Rabu, 29 Maret 2023

Laporan Porto [Porto Rapport] 1817

 

Bagian 2

[Hendrik Risakotta]

Transliterasi : Adrijn Anakotta

 

Pada tanggal 16 Mei 1817, sekitar jam 6 pagi hari, Thomas Matulesia membawa penduduk dari 2 negeri, yaitu negeri Porto dan Haria ke [negeri] Saparua, dan mereka bergabung dengan penduduk pulau atau penduduk dari negeri-negeri lain yang sudah berkumpul di sana untuk menghancurkan benteng [Duurstede] tersebut. Tetapi bahkan sebelum kedatangan Thomas Matulesia, Tuan Resident telah mengibarkan bendera putih dan menunjukkan kerendahan hati yang luar biasa, karena Tuan Resident merupakan pejabat baru dan belum pernah merugikan atau menyusahkan semua pemimpin negeri-negeri di pulau [Saparua]. Tetapi mereka tidak mau menerima tanda perdamaian dari Tuan Resident, dan sekitar jam 10 pagi, Thomas Matulesia berdiri di tengah-tengah penduduk dari negeri-negeri itu, dan bertanya : “Siapa pemimpin yang akan menyerang benteng?”. Tetapi tidak ada yang memberi jawaban. Thomas bertanya lagi, hingga sebanyak 2 kali, tetapi tidak ada yang menjawab. Maka Thomas berkata, “Kalau begitu, saya akan menjadi pemimpin penyerangan benteng”. Pada jam 12 siang, Tuan Resident menyampaikan surat untuk menawarkan perdamaian kepada semua penduduk pulau, tetapi mereka menolak tawaran perdamaian. Sekitar jam 3 sore, mereka menyerbu benteng [Duurstede] dan menguasainya.

Pada tanggal 17 Mei 1817, Thomas Matulesia memanggil  Para Radja dan Pattij untuk datang ke [negeri] Saparua untuk membahas penguburan para jenazah.

Pada tanggal 18 Mei 1817, Thomas Matulesia pergi ke [negeri] Hulaliu dan memerintahkan para pemimpin pulau Buangbessi1 untuk menyerbu benteng di [negeri] Haruku.

Pada tanggal 19 Mei 1817, sekitar jam 6 pagi, orang-orang dari [negeri] Hulaliu datang menyampaikan informasi kepada Thomas Matulesia bahwa pasukan Belanda yang datang dari Ambon sudah tiba di [negeri] Haruku2, dan sekitar jam 8 pagi, orang-orang kaum burger datang dari [negeri] Saparua berkumpul di [negeri] Haria untuk berjaga-jaga terhadap kedatangan pasukan Belanda dari [pulau] Haruku.

Benteng Duurstede (sekitar 1830an)

Pada tanggal 20 Mei 1817, sekitar jam 6 pagi, pasukan Belanda menyeberang dari [negeri] Hulaliu menuju ke tanjung Hatuwalanej3, dan sekitar jam 7 pagi pasukan Belanda itu melanjutkan perjalanan ke [negeri] Saparua. Thomas Matulesia berkata, “Lihat, armada arumbai bergerak menuju [negeri] Saparua”. Kemudian, Thomas Matulesia memerintahkan orang-orang negeri Haria untuk berjaga-jaga dari Uraputij sampai ke Paperu, tetapi kelompok penduduk kaum Burger bersama Thomas Matulesia pergi ke [negeri] Saparua untuk berperang melawan pasukan Belanda. Sekitar jam 9 pagi, orang-orang dari [negeri] Kulur, Rumahkai dan Tihulale tiba di [negeri] Haria. Dan di pagi itu terjadi pertempuran di Saparua. Sekitar jam 12 siang terdengar informasi bahwa pasukan Belanda telah dikalahkan. Sekitar jam 3 sore, tetua negeri [Haria] yang bernama Sahuleka dan Lucas Souhoka yang ikut bersama orang Haria, mereka membawa seorang tentara Belanda dari Saparua ke negeri Haria dengan tangan terikat. Sesampainya di baileu negeri Haria, mereka berjalan bersama tentara Belanda itu mengelilingi baileu itu sebanyak 3 kali sambil tetap memegang senjata, parang, salawaku dan tombak. Kemudian mereka membawa tentara Belanda itu ke atas baileu dengan menyeretnya. Sekitar jam 5 sore, Thomas Matulesia kembali dari Saparua dengan orang-orang dari [negeri] Porto dan Haria, mereka juga membawa seorang tentara Belanda, namun mereka tidak melakukan apa-apa pada tentara itu4.

Pada tanggal 21 Mei 1817, penduduk pulau Nusalaut tiba dan menguburkan jenazah-jenazah itu di ujung desa/negeri Tiouw, yang bernama Waesisi5.

Pada tanggal 22 Mei 1817, sekitar jam 4 sore, menjelang malam, Pattij [negeri] Hulaliu6, Pattij [negeri] Aboru7, Tuan Guru [negeri] Hulaliu8, Tuan Guru [negeri] Aboru9 dan Tuan Guru [negeri] Wassu10, datang ke [negeri] Haria untuk menerima perintah dari Thomas Matulesia. Dia [Thomas Matulesia] memukul dan menendang mereka, melecehkan, mengumpat dan memaki mereka dengan perkataan-perkataan yang kotor.

Pada tanggal 26 Mei 1817, 58 orang penduduk [negeri] Kamarian datang ke [negeri] Haria. Thomas Matulesia memerintahkan mereka ke Haruku untuk berperang.

Pada tanggal 27 Mei 1817, sekitar jam 10 pagi, orang-orang dari [negeri] Iha, Latu, Hualoi dan Amahai datang dan berkumpul di [negeri] Haria untuk berperang di Haruku. Kira-kira jam 3 sore, Radja [negeri] Iha11, Pattij [negeri] Latu12, Orang kaija [negeri] Sepa13 dan Orang Kaija 2 negeri di teluk Elpaputih dengan orang-orang Alifuru tiba di Haria, semuanya sekitar 100 orang berkumpul untuk ikut serta dalam pertempuran di Haruku. Dan sekitar jam 5 sore, Radja [negeri] Pelauw14, Pattij [negeri] Hulaliu dan Orang Kaija [negeri] Kailolo15 datang ke Haria untuk menerima perintah dari Thomas Matulesia. Dia memukuli, menendang mereka, serta melecehkan, memaki mereka dengan perkataan-perkataan kotor, dan memerintahkan orang-orang Haria yang bersenjatakan senjata untuk berdiri mengelilingi mereka, dan menembak mereka jika perlu.

Pada tanggal 31 Mei 1817, orang-orang dari pulau Nusalaut datang ke Haria, dan Thomas Matulesia memilih 80 orang untuk berperang di Haruku.

Pada tanggal 4 Juni 1817, sekitar jam 6 pagi, kapitan [negeri] Nolloth16 membawa 3 orang yang terluka dari Haruku ke Haria, 1 orang dari [negeri] Titawaai, 1 orang dari [negeri] Abubu, dan 1 orang dari [negeri] Ameth. Sekitar jam 10 pagi, orang – orang dari seluruh pulau Saparua berkumpul di Haria, dan Thomas Matulesia memilih 80 orang dari antara mereka untuk bertempur di Haruku.

Pada tanggal 5 Juni 1817, sekitar jam 12 siang, kapitan [negeri] Nolloth membawa Pattij [negeri] Aboru, Pattij [negeri] Wassu17, Radja [negeri] Pelauw, Orang Kaija [negeri] Kailolo dan Orang Kaija [negeri] Rohomoni18 dari pulau Haruku ke Haria, dan mereka menyampaikan kepada Thomas Matulesia bahwa penduduk [negeri] Haruku dan [negeri] Samet meminta perdamaian. Kemudian Thomas Matulesia memukuli, menendang, memarahi dan memaki para Radja dan Pattij ini dengan perkataan-perkataan yang kotor. 


Pada tanggal 10 Agustus 1817, orang-orang [negeri] Haria bermusyawarah dan bersumpah di baileu, jika di kemudian hari situasinya telah kembali pulih/damai, atau jika pasukan Belanda memenangkan perang, tidak ada yang akan mengungkapkan bahwa perang/perlawanan ini berasal dari Haria.

Pada tanggal 13 Agustus 1817, sekitar jam 10 malam, Raja Ulat yang bernama Salemba, Nicolas Pattinasarany, Thomas Matulesia serta kapitan [negeri] Ihamahu yang bernama Aron25 telah sepakat untuk membawa putri dari Pattij [negeri] Akoon26 ke pesta dansa di rumah Latulorij Latumahina dengan tujuan membuat malu. Orang-orang [negeri] Porto dan Haria membunuh Johannes Tuwanakotta, saudara dari Pattij [negeri] Akoon, tetapi saya tidak mengetahui dimana mereka menguburkan jenazahnya, tetapi Tuan Kompeni dapat menanyakan kepada para pelaku dimana mereka menguburkannya.

Pada tanggal 28 Agustus 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kelibon tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk mesiu itu.

Pada tanggal 8 September 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kuwamur tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk mesiu itu.

Pada tanggal 16 September 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kelmulij tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk mesiu itu.

Pada tanggal 20 September 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kilmurij tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk mesiu itu.

Pada tanggal 22 September 1817, seorang nakhoda bernama Batuluhu asal [negeri] Kilmurij menyampaikan surat kepada Radja [negeri] Keluhu dan kepada Radja [negeri] Ondor.

Pada tanggal 23 September 1817, orang-orang Alifuru dari [negeri] Amahai, Teluk Elpaputih dan Sepa tiba di Haria untuk bertempur di Haruku.

Pada tanggal 25 September 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kilmurij tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk mesiu itu, dan memberi mereka surat untuk dikirim ke Ternate.

Pada tanggal 27 September 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kilmurij tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk mesiu itu.

Pada tanggal 2 Oktober 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Kilmurij tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan ketika mereka kembali pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk mesiu itu.

Pada tanggal 3 Oktober 1817, sekitar jam 7 pagi, orang-orang Seram dari [negeri] Kilmurij tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan sekitar jam 7 malam, orang-orang Seram dari [negeri] Werinama tiba di Haria dengan 2 arumbai membawa bubuk mesiu, ketika mereka kembali pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih. Sekitar jam 11 malam, Radja [negeri] Ondor tiba di Haria dengan 1 arumbai membawa bubuk mesiu, dan saat kepulangan mereka, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih dan sepucuk surat untuk disampaikan kepada Radja Bali. Dua orang Burger beragama Islam juga menemani mereka.   

Pada tanggal 13 Oktober 1817, orang-orang Seram dari [negeri] Selor tiba di Haria dengan 1 arumbai, dan ketika mereka kembali pulang, Thomas Matulesia memberi mereka cengkih untuk ditukar dengan bubuk mesiu.

Pada tanggal 19 Oktober 1817, satu arumbai dari tanah Hitu tiba di Haria dengan 2 serdadu pribumi yang telah meninggalkan pasukan Belanda dan bergabung bersama para pemberontak. 1 orang dari negeri Haria bernama Matheus Ruhulesin, yang satunya lagi dari negeri Porto bernama Jacob Wattimurij. Keduanya tinggal di sini dan meminta senjata kepada Thomas Matulesia. Mereka menyampaikan informasi bahwa 18 kora-kora dari Ternate telah tiba di Ambon.

Pada tanggal 22 Oktober 1817, 14 orang dari [negeri] Kaibobu datang dan menyampaikan informasi bahwa orang-orang Pelauw telah pergi ke [negeri] Haruku untuk melapor kepada Belanda tentang apa yang terjadi di Saparua, dan orang-orang Kaibobu ini memohon kepada Thomas Matulesia untuk menyerang [negeri] Pelauw, tetapi Thomas Matulesia mengatakan bahwa orang-orang dari [negeri] Rumahkai, Tihulale dan Kamarian harus datang dan berjaga-jaga di Saparua, sedangkan dari [negeri] Hatusua hingga negeri Kaibobu harus berjaga-jaga di Haruku.

Kemudian saya menyerahkan kisah yang sebenarnya ini sesuai dengan kuasa dan kehendak Tuwan Yang Mulia, sambil menyebut diri hamba yang rendah ini.

 

=== selesai ===


Catatan Kaki

1. Chr. Fr. van Fraasen memberikan catatan kaki bernomor 16 pada kata ini, dan ia menjelaskan bahwa : Boan Besi, yang muncul dalam teks Melayu, sebenarnya adalah sisi atau bagian selatan dari pulau Haruku, dimana negeri Haruku berada pada sisi ini dengan benteng Zeelandia. Sisi atau bagian utara dari pulau Haruku, dimana terdapat negeri Hulaliu, disebut Hatuhaha. Tetapi penggunaan kata Boan Besi dalam konteks ini merujuk pada pulau Haruku secara keseluruhan.

2. Pasukan Belanda ini adalah armada ekspedisi yang dipimpin oleh Mayoor Genie Piter Jacobus Beetjes.

3.   Tanjung Hatuwalanej atau Hatualane, adalah tanjung yang berada pada sisi selatan teluk negeri Haria.

·       Lihat Peta Pulau Saparua, yang disisipkan dalam bukunya G.W.W.C. Baron van den Hoevell, Ambon en meer bepaaldelijk De Oeliasers : Geographisch, Ethnographisch, Politisch en Historisch, Doordrecht : Blusse en van Braam, 1875, khusus hlm 233

4. Kedua tentara Belanda yang ditawan ini bernama Van Hammer dan Josephus Leidelmeijer.

5.  Waisisil, sumber van Doren (1857 : 29) menulisnya Way Asil. Sumber van der Kemp (1914 : 4) menulisnya Wae Sisil

·    J.B.J. van Doren, Thomas Matulesia Het Hoofd der Opstandelingen op Het Eiland Honimoa na De Overname van Het Bestuur der Molukken door den Landvoogd Jacobus Albertus Middelkoop in 1817, J.B. Sybrandi, Amsterdam, 1857.

·   P.H. van der Kemp, Nadere Mededeelingen over den Opstand van Saparoea in 1817, dimuat dalam Bijdragen Tot de Taal-, Land, ende Volkenkunde van Nederlandsch Indies, deel (atau volume) 69, tahun 1914, hlm 1-10.

6.   Pattij [negeri] Hulaliu yang dimaksud dalam naskah ini adalah Frans Hatalaibessij

7.   Pattij [negeri] Aboru yang dimaksud dalam naskah ini adalah P.S. Usmanij

8.  Tuan Guru [negeri] Hulaliu yang dimaksud dalam naskah ini adalah Lambertus Uniputtij

·     Verslag aan schout-bij-nacht en commissaris-generaal Buijskes van de staat van het schoolwezen op de Ambonse eilanden, opgesteld door C.M. Baumhauer, secretaris van de commissie ter overname van de Molukken, Ambon, november 1817.Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4; collectie Schneither 2.21.007.57, 128.

9.   Tuan Guru [negeri] Aboru yang dimaksud dalam naskah ini adalah J. Mustamu

·     Verslag aan schout-bij-nacht en commissaris-generaal Buijskes van de staat van het schoolwezen op de Ambonse eilanden, opgesteld door C.M. Baumhauer, secretaris van de commissie ter overname van de Molukken, Ambon, november 1817.Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4; collectie Schneither 2.21.007.57, 128.

10.       Tuan Guru [negeri] Wassu yang dimaksud dalam naskah ini adalah C. Kiriweno

11.   Verslag aan schout-bij-nacht en commissaris-generaal Buijskes van de staat van het schoolwezen op de Ambonse eilanden, opgesteld door C.M. Baumhauer, secretaris van de commissie ter overname van de Molukken, Ambon, november 1817.Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4; collectie Schneither 2.21.007.57, 128.

12.  Menurut sumber dari Chr. Fr. van Fraasen, Radja [negeri] Iha pada tahun 1817 tidak/belum diketahui identitasnya

13.  Menurut sumber dari Chr. Fr. van Fraasen, Pattij [negeri] Latu pada tahun 1817 tidak/belum diketahui identitasnya

14.     Orang kaija [negeri] Sepa, menurut sumber dari Chr. Fr. van Fraasen, bernama Bakar Amahoru, putra dari Bangsa Amahoru. Bakar Amahoru menjadi Orang Kaija van Sepa sejak 1804 – 1829)

15.    Menurut sumber dari Chr. Fr. van Fraasen, Radja  [negeri] Pelauw pada tahun 1817 tidak/belum diketahui identitasnya

16.    Menurut sumber dari Chr. Fr. van Fraasen, Orang Kaija [negeri] Kailolo pada tahun 1817 tidak/belum diketahui identitasnya

17.     Kapitan [negeri] Nolloth yang dimaksud dalam narasi ini bernama Lucas Huliselan atau Lucas “wattimena” Silano

18.      Pattij [negeri] Wassu yang dimaksud dalam narasi ini bernama Salomon Pattinama. Ia menjadi Pattij van Wasu (sebelum 1803 – 1835). Ia diketahui menikah dengan Elizabeth Corputtij

19.         Orang Kaija [negeri] Rohomoni pada masa ini tidak/belum diketahui identitasnya

20.         Orang Kaija [negeri] Liang pada masa ini tidak/belum diketahui identitasnya

21.         Radja [negeri] Oma bernama B. Pattinama

22.        Tuan Guru [negeri] Oma bernama N. Kiriwenno

·      Verslag aan schout-bij-nacht en commissaris-generaal Buijskes van de staat van het schoolwezen op de Ambonse eilanden, opgesteld door C.M. Baumhauer, secretaris van de commissie ter overname van de Molukken, Ambon, november 1817.Afschrift. NA: collectie Buijskes 1.01.47.05, 4; collectie Schneither 2.21.007.57, 128.

23.       Radja Tuwa negeri Aboru atau bekas Radja negeri Aboru yang dimaksud adalah Philip Benjamin Ferdinandus. Ia menjadi Radja van Aboru (sebelum 1803 – 1810). Ia lahir sekitar tahun 1740an dan meninggal pada 16 Juni 1817 dalam usia 70-an tahun.

24.    [negeri] Batulomij atau Batulomin adalah sebuah negeri/desa di pesisir selatan Seram Timur, di antara negeri Undur dan Urung

25.    Pieter Weijnand atau Pieter Wijnand pernah bertugas di Sawai (1804) sebagai seorang penerjemah (1806) bertugas dalam ekspedisi menghadapi perlawanan Sultan Nuku di pulau Seram (1806), bertugas di Gubernuran Ambon dengan tugas mengurusi hal-hal tentang pulau Seram (1815), terbunuh di Luhu pada Juli 1817

25.     Kapitan [negeri] Ihamahu bernama Lucas Lisapalij alias Aron

26.     Pattij [negeri] Akoon dalam narasi ini bernama Dominggos Thomas Tuwanakotta

[Pada tanggal 26 Juli 1817, Pattij van Akoon, Dominggos Thomas Tuwanakotta, membelot ke pihak Belanda, meninggalkan istri dan anak-anaknya. Thomas Matulesia bersama pasukannya kemudian menangkap istri dan anak-anak dari Pattij van Akoon, saudaranya yang bernama Johannes Tuwanakotta, ingin menyelamatkan mereka tetapi terbunuh bersama 2 orang budaknya. Istri dan anak-anak dari Pattij van Akoon tetap dibiarkan hidup hingga akhir perang]

·    P.H. van der Kemp, Het Herstel van Het Nederlandsch gezag in de Molukken in 1817, bagian II dengan sub judul De Opstand in de Molukken onder het bestuur der Commisie Engelhard – Van Middelkoop, dimuat dalam  Bijdragen Tot de Taal-, Land, ende Volkenkunde van Nederlandsch Indies, deel (atau volume) 65, tahun 1911, hal 561-736, khususnya hlm 695-696

·    P.H. van der Kemp, Het Nederlandsch-Indisch Bestuur van 1817 op 1818 over De Molukken, Sumatra, Banka, Billiton en De Lampongs, s’Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1917, hlm 87-88

Tidak ada komentar:

Posting Komentar