Jenae menjadi pengawas (suppoost) kelas 1 sejak 20 April 1900
  2.  La Fontaine memiliki nama lengkap F.A.E. de la Fontaijne mulai bertugas sebagai pengawas (suppoost) kelas 2 sejak 14 April 1894, dan pengawas kelas 1 sejak 27 Agustus 1915

Tidak ada komentar:

Posting Komentar