Sabtu, 11 Desember 2021

Negeri-negeri di Pulau Saparua Dalam catatan Rumphius, ca. 1680an

 

(bag 2)



Pulau Lease

9.       Boi

Boi dulunya berada di pegunungan terjal dekat pantai, di ujung selatan bagian barat pulau ini – juga merupakan tanjung yang sulit untuk berlayar. Di masa kini, negeri ini berlokasi di pesisir, tepat di sebelah timur dari tanjung itu. Negeri ini dipimpin seorang patih, bernama Anthonio Anakotaa, dan memiliki 142 laki-laki berbadan sehat, 498 jiwa dan 70 buah dati, serta terbagi dalam soa.

Wilayah [negeri] Boi adalah semenanjung yang dipisahkan oleh 2 teluk kecil, yaitu teluk Porto dan Tiouw, dari sisa wilayah yang terhubung dengan [negeri] Tiouw oleh bagian tengah yang lebarnya sekitar ½ jam perjalanan jalan kaki. Bentuknya segitiga, seperti wilayah Achaia di Yunani.



10.    Haria

Haria juga berada di semenanjung yang sama, pada sisi barat dari negeri Boi, namun di masa kini berlokasi dekat negeri Porto. Negeri ini dipimpin oleh orangkaja Manuhutu, dan di masa kini dipimpin oleh Mattheus Pikasiwab, dan memiliki 217 laki-laki berbadan sehat, 982 jiwa dan 91 buah data, serta terbagi dalam soa.


11.     Porto

Porto, atau sebenarnya Poru atau Porut, dulunya terletak di pegunungan berbatu yang curam, yang disebut Opal, tidak jauh dari pantai, dimana negeri ini kini berlokasi, di sebuah teluk kecil, 10 ½ mil di sebelah barat Sirisori. Negeri ini dipimpin oleh radja yang bernama Franciso Ririasac, dan memiliki 113 laki-laki berbadan sehat, 480 jiwa dan 50 buah dati. Seperti disebutkan sebelumnya, ada Latumahina selain Radja.

Di dekat negeri ini, pada tahun 1655 dibangun sebuah benteng barud dengan ukuran yang sama yang ada di pantai Hitu, dilengkapi dengan 6 buah artileri, seorang sersane dan 16 serdadu.


Sampai sekarang, tidak ada air minum yang baik, yang ditemukan di sini. Apa yang diambil dari lubang di bawah batu, adalah air payau saat air pasang. Ini karena air laut terus mengalir di bawah dasar batu, tempat pulau ini terletak di atas panekuk, panekuk yang tidak terendam, membentuk dasar hampir seluruh teluk di dekatnya. Namun, sekitar 15 menit perjalanan jalan kaki ke sebelah timur benteng itu, ada sungai kecil berair tawar.

Dari Porto ke arah barat dan utara, kira-kira hingga ke Hatuana, seluruh wilayah tidak berpenghuni. Umeputih adalah tanjung barat pulau Honimoa, datar dan dengan pantai berpasir putih, di seberang pantai Hulaliu, di pulau Oma (Haruku), dimana banyak ikan ditangkap.


12.     Kerajaan Iha

Di sisi utara pulau ini, ada 7 negeri lagi, tetapi dengan penduduk yang sangat berbeda dari yang sebelumnya. Penduduk di wilayah ini adalah Ulilima dan beragama Islam, bekas “vassal” Ternate, tetapi dibawah otoritas Portugis oleh Gubernur Portugis, Gonsalvo Pereira1 dengan tindakan kekerasan. Namun setelah itu, mereka memberontak lagi bersama-sama dengan Hitu. Meskipun Andre Furtadof menyerang dan berniat menaklukan mereka kembali dalam kekuasaan Portugis, namun tidak berhasil. Wilayah ini memiliki benteng alami, Furtado dengan pasukannya yang cukup besar terpaksa menghentikan pengepungan dan mundur dalam kebingungan karena kehilangan banyak pasukannya. Sejak saat itu, penduduk wilayah ini sangat bangga dan berani. Karena semua rakyat biasa bergabung dalam kelompok pemberontak ini, mereka berkekuatan 1400 hingga 1500 orang banyaknya. Mereka telah bersumpah setia kepada negara kita (VOC) pada beberapa kesempatan, terutama pada pertemuan besar yang diadakan di hadapan Gubernur Jenderal Coen2/g, tetapi mereka telah menolak untuk menerima layanan wajib kerja3, dan bersekutu selama beberapa kali dengan Kakiali, dan hal itu melecehkan kita. Perilaku egois ini telah ditutup-tutupi sampai perang Madjira, ketika mereka diserang oleh laksamana De Vlamingh dan mereka dipaksa untuk menyerah dan menyerahkan raja-raja mereka kepada kita4.

Namun, tak lama kemudian, mereka secara sukarela meninggalkan negara (wilayah) mereka dan menyeberang ke Seram, dimana mereka masih menetap, kecuali Nolot, dan beberapa orang dari 7 “negeri” itu  yang tinggal di Sirisori, dan kemudian menjadi Kristen.

Negeri utama adalah Iha, atau yang kami sebut Iwa, berada di bawah kekuasaan seorang radja di pantai Hatuana, di tanjung paling utara pulau ini, dimana benteng Huis te Velzen sekarang berada.


13.     Nolot

Nolot juga berada di tanjung ini, tetapi berjarak ½ mil ke arah timur. Negeri ini dipimpin oleh seorang radja. Negeri ini telah berpisah dari tetangganya yang memberontak dalam perang Madjira dan memihak kepada VOC. Mereka bergabung dengan orang-orang negeri Ulat sampai orang-orang sebangsa mereka melarikan diri ke Seram. Pada tahun 1655, negeri ini ditempatkan di pantai Iha, dimana mereka masih tinggal, dan setelah itu penduduknya memeluk agama Kristen. Negeri ini dipimpin oleh seorang raja .......... di masa kini dipimpin oleh orangkaja bernama Adriaan Pasalbesih, dan memiliki 459 laki-laki berbadan sehat, 962 jiwa dan 135 buah dati.

Benteng pertahanan, Huis te Velzen dibangun di wilayah ini pada tahun yang sama, dinamakan sesuai dengan tanah berbatu tempat benteng itu didirikan5, dilengkapi dengan 6 unit artileri, seorang sersani, dan 15 serdadu.


14.    Iha + Ihamahu

Sedikit lebih jauh ke arah selatan, di sungai pertama, terletak “negeri” Hatala, bahkan lebih jauh ke arah selatan, terletak “negeri” Mahu, dan sekitar 1 jam perjalanan jalan kaki ke arah selatan, di Kaaimansgat, terletak “negeri” Watelete. Di sisi utara bagian tengah adalah “negeri” Pia, dan sedikit lebih ke arah barat, ada “negeri” Uhu atau Kulur.

Namun, semua negeri ini telah bergabung bersama pada zaman Portugis dan menetap di gunung Ukukalu6, sebuah benteng alami, terisolasi dari yang lain dan berbentuk datar di atasnya.

Seperti disebutkan, mereka tinggal di sana sampai pada masa laksamana De Vlamingh, ketika mereka menyerah dan melarikan diri ke Seram. Penduduk dari “negeri” Iha dan Mahu telah menetap di sana sekitar 1, 5 jam perjalanan dari negeri Latu ke bagian barat, tepat di seberang wilayah lama mereka. Penduduk “negeri” Kulur dan Pia, menetap di lokasi yang jaraknya sekitar 1,5 jam, dekat [negeri] Rumahkai, dan wilayah mereka yang tandus telah ditempati oleh penduduk-penduduk negeri Kristen, yaitu Paperu, Tuhaha, Nolot dan Itawaka, keempat negeri ini ditempatkan di sekitar benteng pertahanan ini. Dengan melakukan hal ini, mereka tidak memiliki harapan untuk mendapatkan kembali tanah lama mereka, sehingga pulau ini telah “disingkirkan” dari orang Islam, kecuali sejumlah kecil orang di Sirisori, yang seperti dikatakan, sebagian besar telah menjadi orang Kristen. Setelah itu, pada tahun 1680, semakin banyak orang Iha bergabung dan memeluk agama Kristen. Mereka sekarang tinggal bersama di pantai Pata Hitu, di bawah pimpinan Patih bernama Jeremias Djumat, dan memiliki 1 kora-kora. Negeri ini memiliki 316 orang berbadan sehat, 1219 jiwa dan 165 buah dati.

Iha sendiri memiliki 7 soa : soa pertama dipimpin oleh radja, soa kedua dipimpin oleh patih, soa ketiga dipimpin oleh Hahuan, soa keempat dipimpin oleh Polotula, soa kelima dipimpin Malike, sebuah soa hukum –tetapi telah bergabung dengan soa pertama – dan dua soa lainnya yang kurang dikenal.

Raja menceritakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari pohon kelapa radja7, yang berlokasi di Ailatu, dan radja pertama memiliki 8 putra. Dari putra pertama, Latu Suli, menurunkan garis keturunan radja, dari putra kedua, Latu Wail, menurunkan garis keturunan patih, sedangkan putra ketiga, Latu Pika Ulan, tidak memiliki keturunan.

Tukang/pandai emas selalu menjadi kerajinan turun-temurun di antara orang-orang Iha. Secara khusus, orang-orang soa kedua yang dipimpin oleh patih, mengklaim bahwa mereka adalah tukang emas pertama di sana, tetapi seiring waktu beberapa orang Keling datang dari pantai Coromandel8, dan mengajari mereka cara menyolder. Sementara itu, patih mengawinkan putrinya dengan orang asing, yang kemudian menetap di sana, bersama rekan-rekannya, yang membentuk soa ketiga dan keempat.

Mereka menganggap kepandaian tukang emas adalah warisan turun temurun, dan sangat unik sehingga mereka tidak ingin mengajarkannya kepada orang di soa lainnya (apalagi orang pribumi) dan siapa pun yang mencoba menirunya tidak akan berhasil. Mereka melakukan pekerjaan mereka dengan alat yang biasa saja, sehingga mereka menguasai seluruh toko tukang emas, kompor dan lain-lain. Tetapi mereka juga melakukan pekerjaan yang “buruk” dan melakukan sedikit kecurangan. Secara khusus, hal ini adalah soal cara mereka membuat ular emas palsu yang terbuat perak di bagian dalam dan menutupi bagian luar dengan selaput emas tipis, sehingga ketika kita mencobanya, kita tidak akan tahu apakah itu emas murni atau bukan. Pekerjaan “kasar” ini umum di antara semua orang Ambon.

Radja terakhir yang memerintah dalam pemerintahan lama mereka adalah Bisi Hole atau Taulapia, yang menyerah kepada laksamana De Vlamingh pada tahun 1653 dan dipenggal atas perintah De Vlamingh, seperti juga ulama besar mereka, Lisaloan, dari soa Marike, karena mereka terus memberontak. Ia meninggalkan seorang putra, bernama Lebe Radja, dan saudaranya bernama Siaheli yang melanjutkan pemerintahan.

Patih terakhir adalah Siaheli, disebut Patih Tua9, yang meninggal karena usia lanjut di Latu-Hualoi.

==================================================

Portugis memiliki  23 sekolah Kristen di 3 pulau Lease itu, tetapi tidak ada tempat tinggal permanen : para imam/pendeta yang datang berkunjung ditempatkan di baileu. Penduduk pribumi memperdagangkan sagu dan ikan, dan beberapa pala, yang sekarang sebagian besarnya telah ditebang. Di tempat datar, antara Nolot dan Itawaka, yaitu Kameiputih, dulu belerang ditemukan, tetapi sekarang tidak lagi. Ada pemandian air hangat antara Tiouw dan Porto. Di negeri Pia, ditemukan tanah putih berminyak, yang disebut ume Pia10, yang sangat berguna bagi tukang emas untuk membuat cetakan dan cawan lebur, atau juga cetakan tempat roti sagu dipanggang. 

Seluruh pegunungan bagian timur pulau, mengandung banyak napal abu-abu dan lempung, yang juga disebut “batu poan” oleh penduduk pribumi. Setelah mengasapi itu selama beberapa hari, para wanita memakannya, terutama ketika mereka hamil : mereka yakin bahwa anak-anak mereka akan memiliki kulit berwarna putih. Yang terbaik adalah yang di Ulat dan Itawaka. Di Ulat, warnanya merah bercampur putih, mereka memilih bagian yang paling merah dan mewarnai pot dengan bahan itu selama pembakaran. Di masa kini, pulau ini memiliki banyak pohon kelapa dimana kompeni mendapatkan semua bahan bakar minyak dan buahnya.


====== selesai ======


Catatan Kaki

1.         Goncalo Pereira Marramaque, komandan armada yang dikirim dari Goa (India) untuk membantu pasukan Portugis di Ambon (1568-1572)

2.        Peradilan ini diadakan dari tanggal 1-7 Juni 1621

3.        Layanan wajib kerja : wajib kerja di armada hongi

4.       Dalam tahun 1652

5.        Rumphius rupanya menafsirkan nama Velzen sebagai kata Jerman, yaitu Felse, yang berarti “batu”. Namun, Velzen dinamai menurut tempat yang bernama Velzen di Belanda Utara

6.       Gunung Amaihal di masa kini. Menurut sejarah negeri Iha/Ihamahu, gunung ini disebut Ulupalu pada masa itu

7.        Kelapa radja atau niwel latu : pohon kelapa (cocos nucifera L.)

8.       Coromandel adalah pantai tenggara India. Di kepulauan Melayu, orang India selatan disebut sebagai Orang Keling atau Kling

9.       Patih Tua : de oude-Patih

10.     Ume : tanah/bumi (aarde), ume Pia : tanah Pia. Tanjung barat laut pulau Saparua disebut Umeputih, umeputih : tanah putih

 

Catatan tambahan

a.        Menurut Gerrit Knaap yang merujuk pada sumber zielsbeschrijving (sensus penduduk) Anthonie atau Antonio Anakota digantikan oleh Francisco Lisua (komunikasi pribadi tanggal 27 Mei 2021). Menurut sumber dari Valentijn, Francisco Lisua ini ditulis Francisco Lilisouw, yang dalam tahun 1708 telah disebutkan sebagai  Patih van Booi. Berdasarkan daftar para Patih van Booi yang disusun oleh PKP IX, Francisco Lisua/Lilisouw ini ditulis Frans Riusoa sebagai Patih Booi ke-4, sehingga Antonio/Anthonio Anakota adalah Patih ke-3 atau dalam daftar tersebut, adalah Frans Anakota atau mungkin juga yang bernama Ririhena

§  Lihat Valentyn, Francois. Oud en Nieuw Oost Indie (twede deel) Beschyving van Amboina Vervattende......., Joannes van Braam, Dordrecht, 1724, bag 1, vierde boek,derde hoofdstuk (khusus hal 185)

b.       Mungkin figur Mattheus Pikasiwa ini, adalah  figur yang sama dengan figur Pikasiwa Manuhutu pada daftar dorphoofds negeri Haria, meski mungkin periode pemerintahan dari Pikasiwa Manuhutu tersebut keliru. Matheus Pikasiwa mungkin digantikan oleh Cornelis Tarahate, yang namanya disebutkan secara eksplisit dalam arsip gereja, yang dalam bulan Juli tahun 1695 telah disebut sebagai Patih van Haria.

§  Lihat Rapport Betreffende een Visitatie van Kerken en Scholen op Saparua, Nusa Laut, en de Zuidkust van Ceram door Ds Nicolaas Hodenpijl en de Ouderlingen Anthonie Mayassa en Joannes Pattikayhatu. Saparua, Juli 1695. ANRI, Archief Kerkenraad Batavia 136, bundel rapporten en extracten 1692-1705, ongefolieerd. Afschrift.

c.        Menurut Gerrit Knaap yang merujuk pada sumber zielsbeschrijving (sensus penduduk), Francisco Ririassa menggantikan Francisco Anakota (komunikasi pribadi tanggal 27 Mei 2021).

d.       Benteng di negeri Porto ini bernama Delft

e.        Pada tahun 1732 – 1733, diketahui komandan pos di benteng Delft Porto adalah Frans van der Putten

§  Lihat Vanhaverbeke, Maarten,  De VOC op Ambon in 1732, een socio – economiche analyse, bijlage 1, hal 194 - 195

f.         Andre Furtado bernama lengkap Andre Furtado de Mendonca

g.        Jan Pieterszoon Coen. Pada tanggal 2 Juni 1621, para Regent dari pulau Saparua menghadiri pertemuan besar di kastil Victoria, Ambon, yaitu Radja van Ulat, Patih van Tetuwaru, Radja van Tuhaha, Radja van Paperu, Hoofd van Haria, Patih van Boi, Hoofd van Tiouw, Patih van Sirisori, dan Radja van Iha

h.       Figur Adriaan Pasalbesi ini, mungkin digantikan oleh Laurens Caborit, yang disebutkan sebagai orangkaja van Nolot dalam tahun 1708

§  Lihat Valentyn, Francois. Oud en Nieuw Oost Indie (twede deel) Beschyving van Amboina Vervattende......., Joannes van Braam, Dordrecht, 1724, bag 1, vierde boek,derde hoofdstuk (khusus hal 185)

i.         Pada tahun 1732 – 1733, diketahui komandan pos di benteng Huiz te Velsen  adalah Volkert Hagermans

§  Lihat Vanhaverbeke, Maarten,  De VOC op Ambon in 1732, een socio – economiche analyse, bijlage 1, hal 194 – 195

Tidak ada komentar:

Posting Komentar