Rabu, 24 Mei 2023

Christina Martha [Tiahahu]


[J.J. Moerman]

 

  1. Kata Pengantar

Pada hari Minggu, tanggal 22 Desember 1929, hampir 1 abad yang lalu, di surat kabar Het Vaderland: stat- en letterkundig nieuwsblad, muncul tulisan pendek dalam bahasa Belanda dengan judul Christina Martha, yang ditulis oleh J.J. Moerman. Dilihat dari judul tulisan pendek itu, ini adalah tulisan mengenai pahlawan perempuan asal pulau Nusalaut, Christina Martha Tiahahu. Mungkin tidak banyak tulisan mengenai sosok ini, selain tulisan dari Q.M.R. Ver Huell, komandan kapal perang Evertsen, yang bertemu, berbincang, melukis dan pada akhirnya memakamkan srikandi Maluku itu di lautan antara pulau Kelang dan Buano.

Christina Martha, ca 1817 (oleh Ver Huell)

Menarik bahwa tulisan pendek ini diterbitkan di surat kabar yang terbit di Belanda, yang sepertinya menandakan bahwa kisah hidup Christina Martha “mempengaruhi” kehidupan orang-orang Belanda sepanjang 1 abad sejak peristiwa di tahun 1817. Terlihat jelas dalam isi tulisan, sang penulis mengekspresikan pandangan pribadinya yang lebih humanis dalam menggambarkan figur Christina Martha daripada sikap sinis seorang yang tinggal di negara kolonialis.

Hal demikianlah yang menjadi alasan kami menerjemahkan tulisan ini untuk dibaca, meskipun sebagian besar dari kisah hidup Christina Martha telah diketahui. Kami hanya menambahkan beberapa lukisan/gambar ilustrasi dan catatan tambahan pada terjemahan ini. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat, dan menambah literatur kita dalam bersejarah.


  1. Terjemahan

Di sebelah timur Pulau Ambon, yang begitu terkenal dalam sejarah VOC, terletak gugusan kepulauan Oeliassers, yang terdiri dari Pulau Haruku, Saparua dan Nusa Laut. Pulau Nusa Laut adalah pulau yang terkecil, dengan keliling sekitar 4 ½ mil. Seorang penulis mengatakan tentang pulau itu :

Pulau itu bergunung-gunung dan memiliki penampilan yang ceria karena bukit-bukitnya berkabut dan negeri-negerinya yang berpenduduk cukup banyak”.

                Penduduknya, yang sebelumnya dikenal “sulit, keras kepala dan rentan terhadap perlawanan”, telah memeluk agama Kristen selama berabad-abad. Mereka terutama tinggal di 7 negeri di pesisir pantai. Otoritas Belanda secara tradisional terletak di “benteng” Beverwijka yang sekarang sudah benar-benar bobrok. 

Pulau Nusa Laut

                Pada awal abad yang lalu, Paulus Triago tuab memerintah di pulau ini sebagai Radja [negeri] Abubuc yang terletak di pantai selatan pulau itu. Sekitar tahun 1800d, seorang anak perempuan lahir untuknya, yang sebagai seorang Kristen Protestan, dia memberi nama Christina Martha pada saat pembaptisannyae. Christina Martha tumbuh menjadi kecantikan Timur. Komandan Ver Huellf, komandan kapal perang Evertsen yang bertemu dengannya sebagai seorang gadis berusia sekitar 17 tahun, menggambarkannya sebagai seorang yang bertubuh bagus dan tinggi. “Mata hitamnya yang indah penuh ekspresi. Dia memiliki ekspresi melankolis di mulutnya yang indah, dengan gigih putih cerah”.

                Dicintai oleh ayahnya, yang merupakan putri satu-satunya, dihormati dan dicintai oleh orang-orang di sekitarnya. Christina Martha menghabiskan masa kecilnya tanpa beban di Nusa Laut yang terpencil. Pada tahun 1817, tepatnya pada saat Belanda mengambil alih kekuasaan dari tangan Inggris di Kepulauan Hindia, terjadi perubahan besar yang tidak terduga dalam kehidupan Christina Martha. Pemberontakan sengit pecah di pulau Saparua yang berdekatan dengan pulau Nusa Laut.

                Para pemberontak memilih Matulesi sebagai pemimpin mereka, seorang penduduk pribumi yang berpendidikan bebas yang telah bekerja di kesatuan milisi Ambon selama pemerintahan Inggris. Resident Van den Berg yang masih berusia muda, istri dan 2 orang putranya dibunuh dengan kejam di dalam Benteng Duurstede di Saparua. Segera pemberontakan menyebar ke pulau-pulau sekitarnya. Matulesi mengirim letnannya, Rhebok ke Nusa Laut untuk mengabarkan pemberontakan di sana. Sukarela atau terpaksa, penduduk mengikutinya. “Benteng” Beverwijk direbut dan banyak orang yang pergi ke Saparua untuk bergabung dengan pasukan Matulesi. Di antaranya adalah Paulus Triago.

                Saat Raja tua bersiap untuk berperang, Christina Martha memohon kepada ayahnya yang sangat ia cintai, untuk menemaninya sebagai pembawa senjatanya. Raja mengabulkan permintaannya, dan gadis itu pergi berperang. Perang itu berlangsung sengit dan berdarah-darah, Christina Martha melihat sebagian besar pertempuran itu. Di sana, di tengah panasnya pertempuran, sifat sukunya terasa. Didorong oleh rekan-rekan seperjuangannya yang mengagumi keberaniannya, ia berjuang di barisan depan, tak segan-segan menarikan Tjakalili atau tari perang bersama para pejuang dan jagoan di depan para prajurit. Tapi dia selalu mengawasi ayahnya yang sudah tua, siap melindunginya dari bahaya sekecil apa pun. 

Christina Martha, ca 1817 (oleh Ver Huell)

                Dengan aksi gabungan angkatan darat dan armada dibawah kepemimpinan tegas dan kuat Laksamana muda Buijskesg, pemberontakan itu dipadamkan pada akhir tahun 1817. Matulesi dan pembantu-pembantu utamanya ditangkap dan dibawa ke kapal Evertsen di teluk Saparua. Di antara para tahanan itu, ada Paulus Triago dan putrinya.

                Laksamana muda Buijskes yang datang dari Ambon ke Saparua membawa mereka dengan arumbai ke kapal Evertsen, dimana komandan Ver Huell juga hadir. Tentang Christina Martha, Ver Huell menulis :

Dia berdiri di sana dalam pose yang anggun dan tidak malu-malu, matanya yang gelap memancarkan jiwa dan tatapan tajam pada kami masing-masing, sesekali meremas-remas tangannya dengan perasaan cemas yang membanjiri hatinya. Tiba-tiba dia dengan putus asa mendekati Tuan Buijskes dengan berjalan kaki dan, dengan kata-kata yang mengharukan, memohon belas kasihan untuk ayahnya yang telah tua”.

Tapi ada belas kasihan untuk ayahnya. Dia dijatuhi hukuman untuk dieksekusi di pulau itu. Christina Martha dibebaskan karena masih berusia muda, tetapi dia tidak ingin meninggalkan ayahnya.

Ketika Raja Triago dijatuhi hukuman, dia dibawa ke Nusa Laut dengan barkas bersenjata. Putrinya diizinkan untuk menemaninya. Pada tanggal 17 November [1817], komandan Ver Huell dan Grooth serta Resident Neijsi, juga pergi ke pulau tersebut. Di tepi pesisir pantai dekat Benteng Beverwijk terdapat beberapa kora-kota dengan prajurit pribumi dari Ternate dan Tidore, yang telah menjadi sekutu kita dalam memadamkan pemberontakan. 600 – 700 penduduk pribumi ditaklukan, setelah itu mereka mendirikan markas di dekat benteng. Ratusan penduduk pulau itu datang ke Beverwijk untuk menyaksikan upacara duka itu. Ketika Raja tua ditemani oleh Christina Martha dibawa keluar, semua penduduk pribumi ini berjongkok dengan hormat. Christina Martha melangkah maju untuk melakukan upaya lain untuk mendapatkan pengampunan bagi ayahnya, tetapi pada saat yang sama dia berubah pikiran dan mundur. Gadis itu kemudian dibawa ke dalam benteng. Seorang guru djemaat pribumi membaca Doa Bapa Kami dalam bahasa Melayu. Kemudian Pangeran Ternate O, Toussan mengangkat pedangnya ke bawah, memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menembak. Sesaat kemudian, Raja Triago dijatuhi hukuman mati.

Berkat kebaikan hati Laksamana muda Buijskes, Christina Martha dibawa ke keluarga guru djemaat [negeri] Abubu.

Dia dirawat dengan baik di sana. Tetapi cinta dan pengabdian teman-teman serumahnya tidak sekuat baja untuk mengangkat gadis itu dari depresi berat yang membuatnya tenggelam dalam duka karena kehilangan ayahnya. Suatu hari dia meninggalkan rumah pengasuhnya dan melarikan diri ke hutan. Di sana dia mengembara selama berminggu-minggu, memakan buah-buahan. Segera penduduk mulai takut padanya. Meski percaya takhayul, mereka melihat Christina Martha sebagai penyihir, seorang Sawahj, atau roh jahat, yang cepat atau lambat akan membawa malapeta ke pulau itu. Jadi gadis yang malang itu, yang pernah menjadi kesayangan penduduk, menjadi orang buangan di antara orang-orang itu. 

Lukisan eksekusi Paulus Tiahahu, ca. 1817

Penduduk pribumi berpaling kepada otoritas Belanda dan memohon untuk dibebaskan dari gadis yang di mata mereka begitu berbahaya. Atas perintah Laksamana muda Buijskes, Christina Martha kini dipindahkan ke Ambon, untuk dibawa ke Batavia.

Ketika kapal Evertsen kembali ke Jawa dari perairan Ambon setelah ekspedisi berakhir, Christina Martha ada di dalam kapal itu. Dia berada di tangan yang baik di sana, karena komandan Ver Huell yang dalam tulisannya berulangkali menunjukkan dirinya sebagai orang yang mulia, yang memiliki belas kasih yang mendalam untuk setiap anak terlantar. Saat layar kapal Evertsen terkembang, anak buah komandan Ver Huell masuk ke kabin bersama Martha Christina. Komandan berbicara dengannya dengan hangat dan memberi semangat dan meyakinkannya bahwa dia tidak akan kekurangan apa pun. Dia berjanji padanya bahwa dia akan membangun/membuat kabin “khusus” hanya untuknya. Di Batavia dia bisa mengandalkan kemurahan hati dan kemanusian dari pimpinan-pimpinan tertinggi. Ver Huell tidak akan gagal untuk memberitahukan di sana bagaimana, didorong oleh cinta yang tulis kepada ayahnya, dia mengikuti ayahnya ke mana-mana, bahkan sampai mati.

“Dia melihatku saat itu,”, kata komandan Ver Huell, “dengan tatapan penuh arti, penuh harap, dan menciptakan keheningan yang lama. Ketika perasaan yang dalam menggerakkan jiwa, kata-kata tidak dapat memberikan sedikit kenyamanan: keheningan yang dalam juga menekan perasaan ini darinya. Kedalaman matanya yang hitam legam dan penuh perasaan begitu mencolok. Itu menunjukkan kesedihan yang tertekan di dalam dirinya”.

Komandan Ver Huell berharap anak buahnya mendapati gangguan dalam berurusan dengan penduduk pribumi lain yang juga ada di dalam kapal itu. Tapi gadis itu terus mengasingkan diri. Dia duduk diam di geladak selama berjam-jam, menatap laut lepas. Kesedihannya yang luar biasa telah merusak kesehatannya, tetapi dia dengan tegas menolak pengobatan apa pun. Hanya dengan susah payah dia bisa dibujuk untuk makan makanan sesekali. Kecantikan putri Abubu yang dulunya indah berubah menjadi makhluk kecil kurus kering.

Pada tanggal 2 Januari 1818 – mereka baru saja melewati pulau Buru sehari sebelumnya – komandan Ver Huell datang untuk melaporkan bahwa Christina Martha telah meninggal duniak. Berita ini sangat mempengaruhi komandan.

Semua yang saya dengar dan lihat tentang dia, tulis komandan kemudian, “ditandai dengan jiwa yang mulia, kepahlawanan, dan duka yang teguh atas kehilangan ayahnya. Apakah dia (saya pikir) hidup di antara orang-orang yang beradab??, telah diizinkan untuk melihat, dan jika jiwanya yang kuat telah ditempa oleh moral yang lebih lembut, betapa baiknya kebajikannya berkembang. Terlahir di antara orang-orang yang tidak beradab, masih sedikit diterangi oleh cahaya agama, dia dengan penuh semangat mengadopsi semua perilaku yang tidak beradab yang dihargai oleh orang-orang ini, dan yang menunjukkan sikap kepahlawanan, yang membuat makhluk yang begitu bersemangat seperti dia, harus dihukum”.

                Pada malam setelah kematiannya, di atas kapal Evertsen, jenazah Christina Martha diturunkan diam-diam menuju dinginnya laut.

====== SELESAI======

 

Catatan Tambahan

a.        “Benteng” atau blokhuis Beverwijk dibangun tahun 1650an oleh Arnold de Vlamingh van Ousdthoorn dan diberi nama mengikuti nama tempat kelahirannya, yaitu Beverwijk di Belanda.

b.       Paulus Triago atau Paulus Tiahahu, Kapitan van negeri Abubu. Penulisan Paulus Triago adalah “korupsi” penulisan dari Paulus Tiahahu. Misalnya penulisan nama Paulus Treago secara eksplisit ditulis oleh Letnan H.P.N. ‘t Hooft dalam jurnal hariannya per tanggal 14 November 1817, 16 November 1817, 17 November 1817.  Paulus Tiahahu ditangkap pada tanggal 13 November 1817 dan dieksekusi pada tanggal 17 November 1817 di Nusa Laut.

c.        Penyebutan Paulus Triago atau Paulus Tiahahu sebagai Radja [negeri] Abubu adalah penyematan secara keliru yang dilakukan oleh ABK kapal, misalnya letnan muda J.A. Zoutman. Paulus Triago bukanlah seorang Radja tetapi seorang Kapitan atau pemimpin perang. Radja van Abubu pada tahun 1817 adalah Johannes Marcus Manusama.

§  Journaal door adelborst 1e klasse J.A. Zoutman gehouden aan boord van het fregat Maria Reijgersbergen, 7 november –16 december 1817.Origineel, eigenhandig. NA, Admiraliteitscolleges collectie Zoutman, 1.01.47.20, 10.

d.       Estimasi sekitar tahun 1800 sebagai tahun kelahiran Christina Martha adalah hasil “perhitungan” dari deskripsi Ver Huell yang menyebut Christina Martha berusia sekitar 17 tahun di tahun 1817 itu. Tahun tepat kelahiran Christina Martha tidaklah diketahui, karena akta baptisan atau register baptisannya tidak ditemukan lagi

e.        Tidak diketahui secara pasti tanggal dan tahun Christina Martha dibaptis, namun ada beberapa informasi yang menduga jika Christina Martha di baptis oleh Joseph Kam, saat ia mengunjungi pulau Nusalaut dalam tahun 1814-1815.

f.         Komandan Ver Huell, yang dimaksud adalah Quirijn Maurits Rudolph Ver Huell, lahir pada 11 September 1778 di Zuthpen dan meninggal dunia pada 10 Mei 1860 di Arnhem. Ia menjadi komandan kapal Evertsen sejak tanggal 24 Maret 1817 – 4 Desember 1819, menyusul kematian komandan sebelumnya, D.H. Dietz pada tanggal 24 Maret 1817.

g.        Laksamana muda Buijskes, yaitu Arnold Adriaan Buijskes

h.       Komandan Groot, yang dimaksud bernama Jan Groot, lahir pada 10 April 1777 di Hoorn, dan meninggal dunia pada 19 Februari 1821 di Tanjung Harapan. Ia menjadi komandan kapal Maria Reygersbergen sejak 14 Januari 1817 – 25 Agustus 1819.

i.         Resident Neijs, yang dimaksud adalah Johanes Alexander Neijs.  Ia sebelumnya menjadi Resident van Ternate sejak 30 April 1817 – September  1817) yang kemudian digantikan sementara waktu oleh Joan Pieter Hulft van Hoorn sebagai pejabat Resident  van Ternate (Sept 1817 – Agustus 1818) dan diserahkan lagi kepada J.A. Neijs hingga tahun 1831.

j.         Sawah mungkin maksudnya adalah soewangi atau swanggi/suanggi.

k.        Menurut jurnal harian kapal perang Evertsen, Christina Martha meninggal dunia pada tanggal 2 Januari 1818 jam 20.00 (8 malam).

§  Journaal door 2e luitenant-ter-zee H.P.N. 't Hooft gehouden aan boord van het linieschip de Admiraal Evertsen, 1 december 1816 – 21 april 1819.Afschrift. NA, collectie 't Hooft 2.21.004.20, 2. [khusus tanggal 2 Januari 1818]

2 komentar:

  1. Gandong, di catatan tambahan bagian f, disitu ditulis Ver Huell lahir tahun 1878. Mungkin maksudnya tahun 1778 boleh kapa? Mengingat perang Pattimura sa 1817 tuh, hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih atas koreksi kaka bu/usi... ia benar ada kekeliruan penulisan tahun...yang benar seperti yang dibilang... sekali makasih atas koreksinya

      Hapus