Jumat, 17 April 2020

Perdagangan Swasta & Hak Istimewa Kaum Elit : Proses Pengadilan Nicolaas Schaghen, Direktur Bengal


(bag 2 - selesai)

Oleh
Pamela Mc Vay

 



Pembelaan

                    Pembelaan yang digunakan Schaghen untuk melawan tuduhan perdagangan swasta itu, agak aneh. Dia membantah jumlah peti yang dipindahkan, legalitasnya dalam hal tanggung jawab atas tindakan istrinya, dan relevansi formula hukum qui presens est in loco presumatur scire ea, quae ibi aguntur. Ia memohon sikap solidaritas antara dirinya dan para hakim yang memutuskan kasus, dan dengan penuh semangat melakukan pembunuhan karakter dan kompetensi terhadap para saksi yang melawannya.
                    Pembelaannya terhadap tuduhan perdagangan tembaga, terdiri dari 3 bagian. Dia tidak ada di sana, ketika tembaga itu dibongkar. Para saksi, semuanya adalah “penjahat” atau tidak berkompeten untuk bersaksi. Kesaksian terhadapnya ambigu. Schaghen mulai bersikeras, bahwa penuntutan itu tidak berdasar, ilegal dan merugikan pihak terdakwa (dirinya sendiri). Lebih lanjut, jaksa penuntut yang melakukan tugas untuk Van Rheede ini, seorang Gualter Zeemana, tidak dapat dipercaya untuk mengadili Schaghen secara adil. Ketidakmampuannya dibuktikan oleh fakta, bahwa gugatan Schaghen terhadapnya dari tanggal 15 hingga 21 Juni 1687, tidak meyakinkan (sedikit yang perlu diketahui, bahwa soal Van Rheede yang menentang penunjukannya, ternyata, Schaghen mengajukan gugatan terhadap orang yang salah18). Dia juga menulis surat protes kepada Heeren XVII terhadap “ praktik palsu dan ketidaksetiaan” dari Van Rheede19. Faktanya, seluruh proses hukum “ sembrono dan ilusif (dibuat-buat)”, dan menghabiskan waktu terlalu banyak, sehingga hal itu mengejutkan Schaghen, bahwa pengadilan membuka kembali kasus tersebut pada tanggal 29 Juli 168720.  Dia (Schgahen) melanjutkan panjang lebar dengan nada seperti itu. Argumen-argumen itu diikuti oleh referensi singkat tentang kedudukan terdakwa, dan gambaran yang luas tentang sifat rendah, dan hina dari saksi-saksi penuntuy (bahkan mungkin jaksa penuntut juga)21.
                    Setelah “tembakan-tembakan” pembuka ini, Schaghen menyatakan bahwa kasusnyaitu, argumennya saja yang kedengaran bagus, karena tidak ada bukti bahwa ia terlibat, tertangkap basah atau menoleransi perdagangan swasta ilegal yang merugikan VOC22. Dia menegaskan kehormatan dan reputasinya semaksimal mungkin, serta menunjukan betapa seriusnya menuduh seseorang yang berkedudukan seperti dia, dengan kejahatan yang tidak terhormat atas dasar bukti-bukti yang lemah, yang disampaikan oleh para saksi dengan kredibilitas yang rendah.
                    Selanjutnya, Schaghen menyebut bahwa Pieter Croon, Andries Smit, Francois Vallois dan Cornelis Jansz van Fleeswyk adalah “serdadu-serdadu yang baru sebentar di Hindia, yang tidak mungkin bisa/mampu atau mampu menyatakan” dengan baik isi atau jumlah peti-peti itu. (barangkali dia (Schaghen) memaksudkan bahwa hanya tangan yang berpengalaman–lah, yang dapat diharapkan bisa menghitung sampai 400 atau mengenali tembaga ketika ia membawanya). Tak seorang pun dari yang lain, dia menulis, mengabaikan nama mereka tetapi menyebutkan pangkat mereka sebagai kopral, bisa mengkonfirmasi jumlah peti dengan tepat dan baik23. Bahkan Jacob Jacobsz, yang pengemudi, sebenarnya tidak tahu mengenai isi atau asal dari 150 peti yang dimuat di kapal Inggris, dan yang dia sendiri, jacobsz, tidak membawanya sendiri dari kapal Strijen ke kapal Inggris. Itu semua hanyalah kabar angin !!!. Menurut Schaghen, satu-satunya orang yang mengkonfirmasi angka 400, adalah perwira rendahan, Herman Diest van Middelburgh, seorang yang “ hidup bergelimang pesta pora, bahwa pada saat kapal Strijen karam, dia didapati mabuk, dan memiliki sifat yang lebih buruk”24.
                    Tentang Kapten Jan Prins dan Gerard Coutier, Schaghen menyatakan bahwa penuntutan telah salah paham dan salah mengartikan kasus ini : mereka tidak pernah mengkonfirmasi 400 peti berisi tembaga, begitu pula para pengemudi, yang dimana para jaksa mengklaim telah bersaksi melihat 400 peti kayu berisi tembaga yang dimuat kapal Strijen di Malaka. Terlebih lagi, tuntutan jaksa penuntut bahwa Schaghen bersekongkol memuat dan memuat tembaga itu, merupakan suatu skandal, suatu penghinaan nama baik, “karena terdakwa tidak disebutkan di mana pun telah memberikan perintah apa pun untuk membongkar”25. Tidak ada alasan untuk mempercayai bahwa pembongkaran tembaga sangat bising, memang, kebisingan kapal mungkin sebenarnya telah dikurangi, jika mereka mencoba untuk melakukannya dengan diam-diam!!! (Jaksa penuntut menemukan argumen ini sangat absurd/lucu, menulis dalam bantahannya, bahwa hal demikian pastilah sangat menyenangkan buat Schaghen, karena langit dan bumi serta roh-roh yang hidup dan mati harus bersatu untuk mencegahnya mendengar pemindahan beberapa ratus peti melintasi kapal yang panjangnya hanya 132 kaki26).
                    Terutama karena jumlah peti yang sebenarnya diragukan (di sini, Schaghen menyebut 318, suatu jumlah yang kapten Prins dan tak ada seorang pun yang bersaksi tentang hal itu), siapa yang bisa mengatakan berapa banyak yang diturunkan, dan apakah itu akan menambah kebisingan?27. Meskipun secara resmi, merupakan pejabat tertinggi di dalam kapal, sebenarnya Schaghen hanya menyandang gelar seremonial saja di atas air. Hal demikian tidak memungkinkan bagi terdakwa untuk mencegah pemindahan barang-barang tersebut, dan Schaghen akan tampak konyol, jika di mencobanya (mencegah pemindahan itu)28. Argumen ini “terbantahkan” oleh kesaksian 2 saksi yang mengatakan bahwa, Nyonya Schaghen yang tidak memiliki otoritas/kekuasaan di atas kapal, namun mampu untuk memerintahkan agar barang-barangnya dibongkar29


                    Bagaimanapun, Schaghen mengklaim dia terlalu sibuk sepanjang waktu, sehingga tak punya waktu untuk memperhatikan aktivitas kapal. Dia sedang menulis surat untuk dikirim ke Malaka, dimana dulunya, ia merupakan Gubernur, yang bersikap peduli, bahwa penggantinya akan mendapat informasi tentang situasi yang Schaghen pernah tinggali/tempati. Sangatlah mengagumkan dan menghinanya, bahwa jaksa penuntut, tidak hanya dapat menyimpulkan bahwa terdakwa yang terhormat, pasti tahu tembaga sedang dibongkar, tetapi terdakwa juga terlibat dalam perdagangan swasta30. Adapun argumen hukum, qui presens est in loco presumatur scire ea, quae ibi aguntur, tak bisa diterapkan untuk kasus Schaghen. Dia terlalu jauh dari (tempat) kejadian, dan ada terlalu banyak rintangan/hambatan bagi penglihatannya terhadap kejadian itu31.
                    Lebih jauh lagi, hukuman yang direkomendasikan (denda yang besar, membayar biaya persidangan, dan pemulangan Schaghen secara memalukan) adalah konyol, vulgar, dan belum pernah terjadi sebelumnya. Schaghen telah “membaca/mengetahui dengan takjub, bahwa Yang Terhormat Jaksa penuntut telah menemukan [........] hukuman yang terdakwa duga terjadi”32. Tak seorang pun dari level pangkatnya, harus terlibat dalam bongkar muat kapal, dan hukuman  yang disarankan jaksa, adalah bagi mereka yang berpangkat cukup rendah untuk melakukan hal-hal seperti itu. Dia tidak bisa dianggap lalai karena berperilaku secara konsisten sesuai statusnya33. Tak ada seorangpun dengan pangkat yang hampir sama dengan pangkatnya (Schaghen), yang pernah diberi hukuman kasar seperti yang dituntut oleh penuntut, terkhususnya yang bukan keluarga Van Rheede, yang pernah mengawasi kapal yang diketahui telah melakukan perdagangan ilegal arak34. Dengan ringkasan singkat kasusnya, Schaghen menutup argumennya, meminta agar dakwaan dicabut, bahwa ia harus dibebaskan dari semua kesalahan, dan bahwa ia harus dikembalikan ke posisi lamanya sebagai Gubernur (Direktur) Bengal.
                    Jadi, ini merupakan pembelaan Schaghen terhadap tuduhan keterlibatannya dalam perdagangan swasta tembaga. Dia tidak ada di sana (TKP), tidak ada yang bisa membuktikan 400 adalah jumlah peti sebenarnya, para saksi tidak dapat diandalkan atau disalahpahami, dan hukuman tidak sesuai dengan pangkatnya. Pembelaannya melawan tuduhan bahwa istrinya telah berdagang, lebih pendek, dan terdiri dari 2 bagian. Pertama, dia menyatakan bahwa orang terhormat seperti dia, tidak akan melakukan hal-hal seperti itu. Kedua, dia seharusnya tidak bertanggung jawab atas tindakan istrinya.
                    Pembelaan terhadap tuduhan kedua ini, semburannya muncul sporadis/sebentar-sebentar, diantara pembelaannya terhadap tuduhan perdagangan swasta tembaga. Dia tidak mencoba untuk menyangkal transaksi istrinya, tetapi bersikeras, apa yang dilakukan itu legal/sesuai hukum. Menurut dia, tuduhan itu didasarkan pada ide liar bahwa 50 atau 60 gulungan kayu pakaian itu terlalu banyak, suatu jumlah yang sepenuhnya tidak didukung oleh bukti-bukti dokumentasi. Selanjutnya, bahkan jika jumlah kain yang dibeli istrinya itu berlebihan, tidak ada bukti bahwa ia (istrinya) menjual kain itu. Dan terakhir, hanya ada 1 saksi untuk dugaan Nyonya Schaghen melakukan negosiasi tidak langsung, yang tentunya tidak cukup untuk benar-benar menjamin membawa kasus itu ke pengadilan. Diikuti himne panjang yang memuji-muji Schaghen karena ingin menyelesaikan kasus secepat dan sejujur mungkin, bersama dengan beberapa komentar sinis tentang seretnya kaki komisaris Van Rheede (lambatnya pekerjaan Van Rheede). Kemudian, Schaghen berpindah memfitnah Caaskoper sebagai pelaku yang mengaku terlibat dalam perdagangan ilegal serta pengkhianat terhadap perusahaan. Oleh karena itu, dia tidak layak untuk bersaksi melawan seseorang dengan status seperti Schaghen : “ selanjutnya, diketahui hampir di seluruh dunia, bahwa ia telah lama menjadi penyelundup yang hebat, dan tak tahu malu dalam perdagangan swasta serta pengkhianat terhadap sumpahnya dan kewajiban35. Kasus ini harus dibatalkan karena satu-satunya saksi adalah seorang pria berkarakter buruk dan sama sekali tak bisa diandalkan.
                    Schaghen kembali ke soal legitimasi, yang menuntutnya atas dugaan kegiatan ilegal istrinya. Hukum, kata Schaghen, mengatakan dengan sangat jelas bahwa “ masing-masing harus berdiri (bertanggung jawab) untuk istri dan keluarganya sendiri36. Karena sejak dia bersumpah untuk tidak terlibat dalam perdagangan swasta ketika menerima jabatan, tidak ada yang bisa berasumsi, bahwa seorang lelaki terhormat seperti dia, telah benar-benar memberin izin pada istrinya untuk melakukan perdagangan swasta37. Selanjutnya, seorang pria tidak dapat dianggap sepenuhnya bertanggung jawab atas perilaku istri, anak-anak dan para pelayannya. Dia hanya dapat bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang bisa ia kendalikan dan kemungkinan istrinya melakukan sesuatu yang “memalukan”, sudah jelas diluar kendalinya38.
                    Schaghen mengklaim untuk memperdebatkan dari sisi preseden historis, ketika dia menegaskan bahwa masyarakat selalu memberi laki-laki beberapa grasi/pengampunan, dari tanggung jawab penuhnya atas tindakan istri, anak-anak dan pelayan mereka : Dan siapa yang dapat meragukan orang-orang Romawi, contoh yang agung dari kita sendiri dalam semua hukum dan peraturan, akan melakukan hal yang sama dengan prokonsul (gubernur) mereka, yang akan didapati tidak bersalah atas perbuatan jahat dalam hal meletakan berbagai barang oleh istri mereka?39. Dia bertanya pada pendengarnya (peserta persidangan) untuk mempertimbangkan, apa yang tampaknya benar dan pantas sebagai panduan kebenaran abadi, dia meminta para hakim untuk menemukan bahwa istrinya telah tidak taat, tetapi hanya sampat batas tertentu, ia dapat menyelesaikannya sendiri di rumah.
                    Itulah seluruh pembelaan Schaghen terhadap perdagangan swasta kain. Pembelaan ini singkat karena sepenuhnya bertumpu pada posisi terdakwa dalam komunitas (seperti orang yang terhormat tidak akan pernah melanggar sumpahnya) dan tentang ketegangan antara prinsip hukum perlindungan– dimana seorang wanita tidak bisa membuat kontrak atas namanya sendiri, karena dia dan suaminya adalah satu orang di mata hukum, dan dialah yang melakukan kontrak dengan orang-orang itu – dengan realitas praktis dari kemerdekaan relatif wanita Belanda terhadap sebagian besar waktu (mereka)40. Pernyataannya tentang  ketidaktahuan dalam hal perdagangan istrinya, tergantung pada pembelaannya terhadap tuduhan keterlibatan dalam masalah tembaga. Ruang yang dia gunakan di sana, untuk mendefinisikan dirinya sebagai orang terhormat yang berstatus tinggi dan berprestasi, serta mendefiniskan para penuduhnya dan para konspirator sebagai orang bodoh dan tidak bermoral, turut mendukung klaim Schaghen bahwa merupakan hal yang konyol untuk mengharapkannya melanggar sumpahnya sendiri, dengan memberikan izin kepada istrinya untuk melanggar hukum, yang mana ia (Schaghen) sendiri bersumpah untuk menegakannya.
          
Sara van den Broucke, bekas istri Gualterus Zeeman
         
Kesimpulan

                    Persidangan itu menguntungkan Van Rheede secara terbatas. Hal itu tidak hanya membuktikan pada Dewan Direksi (Heeren XVII) bahwa dia serius dengan penuntutannya, tetapi juga dengan efektif “menyingkirkan” Schaghen dari Samudera Hindia. Ia memang membayar biaya persidangan Schaghen. Dan meskipun teman Van Rheede, Laurens Pitb tidak benar-benar menggantikan Schaghen, Pit dan Van Rheede menjadi pejabat tertinggi di India, dan menata ulang markas besar kompeni di Coromandel. Schaghen tidak pernah kembali (lagi) ke India.

                    Sang terdakwa (Schaghen) juga memperoleh keberhasilan. Meskipun ia didenda, Schaghen terus bekerja bagi perusahaan, pada posisi yang sama, yaitu menjadi Gubernur Ambonc, setelah berdinas beberapa tahun di Raad van Indie41. Sejak istrinya secara nyata melakukan perdagangan tembaga dan sangat mungkin juga pakaian, karena itu ia (Schaghen) bersalah secara hukum, pertanyaan yang tersisa adalah : mengapa Raad van Justitie tidak memecatnya, saat mereka memecat semua orang yang terlibat???. Argumen-argumennya (Schaghen) sehubungan dengan bukti dan hukum begitu lemah, sehingga mereka tidak bisa diyakinkan. Dia pasti meyakinkan hakim-hakim Raad van Justitie bahwa dia memang seorang yang terhormat, yang mana mereka tak bisa mengirimnya pulang secara memalukan. Hal yang paling menarik tentang pembelaannya, bisa jadi itu bergantung pada desakannya bahwa bukti-bukti dari marinir dan pelaut itu, benar-benar cacat. Raad van Justitie menerima desakan itu sebagai faktual, bersama dengan penilaian Schaghen, bahwa orang-orang itu terhina dibandingkan dengan Schaghen. Dia nampaknya telah mengatakan pada hakim, sesuatu yang sudah mereka percayai, dan prasangka ini terhadap tentara dan pelaut mengisyaratkan bagaimana keuntungan dari perdagangan swasta, bisnis besar, hanya menjadi milik kaum elit saja.
                    Perdagangan swasta telah menjadi bisnis besar, yang bergantung pada volume tinggi dan akses kepada otoritas untuk menyediakan ruang dan tenaga kerja dari perusahaan. Hal itu, sekarang pada dasarnya merupakan kejahat kaum elit. Bahkan, persidangan terakhir perdagangan swasta adalah beberapa dekade sebelum persidangan Schaghen. Pelaut Pieter Jansz van Holsum, usia 27 tahun, dan Cornelis Willemsz van Amsterdam, usia 17 tahun, tak hadir tanpa cuti beberapa hari, suatu prestasi yang umum/lumrah. Selama periode itu, mereka berdagang dengan skala besar – sekitar 200 pikulan lada42. Hal ini 41 tahun sebelum persidangan Schaghen, dan bahkan orang-orang itu tidak berdagang melalui kolusi dengan para petugas, atau mengambil bagian dari keuntungan usaha yang melibatkan penyimpanana dan transportasi perusahaan; mereka menjual barang-barangnya ke China, dengan bantuan pedagang junior yang telah diberhentikan (onderkoopman) yang bekerja di atas perahu (junk). Menjelang 1680an, bahkan peluang semacam ini sudah hilang, dan orang-orang seperti mereka telah terjepit, dan hanya bermain pada bentuk-bentuk perdagangan gelap yang lebih mudah.
                    Mungkin yang menjadi keberatan, adalah bahwa hanya karena perdagangan bervolume tinggi ditutup bagi eselon terendah di perusahaan, ini tidak berarti bahwa orang-orang itu dijauhkan dari perdagangan swasta. Sejak orang-orang mencoba biaya perdagangan swasta sangat tinggi, dan sejak sistim inkuisisi (bersifat menyelidiki) bergantung pada seseorang yang melaporkan seorang pedaganga swasta kepada pejabat, orang mungkin berpikir bahwa perdagangan swasta berskala kecil, terlalu sepele untuk dipertimbangkan oleh jaksa. Saya tidak percaya ini adalah inti kasusnya.
                    Pertama, bahkan perdagangan berskala kecil mengharuskan pedagang menghabiskan waktu untuk bekerja dengan kontak dan menemukan pembeli dan penjual, dimana tentara dan pelaut memiliki sedikit peluang untuk melakukannya. Para pelaut tinggal di pelabuhan hanya dalam waktu singkat (dan semuanya menghabiskan waktu untuk minum-minum), dan tentara sebagian besar, aktivitas mereka terbatas pada benteng, kecuali mereka memiliki kontrak khusus untuk melakukan pekerjaan di luar43. Jenis pedagang yang dengannya seseorang dapat melakukan bisni dalam situasi seperti itu, terutama para penggadai dan spekulan, sehingga orang-orang yang tak mau rugi karena perdagangan dengan tentara dan pelaut adalah para pedagang, bukan para tentara dan pelaut. Rincian kasus-kasus ini menunjukan, secara kebetulan, bahwa jaksa penuntut, terutama di luar Batavia, punya waktu untuk menangani kasus yang sangat sepele.

Duurstede, salah satu karya Nicolaas Schaghen

                    Kedua, ada banyak bukti bahwa para tentara dan pelaut mencoba dan gagal melakukan perdagangan ilegal, dan bahwa mereka gagal sebagian besar karena memiliki sedikit akses ke pergudangan atau ke data-data perusahaan. Tidak memiliki akses ke pergudangan perusahaan, pegawai rendahan mencoba mencuri dan menjual sejumlah kecil stok perusahaan. Kasus pelaut Fredrick Pietersz van Rotterdam menggambarkan ketidakberuntungan ini. Dia dihukum pada tahun 1674, karena membobol lemari salah satu dari sesama pelautnya untuk menaruh “barang-barang” tanpa nama di lemari. Karena Claes, salah satu pelaut lainnya, memiliki beberapa benda di lemari, Pietersz berpendapat bahwa Claes tidak “butuh” ruangan. Pelaut lain, Christiaansack van Leiden, seorang ABK kabin berusia 17 tahun, dihukum menarik tali kapal 3 kali, karena mencuri dan berusaha menjual 18 batang tembaga dari muatan kapal. Gadis Tionghoa yang dia jual, rupanya melaporkannya. Ironisnya, kapalnya, Castricum, ditempatkan di luar Malaka, kota tempat Schaghen membawa tembaganya. Kasusnya menggambar tipikal kurangnya akses pelaut ke pasar perdagangan ilegal. Orang-orang seperti quartemaster Govert van Fleckeren, yang memiliki akses yang lebih baik ke toko-toko perusahaan, jauh lebih mungkin untuk mencoba penggelapan barang-barang perusahaan skala kecil semacam ini, dan jumlahnya terdakwa jauh lebih besar dalam kasus pencurian dari perusahaan44. Pejabat yang sedikit lebih tinggi, mencoba dan kadang-kadang berhasil dalam “menggoreng pembukuan”, menggelapkan dana perusahaan atau mengantongi dana perusahaan yang ditujukan untuk stok atau gaji. Paulus Coutsen, misalnya, yang berkerja sebagai kepala perlengkapan, memalsukan tanda tangan atasannya, untuk mengambil dana untuk dirinya sendiri. Penggelapan itu sebesar biaya gaji dari 94 personil kapal mereka45.
                    Sekarang, pencurian kecil-kecilan atau penggelapan tidak dirujuk sebagai “perdagangan swasta/pribadi” dalam data-data pengadilan perusahaan atau dalam undang-undang. Namun, saya berpendapat itu adalah satu-satunya versi perdagangan ilegal, yang sebagian besar pegawai perusahaan bisa terlibat – meskipun tentu saja, kebanyakan dari mereka tidak terlibat. Kelompok orang-orang yang berpengalaman dalam perdagangan ilegal yang paling umum, adalah menjual senjata-senjata mereka sendiri, mencuri beberapa lusinan batang tembaga, atau mencuri beberapa papan kayu, yang tidak mungkin memiliki akses ke bentuk-bentuk “perdagangan swasta” yang menguntungkan. Hukuman bagi perdagangan swasta, biasanya denda dan penurunan pangkat. Hukuman untuk tindakan penggelapan, biasanya berupa sanksi sosial (penghinaan di muka publik) – misalnya, berdiri di atas tangga-tangga dan memegang tanda bertuliskan “ bersalah” – dan pemulangan. Hukuman untuk pencurian kecil-kecilan, seperti yang kita lihat dalam kasus anak berusia 17 tahun, biasanya keras dan bersifat fisik. Memang, itu mungkin hanya karena kepedulian pada kesabaran dirinya selama bertahun-tahun, maka hakim tidak menghukum Christiaansack van Leiden yang miskin, karena telah bekerja keras bertahun-tahun. Jika, para tentara dan pelaut sudah bisa memahami perdagangan swasta, daripada melakukan pencurian dan penggelapan, maka mereka akan lebih memilih perdagangan swasta.
                    Meskipun banyak pelancong dari Hindia Belanda menegaskan di memoar mereka, bahwa semua orang terlibat dalam perdagangan luar negeri46, kasus Schaghen menunjukan dengan jelas bahwa di Bengal, “semua orang” itu hanya berarti segelintir para pejabat tinggi. Kecuali untuk itu, para pelaku yang terlibat, yang melakukan pekerjaan itu, tidak mendapat apa-apa dari kerja keras mereka. Sejauh menyangkut elit perusahaan, proses persidangan memperoleh 2 hal, dan hal-hal itu menguntung elit perusahaan di Asia. Dengan menyingkirkan Schaghen dari India, itu “membuktikan” komitmen Van Rheede dan Raad van Justitie untuk mengakhiri “perdagangan ilegal” di Bengal.

==== selesai ====


Catatan Kaki

18.     Sayangnya, catatan-catatan untuk persidangan tahun 1687, tidak ada lagi, sehingga tidak memungkinkan untuk menyampaikan secara tepat apa isi gugatan Schaghen terhadap (Gualterus) Zeeman. Zeeman tidak bertanggung jawab atas penuntutan Schaghen. Sebagai seorang fiscal atu penuntut di Batavia, ia bertanggung jawab menilai mater-materi penuntutan dari Van Rheede, tetapi keputusan terakhir untuk menuntut dan bagaimana itu terjadi, semuanya berasal dari van Rheede.
19.     W. Ph. Coolhaas ed., Generale Missiven van de VOC, deel IV (The Hague 1971) 72-74; 'valsche
practiquen en ontrouwheden'.
20.    21 ARA, VOC 9348, points 21-24. Meskipun dokumen ini diberi nomor halaman, namun alinea-alineanya bernomor terpisah. Lamanya proses persidangan adalah tipikal dari kasus malfungsi jabatan dan perdagangan swasta. Namun Schaghen benar saat menunjukan penundaan yang sangat lama sebelum persidangan dibuka kembali merupakan hal yang tak biasa. Penundaan terhadap kasus-kasus pribadi jarang memakan waktu lebih lama dari beberapa minggu.
21.     ARA, VOC 9348, points 36-37.
22.    ARA, VOC 9348, points 39-46.
23.    ARA, VOC 9348, points 91-95.
24.    ARA, VOC 9348, point 98: 'synde voorts een persoon van soo daenigen leven en debauche
dat hij op het moment der schepbruck van de fluyt Stryven Simoor=droncken is bevonden,
en van meer ander grose vitien [...]'. Meskipun Strijen mengalami kecelakaan di sungai Gangga ini, para peneliti menemukan tidak ada bukti bahwa Diest mabuk pada saat itu. Komentar ini merupakan fitnah murahan.
25.    ARA, VOC 9348, points 220-221: ' om dat den ged. niet specifice luerdt gementioneert eenige order
tot het ontlossen te hebben gegeven'
(emphasis (italics) in original).
26.    ARA, VOC 9521, document P, points 147 and 153.
27.    ARA, VOC 9348, points 227-228, 231.
28.    ARA, VOC 9348, points 245-250.
29.    ARA, VOC 9521, document B: 'Eisch ende Conclusie' points 4-28.
30.    ARA, VOC 9348, points 254-258.
31.     ARA, VOC 9348, points 266-269.
32.    ARA, VOC 9348, point 321: 'Leest niet sonder admiratie, dat den Hr. Eijsch [...] heeft
ontdeckt de straffe die den Ged. soulde hebben geincurreert'. Saya (penulis) menerjemahkan “Hr” sebagai “yang mulia” untuk menyampaikan suatu sarkasme berdasarkan alinea darimana kata itu diambil.
33.    ARA, VOC 9348, points 350-351.
34.    ARA, VOC 9348, points 363-368. Perlu dijelaskan tentang “arrack” adalah istilah umum bagi minuman alkohol berkadar tinggi/kuat yang dibuat di Nusantara. Dikarenakan perusahaan (kompeni) menyewakan hak untuk menjual arak ke berbagai distributor dan pedagang, perdagangan swasta/ilegal arak terpotong tidak hanya untuk salah satu sumber pendapatan perusahaan tapi juga menjadi tumpuan berbagai bisnis kecil dan para distributor. Ini menjelaskan bahwa persidangan perdagangan arak lebih sering dibandingkan persidangan perdagangan swasta. Sejumlah besar orang, disamping perusahaan memiliki keingginan untuk menyingkirkan para pesaing.
35.    ARA, VOC 9348, point 169: 'Wyders is bijna de werelt bekent, dat hij van ouden tijde is geweest een groet en onbeschaemt particulier handel negotiant, en overtreder van sijn eedt en pligt'.
36.    ARA, VOC 9348, point 292, emphasis (italics) in original.
37.    ARA, VOC 9348, points 298-300.
38.    ARA, VOC 9348, points 306-313.
39.    ARA, VOC 9348, points 302-303: 'En wie twijfelt dat de Romeijnen, die groote en onse eijgen meesters van alle regt en regtmatigheyt, ook net soo hebben gedaen mitgeen hunne proconsules, die onschuldig aen de verkeerde conduite en in inslagen ran hare vrouwen wierden bevonde'.
Gelar “prokunsul” merupakan analogi yang kasar/berlebihan bagi  seorang gubernur sementara, sekaligus bagi tanggung jawab Schaghen (Randall Howarth, komunikasi pribadi). Pastinya, ironi dari pernyataan ini adalah bahwa wanita Romawi memiliki kuasa untuk membuat kontrak-kontrak dan berdagang atas nama mereka sendiri, tepatnya hak istimewa Nyonya Schaghen tidak dianggap benar dalam kasus ini. Merry Wiesner, Women and Gender in Early Modem Europe (New York 1995) 32-33.
40.   Hak-hak secara tepat bagi wanita Belanda yang telah menikah, sehubungan dengan properti tampaknya terus mengalami perubahan sepanjang abad ke-17. Meskipun semua komentator tentang topik ini dari periode itu setuju, bahwa suami dapat membebani atau memindahkan harta istrinya sesuka hatinya, pertanyaan kapan dan dalam situasi apa seorang istri bisa memindahkan dan membebani harta harta miliknya dan properti suaminya, jauh lebih sulit. Sang istri dianggap, misalnya, memiliki hak untuk membeli dan menjual untuk kebutuhan/keperluan rumah tangga, dan dapat mengikat dirinya dan suaminya untuk melakukan kontrak-kontrak baik melalui izin yang eksplisit atau secara diam-diam. Tetapi dalam kondisi apa??? Menurut Hugo Grotius, seorang komentator paling awal, menyebutkan bahwa sekali seorang istri diberikan izin seperti itu, seorang suami bisa meminta keputusan pengadilan dan pemberitahuan formal untuk memutus kontrak istrinya yang tidak sesuai/bertentangan dengan kehendak suami. Namun, menurut Johannes Voet, seorang komentator yang paling baru, mengatakan bahwa sejauh mana transaksi seorang istri berada dalam ruang lingkup kuasanya, dan sejauh mana ia (istri) butuh persetujuannya (suami) tergantung pada kebiasaan lokal, dan dengan demikian, sangatlah bervariasi/beragam.  Robert Warden Lee merangkum berbagai posisi dari otoritas abad ke-17 tentang masalah ini pada halaman 62-64 dari An Introduction to Roman-Dutch Law (Oxfor, 1925). Martha Dickinson Shattuck memberi perhatian pada properti wanita dalam “ Women and Trade in New Netherland”, Itinenario 17/2 (1994), hal 44, meskipun dia tidak tertarik pada soal perubahan celah-celah dalam hukum. Linda Briggs Biemer mendapati begitu sedikit bukti, bahwa suami memiliki “hak untuk mengontrol istri mereka” dalam soal kontrak-kontrak di berlakukan di New Netherlands, dimana ia memperlakukan perlindungan sebagai sebagian besar bukan masalah bagi wanita Belanda dalam Woman and Property yang dimuat pada Colonial New York : The Transition from Dutch to English Law, 1643-1727 (Ann Arbor 1983).
41.     Disposisi yang tepat dari persidangan-persidangan VOC kerapkali ambigu. Kecuali pengadilan menghapuskan kasus atau permohonan hukuman dari penuntutan, keputusan yang dibuat para hakim tak pernah menulis apa yang ditemukan sebagai kesalahan terdakwa dari berbagai tuntutan kejahatan. Malahan, para hakim secara sederhana mengumumkan apa hukumannya. Kita tidak memiliki catatan dari pengadilan Schaghen menit-per menit, dimana setiap kalimat dicatat. Detail hal demikian yang disajikan di sini, diperoleh dari surat menyurat Gub Jend dan Raad van Indie dengan Heeren XVII. Para pembaca mungkin memahami bahwa jabatan “Gubernur Ambon” kelihatan statusnya lebih tinggi dari “Direktur Bengal”. Faktanya, posisi itu sebenarnya “turun pangkat” atau “masuk kotak”, namun yang lebih penting lagu, Ambon merupakan wilayah yang sepenuhnya dikontrol oleh perusahaan dan memiliki sedkit ruang untuk melakukan perdagangan swasta. Situasi itu kurang menguntungkan dan karena itu, posisi itu (Gubernur Ambon) kurang disukai
42.    ARA, VOC 9333, case 9. Lebih dari 3 atau 4 hari, mereka memperdagangkan sekitar 200 shoulderloads (pikol/pikulan, suatu ukuran yang diperkirakan 100 kg) lada.
43.    Meskipun ada peraturan yang ditetapkan ini, sangatlah membantu untuk mengetahui bahwa Johann Jacob Merklein, seorang dokter kapal, dan Johan P. Rauscher, seorang tentara, keduanya mengkonfirmasi bahwa mereka menyelidiki ini adalah benar di Batavia. Johann Jacob Merklein, Reise nach Java, Voider-Und Hinter-Indien, China und Japan, 1644-1653 (The Hague 1930), hal 18.
44.   Respectively, from Timor, ARA, VOC 1312, f. 2329-2350, hukuman dijatuhkan pada 17 Juli, 1674; ARA, VOC 1484, f. 879, and from Batavia ARA, VOC 9335, kasus 1, signed January 10, 1664. Kasus-kasus lain memperkuat poin ini. Di Batavia pada Januari 1643, Sybrant Joris asisten quartermaster, didapati bersalah mencuri 8 atau 9 ikan kering dari gudang perusahaan (ARA, VOC 9332, f. 2), juga di Batavia pada 17 Januari 1665,Cornelis Claessen, tukang masak dan pelaut, didapati bersalah mencuri kayu cendana dari gudang perusahaan saat penjaga melihat ke tempat lain  (ARA, VOC 9334, unfoliated kasus 2). Jan Fransen, seorang tentara, didapati bersalah menjual senjatanya untuk minum-minum pada tahun yang sama ARA, VOC 9335, kasus 2.
45.    ARA, VOC 9335, kasus 2. Contoh-contoh lain penggelapan yang berhubungan dengan akses para pegawai, Claas Pietersz van Amsterdam, penjaga catatan garnisun di Timor, didakwa melakukan penggelapan tahun 1690. ARA, VOC 1366, case 2, signed July 17, 1674. Gysbert Willemsz van Delft, harbourmaster kapal Schielandt, dituduh mencuri perbekalan perusahaan, karena ia membawa beberapa perbekalan ke Ternate yang ia klaim telah membayarnya. ARA, VOC 1392, August 2, 1682, kasus 1.
46.   Jan Baptiste Tavernier, misalnya mengatakan bahwa hakim-hakim pengadilan sipil Batavia (Schepenbank) dan para pejabat VOC lainnya, semuanya terlibat dalam perdagangan ilegal : Travels in India II (London and New York 1889) 33.

Catatan Tambahan :
a.       Gualter/Gualterus Zeeman (1650 - ??) pada Oktober 1674 tiba dari Surat di Batavia dengan jabatan/pekerjaan opperkoopman, Juli 1676 menjadi anggota Raad van Justitie, sejak Juli 1677 menjadi Fiscaal. Menurut Valentijn, Gualter Zeeman menjadi Fiscal sejak 1677 hingga 1688. Ia menggantikan Pieter Pauw (1672 – 1677), Zeeman digantikan oleh Gerard de Bavere (1688 – 1690). Gualter/Gualterus Zeeman menikah dengan Sara van den Broucke/Brouck (1651 – 1719) pada tahun 1675. Istrinya kemudian menikah lagi dengan Julius Schelto Aytzema pada tahun 1693 di Belanda.
§  Valentyn, Francois, Oud en Nieuw Oost Indie, vierde deel, eerste boek, tiende hoofdstuk .... Joannes van Braam, Dordrecht en Gerard onder der Linden, Amsterdam, 1726, hal 379
§  W.Ph. Coolhas, Generale Missiven Gouverneur Genaraal, deel IV (1971), halaman 209, Catatan kaki no 3
b.       Laurens Pit (de jonge) menikah dengan Maria Hustaart, putri dari Jcob Hustaart, Gubernur Ambon (1656 – 1662). Sedangkan putrinya yang lain, Geetryud Hustaart menikah dengan Pieter Pauw, figur yang digantikan oleh Gualterus/Gualter Zeeman (lihat di catatan tambahan huruf a di atas)
§   Elias, E. Johan, De Vroedschap van Amsterdam 1578-1759, eerste deel, N. Israel, Amsterdam, 1963 (Hal 198)
c.       Nicolaas Schaghen mungkin ditunjuk menjadi Gubernur Amboina pada akhir tahun 1690. Ia ditunjuk menggantikan Dirk de Haas (1687 – 1691). Schaghen ke Ambon pada tanggal 4 Januari 1691 menumpang kapal Hendrik Maurits dan tiba pada 8 Maret 1691. Schaghen secara resmi menjabat posisi Gubernur sejak pertengahan Mei 1691.
§  Ludeking, E.A.W. Lijst van Gouverneurs van Ambon, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde 14 (1864), pp. 534
§  Doren, van J.B.J. De Moluksche Laandvoogden van het jaar 1605 tot 1818, J.D.Sybrandi, Amsterdam, 1808 (hal 109)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar