Minggu, 24 Mei 2020

Nama-nama (Diri) Pribadi, Pergantian Leksikal, dan Pergeseran Bahasa di Indonesia Timur (bag 2 - selesai)


Oleh :

MARGARET JEAN FLOREY &
ROSEMARY A. BOLTON


5.     Struktur nama

Kemiripan telah diidentifikasi dalam struktur linguistik nama-nama pribadi suku Alune dan Nuaulu. Kedua kelompok bahasa memiliki nama yang dapat disegmentasi, dibangun melalui peracikan atau melalui proses afiksasi, dan nama yang tidak dapat disegmentasi, tetapi yang maknanya seringkali bisa diidentifikasi. Makna-maknanya, jika memungkinkan, akan dijelaskan untuk suku Alune. Sedangkan untuk nama-nama suku Nualu, bisa melihat kajian Ellen (1983).

5.1.       Struktur nama-nama Nuaulu

Nama-nama Nuaulu terdiri dari dua hingga lima suku kata, tetapi nama-nama yang terdiri dari tiga dan empat suku kata, merupakan yang paling umum. Sejumlah nama wanita diawali oleh Pina, kata dalam bahasa Nuaulu untuk wanita, diikuti oleh dua atau tiga kata.

5.1.1.    Nama yang tidak dapat tersegmentasikan

Nama yang tidak dapat dipisahkan terdiri dari dua atau tiga suku kata. Beberapa adalah kata-kata biasa, meskipun mayoritas tidak dan tidak memiliki makna yang jelas.
Nama dua suku kata termasuk Hatu, Poki, Waka, Wanto, dan Wata.
Tiga suku kata yang diakhiri dengan penanda bukan nomina -e, -ne, atau -te termasuk Rahie, Sahune, Saite, Soine, Touna16, dan Tuane.
Pola lainnya adalah nama tiga suku kata yang terdiri dari akar bisilabik yang diakhiri dengan vokal tinggi / i / atau / u /, yang ditambahkan / a /, seperti dalam kata Honia, Houa, Katua, Nihua, dan Ratia.
Namun yang lain adalah nama tiga suku kata yang terdiri dari akar bisilabik yang diakhiri dengan vokal tinggi / i /, yang – sa ditambahkan seperti dalam nama Aisa, Tuisa.
Tiga nama suku kata yang terdiri dari akar trisyllabic termasuk Alewa, Maloi, Maloku, Manesi, dan Suasa.
Akhirnya, ada empat suku kata yang terdiri dari akar trisilabik yang ditambah dengan salah satu penanda kelas kata benda -e, -ne, atau -te, seperti dalam Siahue.

5.1.2.   Nama tersegmentasi

Meskipun makna-makna untuk kedua bagian dari sebagian besar nama yang dapat disegmentasi tidak bisa diidentifikasi, identifikasi-identifikasi itu ditekankan sebagai segmentasi, dengan penekanan utama pada suku kedua dari akar kata, dan tekanan penekanan sekunder pada suku pertama dari kata.
Empat nama suku kata termasuk Anarima, Atanepu, Huanatu, Maimuna, Nauhana, Nisasou, Numapena, Sahukone, Samanai, Sanamanini, Sirehou, Sirusou, dan Tukanesi.
Ada lima nama suku kata yang terdiri dari akar bisilabik yang diakhiri dengan vokal tinggi / i / atau / u /, yang ditambahkan / a, seperti di kata Ananikua, Sukamaua.
Ada juga lima suku kata dengan salah satu penanda kelas-kata benda -e, -ne, atau -te pada segmen kedua, seperti di kata  Henaiane, Nakanoene, Nasiomina17, Paraitana, Sekeneane.
Pina 'perempuan' dapat diikuti dengan nama dua suku kata, seperti dalam Pina Hai, Pina One, dan Pina Roi.
Pina juga dapat diikuti oleh nama tiga suku kata, seperti dalam Pina Hunane, Pina Irae, Pina Putie.

5.2.      Nama-nama Alune

Secara struktural, nama Alune sejajar dengan nama Nualu di mana mereka terdiri dari dua hingga lima suku kata dengan preferensi yang jelas untuk nama trisyllabik.

Margaret Florey

5.2.1 Nama yang tidak dapat tersegmentasikan

Akar yang tidak dapat dipisahkan sering terdiri dari kata-kata Alune biasa. Ada preferensi yang kuat untuk nama trisyllabic, dan dua aturan mungkin berlaku untuk mencapai struktur ini.

Pertama, final / a / dapat ditambahkan ke akar bisilabik yang berakhir dengan tinggi vokal / i / atau / u /. Sebagai contoh:

Dulua                     dulu ‘to descend’
Lesia                       lesi ‘more’
Mabua                   mabu ‘affine’
Patia                      pati ‘asisten kepala desa’
Putia                      puti ‘white’

Kedua, final / i / dapat ditambahkan ke akar bisilabik yang berakhir dengan a vokal tidak tinggi / e / atau / a /. Sebagai contoh:

Bolei                      bole ‘perangkap tali’
Lisai                       lisa 'perang'
Pelai                       pela 'aliansi antar desa'

Preferensi untuk nama trisyllabic memblokir aplikasi kedua aturan untuk akar trisyllabic, karena akan menghasilkan nama empat suku kata seperti * Bulane-i. Pada saat yang sama, preferensi yang kuat untuk nama-nama itu berakhir pada / a / sering menyebabkan nama-nama dari akar trisyllabic muncul / a / di tempat dari vokal terakhir dari akar asli. Sebagai contoh:

Bulana                   bulane ‘moon'18
Ni’wela                  ni’wele ‘coconut’
Utuna                    utune ‘seratus’

Perhatikan bahwa aturan ini menunjukkan preferensi tetapi tidak berlaku dalam semua keadaan. Misalnya, mereka tidak berlaku untuk nama dewa, juga tidak untuk nama-nama roh yang dipanggil dalam mantra. Sebagai contoh:

Dabike                   Dewa bulan
Ima                         Nama roh yang dipanggil dalam mantra panen padi
Tuale                      Dewa matahari


5.2.2 Nama yang dapat dipisahkan

Nama empat suku kata dan lima suku kata biasanya dapat disegmentasikan secara morfologis19 mereka dapat berupa senyawa atau dibentuk melalui afiksasi. Contoh gabungan-gabungan itu meliputi nama pria berikut:

Batulia                   batu      ‘batu’ + lia ‘untuk melewati’
Tatihenai              tati         ‘tunggu’ + hena ‘desa’

Nama perempuan meliputi:

Amuloia                amu                    sirih anggur ’+ loini‘ daun ’
Buamoni               buai                       'buah' + moni 'harum'
Manulua               manu                    ‘burung’ + lua ‘dua’


Nama-nama pria dapat digabungkan dengan sufiks -ela (lit. 'big'), istilah penghormatan untuk pria yang dibedakan berdasarkan usia, status, atau kekuasaan. Sebagai contoh:

Abunela                Abune                   (abune ‘Pied Imperial Pigeon’) + ela
Laluela                   Lalua                    (lalu ‘untuk dibawa, memimpin’) + ela
Lumutela              Lumuta                (lumute ‘moss’) + ela
Ni'welela              Ni'wela                 (ni'wele ‘kelapa’) + ela
Tualela                  Tuale                    (dewa matahari) + ela


Nama laki-laki juga dapat digabungkan dengan istilah lain yang menunjukkan a
posisi otoritas atau kekuasaan, seperti latu ‘pejabat tertinggi pemerintahan dalam sistem pemerintahan desa yang diperkenalkan oleh asisten Belanda dan pati untuk kepala desa; pejabat pemerintah tingkat ketiga dalam sistem pemerintahan desa yang diperkenalkan oleh Belanda'. Sebagai contoh:

Bailatu                   bai                         ‘untuk melingkari’ + latu
Latuanai                latu                       + anai ‘kecil '
Latuela                  latu                       + ela ‘big’
Latuesa                  latu                       + esa ‘one’
Samlatu                 Samai                   + latu
Patia                      pati
Patilesi                   pati                       + lesi ‘more’
Patinama              pati                       + nama  (‘to wait’)
Sulipati                 suli                        (untuk diinisiasi’) + pati

Nama laki-laki Samai penting dalam sejarah Alune, yang terjadi keduanya sendiri dan, lebih sering, dalam gabungan. Sebagai contoh:

Samala                   Samai +                ela 'besar'
Samana’wa           Samai +                na’wa ‘arenga palm’
Samlatu                  Samai +                latu ‘pejabat pemerintah’

Sejumlah besar nama yang dapat dikelompokkan mengandung tambahan na, diturunkan dari na-ne ‘name (+ -ne noun-class marker)’. Sebagai contoh:

NAMA PEREMPUAN

Balana                   bala ‘untuk menjalankan '              + -na
Nabuna                 na-                                                         + buna ‘flower’
Nalatu                   na-                                                         + latu ‘penguasa’
Nameli                  na-                                                         + mele ‘gelap, hitam’
Naole                     na-                                                         + ole ‘bambu’
Nautuna                na                                                          + utune ‘ratus’

NAMA LAKI-LAKI

Alana                     ala ‘nasi’                                              + -na
Nanata                   na-                         + nata ‘penggunaan sihir, tipu daya, sihir untuk melukai
Tenina                   teni 'bambu'                                        + -na


Beberapa nama Alune terdiri dari awalan awal yang menandai gender feminim20.  Ellen (1983: 27) dan Bolton (di atas) melaporkan penandaan gender pada beberapa nama wanita Nuaulu dengan panji- awalan. Contoh nama Alune yang ditandai untuk gender meliputi:

Nibulana                               ni- feminine prefix                             + bulane ‘moon, month’
Nimaita                                 ni-                                                           + Maita name nama pribadi pria ’
Nipi'ane                                ni-                                                           + pi’ane ‘plate’

Sangat sedikit nama Alune yang membutuhkan lebih dari satu imbuhan. Sebagai contoh:

Nipiana                                 ni- feminim                                          + pia ‘sagu’           + -na

Rosemary A. Bolton


6.     Sistem Kehormatan
Salah satu aspek yang paling menarik dari sistem penamaan tradisional suku Alune dan Nualu adalah sistem kehormatan yang terkait21. Menghormati hubungan-hubungan di antara suku Nualu berlaku untuk para anak mantu. Orang yang sudah menikah harus menunjukan rasa hormat dengan tidak menyebut nama salah satu dari orang tua pasangan mereka. Hubungan rasa hormat yang bahkan lebih ketat terjadi antara saudara laki-laki dari istri (WB) dan saudara perempuan dari suami (HZ), dan saudara laki-laki dari suami (HB) dan saudara perempuan dari istri (WZ). Ini tetap berlaku apakah kedua belah pihak masih ada/hidup, dan pada kenyataannya, bahkan tetap berlaku setelah satu pihak meninggal dunia. Menghormati hubungan di antara suku Alune, sudah tidak lagi dikenal. Sebelumnya, sistem ini masih berlaku di antara WB dan HZ, HB dan WZ, dan dengan sesorang mertua terutama antara suami dan ibu mertuanya. Di antara suku Nualu, seprti juga di Alune, hubungan rasa hormat itu ditandai oleh pembatasan perilaku.


6.1.  Nualu

Orang Nualu menganggap tidak sopan untuk menyebutkan apapun nama orang telah menikah, kecuali bagi orang luar yang tidak terbiasa dengan sistem teknonim suku Nualu dan tidak mengetahui bahasa Nualu. Ketika seorang wanita menikah, dia dipanggil dan akan disebut sebagai Pina X, dimana X adalah nama klan suaminya. Pina berarti “perempuan”. Ketika seorang pria menikah, dia dipanggil dan akan disebut sebagai Saa X, dimana X adalah nama klan istrinya. Saa adalah elisi dari msaha “ menikah dengan”. Begitu mereka memiliki anak, mereka akan disebut ayah atau ibu dari anak tertua mereka. Nantinya mereka juga akan disebut atau dipanggil  sebagai kakek atau nenek dari salah satu cucu mereka. Sangat tidak sopan untuk mengatakan/menyebut nama penjaga dari salah satu rumah ritual klan.
Seiring dengan sistem penghormatan ini, ada sistem larangan yang lebih ketat yang berlaku untuk pasangan pribadi dan pasangan saudara lawan jenis pribadi (sau monne) yaitu WB dan HZ serta HB dan WZ. Orang-orang ini tidak dapat saling mengucapkan nama atau bahkan kata-kata yang sebagian atau homonim lengkap dari nama mereka. Ada juga pembatasan perilaku, termasuk tidak makan dari piring yang telah digunakan orang lain, tidak makan makanan sisa orang lain atau mengunyah pinang sisa mereka, dan tidak berbicara dengan keras, bercanda, atau memaki di hadapan mereka. Dua orang yang merupakan satu  sau monne  diizinkan berbicara selama mereka tidak saling berdekatan. Mereka harus berada di seberang ruangan dari satu sama lain tetapi berbicara dengan lembut/pelan. Namun, dalam satu kasus ketika Bolton hendak pergi ke sebuah toko/warung desa dengan seorang teman, dan teman itu melihat bahwa sau monne-nya ada di toko/warung itu, maka dia (teman) memutuskan untuk membeli apa yang dia butuhkan di tempat lain. Pembatasan ini masih dipatuhi oleh orang-orang Kristen Nualu dan penganut agama tradisional. Sebelumnya, hal seperti itu juga dilarang bagi bayangan seseorang untuk menimpa/menghalangi pada sau monne, tetapi karena larangan ini menciptakan kesulitan seperti denda yang harus dibayarkan untuk menebusnya, sehingga larangan ini tidak berlaku lagi. Larangan mengucapkan homonim-homonim nama dari sau monne – nya berlaku bahkan setelah mereka meninggal. Bahkan, ketika seorang wanita meninggal saat melahirkan, salah satu sau monne- nya akan menjadi anggota kelompok para lelaki yang pergi untuk menguburkan jenazah. Setelah penguburan, dia akan menjadi orang yang menarik garis melintasi jalan dekat kuburan untuk mencegah dia (wanita yang meninggal) itu untuk kembali ke negeri/desa, karena wanita itu akan lebih cenderung menghormati pembatasan/pelarangan itu, jika dibuat/dilakukan oleh sau monne-nya.
Ada beberapa kasus pertukaran saudara perempuan, dimana 2 laki-laki telah menikahi saudara perempuannya satu sama lain. Dalam hal ini, saudara laki-laki dan saudara perempuan berada dalam hubungan sau monne, aspek penghindaran/pembatasa tidaklah berlaku. Mereka diizinkan untuk saling menyebut nama.
Hubungan pembatasan juga tidak seketat itu, jika seseorang terkait dengan sau monne-nya dengan cara lain. Dalam satu kasus, sau monne  seseorang juga merupakan putri dari saudara perempuannya, dan dia adalah saudara laki-laki dari ibunya. Karena seorang saudara laki-laki dari ibu memainkan peran penting di berbagai momen kehidupan anak perempuan dari saudara perempuannya, pembatasannya tidak begitu ketat dalam kasus ini. Namun, pembatasan/penghindaran nama tetap berlaku, bersama dengan pembatasan mengucapkan homonim.
Tidak ada sanksi karena kurang hormat dalam menyebutkan nama dari salah satu mertuanya, tetapi orang Nualu percaya jika mereka mengatakan nama sau monne, lutut mereka akan menjadi lemah/tidak kuat. Namun, efek ini dapat dihindari jika seseorang meludah di satu tangan dan segera menyentuh satu atau kedua lutut itu. Tidak ada kompensasi yang diberikan kepada sau monne dan tidak ada denda yang dibayarkan. Pasangannya juga akan marah dengan sikap tidak hormat seperti itu. Jika seseorang makan dari sisa sau monne atau menggunakan piringnya, anak-anak (mereka) akan jatuh sakit.  
Aspek yang menarik dari hubungan saling hormat dengan mertua terjadi ketika seorang anak diberi nama dari nama kakek-nenek yang sudah meninggal. Dalam satu kasus di Rohua, seorang anak memiliki nama dari kakeknya (ayah dari ayahnya) yaitu Yako. Ibunya menunjukan sikap/rasa hormat kepada ayah mertuanya, dengan tidak memanggil nama putranya dengan namanya (Yako), tetapi sebaliknya memanggil nama putranya dengan nama Tete, istilah Melayu untuk Kakek, karena putranya menyandang nama kakeknya. Namun, dalam kasus lain dimana seorang anak memiliki nama kakeknya, ibunya memanggil dengan nama itu. Orang lain menyalahkan ibu itu, karena tidak menghormati ayah mertuanya.
Orang-orang merancang istilah pengganti untuk homonim nama-nama sau monne mereka, meskipun dalam banyak kasus sudah akan digunakan karena sering ada lebih dari satu orang dengan nama tertentu. Tidak semua orang menggunakan istilah yang sama. Misalnya, ada sejumlah laki-laki di Rohua yang tidak dapat menyebutkan nama pribadi yang telah diketahui oleh Bolton disana (namanya Rosi), karena mereka harus menghindari nama Rosi dan Rosina. Baik Rosi dan Rosina menikah setelah Bolton mulai bekerja di Rohua, dan dia baru-baru ini melihat kecenderungan yang lebih besar untuk memangginya pina putie “ perempuan putih” atau pina onate “ perempuan penting”. Seorang laki-laki memanggil Bolton dengan nama Ro, nama panggilan yang telah diketahuinya, atau dia mungkin memanggil Romary. Yang lain memanggil Bolton dengan nama Pina Temun.  Pina “perempuan” digunakan bersama-sama dengan sejumlah nama perempuan. Temun berarti “memiliki nama yang sama”. Misalnya, ada 2 laki-laki di Rohua dengan nama Saite. Mereka memanggil dengan nama Temun kepada yang lain.
Seperti  dapat dilihat pada tabel 1, sejumlah mekanisme digunakan untuk menyusun istilah pengganti untuk homonim dari sau monne seseorang. Biasanya ketika tiga huruf berturut-turut dari 2 kata yang sama, kata-kata ini dianggap homonim. Namun, hal ini tidak selalu terjadi. Pina “ perempuan” dapat digantikan oleh kata Tahina, sementara Seite dianggap sebagai homonim dari Seleputi, meskipun hanya ada 2 huruf yang berurutan sama. Lebih jauh, seseorang yang tidak bisa memanggil hunane “bulan” akan memanggilnya hunahane “emas”, meskipun 4 huruf pertama adalah sama.
Perangkat lain untuk memperoleh ketentuan penggantian termasuk nama-nama onomatopoik lain untuk hewan. Nama Kaune adalah hominim dengan kata onomatope untuk kambing yaitu une-une. Seseorang yang memiliki sau monne bernama Kaune, akan dipanggil mee bukan une-une.
Seringkali orang-orang memiliki lebih dari satu nama akibat dari perubahan nama ketika mereka sakit, jika ditetapkan bahwa penyakit tersebut berasal dari/akibat dari nama mereka. Seorang sau monne tidak bisa memanggil nama-nama ini. Namun, nama-nama sebelumnya dapat digunakan oleh orang yang tidak dapat menyebutkan nama seseorang saat ini, karena itu sama saja dengan nama salah satu sau monne seseorang. Misalnya satu orang dengan sau monne yang bernama Wanto, tidak dapat memanggil nama putri dari saudara laki-lakinya yang juga bernama Wanto, jadi ia memanggil anak perempuan itu Kupako, suatu nama dimana anak itu sebelumnya telah dikenal.
Suatu klasifikasi dapat digunakan sebagai pengganti kata benda yang digunakan. Misalnya, seseorang dengan sau monne yang bernama Nauhana dipanggil atuku, daripada hanaku atue yang berarti  “tangan”.
Beberapa kata yang merupakan homonim dari sau monne orang-orang, sangat umum digunakan dan karenanya sulit untuk dihindari. Karena itu kebanyakan orang memanggil/menyebutkannya. Satu orang sau monne bernama Nasiomina dipanggil nasi “darah”, meskipun seharusnya tidak boleh. Kata-kata penunjuk arah sangat produkti di suku Nualu, dan arah nau “ke laut” dan mai “kesini/disini” termasuk dalam nama-nama seperti Nauhana dan Kemai. Dalam hal ini orang mengatakan arah karena terlalu sulit untuk menghindari mengatakannya dengan pengganti yang sesuai. Banyak nama perempuan dimulai dengan pina “perempuan”, sehingga sejumlah laki-laki tidak dapat memanggil pina. Sebagian besar memanggil seperti itu, meskipun beberapa yang lain menggunakan tahina, sebuah kata untuk “perempuan” dalam bahasa Sepa, negeri tetangga mereka.
Perangkat lain yang digunakan untuk menghindari mengucapkan kata-kata homonim dari sau monne seseorang adalah dengan menunjuk. Orang yang berbicara kadang-kadang juga akan memanggil orang lain untuk mengucapkan sepatah kata untuk mereka. Sesekali mereka akan membisikan nama itu, terutama kepada orang luar seperti Bolton.



TABLE 1. NUAULU REPLACEMENT TERMS

Synonym
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT TERM
Sakasou                                                   sou ‘word’                                              anamanae ‘word’
Tukanesi                                                  tuka ‘make’                                             mananeki ‘make’
Tukanesi, Hitinesi                                   nesie ‘left’                                               rahane ‘left’

Near Synonym
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT TERM
Saite                                                        sai ‘to sharpen’                                       anipi ‘to sharpen with a rock held in hand’
Aharena                                                  
arena ‘path’                                            parisi ‘main road’
Huawaena                                              
waene ‘water source’                              tihu ‘water taken from source
Retanusa                                                  reta ‘to split lengthwise’                         haka ‘to split from top’
Wenue                                                     wenue ‘bead necklace’                             rante ‘chain’22
Retaone                                                   kareta ‘bicycle’                                       oto ‘car’

Instrument Nominalization
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT TERM
Saniau                                                     sani ‘sago paste stirrer’                           mamnehue ‘mixer’
Wata                                                        atane ‘sago paste server’                         mamnahue ‘twirler’
Aharena                                                   aha ‘sago trough’                                    mainaie ‘container’

Specific Term for Generic
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT TERM
Huawaena                                               hua ‘fruit’                                                kanai ‘areca nut’
Unuanaka                                                unu- ‘head’                                              huhu- ‘top of head’
Wanaesa                                                  wanate ‘bamboo’                                    kahaute ‘bamboo container’

Generic Term for Specific
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT TERM
Hahulesin                                                hahu ‘pig’                                               peni ‘game meat’
Sukue                                                      sukue ‘k.o. ginger’                                  hau rihue ‘good smell’
Nepenama                                               nama ‘squeeze sago’                               ahusie ‘touch’

Descriptive Phrase
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT TERM
Seleputi                                                   seite ‘knife’                                             tunu ikine ‘small machete’
Retanusa                                                  nusa ‘island’                                           tuniai otoe ‘area of world’
Pina Tou                                                  toune ‘egg’                                              manu anae ‘baby chicken’
Retaone                                                   one ‘star’                                                 nante utue ‘sky’s louse’
Sekenima, Onima                                    nima ‘five’                                              nome nohue ‘below six’23

Archaic Term24
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT TERM
Metei                                                       metene ‘black’                                         okone ‘black
Sahiane                                                    iane ‘canarium’                                       kahiaue ‘canarium’
Pekahatu                                                  hatu ‘rock’                                              nipie ‘rock’
Tukanesi                                                  nesi- ‘tooth’                                             kahake- ‘tooth’

Malay Language
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT TERM
Tanane                                                     naitanane ‘horse’                                    kuda ‘horse’
tanana ‘termite’                                       sorok ‘termite’
Urimahu                                                  uri ‘banana’                                             pisang ‘banana’
Pina Tou                                                  tou- ‘heel’                                                tumit ‘heel’
Kasinue                                                   kasi ‘cupboard’                                       lemari ‘cupboard’

Sepa Language
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT TERM
Pina Tou                                                  pina ‘female’                                           tahina ‘female’

Attribute
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT TERM
Retanusa                                                  usa ‘fire’                                                 titie ‘hot’
Soine                                                       soi ‘k.o. ginger’                                       pasate ‘spicy hot


6.2.     Alune

Ada sedikit bukti bahwa sistem penghormatan masih digunakan di negeri-negeri suku Alune dewasa ini. Oleh karena itu, informasi ini disajikan dalam perspektif teoritis. Hubungan yang saling menghormati (mosi) ada antara WB dan HZ, HB dan WZ, dan dengan seorang mertua, terutama antara seorang suami dan mertuanya. Orang-orang Alune tidak bisa mengucapkan nama mertua mereka, jadi sebagai gantinya menggunakan istilah kekerabatan seperti sau “ istilah timbal balik untuk generasi yang sama’, amate “ayah”, inate “ibuatau anai “ anak. Hubungan saling menghormati ditandai oleh pembatasan perilaku. Misalnya, seorang wanita tidak bisa makan di kamar/ruangan yang sama dengan mertuanya, dan dia tidak bisa secara langsung memberikan benda tajam kepada saudara iparnya, seperti parang atau pisau. Hal yang sama berlaku untuk seorang pria sehubungan dengan saudara iparnya. Pelanggaran atas pembatasan ini menyebabkan pembayaran denda, biasanya dalam bentuk piring China, Portugis atau Belanda.
Sistem mosi juga melibatkan penggunakan istilah penggantian leksikal (ma’mosi ) untuk kata-kata yang membentuk homonim parsiap atau lengkap dengan nama mertua. Misalnya seorang pria yang WZ (wife’s sister – saudara perempuan istri) bernama Alaya tidak bisa menggunakan kata ala dalam arti sehari-harinya “nasi”. Sebagai gantinya, dia harus menggunakan istilah pengganti yaitu ume “pasir”. Mekanisme yang mirip dengan yang dibahas di atas untuk suku Nualu digunakan untuk menyusun istilah pengganti homonim untuk suku Alune. Mekanisme ini tercantum dalam tabel 2.
Seperti yang diilustrasikan oleh data, generalisasi tertentu dapat ditarik tentang sistem penggantian. Pertama, lebih dari satu nama dapat memicu penggunaan istilah pengganti. Misalnya, Nibulana dan Bulana, keduanya memicu penggantian dari bulane “bulan”. Kedua, mungkin ada lebih dari satu homonim untuk diganti. Misalnya, bala “ menjalankan”  dan bala “tangan, lengan”, haris digantikan oleh mereka yang berada dalam hubungan mosi dengan seseorang bernama Balana atau Balai. Ketiga, mungkin ada lebih dari satu kemungkinan istilah pengganti untuk homonim tertentu. Misalnya, tuae “ palm wine” dapat digantikan dengan na’wa “arenga palm”  atau labue “ inflorescence flower” oleh seseorang dalam hubungan mosi dengan seorang pria bernama Tuale. Keempat, istilah pengganti pada gilirannya dapat memicu penciptaan dari istilah pengganti lain. Misalnya, nama perempuan Labana mengarah pada pergantian uri lababa dengan uri mapake; nama Sapake pada gilirannya juga mengarah pada pergantian uri mapake dengan uri malaite. Perlu dicatat juga bahwa sistem penggantian menyebabkan hilangnya semantik diferensiasi untuk beberapa pembicara. Misalnya, seseorang dalam hubungan mosi dengan pria bernama Ni’wela tidak dapat mengungkapkan perbedaan leksikal antara ni’wele “kelapa” dan wa’ile “sisa-sisa kelapa yang dikeringkan” karena wa’ile haruslah digunakan dalam kedua hal itu.
Pemeriksaan data mengungkapkan bahwa cara pemilihan istilah penggantian leksikal paling sering didasarkan pada transparansi hubungan semantik antara homonim yang harus diganti dan istilah yang digunakan untuk menggantinya. Dalam kasus-kasus lain, cara dimana pengganti dibentuk, mudah dianalisis dan mungkin cukup produktif. Misalnya, lima “lima” dapat diganti oleh ata-bei-ke yang secara harafiah “ four from-transitivizer”, atau dengan kata lain “ lebih dari empat”. Sistem yang sama digunakan untuk mendapatkan istilah pengganti untuk “tujuh”. Nominasi awalan ma- (ma’a-) digunakan secara produktif untuk mendapatkan ketentuan pengganti untuk “winnow” dan “cup”.
Namun, etimologi dari beberapa istilah penggantian masih belum jelas. Saat ini, tidak ada sumber yang dikenal untuk penggantian yang, menurut penutur Alune, adalah sinonim tanpa diferensiasi semantik yang jelas. Beberapa istilah muncul lebih luas dalam satu dialek atau wilayah Alune. Misalnya, uri adalah istilah tanpa tanda untuk “pisang” dalam dialek Alune Utara (dan tema adalah istilah pengganti dalam bahasa kehormatan di negeri-negeri utara). Lina adalah istilah tanpa tanda untuk “tangan, lengan” di negeri Alune yang lebih ke timur (misalnya, Manusa, Huku, Rumbatu, Rumberu). Ada kemungkinan bahwa kata ini masuk ke Alune melalui kontak dengan bahasa tetangga sebelah timur, yaitu suku Wemale. Kata-kata lain mungkin juga telah dipinjam dari bahasa tetangga seperti Lisabata di utara, atau Hatusua atau Waesamu di selatan. Akhirnya, ada bukti terbatas untuk proses pembuatan kata di Alune yang bisa menjelaskan asal beberapa istilah pengganti. Misalnya, di negeri pesisir utara Murnate, masamulu berarti “kelelawar”. Di negeri Alune lain, kata untuk “kelelawar” adalah salu-ne25. Saya menyarankan bahwa masamulu dibuat dari salu-ne dengan memasukan suku kata mV1 sebelum setiap suku kata dimana V1 cocok dengan V dari suku kata yang mengikutinya.



TABLE 2. ALUNE REPLACEMENT TERMS

Synonym
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT
Balana                                                     bala ‘hand, arm’                                      lina ‘hand, arm’
Loia                                                         loini ‘leaf’                                                tetui ‘leaf; something fallen
Samai                                                      sama’e ‘to divide’                                   lara’e ‘to divide’
Uria                                                         uri ‘banana’                                             tema ‘banana’

Near Synonym
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT
Balana                                                     bala ‘to run’                                            naia ‘to flee’
Malai                                                       mala ‘dry, thirsty’                                   se’ile ‘dry’
Sulia, Sulua                                             suli ‘to fasten’                                         sipa ‘to poke, stab; insert a needle’
Titai                                                        
tita ‘to cross over; visit’                          hole ‘to wander around’
Titai                                                        
tita ‘to cross over; visit’                          lehi ‘to cross from one branch to another’

Instrument Nominalization
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT
Koba, ‘oba                                               obainai ‘coconut shell; glass’                ma’a’inu ‘drink container’ (NOM-to drink)
Lilina                                                     
‘liline ‘winnow’                                      ma’sidue ‘winnow’ (NOMto winnow)


Specific Term for Generic
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                      REPLACEMENT
Bulana, Nibulana                                     bulane ‘moon, month’                             tnoule ‘phase of the moon’
Nipi’ane, Pikane                                     
pi’ane ‘plate’                                           meitinai ‘soup bowl’

Descriptive Phrase
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT
Hitula                                                      itu ‘seven’                                               nebeike ‘from six’
Latuesa                                                   
latu ‘ruler, village head’                          mo’wai esane ‘unique man’
Lima                                                       
lima ‘five’                                               atabeike ‘from four’
Nihulana                                                 
ulane ‘rain’                                              ekwate ‘rain’ (3sgNonHum-much)
Ni’ima                                                    
ai ‘ima ‘k.o. tree’                                    ai nanu’e ‘tall tree’
Sapake                                                    
uri mapake ‘k.o. banana’                        uri malaite ‘green, unripe
banana’

Archaic Terms
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                      REPLACEMENT
Moala                                                      moa ‘to cook’                                          nali ‘to cook’

Attribute
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                      REPLACEMENT
Tebua                                                      tebu ‘sugarcane’                                      susute ‘sweet’

Different Member of Set
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT
Lumai                                                      luma ‘house’                                           lubune ‘storage hut’
Elia                                                          eli ‘long grass’                                        putune ‘tall, coarse grass’
Labana                                                     uri lababa ‘k.o. banana’                          uri mapake ‘k.o. banana’
Malasa                                                     uri mala ‘k.o. banana’                             uri se’ile ‘k.o. banana’
Lopia, Piai                                               pia ‘sago, sago palm’                              na’wa ‘arenga palm’
Lopia, Piai                                               pia ‘food, staple’                                     manane ‘food’
Puane, Puana                                           tapuane ‘long grass’                               melate ‘area overgrown with grass & weeds’
Soia, Soita                                              
soi ‘areca palm’                                       pene ‘wild areca palm’

Concrete Object for
Anthropomorphized One
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT
Tuale                                                       Tuale ‘sun deity’                                     lematai ‘sun’

One Part Replacing Another
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT
Buata                                                       buai ‘fruit’                                               labue ‘inflorescence of plant’
Ni’wela                                                  
ni’wele ‘coconut’                                   ‘wa’ile ‘dried remnant of coconut’
Tuale                                                      
tuae ‘palm wine’                                     labue ‘inflorescence of plant’

Result
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT
Selike                                                      nseli ‘to be drunk’                                   nina ‘to walk cautiously’

Similarity in Size
NAME/S                                                                              HOMONYM                                                                       REPLACEMENT
Alaya                                                       ala ‘rice’                                                  ume ‘sand’



  1. Perluasan sistem kehormatan terhadap homonim Melayu
Baik di wilayah Nualu dan Alune, para peneliti telah mencatat beberapa perluasan sistem kehormatan terhadap homonim Melayu


7.1.    Nualu

Kebanyakan orang Nualu hanya berbicara bahasa Melayu Ambon dengan orang-orang non-Nualu. Karena orang luar tidak tahu tentang larangan mengatakan nama sau monne seseorang, mereka akan lebih sering mengucapkan kata-kata Melayu yang homonim. Namun, mereka akan mencoba untuk menghindari melakukan ini, dan, jika mereka tidak bisa, mungkin akan membisikan kata itu, terutama jika itu adalah nama yang sama atau homonim lengkap dengan nama sau monne mereka. Satu orang yang tidak bisa memanggil nama Bolton mencoba menghindarinya jika orang luar bertanya tentangnya, tetapi akan membisikan namanya jika terpaksa mengatakannya.
Menghindari homonim juga berlaku ketika berbicara bahasa Nualu dicampur dengan kata-kata pinjaman bahasa Melayu. Misalnya, minyak tanah dalam bahasa Melayu, digunakan untuk “minyak tanah”, tetapi seseorang dengan sau monne bernama Tanane akan menghindari mengatakan tanah dan hanya menggunakan minyak yang berarti “minyak tanah” juga. Jika didorong untuk lebih spesifik, ia dapat menerjemahkan kata tanah ke dalam bahasa Nualu, yaitu tuamane. Dengan demikian, seperti dalam suku Alune, penghindaran nama homonim meluas ke bahasa Melayu, atau setidaknya kata-kata pinjaman bahasa Melayu. 


7.2.   Alune

Di semua negeri Alune, pergeseran bahasa dari Alune ke bahasa Melayu (Melayu Ambon, dan pada tingkat yang lebih kecil, bahasa Indonesia) terjadi dengan kecepatan yang berbeda. Di negeri-negeri pegunungan yang lebih terpencil, laju pergeserannya lambat dan penggunaan bahasa Alune tetap kuat. Namun, semua penduduk desa berbicara dwi bahasa dalam bahasa Alune dan Melayu. Di negeri-negeri pesisir, dimana kontak dengan orang-orang non-Alune lebih sering, laju pergeserannya jauh lebih cepat. Di Murnaten, misalnya, hanya penduduk desa berusia sekitar 45 tahun lebih yang mempertahankan kefasihan bahasa Alune; orang muda hanya memiliki pengetahuan pasif tentang hal itu. Situasi di Lohiatala terletak di antara 2 ekstrim ini : orang yang lebih tua bilingual dalam bahasa Alune dan Melayu, mereka yang berusia sekitar 2o dan 40 adalah penutur pertama bahasa Melayu  tetapi dapat berkomunikasi dalam bahasa Alune, dan mereka yang lebih dari sekitar 20 tahun, hanya memiliki pengetahuan pasif tentang bahasa Alune.
Walaupun buktinya terbatas, Florey telah mencatat contoh-contoh dimana istilah penggantian digunakan dalam interaksi verbal berbahasa Melayu. Dalam kasus ini, seorang pria atau wanita dalam hubungan mosi dengan seseorang yang nama pribadinya Alune, membentuk homonim sebagian atau lengkap dengan kata Melayu, akan menggantikan kata Melayu dengan bahasa Alune yang setara saat berbahasa Melayu. Sebagai contoh :

Melayu
Nama                                     Homonim Melayu                              Pergantian Alune

Kakia                                     Kaki                                                       Lelale     “ Kaki”
Lilina                                     Lilin                                                       Hitate    “Nyala, cahaya”
Malasa                                   Malas                                                    Mnosone “ Malas”
Malasa                                   Pemalas                                                                Mnosone “ Malas”
Nisuka                                   Cuka                                                      Ma’linute                             


Proses ini juga meluas ke penggunaan kata-kata pinjaman Melayu yang telah dimasukan ke dalam bahasa Alune. Sebagai contoh :

Nama                                     Homonim Melayu                              Pergantian Alune
Nisulata                                Sulate “surat, kertas”26                     Tarkase “ kertas”27
Lemone                                 Lemone28                                               Musi

                      
Perpanjangan yang jelas dari beberapa bagian sistem penghormatan Alune ini ke dalam interaksi verbal berbahasa Melayu memberikan cara yang menarik dengan di mana sebagian dari bahasa Alune dipertahankan - dalam bentuk tingkat rasa hormat dalam bahasa Melayu yang digunakan di desa-desa Alune yang mengalami pergeseran bahasa yang cepat.


  1. Pengaruh konversi pada praktik penamaan suku Nualu
Ellen (1983 : 24) mengamati bahwa konversi ke agama Kristen atau Islam dipandang sebagai “ sama dengan kematian sosial “, karena nama bekas orang yang telah dikonversi itu diberikan kepada anak lain ketika orang yang telah menganut agama baru itu memakai nama Kristen atau Islam yang baru. Ada kecenderungan untuk memberikan nama Nualu-nya kepada bayi yang lahir setelah ia bertoba, tetapi praktik ini tampaknya sudah mulai memudar sejak periode kerja lapangan yang dilakukan Ellen. Ellen (1983:24) menyebutkan kasus seorang pria yang mengubah nama Nualu-nya, Pisara, menjadi Buce ketika dia masuk agama Kristen, kemudian putranya dinamai Pisara. Anak ini harus dibesarkan dalam agama tradisional Nualu, daripada sebagai seorang Kristen untuk menggantikan ayahnya, tetapi ia meninggal ketika ia baru berusia satu atau 2 tahun. Kemudian, anak lain dari keluarga lain di klan Buce memiliki seorang putra yang bernama Pisara. Dia meninggal karena malaria otak, ketika dia berusia sekitar 8 atau 9 tahun. Kedua kematian dilihat oleh beberapa orang sebagai indikasi bahwa, ketika seseorang menjadi seorang Kristen atau Muslim, namanya tidak boleh digunakan kembali seolah-olah dia sudah mati. Beberapa orang percaya bahwa, jika nama Nualu dari seseorang yang telah dikonversi, diberikan kepada bayi, bayi itu akan mati muda, karena nama itu sudah “memegang/dipegang” orang yang semula menerima nama itu. Baru-baru ini, ketika seorang wanita yang bernama Nualu yaitu Marae, mendengar bahwa seorang bayi baru saja dilahirkan oleh seseorang di klannya dan telah diberi nama Marae, dia menangis dan meyakinkan mereka untuk tidak menggunakan namanya. Dia kesal karena dia dan suaminya masih membantu keluarga dan klan wanita itu. Seorang informan mengatakan bahwa nama orang yang baru bertobat dapat diberikan kepada bayi sementara orang masih marah dengan orang yang pindah agama karena meninggalkan agama tradisional. Setelah mereka didamaikan dengan keluarga mereka, dan jika mereka terus tinggal dekat dan membantu upacara, nama mereka tidak akan digunakan karena mereka masih membantu keluarga dan klan mereka. Jika mereka pindah jauh, nama mereka mungkin diberikan kepada bayi lain.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa pemberian nama-nama tradisional tampaknya ditinggalkan, begitu suku Nualu masuk agama Kristen. Namun, beberapa kemungkinan sisa-sisa dari agama tradisional tetap ada di antara orang-orang Kristen Nualu – seperti memiliki nama yang diberikan oleh pendeta, dan bukan orang tua bayi. Ada cara Kristen lainnya untuk melakukan praktik kelahiran tradisional. Dalam kasus orang-orang Kristen dan penganut agama tradisional di antara orang-orang Nualu, plasenta dimakamkan setelah dipotong. Bayi yang lahir dari mereka yang menganut agama tradisional, proses melahirkan dilakukan di dalam pondok/gubuk  menstruasi/melahirkan yang terletak di pinggir desa. Sang ibu mengubur plasenta di pinggir pondol/gubuk arah matahari terbit, setelah mencuci dan membungkusnya dalam karung plastik. Tempat dimana itu terkubur, ditandai dengan lingkaran potongan bambu yang tertancap di tanah berhadapan dengan dinding gubuk/pondok (puku). Orang-orang Kristen di Rohua hidup dalam kehidupan yang berbeda bagian dari desa dan melahirkan bayi mereka di rumah. Plasenta dimakamkan di tepi rumah dan tempatnya ditandai dengan batu daripada potongan bambu. Bunga diletakan di atasnya sebelum dikubur, seperti praktik di antara orang Kristen Protestan di daerah itu, ketika mereka menguburkan mayat. Praktik ini dalam beberapa elemen menyerupai yang dijelaskan di atas untuk suku Alune.
Baik orang Kristen dan penganut agama tradisional di Nualu, memotong tali pusar dengan bambu. Namun, bidang Kristen yang membantu melahirkan bayi-bayi Kristen mengatakan bahwa dia akan menggunakan gunting, jika ada. Ketika dia membantu melahirkan bayi-bayi non Kristen, dia harus menggunakan bambu. Dalam kedua kasus tersebut, bidan memotong tali yang panjangnya 5 tangan dari bayi dan menyebutkan nama bayi saat memotong tali pusar itu.
Tidak semua praktik tradisional dijalankan. Misalnya, setelah tali pusar dipotong  untuk bayi yang orang tuanya masih menganut agama tradisional, bidan memegang tali pusar, menggerakan tangannya ke atas lengan kanan bayi 5 kali, dan kemudian meletakan tali pusar di atas kepala bayi sementara berdoa. Ini untuk “meningkatkan nafas” (apusaa nahai ), memastikan bahwa bayi akan bernafas dengan baik dan berumur panjang. Bidan tidak melakukan proses ini untuk bayi-bayi Kristen.


  1.  Kesimpulan
Kontras penting yang muncul dalam penelitian ini adalah perbedaan antara praktik suku Nualu dan Alune sehubungan dengan nama tradisional. Suku Alune kadang-kadang masih memberikan bayi nama tradisional, meskipun ada konversi ke agama Kristen, bahkan di negeri-negeri pegunungan lebih dari 60 tahun yang lalu. Akan tetapi, orang Nualu tampaknya telah meninggalkan praktik ini, meskipun sebagian besar orang Kristen Nualu di Rohua hanya bertobat dalam 20 atau 30 tahun terakhir. Karena jumlah nama tradisional Alune yang masih digunakan, tampaknya praktik di suku Alune untuk menganugerahkan nama tradisional bertahan lebih umum untuk beberapa waktu setelah konversi.
Karena beberapa sisa-sisa praktik kelahiran tradisional, ada baiknya bertanya mengapa orang-orang Kristen Nualu tidak memberikan bayi mereka nama-nama tradisional Nualu, seperti yang dilakukan oleh suku Alune, terutama mengingat konversi yang jauh lebih baru ke agama Kristen. Satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa orang-orang Kristen Nualu tidak merasa perlu untuk menjaga nama-nama tradisional tetap beredar – sebagaimana suku Alune lakukan untuk menjaga ingatan leluhur tetap hidup – karena masih ada begitu banyak orang Nualu penganut agama tradisional. Konversi ke Kristen lebih banyak dilakukan berdasarkan pada dasar luasnya negeri di seluruh suku Alune, sedangkan konversi di Rohua saat ini berdasarkan keluarga demi keluarga, seringkali antara beberapa tahun di antara pertobatan baru.
Kita mungkin berpendapat bahwa konversi suku Alune dalam bentuk nominal, suatu bentuk sinkretis dari agama Kristen dan dengan demikian terus memberikan nama-nama tradisional kepada bayi, sedangkan orang Kristen Nualu kurang sinkretis. Namun, pengamatan terhadap praktik-praktik lain dari orang-orang Kristen Nualu, seperti kepatuhan mereka terhadap larangan dan berkomunikasi dengan roh-roh leluhur, menunjukan bahwa orang-orang Kristen Nualu cukup sinkretis. Dengan demikian perbandingan soal sinkretis, bukanlah penjelasan yang valid. Komentar bidan Kristen Nualu tentang penamaan bayi, mungkin memberi sedikit penjelasan dalam menjawab pertanyaan ini. Dia berkata “ Pendeta memberi nama-nama itu. Hanya nama Kristen. Karena dalam proses itulah, tanda Kekristenan itu muncul/berlaku”. Mungkin pemberian satu-satunya nama Kristen adalah cara yang ditegaskan oleh orang-orang Kristen Nualu untuk menunjukan kekristenan mereka dan perbedaan mereka dari kerabat Nualu mereka yang masih berpegang pada kepercayaan tradisional mereka. Kemampuan mereka untuk menggunakan praktik penamaan pribadi untuk tujuan ini dapat terbantu oleh kurangnya kebutuhan mereka untuk menjaga nama-nama leluhur Nualu dalam sirkulasi, sebagaimana disebutkan di atas, karena hal ini masih dilakukan oleh anggota masyarakat lainnya. Sebaliknya, kami menyarankan bahwa suku Alune memanfaatkan praktik penamaan pribadi sebagai cara untuk mematuhi bahasa Alune dan praktik-praktik leluhur di era perubahan sosial dan budaya yang sangat cepat ini.


====== selesai ======


Catatan Kaki

16.  This is the formal variant of the -ne noun-class marker
17.  The suffix -na here is the plural form of the noun-class marker -ne.
18.  The fact that this name triggers lexical replacement of bulane ‘moon’ with tnoule ‘phase of the moon’ indicates that name derives from bulane rather than bula ‘to come’ with the -na ‘name’ affix.
19.  It should be noted that the latter are quite uncommon.
20.  Note that the male name Ni’wela is not morphologically segmentable. It derives from ni’wele ‘coconut’ and is not therefore prefixed with ni-.
21.  Collins (1989) observes that his earlier fieldnotes record the presence of taboos on uttering the names of one’s affines in Alune, Nuaulu, and other languages of Central Maluku.
22.  This and the following replacement term are borrowed from Malay but are well assimilated into the Nuaulu language and are thus listed here as near synonyms rather than Malay replacement terms.
23.  This is an interesting contrast to the Alune procedure for devising replacement terms for numbers. Alune uses the number before that being replaced and adds suffixes giving it the meaning ‘to be more than X’, whereas Nuaulu uses the next highest number and modifies it with the noun nohue ‘below’.
24.  Replacement terms in Nuaulu and Alune have been categorized as “archaic” on the basis of consultants’ attitudes toward the terms.
25.  The suffix -ne is a noun class marker.
26.  A loanword into Alune deriving from Malay surat.
27.  A metathesized form of the Ambonese Malay word kartas.
28.  A loanword derived from Ambonese Malay


REFERENCES

Collins, James T. 1982. Linguistic research in Maluku: A report of recent field work. Oceanic Linguistics 21: 73–146.
———. 1983. The historical relationships of the languages of Central Maluku, Indonesia. Pacific Linguistics Series D-47. Canberra: The Australian National University.
———. 1989. Notes on the languages of Taliabo. Oceanic Linguistics 28: 75–95.
Ellen, Roy F. 1983. Semantic anarchy and ordered social practice in Nuaulu personal naming. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 139: 18–45.
Florey, Margaret J. 1990. Language shift: Changing patterns of language allegiance in western Seram. Ph.D. diss., University of Hawai‘i.
———. 1991. Shifting patterns of language allegiance: A generational perspective from eastern Indonesia. In Papers on Indonesian linguistics, ed. by H. Steinhauer, 39–47. Pacific Linguistics Series A-81. Canberra: The Australian National University.
———. 1992. Dialect-switching, language attitudes, and language obsolescence in an Alune-speaking village. Paper presented at the Second International Maluku Research Conference, University of Hawai‘i, Honolulu.
———. 1993. The reinterpretation of knowledge and its role in the process of language obsolescence. Oceanic Linguistics 32: 295–309.
———. 1997. Skewed performance and structural variation in the process of language obsolescence. In Proceedings of the Seventh International Conference on Austronesian Linguistics, ed. by Cecilia Odé and Wim Stokhof, 639–660. Amsterdam: Editions Rodopi.
Grimes, Barbara Dix. 1991. The development and use of Ambonese Malay. In Papers on Indonesian linguistics, ed. by H. Steinhauer, 83–123. Pacific Linguistics Series A-81. Canberra: The Australian National University.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar