Jumat, 13 Maret 2020

Radja van Saparoua: Suatu dialektika dan rekonstruksi Menurut sumber-sumber Belanda (VOC) dan lainnya (bag 2)


Oleh Aldrijn Anakotta


Pelantikan secara sipil Radja van Saparoea (1969)

B.2.     Periode gelap jilid II

Seperti yang diulas pada artikel bagian 1 (B.1) yang merupakan periode “gelap” karena tidak banyak yang diketahui tentang identitas pemimpin negeri Saparua, maka pada bagian ini, kami juga ingin mengulas tentang problematisnya Radja Mayasang Simatauw. Masalah ini, kami anggap juga merupakan periode “gelap” karena tidak banyak sumber-sumber lain yang menjelaskan tentang figur ini. Figur Mayasang/Majasang Simatauw hanya disebutkan melalui 1 sumber saja1, dan karena itulah sangat problematis. Hal ini kemudian “diperburuk” lagi dengan pencantuman tahun kematian yang agak “kacau”. Masalah problematis ini pernah diulas dalam 2 artikel yang dimuat dalam blog ini2.

Secara pribadi, kami tidak menolak mentah-mentah apakah figur ini, pernah menjadi Radja atau pemimpin negeri Saparua, namun karena tidak adanya sumber pembanding yang menulis atau menyebut figur ini, maka implikasinya kami sedikit “meragukan” kepemimpinan figur ini. Namun, itu bukan berarti figur ini tidak pernah ada, mungkin saja pernah ada.

Oleh karena itu, dengan pertimbangan penghormatan terhadap tradisi lisan, serta sikap menghargai perjuangan para leluhur, maka kami mencoba untuk merekonstruksi figur ini. Upaya rekonstruksi ini dilakukan semata-mata sebagai bagian dari “toleransi” kami untuk menerima cerita sejarah, meski cerita sejarah itu bias sekalipun. Selain itu, rekonstruksi dalam bentuk hipotesis ini, dilakukan untuk “menempatkan” figur Majasang dalam struktur pemimpin negeri Saparua, sehingga figur problematis ini bisa “diterima”.

Majasang Simatauw disebutkan secara eksplisit dalam 1 sumber sebagai Radja terakhir dari mata rumah Simatauw, dan kemudian berpindah atau “dilanjutkan” oleh figur-figur pemimpin/Radja dari mata rumah Titaley3. Agar tidak problematis menyangkut figur ini, maka kemungkinan yang bisa diterima adalah figur ini “haruslah” ditempatkan pada paruh terakhir abad ke-15 (1470an). Pertimbangan dan alasan kami bisa dijelaskan sebagai berikut, menurut sebuah sumber4, diceritakan bahwa para leluhur yang datang dari negeri Souhuku (Lilipory Kalapessy) dan tiba di negeri Saparua terjadi pada tahun 1436. Cerita sedjarah Pisarana Hatusiri Amalatu (negeri Saparua) menceritakan tentang kedatangan 4 leluhur bersama istri mereka5, meskipun tidak dicantumkan tahun kedatangan leluhur-leluhur itu. 4 Leluhur itu secara eksplisit disebutkan Kapitan Riang Titaley dengan istrinya Nyai Sahele (adik perempuan dari Adjelis Simatauw), Adjelis Simatauw dengan istrinya yang bermarga Anakotta, Kapitan Anakotta dengan istrinya bermarga Ririnama, serta Kapitan Ririnama dengan istrinya bermarga Ruhupessy.

Jika Majasang Simatauw harus ditempatkan pada paruh terakhir abad ke-15, maka Majasang adalah mungkin generasi ke-2, ke-3 atau ke-4, yang dihitung dari Adjelis Simatauw. Ini berarti Majasang Simatauw bisa menjadi anak dari Adjelis Simatauw, bisa juga menjadi cucu atau cicitnya. Jika begini, maka kita bisa “menempatkan” Majasang Simatauw itu, menjadi Radja atau pemimpin pada kira-kira tahun 1480an hingga awal abad ke-16 (tahun 1500an). Penempatan tahun dengan perkiraan ini dilandasi dengan pembacaan yang lebih luas terhadap suatu tradisi lisan, yang ditulis ulang dalam bentuk artikel panjang oleh W.J.M. van Schmidt (1806-1884/18856), seorang Asisten Residen Saparua (1840-18427), dan diterbitkan pada tahun 18438. Pada salah satu bagian dari artikel ini (halaman 619-621), van Schmid menulis informasi pendek dengan judul De Draak van Saparoea (Sang Naga dari Saparua).

Informasi pendek ini secara umum menceritakan tentang figur Rian Santuwa Titaleij, yang menikah dengan Nyai Sahele yang juga saudara perempuan dari Nahuwerij Simatauw (mungkin figur ini sama dengan Adjelis Simatauw), yang kemudian melakukan negosiasi dengan Arnold de Vlamingh van Oudshoorn dalam rangka pembelian lokasi pendirian sebuah benteng yang nantinya menjadi benteng Duurstede. Ada informasi menarik yang ditulis oleh van Schmid itu:

 

De Admiraal de Vlaming beval hem , toen het fort gebouwd was , om het volk van het gebergte te doen afkomen , hetwelk ook gebeurde. Daarop wilde hij hem tot Radja over hetzelve aanstellen ; maar hij be dankte daarvoor , omdat hij reeds den titel van kapitein voerde , welken hij hooger schatte , doch verzocht dat zijn vrouws broeder Simatauw zulks mogt worden. Hiermede werd genoegen genomen , doch onder voorwaarde , dat de waardigheid van Radja slechts drie geslachten aan Simatauw zoude verblijven en daarna dezelve in dat van Tilaleij zoude overgaan.

 

Terjemahan garis besarnya:

Ketika benteng dibangun, Laksamana Vlaming memerintahkannya (Rian Santuwa Titaleij) untuk menurunkan orang-orang dari gunung. Kemudian Ia (Vlaming) ingin menjadikan Rian Santuwa Titaleij sebagai Radja, namun ia menolak dan berterima kasih atas keinginan itu, karena ia telah menyandang gelar Kapitan, yang ia nilai lebih tinggi, dan mengusulkan agar saudara istrinya, Simatauw yang ditunjuk sebagai Radja. Maka kami semua puas dengan hal ini, tetapi dengan syarat bahwa jabatan Radja yang disandang oleh Simatauw hanya berlaku selama 3 generasi saja, dan kemudian harus mengembalikan jabatan itu kembali ke Titaleij.

Secara eksplisit disebutkan di atas bahwa, marga Simatauw menjadi Radja selama 3 generasi kemudian haruslah diserahkan kembali ke marga Titaley. Maka implikasinya untuk menyesuaikan figur Majasang Simatauw dengan informasi ini serta cerita sedjarah Pisarana, yaitu bahwa Majasang Simatauw adalah Radja dari generasi ke-3 sekaligus radja terakhir dari mata rumah Simatauw. Maka rekonstruksinya adalah “harus” seperti ini: Adjelis atau Nahuwerij Simatauw menjadi pemimpin atau Radja pertama sekitar tahun 1450an dan memerintah antara 10-20an tahun (1450an-1470an), kemudian dilanjutkan oleh seseorang (1470an -1480an) dan kemudian dilanjutkan oleh Majasang Simatauw (1480an – awal abad ke-16). Setelah berakhirnya pemerintahan Radja Mayasang/Majasang Simatauw ini, baru kemudian dilanjutkan dengan kepemimpinan Pattij Tiouw sebagai Wakil pemerintah Saparua, kemudian dilanjutkan dengan figur dari mata rumah Titaley yang bernama Melianus Titaley. Rekonstruksi ini dilakukan agar figur Mayasang Simatauw bisa “sejalan” dengan cerita sedjarah Pisarana.

Figur Melianus Titaley ini, “haruslah” dibedakan dengan figur Melianus Jacob Titaley atau Melkianus Jacob Titaley  yang hidupnya pada awal abad ke-19. Ketiga figur ini “berjarak” sekitar 3 abad lamanya. Figur Melianus Titaley yang disebutkan oleh cerita sedjarah Pisarana sebagai pengganti Radja Mayasang Simatauw ini, mungkin identik dengan figur yang di masa pemerintahannya, bangunan Baileu negeri Saparua didirikan. Pada sebuah sumber disebutkan bahwa pada tahun 1514, baileu negeri Saparua didirikan di masa pemerintahan Radja Melianus Titaley9. Maka kembali lagi rekonstruksinya “harus” seperti ini, Radja Mayasang memerintah antara sekitar tahun 1480an hingga kira-kira tahun 1501 atau 1503, kemudian dilanjutkan oleh Pattij van Tiouw sekitar 10 tahun (1501-1511 atau 1503 -1513), kemudian dilanjutkan oleh Radja Melianus Titaley (1511-? atau 1513-?). Penempatan ini harus dibuat seperti ini, agar ada “kesesuaian” antara figur Mayasang Simatauw, figur Melianus Titaley dengan cerita sedjarah Pisarana serta informasi tentang pendirian baileu negeri Saparua. Maka kemungkinan juga adalah Melianus Titaley yang ini, juga merupakan keturunan Rian Titaley atau Rian Santuwa Titaleij dengan Nyai Sahele.

Rekonstruksi ini dilakukan juga dengan mempertimbangkan sumber dari tradisi lisan tentang sedjarah negeri Siri Sori10. Cerita tentang leluhur negeri Siri Sori salah satunya bernama Masbait Pusan yang datang dari Onin di Papua ke wilayah pantai Honimoa sekitar akhir abad ke-15 (1470an -1490an). Singkat cerita Masbait Pusan kemudian menjadi Latu di wilayah Honimoa itu pada permulaan abad ke-16 (1500an), dan kemudian menikah dengan Halawa Naetasiwa, putri dari Latu Parinusa. Pernikahan ini memperoleh 8 anak, yaitu 4 putra yang bernama Poiteli, Lahakela, Mamala dan Telisama atau Lukuhatu sedangkan 4 putrinya bernama Lokai, Soppa, Luwatasa dan Luwasela. Putra pertamanya, Poiteli menikah dengan Sopapali dari mata rumah Pattipeiluhu Lekasapi (Lekasapia?), putra kedua, Lahakela menikah dengan Halakone dari mata rumah Titaley, putra ketiga, Mamala tidak menikah, putra keempat, Telisama atau Lukuhatu juga tidak menikah. Putri pertama, Lokai menikah dengan laki-laki dari Ua Matulessy, putri kedua, Soppa menikah dengan Sahetapy dari Tuhaha, putri ketiga, Luwatasa menikah dengan Tanlatu dari Taulehu (Tulehu?) serta putri keempat, Luwasela menikah dengan Sisirolon Latuhena dari negeri Samet. Cerita ini hampir sama, meski ada sedikit perbedaan juga ditulis oleh Francois Valentijn dalam sumbernya11

Fragmen sejarah leluhur negeri Siri Sori oleh Valentijn

      Valentijn menulis ada 5 pangeran dan 4 putri dari Onin, yaitu Poesan, Poiteli, Lahakela, Mamala, Loekohatoe, Lokay, Sappa, Loewatassa dan Loewasela. Valentijn tidak menulis tentang pernikahan 5 pangeran, hanya menulis pernikahan 4 putri yaitu Lokay menikah dengan laki-laki dari oewa Malessy, Sappa menikah dengan Latoepauw dari negeri Apalili, Loewatassa menikah dengan laki-laki dari Toelehoe serta Loewasela menikah dengan laki-laki dari Samet.

Perhatikan dengan cermat, secara eksplisit disebutkan bahwa putra ke-2 Masbait Pusan, yaitu Lahakela menikah dengan Halakone dari mata rumah Titaley. Memang pada tradisi itu, tidaklah disebutkan mata rumah Titaley itu berasal dari negeri apa, apakah dari negeri Ouw, Saparua, Hulaliu atau Abubu?. Pendapat pribadi kami, mungkin Halakone ini berasal dari mata rumah Titaley yang berasal dari negeri Saparua. Jika pendapat pribadi ini bisa dipertimbangkan, maka implikasinya adalah, Masbait Pusan yang menjadi Latu di Honimoa (awal abad ke-16 atau 1500an) akan “sebaya” dengan Radja negeri Saparua Melianus Titaley (1511 atau 1513-?), yang berarti pula, Halakone mungkin adalah putri atau keponakan atau berasal dari keluarga besar Radja Melianus Titaley ini. Analisis “terbalik” yang bisa dilakukan adalah, bahwa Titaleij/Titaley sebagai marga asli negeri Saparua, haruslah minimal telah ada sezaman dengan kedatangan Masbait Pusan di pesisir Honimoa atau sebelum kedatangan itu, sehingga keturunan Masbait Pusan dan keluarga mata rumah Titaley bisa menikah. Hal ini logis dan sesuai dengan tradisi tentang kedatangan leluhur negeri Saparua pada tahun 1436 itu.

Jadi berdasarkan rekonstruksi diatas, maka kita bisa menyusun daftarnya seperti ini:

 

Adjelis Simatauw (Nahuwerij Simatauw) à (1450an-1470an)

............................ Simatauw à (1470an-1480an)

Mayasang/Majasang Simatauw à (1480an-1501/1503)

Pattij van Tiouw à (1501-1511 atau 1503-1513)

Melianus Titaleyà (1511-? atau 1513-?)

 

Daftar yang dibuat berdasarkan rekonstruksi di atas, hanyalah hipotesis belaka, bukan sesuatu yang telah pasti. Hal ini perlu diperjelas sehingga ulasan ini, tidak digunakan sebagai klaim dari suatu mata rumah. Jika upaya “toleransi” ini pun ditolak, maka suka atau tidak suka, kita harus dengan berat hati “meragukan” kepemimpinan Mayasang Simatauw.

Pentahbisan Raja van Saparoea, Lambert Leonard Titaley (2008)

B.3.     Periode gelap jilid III

Sejak disebutkan secara eksplisit pada akhir tahun 1714 dan awal tahun 1715, penyebutan jabatan Radja negeri Saparua, kembali menghilang. Seperti negeri Saparua berada dalam periode “kegelapan” jilid ke-3. Jangankan identitas pemimpin negeri Saparua, penyebutan jabatan pemimpin negeri Saparua dalam rentang paruh pertama abad ke-18 (1720an-1760), sangat jarang disebut, bahkan berdasarkan sumber-sumber yang kami miliki, tidak ada satu indikasi yang mengarah ke hal dimaksud. Entah apa penyebab pastinya, padahal sejak akhir abad 17 (1691), negeri Saparua “dipilih” sebagai lokasi pendirian benteng Duurstede. Bahkan sejak Juli 169212, seluruh aktivitas VOC dipindahkan dari redout Hollandia di Siri Sori ke benteng Duurstede di negeri Saparua. Surat-surat atau laporan-laporan para pendeta sejak benteng Duurstede di negeri Saparua menjadi pusat pemerintahan VOC, banyak menulis tentang negeri Saparua, tetapi penyebutan jabatan pemimpin negeri itu bahkan identitas mereka hampir tidak ada. Laporan tentang sekolah, gereja, bahkan anak-anak sekolah, anak-anak yang dibaptis hingga siswa katekisasi dari negeri Saparua juga ada datanya13. Pertanyaan kritisnya, siapa yang memobilisasi anak-anak ini? Bukankah “seharusnya” pemimpin dari negeri itu, dalam konteks ini, berarti pemimpin negeri Saparua?. Jika begitu, mengapa dan alasan apa sehingga identitas mereka tidak disebutkan sama sekali?.  Atau apakah pemimpin negeri Saparua, sama sekali tidak “berpartisipasi” dalam kegiatan keagamaan ini?, ataukah mobilisasi anak-anak itu dilakukan oleh para meester untuk Saparua dan Tiouw seperti Paulus Ahaulu van Paperu (1694-169814), Thomas Fransz (169815) ataukah kegiatan ini dilakukan oleh pemimpin negeri lain, misalnya oleh Pattij van Tiouw?. Sejujurnya, tidak ada jawaban yang pasti untuk menjelaskan “keanehan” pada masalah ini.

                Pada MOG Gubernur Ambon, Willem van Wijngaarden (1697-1701) dan Balthasar Coijet (Juni 1701-Mei 1706), tidak satupun menyinggung negeri Saparua, apalagi identitas pemimpin negeri Saparua. Namun ada sebuah arsip yang berasal dari tahun 1705/1706, yang mungkin di dalamnya disebutkan tentang pemimpin negeri Saparua serta juga identitasnya16, sayangnya arsip ini belum kami baca isinya.  

Pada MOG Gubernur berikutnya, Pieter Gabrij (April 1721-April 1725) tertanggal 22 Mei 172517. Disebutkan tentang negeri Saparua, tetapi tidak disebutkan tentang pemimpin negeri Saparua dan identitasnya. Pada MOG, sang Gubernur menyebutkan lokasi benteng Duurstede terletak di negeri Saparua18.  Memang ada beberapa arsip, yang kami duga di dalamnya kemungkinan ada penyebutan identitas pemimpin negeri Saparua, seperti arsip tertanggal 25 Agustus 172719, tahun 172920, tahun 173821. Namun sayangnya arsip-arsip ini, isinya hingga sekarang belum kami baca, sehingga kami tidak bisa dengan pasti menyebutkan ada atau tidak ada identitas pemimpin negeri Saparua. Arsip-arsip yang kami sebutkan itu hanya berupa indeks atau “judulnya” saja.

                Karena tidak ada sumber-sumber yang dengan eksplisit menyebut tentang identitas pemimpin negeri Saparua, serta beberapa arsip dari tahun-tahun setelah tahun 1715 itu, yang belum bisa kami pastikan isinya, maka kami menduga kuat, rentang antara tahun 1715 hingga sekitar tahun 1733, tidak ada pergantian Radja negeri Saparua. Maksudnya adalah Radja negeri Saparua yang disebutkan pada arsip tahun 1715 itu, tetap berkuasa hingga tahun 1733. Dugaan ini berasal dari pembacaan dan “berpikir kritis” terhadap isi naskah dari skripsi Maarten Vernhabake tahun 2007 yang berjudul  Amboina, De VOC op Amboina in 1732: een socio-economische analyse. Pada halaman 57-67, Vernhabake mengulas tentang penunjukan/pengangkatan pemimpin suatu negeri, pola-pola suksesi kepemimpinan pada suatu negeri, intervensi VOC dalam penunjukan pemimpin negeri, konflik “perebutan” mata rumah parentah hingga daftar pemimpin beberapa negeri yang diangkat pada akhir 1731 dan dalam tahun 1732. Pada daftar penunjukan/pengangkatan pemimpin negeri (dorpshoofden) yang disusun oleh Vernhabake berdasarkan arsip laporan Gubernemen Ambon pada September 1732, disebutkan ada beberapa negeri yang pemimpinnya diangkat/ditunjuk/”direstui” oleh VOC, seperti negeri Kaitetu, Seilale, Asilulu, Laimu, Haria, Halong, Buano dan lain-lain. Misalnya negeri Haria, figur bernama Matheus Latoepau diangkat sebagai Patti van Haria pada tanggal 31 Januari 1732, dan merupakan putra dari Patti Haria sebelumnya. Vernhabake juga mengulas tentang proses penunjukan Patti van Halong, dari beberapa figur yang dicalonkan, ternyata Hendrik Anacotta van Halong lebih “direstui” untuk menjadi Patti van Halong pada 18 Juli 1732 untuk menggantikan Theodorus Lekahenila (?-1732). Hendrik Anacotta van Halong/Halang merupakan cucu dari Patti van Halong sebelumnya Don Salvador Jansz Anacotta van Halong (1660an22).

                Berdasarkan informasi dari naskah skripsi Vernhabake ini, serta membaca dan “merenungi dengan kritis” maka dugaan kuatnya adalah tidak ada pergantian pemimpin negeri Saparua dalam periode kajian Vernhabake ini (1732), bahkan mungkin beberapa tahun sebelumnya (5-10 tahun sebelumnya). Jika ada pergantian beberapa tahun sebelumnya, maka kemungkinan Vernhabake akan mengulasnya, serta jika ada “masalah” dalam pergantian kepemimpinan itu, maka ia juga akan menganalisisnya seperti kasus Patti van Halong tersebut. Maka kesimpulan kami, Radja van Saparoua yang disebutkan pada akhir tahun 1714 dan awal tahun 1715 itu, kemungkinan besar tetap menjadi Radja negeri Saparua hingga akhir periode kepemimpinan Gubernur Ambon, Johannis Bernard (Mei 173323).

                MOG Gubernur Ambon berikutnya, David Joan Bake (Mei 1733-Juni 1738) tanggal 28 Mei 173824, Jacob de Jong (Juni 1738-Juni 1743) tanggal 27 Mei 174325, Nathaniel Steinmetz (Juni 1743-April 1748) tanggal 19 Juni 174826, juga tidak dengan eksplisit menyebut pemimpin negeri Saparua serta identitasnya. Misalnya pada MOG Jacob de Jong itu, ia menyebut Jeremias de Rooij, Radja van Kilang, Abraham Muskitta, Orang kaija van Hatalai27. MOG Gubernur berikutnya, Cornelis Rosenboom (April 1748-Mei 1750) tidak tersedia28, Gubernur berikutnya Nicolaas Jongsma (Mei 1750-Januari 1752) tidak ada karena sang Gubernur meninggal saat masih menjabat di Ambon pada 27 Januari 175229. Meski sang Gubernur, Jongsma meninggal saat masih menjabat, namun ada salah satu arsip dari tahun 175130, yang mungkin didalamnya ada penyebutan identitas pemimpin negeri Saparua. Namun seperti yang disebutkan sebelumnya, arsip ini juga isinya belum kami baca dan ketahui. MOG Gubernur berikutnya, Gerardus Cluijsenaar (Maret 1752-Mei 1757) juga tidak disebutkan secara eksplisit tentang identitas pemimpin negeri Saparua. Gubernur berikutnya, Meyert Joan van Idsinga (Mei 1757-Januari 1763) meninggal saat masih menjabat31, sehingga MOG-nya tidak ada.

                Dari pemaparan diatas, sejak tahun 1715, berdasarkan arsip-arsip yang kami miliki, tidak ada satupun yang secara eksplisit menyebut identitas pemimpin negeri Saparua. Memang ada arsip-arsip dari tahun 1727, 1729, 1738 dan 1757 yang mengindikasi kemungkinan ada penulisan/penyebutan nama itu, namun arsip-arsip ini belum kami baca dan ketahui isinya. Jadi sejak tahun 1715 hingga minimal tahun 1763, identitas pemimpin negeri Saparua tidaklah kami ketahui.


=== bersambung === 

 

Catatan Kaki:

1.         Marlissa, Buang/Josef, Tjeritera/Sedjarah Pisarana Hatusiri Amalatu..... Ambon, Juli 1972 (hal 10-11)

2.        “Pelatu dan Latuwaelaiti” Siapa kaum Bangsawan/Raja sebenarnya ??? Tinjauan “historis” terhadap klaim Mata Roemah Parentah di Negeri Pisarana Hatusiri Amalatu (dimuat pada https://negerisaparua.blogspot.com/2015/03/pelatu-dan-latuwaelaiti.html )

§   Anakotta, Adryn. Tjeritera/Sedjarah Pisarana Hatusiri Amalatu : sebuah catatan kritis (bag 2) (dimuat pada https://negerisaparua.blogspot.com/2019/01/tjeritera-sedjarah-pisarana-hatusiri_21.html

 

3.        Catatan kaki no 1 (hal 11)

4.        https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/maluku/lilipori-kalapessy-soahuku-negeri-seram/sejarah-negeri-soahuku/

5.        Catatan kaki no 1 (hal 1-5)

6.       Familieberichten (dimuat pada Mandblaad de Nederlands Leeuw 2 jaargang, 1884,no 7 Hal 59)

§  https://www.openarch.nl/show.php?archive=hga&identifier=4D0E8436-0931-4D2B-96FA-DBFAA8C495A3&lang=nl&six=2

§  Haags Gemeentearchief, BS Overlijden Burgerlijke Stand Overlijden 1884, 's-Gravenhage, aktenummer 1171

§  Fraasen, Chr. Fr, Bronen Betreffende Midden Molukken 1796-1902, Register Naam  Schmid, Willem Jan Maurits van

7.        Almanak van Nederlands Indie voor het jaar 1841, Batavia, 1841, hal 54

§  Almanak van Nederlands Indie voor het jaar 1842, Batavia, 1842, hal 54

8.        Van Schmid, Aanteekeningen nopens de zeden , gewoonten en gebruiken , benevens de vooroordeelen en bijgeloovigheden der bevolking van de eilanden Saparoea ,Haroekoe , Noessa Laut , en van een gedeelte van de' zuid - kust van Ceram ( di muat pada Tijdschrift voor Nederlands Indie vijfde jaargang, Landsdrukerij Batavia,1843 (hal 491-530 dan 583-622)

9.       Papan informasi tentang Baileo Negeri Saparua oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov Maluku.

§  https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbmalut/baileo-saparua/

10.     https://id.wikipedia.org/wiki/Sirisori_Amalatu,_Saparua_Timur,_Maluku_Tengah

11.        Valentyn, Francois. Oud en Nieuw Oost Indie (derde deel) Omstandig verhaal van de geschiedenisen en zaaken het kerkelyke ofte......., Joannes van Braam, Dordrecht, 1726, eerste boek,eerste hoofdstuk (khusus hal 17-18)

12.     GM Gub Jend Willem van Outhoorn  tanggal 11 Desember 1692 (GM Gouverneur General en Raden aan Heeren XVII, deel 5, hal 576-578)

13.      Rapport betreffende een visitatie van kerken en scholen op Saparua, Nusa Laut en Ceram door DS Nicolaas Hodenpijl en de Ouderlingen Anthoni Mayassa en Joannes Pattikayhatoe, Ambon 7 Januari 1695. ANRI, Archief Kerkenraad Batavia 136, bundel rapporten en extracten 1692-1705, ongefolieerd (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, tweede band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 86-95, khusus hal 95)

§   ANRI, Archief Kkr Batavia 136, bundel rapporten en extracten 1692-1705, ongefolieerd. (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, tweede band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 127-129) untuk tahun 1695

§   Deze schetsen bevinden zich in ANRI, Archief Kkr Batavia 136, bundel rapporten en extracten
1692-1705, ongefolieerd. (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, tweede band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 194-195, 198) untuk tahun 1696

§   ANRI, Archief Kkr Batavia 136, bundel rapporten en extracten 1692-1705, ongefolieerd. In de
linkermarge staat: ‘Uit Ambon in ’t jaar 1699 den Batavise kerken-raad toegesonden’ (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, tweede band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 200 - 201) untuk tahun 1699

§   ANRI, Archief Kkr Batavia 136, bundel rapporten en extracten 1692-1705, ongefolieerd. (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, tweede band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 258-259) untuk tahun 1704

14.      Inheemse schoolmeesters in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Vierde deel, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 78)

15.      Ibid (hal 79)

16.     Klaag-schriften van de Hoofden op Noesa-laut, Honimoa, enz.over heweringen van B. Coyett, z.d (dimuat oleh J.A. van der Chijs dalam Inventaris van ‘s lands arhief te Batavia 1602-1816, Batavia, 1882, hal 276)

17.      Memorie dienende tot instructie............door Pieter Gabrij, 22 Mei 1725. ARA : VOC 2029 folio 37-74 (dimuat oleh Gerrit J Knaap dalam  Memories van Overgave van Gouverneurs van Ambon in de zeventiende en achttiende eeuw, s’gravenhage, Martinus Nijhoff, 1987,  hal 307-314)

18.      Ibid (hal 311)

19.     VOC 2072 folio 299-302 tertanggal 25 Agustus 1727 (untuk Saparua dan Nusalaut)

20.    Briefje van Saparoua tanggal 31 September 1729 ( NA 1.042.02 7911 Ambon 192-195)

21.      Saparouas briefje in dato 21 April 1738 (NA 1.042.02 2436  Ambon 438-442)

22.     Vernhabake, Maarten, Amboina, De VOC op Amboina in 1732: een socio-economische analyse (hal 59-60)

§   Valentyn, Francois. Oud en Nieuw Oost Indie (derde deel) Omstandig verhaal van de geschiedenisen en zaaken het kerkelyke ofte......., Joannes van Braam, Dordrecht, 1726, eerste boek, vyfde hoofdstuk (khusus hal 142-143)

§  Brief van de Kerkenrad van Ambon aan de Kerkenraad van Batavia. Ambon, 4 Agustus 1665. ANRI, archief Kerkenraad Batavia 137, folio 41-42 (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 315-316, catatan kaki no 946)

§  Valentijn dan Niemeijer menyebut Don Salvador Jansz yang merupakan Patti van Halong menjadi Ouderlingen sejak tahun 1665 – 1674. Jadi ia menjadi Patti van Halong mungkin sebelum tahun 1665.

 

23.     Doren, van J.B.J. De Moluksche Laandvoogden van het jaar 1605 tot 1818, J.D.Sybrandi, Amsterdam, 1808 (hal 122-123)

§  Ludeking, E.A.W. Lijst van Gouverneurs van Ambon, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde 14 (1864), pp.535

24.     Memorie dienende tot instructie............door David Johan Bake, 28 Mei 1738. ARA : VOC 2436 folio 459 - 507 (dimuat oleh Gerrit J Knaap dalam  Memories van Overgave van Gouverneurs van Ambon in de zeventiende en achttiende eeuw, s’gravenhage, Martinus Nijhoff, 1987,  hal 327-334)

25.     Memorie dienende tot instructie............door Jacob de Jong, 27 Mei 1743. ARA : VOC 2635 folio 91r – 162v; Arsip: Ambon 716h (dimuat oleh Gerrit J Knaap dalam  Memories van Overgave van Gouverneurs van Ambon in de zeventiende en achttiende eeuw, s’gravenhage, Martinus Nijhoff, 1987,  hal 334 – 350)

26.    Memorie dienende tot instructie............door Nathaniel Steinmetz, 19 Juni 1748. ARA : VOC 2716 folio 329 – 430; (dimuat oleh Gerrit J Knaap dalam  Memories van Overgave van Gouverneurs van Ambon in de zeventiende en achttiende eeuw, s’gravenhage, Martinus Nijhoff, 1987,  hal 351-357)

27.     Catatan kaki no 25 (hal 342)

28.     Memorie............door Cornelis Rosenboom, 13 Mei 1750. ARA : VOC 2760 folio 233-267; (dimuat oleh Gerrit J Knaap dalam  Memories van Overgave van Gouverneurs van Ambon in de zeventiende en achttiende eeuw, s’gravenhage, Martinus Nijhoff, 1987,  hal 357)

§  Bandara, Sujeewa, Writing memoirs in the mid-eighteenth century – A comparative study in Ambon and Sri Langka, MA Thesis, Leiden, Agustus 2016, hal 40

29.    De Berre, P.F.L.C. Lach, Geslachtkundige Aantekeningen Verzameld te Amboina (in Maandblad van Het Genealogisch-Heraldisch Genootschap, De Nederlandsche leeuw, 25e jaargang, 1907, no 12 hal 272)

§  G.J. Schutte, Seer teder beminde heer vader en vrouw moeder!: Brieven van de Groninger ... (catatan kaki no 91,hal 136)

30.    NA 1.042.02 2788 Ambon 673-674, 675-687, 691-698

31.      Caland, Fred. Beschrijving van het Geslacht en de Familie van  Kien (in de Maandblad van Het Genealogisch-Heraldiek-Genootschap. De Nederlandsche Leeuw 16e jaargang (1897) halaman 165)

De Berre, P.F.L.C. Lach, Gedenkteekenen en Graafschriften in Indie  (in Maandblad van Het Genealogisch-Heraldisch Genootschap, De Nederlandsche leeuw, 21e jaargang, 1903, no 9 hal 177)

2 komentar:

  1. Sou' Salamate Wa' akan lebih menarik jika kisah leluhur Rian Santuwa Titaleij dalam tulisan van Schmid Kaka paparkan dari awal sampai akhir sepertinya jauh lebih menarik buat anak cucu dan cicit dan semua generasinya' Horomate 🙏🙏🙏

    BalasHapus
  2. Maaf sebelumnya Kaka coz Beta lebih tertarik dengan kisah De Draak Van Saparoea 🙏

    BalasHapus