Senin, 06 April 2020

Radja van Saparoua Suatu dialektika dan rekonstruksi Menurut sumber-sumber Belanda (VOC) dan lainnya


(bag 3)

Oleh: Adryn Anakotta

B.4.      Periode terakhir abad ke-18

Seperti disebutkan pada akhir bagian ke-2 dari serial artikel ini, bahwa sejak tahun 1715 hingga minimal tahun 1763, kami tidak mengetahui dengan pasti identitas pemimpin negeri Saparua. 60an tahun lamanya, tidaklah kami ketahui tentang pemimpin negeri Saparua, identitasnya, masa pemerintahannya, serta proses peralihan kekuasaannya. Pada arsip  tahun 17681, secara eksplisit disebutkan tentang Radja van Saparoua. Arsip ini terdiri dari 4 halaman folio (folio 782-785) berupa kopian/salinan tentang Laporan/Penjelasan dari Fiscaal terkait tuduhan palsu terhadap Raja negeri Saparua. Arsip ini kami belum membaca isinya, namun melihat indeks atau judulnya, pastilah ada tertulis identitas Radja van Saparoua itu, apalagi arsip itu terdiri dari 4 folio. Dikarenakan kami belum membaca arsip ini, maka kami tidak tahu dengan pasti, masalah apa dan tuduhan palsu seperti apa yang dituduhkan kepada Radja Saparoua itu. Perlu dijelaskan juga tentang kata Fiscaal pada indeks/judul arsip tersebut. Fiscaal adalah salah satu jabatan dalam struktur organisasi VOC (1605-1799). Fiscaal bisa dianggap sebagai Jaksa dalam konteks masa kini. Menurut sumber Valentijn, sejak tahun 1622 telah ada figur yang menjabat jabatan Fiscaal ini pada Gouvernmenten Ambon, yaitu Isaac de Bruijn (1622-16242). Berdasarkan sumber3, maka Fiscaal Gubernemen Ambon yang berkaitan dengan arsip yang sedang kita bahas adalah  Eduard Homma (1765–1770). Ia menggantikan Wijnand Bounvoust (1762-1765), dimana Homma sebelumnya adalah Secretary Raad van Politie (1762-1765). Bertugas selama 5 tahun di jabatan Fiscaal, ia digantikan oleh Johan Adam Schilling (1770–1780). 


Arsip gereja tentang nama Radja van Saparoua

               Siapa nama Radja van Saparoua yang dimaksud dalam arsip tahun 1768 itu?. Seperti yang disebutkan sebelumnya, jika arsip ini belum kami baca isinya, sehingga kami tidak tahu identitas Radja Saparua yang dimaksud. Namun arsip gereja yang berasal dari tahun 1769 dan 1770, memberitahukan kita siapa nama Radja Saparua itu. Menurut arsip gereja tahun 1769 dan 1770 itu4, Radja itu bernama Pieter Jansz Manusama. Menurut arsip gereja tersebut, Radja van Saparoua itu menjadi Ouderling (Penatua) untuk Pulau Honimoa. Arsip tahun 1768 dan arsip gereja tahun 1769/1770 itu jaraknya waktunya sangat dekat, antara beberapa bulan hingga 1 tahun lamanya, sehingga kami meyakini, bahwa Pieter Jansz Manusama adalah figur yang dimaksud pada arsip tahun 1768 itu. Kami tidak tahu dengan pasti kapan Pieter Jansz Manusama menjadi Radja negeri Saparua, karena terbatasnya arsip-arsip yang kami miliki untuk memastikan atau menjawab pertanyaan ini. Namun, dengan membaca arsip-arsip gereja serta membandingkan dan memikirkan kemungkinan, maka kami mencoba untuk menduganya.

Arsip gereja yang menyebutkan tentang Pieter Jansz Manusama adalah arsip gereja tertanggal 11 September 1769 dan April 1770. Arsip gereja tertanggal 11 September adalah arsip tentang laporan hasil kunjungan ke sekolah dan Gereja oleh  DS (Pendeta) Olivier Porjeere (1765-medio 17705) bersama Ouderling Pieter Jansz Manusama (Radja van Saparoua) dan Pieter Hehanussa (Radja van Titawaay) ke Pulau Saparua dan Nusalaut sejak tanggal 10 -31 Agustus 1769. Hasil kunjungan tanggal inilah, yang dibuatkan laporan pada/per tanggal 11 September 1769 itu. Ini berarti, Pieter Jansz Manusama telah menjadi Ouderling sebelum Agustus 1769, yang berarti pula telah menjadi Radja Saparua sebelum Agustus 1769. Pemimpin suatu negeri menjadi Ouderling merupakan hal yang umum dalam sejarah gereja khususnya di Ambon sejak awal VOC hingga masa pemerintah Hindia Belanda. Misalnya Fransiscus Molle, Pattij van Siri Sori menjadi Ouderling untuk pulau Honimoa (1664-16716), Anthoni Mayassa/Mayasan, Radja van Ullath menjadi Ouderling untuk pulau Honimoa (1684-17047). Jadi, Manusama menjadi Ouderling bukanlah hal yang aneh. P.J. Manusama menjadi Ouderling untuk pulau Honimoa mungkin menggantikan Abraham Cornelis Pelupessy, Pattij van Ouw yang menjadi Ouderling (?-dalam tahun 17638). Jadi, mungkin saja Manusama menjadi Ouderling pada tahun 1764 atau 2-4 tahun setelah tahun 1763, yang berarti antara tahun 1764-1767, Manusama telah menjadi Ouderling. Perkiraan ini, bisa “logis” dengan arsip tahun 1768 itu, sayangnya arsip tahun 1768 itu, belum kami ketahui tanggal pembuatannya, namun kami memperkirakan tahun 1767, Manusama telah menjadi Radja van Saparoua. Itu berarti beberapa tahun sebelumnya, Manusama ditunjuk/diangkat menjadi Radja van Saparoua yaitu sekitar tahun 1764-1767. Pertimbangan kami memperkirakan tahun ini (1764-1767) adalah dengan membaca dan memahami MOG Gubernur Willem Fockens (Februari 1764-Oktober 17679) tanggal 30 September 176710.  Pada MOG itu, sang Gubernur melaporkan ekspedisi ekspatriasi pohon cengkih di Seram Utara/Timur oleh Hongi Gubernemen dalam tahun 1764/1765.  Disebutkan bahwa arumbai (kora-kora) negeri Saparua dan Paperu bersama arumbai dari Nusaniwe, Ihamahu, Tuhaha dipimpin oleh Radja van Nusaniwe11. Pada halaman lainnya, disebutkan juga bahwa arumbai dari negeri Saparua dan Paperu bersama arumbai dari negeri Leinitu, Aboru, Nalahia dipimpin oleh Pattij van Leinitu12. Mungkin salah satu alasan, Radja van Saparoua tidak memimpin “skuadron” arumbai dari 4 negeri ini, adalah karena ia menjadi Ouderling. Alasan ini “sangat logis” sehingga bisa “sesuai” dengan dugaan kami tentang periode Manusama menjadi Radja van Saparoua serta menjadi Ouderling (1764-1767) itu. Jika telah diduga Manusama menjadi Radja van Saparoua pada rentang 1764-1767, kapan ia mengakhiri jabatan Radjanya?.  Dugaan kami, Manusama mengakhiri kepemimpinannya beberapa tahun hingga 10an tahun setelah tahun 1770. Menurut arsip gereja tahun 1770, tepatnya bulan April, Manusama masih menjadi Ouderling sekaligus Radja van Saparoua. Selain itu, arsip lain dari tahun 176913 dan arsip tahun 177014 juga memperkuat dugaan kami. Arsip tahun 1769 itu sesuai indeks/judulnya adalah salinan laporan penjelasan dari Opperhoofd van Saparoua Jan Willem van Blijdenberg (Januari 1765-177315) dan Secretary Raad van Politie, Dirk Goedbloed (1768-177116) tentang perselisihan antara para regenten (pemimpin) dari pulau Saparua terkait wilayah/daerah/tanah tertentu yang disebut Pia. Arsip tahun 1770 adalah MOG Gubernur Pieter Hendrik Breton (Oktober 1767-Juni 177017) tanggal 31 Mei 1770.  Pada salah satu halaman dari MOG sang Gubernur itu tertulis seperti ini18 :


in het vergange jaar is tusschen de hoofden der op Saparoua gelegen negorijen Sirrijsorrij, Tiouw en Saparoua ook een dispuut ontstaan over de limiten van het in anno 1653 door de Edele Heer superintindant Arnold de Vlaming van Outshoorn aan de pattij van Honimoa op Sirrijsorrij geschonken land de Pia, 'twelk ik in de op den eersten december 1769 te Saparoua gehouden vergaderingzodanig beslist hebbe, als bij occulaire inspectie van dat lant  bevond dat de billikheid medebragt en bij resolutie te zien is. Moetende ter voldoening aan dat besluit nog enige stene merkpilaren opgerigt worden en de volkeren van Tuhaha ook aantoonen wat doessongs of thuinen zij in dat lant bezitten. 'Tgeen Uw Ed. zult dienen ter uitvoer te laten brengen tot voorkoming van meerder geschillen van die natuur, waartoe den inlander zeer genegen is en die dikwils zo duister zijn, dat men niet weet wie gelijk of ongelijk heeft.

(sepanjang tahun lalu,di Pulau Saparua telah terjadi perselisihan antara para pemimpin negeri Siri-Sori, Tiouw dan Saparua tentang batas-batas tanah yang diberikan kepada Pattij van Honimoa (Siri Sori) oleh yang mulia Arnold de Vlaming van Oudsthoorn pada tahun 1653, yaitu wilayah/daerah/tanah yang disebut Pia. Saya (Gubernur) telah memutuskan dalam pertemuan yang diadakan di Saparua pada awal Desember 1769, melalui inspeksi dan resolusi. Untuk menjalankan keputusan itu, beberapa pilar batu penanda harus didirikan dan masyarakat negeri Tuhaha juga harus menunjukan dusun-dusun yang mereka miliki di sekitar tanah itu. Hal ini harus diterapkan untuk mencegah beberapa perselisihan seperti itu yang disukai oleh masyarakat pribumi, dan yang seringkali begitu “gelap” sehingga kita tidak tahu, siapa yang benar dan siapa yang salah).


Secara eksplisit dikatakan pada awal Desember 1769, sang Gubernur ke Saparua dalam rangka menyelesaikan perselisihan ini, sehingga arsip laporan dari Opperhoofd Saparua dan Secretary Raad van Politie mungkin bertanggal pertengahan tahun 1769. Perhatikan lagi tanggal MOG Gubernur yaitu pada 31 Mei 1770, sedangkan tanggal serah terima jabatan dengan Gubernur baru penggantinya, Joan Abraham van der Poort pada tanggal 12 Juni 1770. Maka dugaan kami, hingga akhir masa jabatan Pieter Hendrik Breton (12 Juni 1770), Manusama masih tetap menjadi Radja van Saparoua. Seperti yang disebutkan sebelumnya, dugaan kami Manusama mengakhiri masa jabatannya antara beberapa tahun hingga 10an tahun, maka mungkin Manusama melepaskan jabatannya itu antara 1772-1780an.



Setelah kita mengetahui nama Radja van Saparoua pada 1760an itu, timbul pertanyaan “baru”.  Mengapa dan kisahnya seperti bagaimana, sehingga seseorang bermarga “Manusama” bisa menjadi Radja van Saparoua? Bukankah marga Manusama bukanlah mata rumah parentah di negeri Saparua?, tetapi marga Manusama adalah mata rumah parentah di negeri Abubu? Apakah arsip gereja itu melakukan “kekeliruan” dalam penulisan nama marga? Jika tidak, bagaimana “sejarahnya” hingga seseorang bermarga lain, bisa menjadi Radja di negeri Saparua?.

Hal pertama yang perlu diperjelas adalah, bahwa hanya arsip gereja inilah yang kami punyai dan telah membaca isinya, sedangkan arsip tahun 1768 dan 1769 itu, kami belum membaca isinya, sehingga suka atau tidak suka, identitas Radja van Saparoua yang tertulis pada arsip gereja itulah, yang “harus” kami terima/akui.

Apakah arsip gereja melakukan kekeliruan penulisan identitas Radja Saparua itu, maksudnya ia bukanlah bermarga Manusama? Ataukah kata Manusama pada identitas Radja Saparua ini, “hanyalah” merupakan nama kedua atau nama “tengah”?. Arsip gereja dari tahun 167419, telah secara eksplisit menulis kata Manusama. Arsip ini menulis seorang figur bernama Paulus Manusama yang merupakan seorang Kristen di negeri Tamilouw. Arsip-arsip gereja yang sezaman dengan Pieter Jansz Manusama adalah berasal dari tahun 176120 dan 178421, juga secara eksplisit menulis kata Manusama. Arsip gereja tahun 1761 menulis Lourens Marcus Manusama yang merupakan Pattij van Abubu adalah Ouderling, sedangkan arsip tahun 1784 menulis Matheus Manusama dan Jacob Manusama adalah schoolmeester di negeri Ihamahu dan Haria/Porto.  Jadi pada sisi ini, agak meragukan jika arsip gereja melakukan kekeliruan penulisan, apalagi  hampir 1  abad sebelumnya arsip gereja telah secara eksplisit menulis kata Manusama itu (antara 1674 dan 1769).  Jadi kita harus menerima, penulisan arsip gereja dalam kasus kata Manusama pada identitas Pieter Jansz Manusama adalah benar, bukan suatu kekeliruan. Selain itu, kita sendiri harus memiliki pemahaman yang utuh, bahwa para editor arsip-arsip gereja ini (Hendrik Niemeijer, Th. Van den End dan G.J. Schutte) bukan hanya berkutat pada arsip gereja saja, namun memiliki pengetahuan tentang arsip-arsip VOC, sehingga mereka bisa “membandingkan” jika ada “kekeliruan” penulisan kata Manusama22. Pada kata pengantar23, para editor  juga menyampaikan bahwa dalam projek itu, mereka bekerjasama dengan sejarahwan Maluku, seperti R.Z. Leirissa, dr. M Tapilatu (sejarahwan gereja) dari UKIM, C. Alyona (sejarahwan gereja), M.K.J. Norimarna (Rektor UKIM), sehingga jika ada kekeliruan penulisan kata Manusama pada arsip gereja ini, maka tentunya akan “diperbaiki” oleh orang-orang Ambon sendiri, yang tentunya lebih familiar dengan nama-nama marga.

Pertanyaan “mengganjal” berikutnya adalah apakah mungkin, seseorang yang “berasal” dari negeri lain, dapat menjadi pemimpin di negeri lain?. Jawabannya, adalah bisa saja. Kita bisa membaca pemahaman yang lebih luas tentang hal ini, menurut kajian Gerrit J. Knaap dalam bukunya24. Maarten Vernhabake dalam skripsinya, yang juga mengutip kajian Knaap dalam naskah skripsinya itu, menulis seperti ini25 :


Prosedur pengangkatan para regenten (Radja, Patti dan Orang Kaija) yang dilakukan oleh VOC, asalkan prosedur ini cukup masuk akal. Awalnya, negeri/desa diizinkan mencalonkan 1 atau lebih kandidat. Misalnya tradisi suksesi, kemampuan/ketrampilan kandidat juga diperhitungkan dan prestise/nama besar kandidat di antara penduduk negeri. Setelah mencalonkan kandidat, Gubernur menginstruksikan untuk “menyelidiki” mengapa figur itu dicalonkan. Setelah itu, kandidat yang paling memenuhi syarat diangkat/ditunjuk sebagai “regent” dari negeri itu dan diberi “akta otorisasi”. Pertimbangan terhadap kandidat itu berdasarkan preferensi masyarakat desa dalam keputusan itu. Jarang terjadi bahwa VOC menyimpang dari resital penduduk negeri.


Jadi menurut konteks ini, seseorang bisa tunjuk/diangkat asalkan memenuhi syarat, itu berarti secara umum, Manusama bisa menjadi pemimpin di suatu negeri/desa. Lagi pula, ada semacam “preseden” bahwa beberapa figur bermarga Manusama pernah menjadi pemimpin di beberapa negeri, di luar negeri asal mereka. Memang, hal ini terjadi sekitar 30an tahun setelah “kasus” Pieter Jansz Manusama di negeri Saparua. Misalnya, Anthonij Petrus Manusama menjadi Radja  van Ouw (?-April 1803)26, Gerardus Manusama menjadi Patti van Ouw (?-1803)27, Eliza Manusama, Regent van Booi (?-1803)28, Abraham Manusama, Radja van Ameth (?-April 1803)29.  Jadi dari beberapa contoh ini, adalah merupakan hal yang “lumrah” saja, seseorang bisa menjadi pemimpin di suatu negeri, meski berasal dari negeri lain. Menurut kami, mungkin alasannya adalah figur-figur ini adalah “orang penting” di negeri tersebut, misalnya menjadi ouderling, schoolmeester atau mereka menjadi pemimpin karena berdasarkan pertimbangan bahwa mereka berasal dari pernikahan orang tua mereka. Misalnya pada kasus Johanes Marcus Manusama, yang awalnya menjadi Patti van Abubu (1803-1808, 1812-181830) ditunjuk menjadi Patti van Siri Sori Serani (1818-183831), untuk menggantikan pamannya, Melchior Kesaulija yang dieksekusi karena terlibat dalam perang Pattimura32.

Ayah J.M. Manusama, Johannes Manusama menikah dengan Naomi Kesaulija33. Naomi Kesaulija sendiri adalah saudara perempuan dari Melchior Kesaulija, yang pada Mei 1817 diangkat oleh Thomas Matulesia menjadi Patti van Siri Sori Serani, karena Patti sebelumnya, Johanes Salomon Kesaulija (1803-1817) meninggal pada peristiwa perang Pattimura.

Jika begitu, siapa sebenarnya Pieter Jansz Manusama ini? Apakah ia menjadi Radja van Saparoua, karena memiliki relasi dari suatu pernikahan? Ataukah mungkin ada hubungan “misterius” antara marga Manusama dengan marga-marga asli negeri Saparua, misalnya Titaleij, Simatauw, Ririnama dan Anakotta?. Dilihat dari namanya, maka Pieter Jansz Manusama adalah putra dari Jan Manusama. Menurut kajian Jean Gelman Taylor dalam bukunya34, menyebutkan penulisan kata misalnya kata Jansz adalah bentuk patronomik yang disingkat.  Patronomik adalah nama anak yang mengikuti nama ayahnya. Misalnya, putra dari Jacob maka menjadi Jacobszoon, putra dari Pieter maka menjadi Pieterszoon, putri Jacob maka menjadi Jacobsdochter. Jacobszoon, Pieterszoon sering ditulis singkat Jacobsz atau Pietersz, Jacobsdochter menjadi Jacobsd, Jansdochter menjadi Jansd. Bentuk-bentuk ini adalah bentuk patronimik yang lumrah di Belanda pada abad 17.

Jadi kata Jansz adalah singkatan dari kata Janszoon yang bermakna putra/anak laki-laki dari Jan. Maka Pieter Jansz Manusama berarti Pieter putra dari Jan Manusama. Lalu siapa Jan Manusama?... harus kita akui, bahwa pada titik ini, kita tidak mengetahui apa-apa lagi.

Ada arsip gereja yang mungkin bisa jadi “pembuka” untuk memahami hubungan “misterius” antara Manusama dengan negeri Saparua... arsip gereja itu berasal dari tahun 167435, dan salah satu fragmen dari laporan arsip itu adalah sebagai berikut:

 

Alhier door den bovengemelte ouderling en schoolmeester bijnaar hetselvige dat aan die van Sepa insgelijx voorgedragen aan voornaamsten orangcay Tamiloubessy, wiens antwoord dezen inhout behelsde. 1. Hij was genegen en had de redenen van zijn genegentheyd tot het Christendom genoegsaam doen blijken, dewijl hij selfs sijn jonger broeder Paulo Manusamma, alsmede sijn soon Matheus Soulepa, had laten christen worden.

 

Perhatikan kata-kata yang kami garis bawahi, pada alinea disebutkan secara eksplisit bahwa orang kaja negeri Tamilou yang bernama Tamiloubessy mempunyai adik bungsu (jonger broeder) bernama Paulo Manusamma. Konteks atau latar belakang dari paragraf ini, adalah ada upaya kristenisasi terhadap orang kaja Tamilou itu yang masih beragama Islam dan ia memberikan penilaian negatif terhadap kekristenan, namun membiarkan adiknya memeluk agama kristen, yang akhirnya bernama (nama baptis-nama kristennya) Paulo Manusamma.

Maka dari informasi ini, kita bisa menyebut bahwa orang kaja Tamilouw berhubungan keluarga dengan keluarga Manusama. Selain itu, kita ingat kembali tradisi lisan tentang leluhur negeri Tamilouw, Hutumuri dan Siri Sori36. Pada tradisi itu disebutkan bahwa 3 adik kakak, Timanole, Simanole dan Silaloi. Timanole singgah di Tamilouw dan menjadi leluhur negeri Tamilouw, Simanole singgah di Hutumuri dan menjadi salah satu leluhur negeri itu, serta Silaloi singgah di Siri sori dan dianggap sebagai leluhur negeri Siri Sori.

Menurut pendapat kami, orang kaja Tamiloubessy merupakan keturunan dari Timanole itu. Pada tradisi itu disebutkan bahwa tidak lama setelah Timanole singgah di Tamilouw, ia kemudian memeluk agama Islam. Informasi ini berhubungan erat dengan arsip gereja tahun 1674 yang menyebut orang kaja Tamiloubessy itu. Kita tentunya, masih ingat pada tradisi lain37, bahwa Lahakela, putra Masbait Pusan, yang juga salah satu leluhur negeri Siri Sori menikah dengan Halakone Titaley (lihat pada artikel bagian 2). Dari sini, kita bisa melihat bahwa ada “semacam” benang merah hubungan mereka semua.

Selain itu, Dieter Bartels juga menyebut bahwa Manusama asalnya dari Seram Timur38, van Schmid dalam artikelnya tentang Rian Santuwa Titaleij, menyebut asalnya dari Nieuw Guinea39, Rumphius dan Valentijn juga menyebut leluhur orang Siri Sori berasal dari Onin (Papua). Perlu dipahami, bahwa Seram Timur, Onin dan Nieuw Guinea merupakan “wilayah-wilayah yang berdekatan” dan pada masa VOC, dikelompokkan dalam 1 wilayah. Jadi, leluhur-leluhur ini berasal dari “1 wilayah” dan mungkin karena itulah mereka memiliki “hubungan misterius”. 


               Kami menduga kuat bahwa Manusama merupakan “orang dalam” di negeri Saparua sendiri. Dugaan ini dilandasi dengan pemikiran kritis terhadap kasus pada tahun 1768, 1769 dan 1770 di negeri Saparua. Arsip tahun 1770 tentang laporan Gubernur Ambon yang salah satunya adalah upaya penyelesaian masalah hukum antara Radja Saparua, Patih Tiouw dan Radja/Patih Siri Sori soal perbatasan tanah, dimana tanah itu disebut Pia. Arsip tahun 1769 tentang laporan Opperhoofd Saparua dan Sekretaris Raad van Politie tentang penjelasan perselisihan antara para regenten (pemimpin) dari pulau Saparua terkait wilayah/daerah/tanah tertentu yang disebut Pia. Arsip tahun 1768 tentang Laporan/Penjelasan dari Fiscaal terkait tuduhan palsu terhadap Raja negeri Saparua.

Menurut kami... mungkin... sekali lagi... mungkin... perselisihan batas tanah ini, bermula dari gugatan Radja Saparua dan Patih Tiouw terhadap batas tanah petuanan negeri Saparua di dusun Pia, yang merupakan tanah milik Siri Sori. Gugatan ini, mungkin berhubungan erat dengan arsip tahun 1768 tentang tuduhan palsu kepada Radja Saparua.

Pertanyaan yang perlu dipikirkan di balik kasus ini adalah, apakah mungkin “orang luar” yaitu Pieter Jansz Manusama, begitu peduli dan mati-matian serta “berkorban” hanya untuk menggugat batas petuanan negeri Saparua? Atau lebih masuk akal, jika Pieter Jansz Manusama adalah “orang dalam”, atau “anak adat” sendiri, sehingga ia begitu peduli, mati-matian dan berkorban hanya demi sepotong tanah?

Pertanyaan lain lagi yang perlu dipikirkan, apakah mungkin “orang luar” begitu peduli, perhatian dan tahu luar dalam, dan memahami secara mendetail dan benar terhadap asal usul kasus batas tanah ini yang bermula 1 abad lebih sebelumnya (1653-1770), sehingga ia “berani” berperkara dengan Radja Siri Sori soal tanah di Pia? Bukankah lebih masuk akal, lebih logis, jika Pieter Jansz Manusama adalah “orang dalam” negeri Saparua?

Bisa saja, orang luar yang jadi Radja dan kemudian mempelajari arsip-arsip, dokumen-dokumen lama yang ditinggalkan selama 1 abad (1653 – 1770) soal batas tanah dan akhirnya berperkara... itu hal yang bisa saja terjadi... namun, menurut kami, sikap peduli itu, kurang begitu meyakinkan, terkecuali ada faktor “intenalnya” didalam orang itu sendiri, yaitu dia adalah “pemilik sah” dari tanah yang disengketakan itu. Perlu juga diketahui, pada periode permasalahan ini, radja/patih Siri Sori adalah Louis Hermanus Kesaulija (1767-1793)40. Uniknya lagi, jika kita membaca tradisi sejarah Siri Sori, dan mengurutkan...bahwa keturunan Lahakela dan Halakone Titaley itulah yang menurunkan Patih Siri Sori bermarga Kesaulija? Dan... bukankah Titaley adalah mata rumah parentah di negeri Saparua? Hubungan ini kian unik... apakah gara-gara Manusama menjadi Raja di Saparua, sehingga ada sebuah wilayah di dalam petuanan negeri Saparua, dati milik keluarga Titaley, di areal dekat benteng Duurstede, yang kini dikenal sebagai kampung abubu? Bukankah Manusama adalah mata rumah parentah  di negeri Abubu?41.

Memang menurut cerita yang berkembang, di situ adalah tempat hunian sementara orang-orang negeri Abubu yang bersekolah di Saparua di masa dulu... tapi bukankah ada “cerita dibelakangnya”? Siapa yang “mengijinkan” wilayah itu untuk dihuni? Bukankah itu dati Titaley? Bukankah harus ada semacam“hubungan intim” antara Titaley sebagai penguasa negeri Saparua dan Manusama sebagai penguasa negeri Abubu, sehingga “ijin” itu bisa lancar? 

Kesimpulan kami, bahwa Manusama diduga kuat merupakan “orang dalam” sehingga menjadi Radja van Saparoua. Orang dalam yang kami maksud, ia atau keluarga besarnya memiliki hubungan “dekat” dengan keluarga Titaley. Dari penjelasan panjang lebar di atas, kita mengetahui dengan pasti bahwa Pieter Jansz Manusama adalah Radja Saparua, dan dalam perkiraan kami menjadi Radja Saparua pada periode 1760an-1780an.

 

=== bersambung ===


Catatan Kaki:

1.         Copia berigt van den Fiscaal aangaende de valsche accusatie tegen den Radja van Saparoua ingebragt (NA 1.04.02 3240 Ambon 782 – 785)

2.        Valentyn, Francois. Oud en Nieuw Oost Indie (twede deel) Beschyving van Amboina Vervattende......., Joannes van Braam, Dordrecht, 1724, bag 2, vierde boek,zevende hoofdstuk  hal 2, achtste hoofdstuk, hal 36)

3.        Naam-Boekje Van de Wel Ed. Heeren der Hooge Indische Regeringe .............Anno 1766, Petrus Schouten en Reinier Ottens Boekverkopers, Amsterdam, 1767, Hal 47.

§  Naam-Boekje Van de Wel Ed. Heeren der Hooge Indische Regeringe .............Anno Mei 1767, Petrus Schouten en Reinier Ottens Boekverkopers, Amsterdam, 1768, Hal 48.

§  Naam-Boekje Van de Wel Ed. Heeren der Hooge Indische Regeringe .............Anno December 1769, Petrus Schouten en Reinier Ottens Boekverkopers, Amsterdam, 1771, Hal 50.

4.        Rapport Betreffende een visitatie van kerken en scholen Op Saparua en Nusa laut door DS Olivier Porjeere en de Ouderlingen Pieter Jansz Manusama en Pieter Hehanusa. Ambon, 11 September 1769. ANRI, Archief Kerkenraad Batavia 81, folio 203 – 217 (. (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, tweede band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 478 - 479)

§  Rapport Betreffende een visitatie van kerken en scholen Op Saparua, Nusa laut en Ceram door DS Olivier Porjeere en de Ouderlingen Pieter Jansz Manusama en Pieter Hehanusa. Ambon, April 1770. ANRI, Archief Kerkenraad Batavia 81, folio 283-294  (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, tweede band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 489 - 499)

5.        Alfabetisch lijst van Predikanten in Ambon, Ternate en Banda (dimuat  oleh Hendrik.E. Neimeijer, Th. Van den End dan G.J. Schutte dalam Bronnen Betreffende Kerk en School in de Gouvernemente Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC, 1605-1791,vierde deel, hal 55, Huygens ING (Knaw) Den Haag 2015)

§   Bruijn de, C.A. L van Troostenburg, Biographisch Woordenboek van Oost-Indische Predikanten, P.J. Milborn, Nijmegen, 1893 Hal 343-344

6.        Valentyn, Francois. Oud en Nieuw Oost Indie (derde deel) Omstandig verhaal van de geschiedenisen en zaaken het kerkelyke ofte......., Joannes van Braam, Dordrecht, 1726, eerste boek, vyfde hoofdstuk (khusus hal 142-143)

§  Brief van DS Johannes Sweerdius aan de Kerkenraad van Batavia, Ambon , 30 Agustus 1664. ANRI, Archief Kerkenraad Batavia 137, folio 37-40 ((in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 313-315)

7.        Valentyn, Francois. Oud en Nieuw Oost Indie (derde deel) Omstandig verhaal van de geschiedenisen en zaaken het kerkelyke ofte......., Joannes van Braam, Dordrecht, 1726, eerste boek, vyfde hoofdstuk (khusus hal 144-145)

8.        Rapport Betreffende een visitatie van kerken en scholen Op Buru, Manipa, Boano, Haruku, Saparua, Nusa laut,Ceram en in Hitu en Leitimor door DS Noach Tilemann Dictus Schenk en vier Ouderlingen. Ambon, April 1763. NA, VOC 3088, folio 278-328 (. (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, tweede band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 450-451)

9.       Doren, van J.B.J. De Moluksche Laandvoogden van het jaar 1605 tot 1818, J.D.Sybrandi, Amsterdam, 1808 (hal 127-128)

§  Ludeking, E.A.W. Lijst van Gouverneurs van Ambon, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde 14 (1864), pp 537

10.     Memorie wegens den tegenwoordige............door Willem Fockens, 30 September 1767. ARA : VOC 3208 folio 399-682 (dimuat oleh Gerrit J Knaap dalam  Memories van Overgave van Gouverneurs van Ambon in de zeventiende en achttiende eeuw, s’gravenhage, Martinus Nijhoff, 1987,  hal 368 – 438)

11.       Idem (hal 411)

12.      Idem (hal 413)

13.      Copia berigt van Saparouas hooft Jan Willem van Blijdenbergh en den secretaris van politie Dirk Goedbloed wegens tusschen zommige regenten van Honimoa ontstaen geschil over zekere landstreek de Pia genaamt (NA 1.04.02 3299 Ambon 973 - 982)

14.      Memorie nopens den presenten staat........... door Hendrik Breton, 31 Mei 1770. ARA : VOC 3299 folio 784-836 (dimuat oleh Gerrit J Knaap dalam  Memories van Overgave van Gouverneurs van Ambon in de zeventiende en achttiende eeuw, s’gravenhage, Martinus Nijhoff, 1987,  hal 439 – 450)

15.      Naamboekje van de Weled. Heeren de Hooge Indische Regering........... September 1766, Cornelis Wilt Amsterdam,1767 (hal 52)

§  Naamboekje van de Weled. Heeren de Hooge Indische Regering........... 1766, Cornelis Wilt Amsterdam,1767 (hal 47)

§  Naamboekje van de Weled. Heeren de Hooge Indische Regering........... December 1769, Petrus Schouten en Reinier Ottens Boekverkoper, Amsterdam,1771 (hal 50)

16.     Naamboekje van de Weled. Heeren de Hooge Indische Regering........... December 1769, Petrus Schouten en Reinier Ottens Boekverkoper, Amsterdam,1771 (hal 51)

§  Naamboekje van de Weled. Heeren de Hooge Indische Regering........... Mei 1769, Petrus Schouten en Reinier Ottens Boekverkoper, Amsterdam,1770 (hal 51)

17.      Doren, van J.B.J. De Moluksche Laandvoogden van het jaar 1605 tot 1818, J.D.Sybrandi, Amsterdam, 1808 (hal 128-129)

§  Ludeking, E.A.W. Lijst van Gouverneurs van Ambon, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde 14 (1864), pp 537

18.      Catatan Kaki no 14 (hal 448)

19.     Rapport Betreffende een visitatie van kerken en scholen Op Ambon, Manipa, Boano, Ceram Haruku, Saparua en Nusa laut, door DS Jacobus Montanus. Ambon, Mei 1674. NA, VOC 1300, folio 906 - 927 (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 438-458, khusus hal 451)

20.    Catatan kaki no 8

21.      Rapport de Kerken en Scholen van Ambon 1783-1784. Ambon, April 1784. ANRI Archief Kerkenraad Batavia 138, folio 181 – 189 (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, tweede band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 530 - 534, khusus hal 532)

22.     Terkhusus mengenai Hendrik Niemeijer, ia menulis buku dan beberapa artikel berdasarkan arsip-arsip VOC. Misalnya bisa dilihat,

§  De Geveinsde vrede. Eer, protocol en diplomatie in de machtsverhouding tussen de Verenigde Oost-Indische Compagnie en Ternate omstreeks 1750 (dimuat oleh Gerrit J Knaap dan Ger Teitler (editor) dalam de VOC tussen oorlog en diplomatie, KITLV, Leiden, 2002, halaman 309 – 335)

§  Batavia. Een koloniale samenleving in de zeventiende eeuw, Amsterdam, 2005

§  Pengurus pusat VOC dan lembaga-lembaga pemerintahan kota Batavia (1619 – 1811) : sebuah pendahuluan

§  The Diplomatic correspondence between Asia Rulers and Batavia Castle during th 17th and 18th centuries : The Digital reconstruction of a lost treasure, ANRI, Batavia, 2005

23.     Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Vierde deel, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 1-15, khusus hal 11)

24.     Knaap, Gerrit, J. Kruidnagelen en Christenen; De VOC en de bevolking van Ambon 1656-1696, Leiden, 2004

25.     Vernhabake, Maarten. Amboina; De VOC op Ambon in 1732 : een socio-economische analyse, Universitas Gent, 2007, hal 58-59

26.    Commissarissen tot de overname en retablissering van 's Compagnies bezittingen in de Molukken (Wieling en Melissen) aan gouverneur-generaal (Siberg) en raden van Indië, Ambon, 15 mei 1803. Afschrift. NA, collectie Van Alphen 2.21.004.19, 300

27.     Eerste commissaris tot de overname en retablissering van 's Compagnies bezittingen in de Molukken (Cranssen) aan gouverneur-generaal (Siberg) en raden van Indië, Batavia, 20 december 1803.Afschrift. NA, collectie Van Alphen 2.21.004.19, 302

28.     Idem

29.    Idem

30.    Eerste commissaris tot de overname en retablissering van 's Compagnies bezittingen in de Molukken (Cranssen) aan gouverneur-generaal (Siberg) en raden van Indië, Batavia, 20 december 1803.Afschrift. NA, collectie Van Alphen 2.21.004.19, 302

§  OPGAAF VAN REDENEN VAN DE OPSTAND

Door Thomas Matulessij opgestelde punten van beklag over het herstelde Nederlands bestuur, Saparua, 29 mei 1817.

§  Hoofden der opstandige negorijen aan kapitein-ter-zee J. Groot en overige officieren aan boord der schepen voor de kust van Saparua, Hatowano (Nolot), 20 juli 1817.No. 14 la B. Afschrift van translaat. ARNAS, Ambon 566

31.      Verbaal handelingen en besluiten luitenant-gouverneur-generaal (De Kock) in Rade 28 mei 1828 no. 6, Batavia. Afschrift. NA, Koloniën 2.10.01, 2813; extract in: Koloniën 2.10.01, 687, vb. 3 juli 1829 no. 85

32.     https://id.wikipedia.org/wiki/Sirisori_Amalatu,_Saparua_Timur,_Maluku_Tengah

33.     https://www.geni.com/people/Johannes-Manusama/600000000240635399

34.     Jean Gelman Taylor, The Social World of Batavia, 2nd edition, Inggris, The University of Wisconsin Press, 2009, Catatan kaki no 8,Hal 7, 232, atau versi bahasa Indonesianya... Kehidupan Sosial di Batavia, Masup, Jakarta, 2009, catatan kaki no 8, hal 53-54.

35.     Catatan Kaki no 19

36.    KISAH TENTANG PERJANJIAN TIGA KAMPUNG BERSAUDARA (Tamilouw, Hutumuri Sirisori)

§  http://wailissatamilouw.blogspot.com/2009/11/kisah-tentang-perjanjian-tiga.html

§  Hubungan Gandong Antara Negeri Tamilouw, Hutumuri dan SiriSori (MOSILOU)

§  http://louhataamalatu.blogspot.com/2017/10/hubungan-gandong-antara-negeri-tamilouw.html

37.     http://louhataamalatu.blogspot.com/2017/02/sejarah-negeri-siri-sori.html

38.     Daftar Mata Rumah di Maluku Tengah

39.    Van Schmid, Aanteekeningen nopens de zeden , gewoonten en gebruiken , benevens de vooroordeelen en bijgeloovigheden der bevolking van de eilanden Saparoea ,Haroekoe , Noessa Laut , en van een gedeelte van de' zuid - kust van Ceram ( di muat pada Tijdschrift voor Nederlands Indie vijfde jaargang, Landsdrukerij Batavia,1843 (hal 619)

40.    http://louhataamalatu.blogspot.com/2017/02/sejarah-negeri-siri-sori.html

G.W.W.C. Baron van Houvell, Twee Zangen in de Ambonsche Landtaal (Bahasa Tanah) (dimuat pada Tijdschrift voor Indische Taal,-Land en Volkenkunde, deel 27, hal 69-89

Tidak ada komentar:

Posting Komentar