Selasa, 05 Januari 2021

Samuel Fallours dan “putri duyung” nya dari Ambon (bag 2)

 

Oleh:

Theodore. W. Pietsch

[University of Washington]

  

Catatan Francois Valentijn dan Tanggapannya untuk Renard

                “Putri duyung”nya Fallours dijelaskan lebih lanjut oleh Francois Valentijn dalam bukunya “Treatise on the Aquatic Animals of Ambon”  (Verhandeling der Water-dieren van Amboina), volume 3, bagian I, dari Oud en Nieuwe Oost-Indien (1726 : 331 – 332) :

“Pada tahun 1712 (menurut apa yang saya [Valentijn] katakan), putri duyung/mermaid [Zee-Wyf] tidak hanya diamati, tetapi ditangkap hidup-hidup, di sekitar pulau Boero [Buru]. Panjangnya 59 inci [duimen], atau 5 kaki ukuran Rhylandsche28, dan hidup [setelah ditangkap] selama 4 hari 7 jam, tetapi karena tidak mau makan, akhirnya mati, tanpa mengeluarkan suara yang dapat dimengerti. Orang mengatakan, atau pernah memberi tahu saya, bahwa seseorang pengunjung orang sakit [krankbezoeker] di Ambon, bernama Samuel Faloers [Fallours] adalah pemilik [putri duyung] yang sama, dan membuat gambar spesimennya. Setelah mati, dia meletakannya di cairan tertentu untuk mengawetkannya. Tapi, begitu atasannya, Gubernur Van der Stel, mendengar tentang hal itu, dia [Fallours] terpaksa menyerahkannya, suatu cerita yang oleh siapa pun yang mengenal orang ini akan segera percaya, hal yang terjadi bukanlah merupakan hal yang aneh bahwa Yang Mulia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk memilikinya29. Menurut gambar yang dibuat oleh pengunjung orang sakit yang disebutkan di atas, putri duyung ini memiliki....kepala seperti wanita, memiliki bagian yang seimbang dan proporsional, mata, hidung, dan mulut; namun, matanya, yang berwarna biru sangat muda, tampak sedikit berbeda, seperti mata manusia dari jenis lain. Rambut yang menjulur kebawah melewati leher, berwarna hijau laut dan abu-abu. Dia memiliki payudara, lengan panjang, tangan, dan bagian lain dari tubuh bagian atas, semuanya sama, dan warnanya hampir sepucat wanita lainnya..... ; tetapi tubuh di bawah pusar tampak seperti bagian bawah ikan..., dengan sisik seperti ikan mas   

                Valentijn, yang menerima surat Renard pada tanggal 27 Desember 1716, segera menjawab30 :

“Bukan hal mustahil, sejak keberangkatan saya dari Hindia Timur, Fallours bisa saja melihat di Ambon monster yang terwakili dalam gambar yang Anda kirimkan, dan akan saya kembalikan pada Anda bersama tanggapannya.

Tapi saya bukan saksi peristiwa yang Anda gambarkan, saya juga belum pernah mendengarnya sampai hari ini. Jika saya mengetahuinya, saya akan menawarkannya dengan sukarela kepada Yang Mulia Czarina, yang ketekunannya dalam menyelidiki hal-hal yang indah, layak mendapatkan pujian dari seluruh semesta. Tetapi untuk membuktikan kepada Anda, Tuan, bahwa ada monster seperti putri duyung ini di alam, saya dapat memberi tahu Anda bahwa pada tahun 1652 atau 1653, seorang letnan dalam dinas kompeni melihat (di teluk dekat desa Hennetelo31, pulau dekat Ceram32 dan Boero [Buru] di provinsi Ambon) dua monster dari spesies itu, berenang berdampingan,membuat kita percaya bahwa mereka itu jantan dan betina. Kedua monster ini terlihat lagi 6 minggu kemudian di area yang sama oleh lebih dari 50 orang. Warna monster ini adalah abu-abu kehijauan. Mereka memiliki bentuk yang benar-benar seperti manusia dari kepala sampai pinggang, dengan lengan dan tangan, tetapi tubuh berakhir dalam bentuk runcing. Yang satu lebih besar dari yang lain dan rambut mereka cukup panjang. Saya juga akan menambahkan, bahwa sekembalinya dari Hindia Timur, tempat tinggal saya selama 30 tahun, saya melihat, pada tanggal 1 Mei 1714, pada garis lintang 120 18 S, dengan cuaca sangat tenang, pada jarak 3 hingga 4 panjang kapal dari kapal kami, monster yang seperti jenis manusia laut, warnanya abu-abu samudera. Dia terangkat tinggi di atas air dan sepertinya memiliki semacam lumut di kepalanya yang terlihat seperti topi nelayan. Semua ABK kapal kami juga melihatnya; tetapi, meskipun dia membelakangi kami, monster ini menyadari bahwa kami terlalu dekat dan tiba-tiba menyelam kembali ke dalam air, sehingga kami tidak melihatnya lagi “

                Lebih lanjut tentang korespondensi antara Renard dan Valentijn ini ditampilkan oleh Valentijn dalam catatannya tentang hewan air di Ambon (1726 : 332) :   

“Pada tanggal 28 Desember 1716, saya [Valentijn] menerima surat tentang putri duyung ini [Zee-Wyf] dari Tuan Louis Renard... seperti Yang Mulia Czar sedang berkunjung ke rumahnya [Renard]. Dalam surat itu, dia, percaya melalui informasi palsu dari orang lain, bahwa saya, sebagai teman Yang Mulia Van der Stel, telah menerimanya [bangkai putri duyung yang diawetkan] sebagai hadiah darinya [Van der Stel], meminta kepada saya untuk membawa putri duyung itu ke Amsterdam, untuk ditunjukan kepada Yang Mulia Czar....., menawarkan saya tempat tinggal di rumahnya selama itu. Saya menjawab bahwa saya sendiri tidak memilikinya, dan bahwa saya belum pernah melihatnya; jika tidak, saya akan menganggapnya sebagai kehormatan yang sangat besar, dan tidak akan menahan diri untuk mengirimkannya ke rumahnya secara pribadi..... Saya menambahkan beberapa kasus lain [penampakan putri duyung] untuk ini, yaitu mampu meyakinkannya bahwa manusia-manusia laut [Zee-Menschen] seperti itu pasti terjadi di Ambon..... Sekarang, jika putri duyung itu benar-benar diambil oleh Yang Mulia Van der Stel (seperti yang saya yakini), itu pasti bisa ditemukan di antara barang-barang yang ada dalam jumlah besar oleh mereka yang bertanggung jawab mengelola tanah miliknya – loteng penuh dengan berbagai jenis barang langka, cangkang gastropoda, dan rumput laut, yang telah saya lihat secara pribadi; kecuali jika rusak karena pengawetan yang buruk.....

                Valentijn menjadi begitu terpikat pada gambar putri duyungnya Fallours, sehingga ia mereproduksinya dalam catatannya tentang hewan air di Ambon (1726: 330 – 335). Tetapi jika dibandingkan dengan versi terbitan Renard (gambar 5), [lukisan] putri duyung Valentijn, setidaknya dari pinggang ke atas, secara jelas telah “dilebih-lebihkan” (gambar 6), meskipun Valentijn mengakui bahwa ia menyalin gambar yang dikirim kepadanya oleh Renard33.

Pernyataan  Abrahamus Parent

                Selain kesaksian yang diperoleh dari Valentijn, Renard meminta dukungan tambahan dari Abrahamus Parent, seorang pendeta Gereja Reformasi Belanda di Ambon dari tahun 1702 hingga 1715, yang ke Belanda dengan [kapal] The Fleet pada tahun 171634. Tanggapan berikut diberikan atas pertanyaan Renard, ditulis oleh Parent pada 15 Juli 171735 :

Saya melihat dengan senang dan terkejut, gambar berwarna pertama dari sketsa indah yang telah Anda ukir, menampilkan ikan-ikan di Maluku yang Tuan Samuel Fallours, yang saya jumpai di Ambon, digambar dengan warna alami mereka. Saya harus mengakui, Tuan, bahwa saya heran melihat karya ini. Gambar-gambar itu sangat sesuai dengan ikan yang saya lihat hidup-hidup, dan juga yang saya makan dengan senang hati selama 13 tahun saya tinggal di Ambon, hingga saya kembali ke sini [Amsterdam] dengan [kapal] fleet tahun 1716. Saya sangat terkejut bahwa pria ini, yang selama saya tinggal di sana, membantu orang sakit di Ambon, dapat mereproduksi ikan-ikan ini dengan warna-warna alaminya yang cerah dengan sangat baik dan persis seperti saya melihat ikan-ikan ini hidup saat saya melihat mereka dilukis di buku Anda. Mengenai hal yang Anda tanyakan kepada saya, Tuan, jika saya pernah melihat putri duyung di negeri itu, saya dapat menjawab bahwa dalam perjalanan saya mengunjungi gereja-gereja kita di kepulauan Molucca (yang harus dilakukan 2 x setahun oleh pendeta yang mengerti bahasa pribumi),berlayar dengan Orambay, atau semacam galey36, untuk melakukan perjalanan dari negeri Holilieuw37/a ke negeri Karieuw38/b, yang berjarak 2 liga melalui laut, hal itu terjadi ketika saya sedang tidur sebentar, [dan] orang hitam atau pendayung berteriak. Pada moment ini, saya berdiri dan bertanya kepada mereka: ada apa??, dan mereka menjawab dengan satu suara bahwa itu adalah monster seperti putri duyung yang telah mereka lihat dengan pasti dan jelas. Monster itu memiliki wajah yang mendekati laki-laki, dan rambut panjang seperti wanita di punggungnya. Tapi karena ketakutan oleh jeritan mereka, dia menyelam kembali ke laut, setelah itu saya hanya bisa melihat gerakan ombak yang dibuat oleh putri duyung ini saat menyelam kembali ke laut 

Komentar Aernout Vosmaer

                Aernout Vosmaer adalah seorang kolektor fanatik, yang dari tahun 1756 sampai kematiannya pada tahun 1799, adalah Direktur kebun binatang dan “Natuur-en Kunstcabinetten des Stadhouders” dari Belanda (gambar 7)39. Pada tahun 1753, Vosmaer, yang saat itu tinggal di Den Haag, dinegosiaskan dengan firma penerbitan Amsterdam, Reinier dan Josua Ottens, dan akhirnya setuju untuk menulis kata pengantar untuk edisi baru  karya Renard Poissons, Ecrevisses et Crabes40. Dalam kata pengantar ini, yang muncul pada tahun 1754, Vosmaer mengomentari secara khusus tentang putri duyung :

“ Ilustrasi putri duyung yang muncul dalam karya ini [Renard, 1754] serta ilustrasi lainnya, tidak berbeda dengan yang yang ditemui dalam karya Valentijn, yang tidak mengherankan, karena diakui oleh Valentijn bahwa dia telah menyalin gambar Tuan Renard41. Bagaimana pun putri duyung itu layak mendapat perhatian lebih dari yang sebenarnya umum diberikan. Keberadaannya ditegaskan secara positif. Keberatan yang coba ditolak orang, nyatanya tampak lemah buat saya. Sampai sekarang, kata mereka, monster seperti itu belum pernah ada/terlihat di lemari-lemari barang-barang langka di mana pun. Tetapi, tidak dapatkah kita mengatakan bahwa jika monster ini, jika kita harus menyebut dengan nama ini (meskipun saya tidak melihat alasannya), sebenarnya ada seperti yang digambarkan dalam gambar dan seperti biasanya digambarkan, dan jika itu menyerupai bentuk manusia, seperti ia digambarkan dalam gambar, ia juga bisa menyerupai manusia dalam semacam naluri, semangat, atau kemampuan untuk bernalar, apa pun sebutannya. Ini akan memungkinkannya untuk menghindari secara “cerdik” daripada hewan tangkapan lainnya dimana mereka sering ditangkap, dan mungkin juga itu alasan mengapa itu sangat jarang terlihat. Lebih jauh lagi, mungkinkah tubuhnya, seperti halnya manusia, lebih mudah mengalami pembusukan setelah kematian daripada tubuh ikan lainnya, dan bahwa “masalah” kesulitan ini dalam pengawetan, adalah alasan mengapa ia tidak direpresentasikan sebagai bagian dari pameran salah satu koleksi ??. Ide ini tampaknya dikonfirmasi oleh kerangka putri duyung yang pernah dibicarakan oleh Vossius42, Junius43, dan yang lainnya”.


===== bersambung =====

 

Catatan Kaki
28.     Kata Belanda duim memiliki 2 arti yaitu “ibu jari” dan “inci”, tetapi dalam masalah ini, “inci” yang dimaksud; Rijnlandsche inch sama dengan 2.62 cm (L.B. Holthius, komunikasi pribadi, 17 Mei 1989)
29.    Dalam babnya tentang ikan-ikan yang “aneh” di Ambon (“Verhandeling der Ongemeene Visschen van Amboina”), Valentijn (1726 : 347 – 348) mengeluh bahwa ia “mengalami kesulitan untuk mendapatkan itu yang ditunjukan di sini [tidak jelas apakah “itu” merujuk pada spesimen nyata atau gambar itu sendiri]. Lagi pula, Gubernur Van der Stel (lihat catatan kaki no 10) juga mengoleksinya, dan itu memberikan kesulitan bagi hobi saya, karena ia mencoba untuk mendapatkan segalanya hanya untuk dirinya, bahkan dengan membayar untuk yang tidak peduli untuk bertanya apa yang diberikan; inilah mengapa itu biasanya menerima pembayaran lebih sedikit  daripada orang ini”. Meskipun hal ini bertentangan dengan pujian ramah yang diberikan kepada Van der Stel dan De Weert oleh Valentijn dalam karyanya Oud en Nieuwe Oost – Indien (1726, 3 (1) : 2) – “ Merupakan suatu kewajiban bahwa saya menghormati orang-orang ini, karena kemurahan hati mereka untuk menghiasi pekerjaanku dengan semua hal yang mereka punyai hingga akhir pekerjaan, sehingga saya berhutang budi untuk menghormati mereka “. Valentijn nampaknya terlibat lebih jauh daripada sekedar bersaing untuk memperoleh gambar-gambar Falours dengan Gubernur Ambon. Hal ini menjadi bukti pertimbangan tentang perselisihan pribadi dengan Van der Stel, seperti juga dengan Gub Jend VOC Abraham van Riebeeck (lihat Serton, 1971: 5)
30.    Valentijn kepada Renard, tertanggal Dordrecht, 28 Desember 1716, diterbitkan oleh Renard, 1719, 1754, “Temoignages et Certificats”, tak berhalaman, dalam : Poissons, Ecrevisses et Crabes
31.    Hennetelo (kadang-kadang dieja Hennetello) adalah mungkin Henneheloe atau Hennelale, sebuah negeri di wilayah Nau Binau di Pulau Ambon pada pantai utara semenanjung Hitu (lihat catatan kaki no 1)
32.   Ceram (juga dieja Seran), adalah pulau besar di Maluku Tengah, terletak di timur laut Ambon, dan memiliki luas wilayah sekitar 6,621 mil persegi (lihat catatan kaki no 1). Terbagi menjadi 4 distrik atau kecamatan, yaitu Seram Barat, Amahai, Wahai (kadang-kadang disebut Seram Tengah) dan Seram Timur, termasuk pulau-pulau kecil di semenanjung Manipa di ujung barat, seperti juga kelompok kepulauan Gorong di ujung tenggara. Wilayah ini beribukota Bulda di pesisir timur laut dan Piru di pesisir barat. Pulau ini dibawah kontrol Belanda sekitar tahun 1650.
33.   Valentijn memiliki lukisan Fallours tentang putri duyung, yang dia terima dari Renard bersama dengan surat Renard tanggal 27 Desember 1716, disalin oleh Ottoman Elliger, Jr (seniman profesional, lahir di Hambur, 19 Februari 1666, dan meninggal di St Petersburgh, 20 November 1725, tinggal selama bertahun-tahun di Amsterdam dan yang terkenal karena lukisan serangga dan bunganya; lihat Scheffer, 1939: 127, 145-146, 156; Engel, 1986: 80), yang terbukti berpikir bahwa cara menafsirkan dari Fallours terlalu kasar. Ia mengubah [gambar] Fallours yang canggung, sketsa seperti anak kecil menjadi (setengah) wanita glamor, tanpa menambahkan atau menghilangkan detail apa pun, misalnya, anyaman di antara jari-jari dan pita di sekitar pergelangan tangan, semuanya dipertahankan. Versi yang sama dari putri duyung yang “dilebih-lebihkan” itu muncul lagi dalam cetakan ulang tahun 1727 dari Valentijn (1726, pt 1, bab 3-5 : 330 – 516; dengan lempengan tangan berwarna) : Beschryving der Waterdieren van Amboina en der Gemeene en ongemeene Amboinsche Visschen (kopian di Bibliotheque Centrale, Museum National d’Histoire Naturelle, Paris; katalog no 487); dan dalam cetakan ulang Valentijn tahun 1754 (1726, pt 2, bab 11-13 : 517-586) : Verhandeling der Zee-Horenkens en Zee-Gewassen in en omtrent Amboina en de Nabijgelegene Eilanden. Ukiran putri duyung yang hampir identik, tetapi baru (dibuat oleh J.C. Berndt) dapat di temukan di karya Philipp Ludwig Statius Muller tahun 1773, yang merupakan terjemahan Jerman dari Valentijn tahun 1754 : Abhandlung von Schnecken, Muscheln und Seegewachsen, welche um Amboina un den umliegenden Inseln gefunden werden (“Meer Weib, oder Boeroneesche, Meer Fisch; lempeng 52).
34.    Menurut Valentijn (1726, pt 1, bab 2) dalam pembahasannya tentang sejarah gereja di Ambon (“Ambonsche Zaaken van der Godsdienst”), Abrahamus Parent bertugas sebagai pendeta di Ambon dari tahun 1702 – 1715 (hal 141). Parent tiba di pulau Ambon beberapa waktu sebelum Maret 1702, dan setelah menghadiri pertemuan (tampaknya otoritas gereja Ambon) pada tanggal 1 dan 4 Maret 1702 diangkat sebagai pendeta. Pada Februari 1704, ia dikirim ke Honimoa (hal 95), nama “kuno” untuk Saparua (bagian dari kepulauan Uliasser, terletak di sebelah timur Ambon, lihat catatan kaki no 1), tetapi kembali ke Ambon pada Desember 1706 (hal 100). Ia kembali ke Batavia pada Mei 1715, dan dari sana kembali ke Belanda dengan de Fleet tahun 1716 (Parent kepada Renard, tertanggal Amsterdam, 15 Juli 1717, diterbitkan oleh Renard, 1719, 1754, “Temoignages et Certificats”, tak berhalaman, dalam Poissons, Ecrevisses et Crabes). Selama tahun-tahun awalnya di Maluku, Parent sibuk belajar bahasa Melayu. Valentijn (hal 95) menyatakan bahwa pada tanggal 8 September 1704, Parent memberikan bukti yang sangat memuaskan atas kemampuannya dalam berbahasa (ternyata ujian pertamanya) : “cenderung Melayu Rendah......khotbahnya [dalam bahasa Melayu] cukup bisa dimengerti”. Tetapi kemudian, pada tahun 1709, Valentijn (hal 102) mengatakan bahwa bahasa Melayu Parent agak mengecewakan; jadi, meskipun lulus ujian, tampaknya Parent terus kesulitan mengajar dalam bahasa pribumi. Para pendeta di Timur diharapkan tidak hanya berdakwah kepada jemaat Belanda tetapi juga memberikan pengajaran dalam bahasa Melayu kepada penduduk pribumi. Oleh karena itu, penguasaan bahasa Melayu oleh para pendeta sangat penting; keberhasilan mereka dapat dinilai dari besarnya persentase penduduk Ambon yang masih [tetap] beragama Kristen (L.B. Holthius, komunikasi pribadi, 17 Mei 1989)
35.  Parent kepada Renard, tertanggal Amsterdam, 15 Juli 1717, diterbitkan oleh Renard, 1719, 1754, “Temoignages et Certificats”, tak berhalaman, dalam : Poissons, Ecrevisses et Crabes
36.    Orambay atau Orembaai, suatu kata yang mungkin berasal dari bahasa Melayu rambaja (tongkang besar), adalah kapal yang hanya digunakan di kepulauan Maluku. Tidak ada cadik, dan haluan serta buritan yang biasanya tinggi. Sebuah orambay yang digunakan untuk memancing memiliki kursi-kursi pendayung di sepanjang tubuh kapal, dengan ruang untuk 16 – 20 pendayung; ruang disediakan di tengah untuk [meletakan] jaring. Yang digunakan untuk transportasi orang, memiliki ruang tertutup di tengah untuk penumpang; atapnya cukup kuat untuk menopang sekelompok pemain gong yang menyemangati kecepatan para pendayung (untuk ilustrasi, lihat Valentijn, 1726, pt 2: 146) (Encyclopaedia van Nederlansch-Indies, 5: 117)
37.   Holilieuw (juga dieja Hoellalioe atau Hoelalioe) adalah Hulaliu di masa kini, sebuah negeri di pesisir selatan Seram, dipisahkan dari kepulauan Uliasser pulau Saparua dan Haruku oleh selat Seram (lihat catatan kaki n0 1 dan 32)
38.  Karieuw adalah Karioe, sebuah kota di pulau Saparua; nama ini juga diberikan untuk distrik dan sub distrik dari kepulauan Ambon (lihat catatan kaki no 1)
39.    Aernout Vosmaer (1720 – 1799), mungkin paling dikenal karena jabatannya sebagai Direktur Kebun Binatang dan lemari zoologi Stadholder William V dari Belanda. Koleksi didirikan pada tahun 1756 oleh Putri Anne dari Hanover, putri Raja Inggris, George II dan janda pangeran Willem IV, yang pada tahun itu membeli lemari pribadi Vosmaer sendiri dan mengangkatnya menjadi Direktur, suatu hubungan yang berlanjut di bawah Willem V. Di bawah kepemimpinan Vosmaer, cakupan koleksi diperluas, dan banyak deskripsi tentang hewan di bawah perawatannya diterbitkan, kebanyakan dari mereka didasarkan pada spesimen yang pernah hidup di kebun binatang. Pada saat revolusi, bagian utama dari koleksi tersebut disita oleh Perancis, dan dipindahkan ke Paris (1794-1795), dimana dimasukan kedalam Museum National d’Histoire Naturelle. Untuk info lebih lanjut mengenai Vosmaer, lihat Benthem Jutting (1939: 207), Boesemen (1970: 180, 184-187), Pieters (1980: 539 – 563), dan Engel (1986: 201-202, 293-294)
40.    Ottens di Amsterdam kepada Aernout Vosmaer di Hague, 6 surat tertanggal 16 Juni 1753, 18 Agustus 1753, 6 September 1753, 10 September 1753, 26 Januari 1754 dan 6 Mei 1754 (Universiteits-Bibliotheek Leiden, B.P.L. 246).
41.      Valentijn, 1726: 331 (lihat catatan kaki no 33).
42.     Isaac Vossius, kanon Windsor, lahir di Leiden pada tahun 1618, anak ke-7 dari sarjana Belanda yang terkenal, Gerhard Johann Vossius (1577 – 1649). Dididik sebagain besar oleh ayahnya, pada usia dini menunjukan kecepatan pemahaman dan ingatan yang baik, dan segera memperoleh reputasi diantara yang terpelajar. Pada tahun 1648, ia diundang ke istana Ratu Christina di Stockholm, dimana ia mengajar bahasa Yunani kepada Christina, dan berusaha mengumpulkan untuk perpustakaan kerajaan, sebuah tugas yang sangat cocok untuknya atas hadiah bibliografi dan linguistiknya. Pada tahun 1670, ia mengunjungi Inggris, dimana ia menerima gelar kehormatan di Oxford. Pada tahun 1673 ia menerima gelar kanon Windsor dari Charles II, dan dalam situasi ini, ia melewati sisa hidupnya. Ia tegas menolak untuk menyesuaikan diri dengan penggunaan umum agama, dia menolak di ranjang kematiannya untuk menerima sakramen terakhir. Ketika dekan Windsor mendesaknya untuk mematuhi, “jika bukan karena cinta Tuhan, setidaknya untuk menghormati pasal ini”, dia menjawab : “saya berharap Anda akan menginstrusikan saya bagaimana memaksa petani untuk membayar hutang mereka pada saya; itulah layanan yang saya inginkan dari Anda saat ini” (Cyclopaedia; atau Universal Dictionary of Arts, Sciences and Literature, 37, tidak berhalaman). Ia meninggal pada 21 Februari 1689 pada usia 70 tahun. (Dictionary of National Biography, 20 : 392 – 396)
Francois Valentijn (1726: 334) menyebutkan Vossius dalam deskripsinya tentang “manusia laut” (Zee-Menschen) : “ Vossius......menceritakan dalam kisahnya bahwa.....5 atau 6 [putri laut] telah diamati, dan beberapa ditangkap di dekat Kopenhagen. Kerangka salah satunya, yang ditangkap pada tahun 1644, dipajang di kota itu”.
43.     Ini pastilah merujuk pada Fransiscus Junius, putra seorang Huguenot Perancis dengan nama yang sama, yang lahir pada tahun 1589 di Heidelberg, dan dididik di Leiden. Dia awalnya dimaksudkan untuk memasuki profesi militer, tetapi keadaan mendorong dia untuk mengabdikan dirinya pada sastra, menyibukan diri dengan mengumpulkan dan menerbitkan beberapa karya ayahnya. Pada tahun 1617, dia menjadi pendeta di Hillegersberg, tetapi pada tahun 1620 pergi ke Inggris, dimana ia menjadi pustakawan bagi Thomas Howrad, earl of Arundel, dan guru bagi putranya. Tinggal di Inggris selama 30 tahun, mengabdikan dirinya untuk mempelajari Anglo-Saxon, dan kemudian mempelajari bahasa-bahasa Teutonik kuno yang serumpun. Pada tahun 1651, kembali ke Belanda, dan tinggal di Friesland selama 2 tahun untuk mempelajari dialek lama. Tahun 1675 kembali ke Inggris dimana ia meninggal pada 19 November 1677 di rumah keponakannya, Isaac Vossius (lihat catatan kaki no 42). (Cyclopaedia; atau Universal Dictionary of Arts, Sciences and Literature, 19, tidak berhalaman; Encyclopaedia Britanica, edisi ke-14,  13 : 185-186)
Dalam dukungannya bagi keberadaan “manusia laut” (Zee-Menschen), Valentijn (1726: 334) menyebut bahwa Junius pernah sekali mengklaim melihat rangka dari “triton” (dalam mitologi Yunani, adalah putra dari Poseidon dan Amphitrite, yang digambarkan sebagai setengah dewa laut, memiliki bagian bawah tubuhnya seperti ikan) tergantung di tengah gereja di “Swartewaal” dekat Briel (Belanda barat, pada pantai utara kepulauan Voorne, 14 mil barat Roterdam)
 
Catatan Tambahan :
a.        Pada catatan kaki no 37, penulis (Pietsch) menulis bahwa negeri atau desa Hulaliu terletak di pesisir selatan [pulau] Seram. Entah mengapa penulis melakukan kekeliruan ini, meski faktanya negeri Hulaliu berada di pulau Haruku. Mungkin ia sedikit “bingung” membedakan antara negeri Holilieuw, Hoelale dan Holoy. Negeri Hoelale menurut arsip gereja berada di pesisir selatan Seram. Negeri ini kemungkinan adalah negeri Tihulale di masa sekarang. Sedangkan kata Holilieuw pada arsip-arsip VOC dan gereja selalu merujuk pada negeri Hulaliu di pulau Haruku.
§  Lihat Rapport Betreffende een Visitatie ven Kerken en Scholen op Ambon, Manipa, Buano, Ceram, Saparua en Nusa Laut door DS Jacob Montanus. Ambon. z.d. [Mei 1674] NA, VOC 1300, folio 906r – 927v. Afschrift  ------- > untuk negeri Hoelale
§  Lihat, Brief van Oud-Gouverneur Arnold de Vlaming van Oudshoorn aan de Kerkenraad van Enkhuizen, Sula, 20 Oktober 1652. Westfies Archief Hoorn, Archirf Hervormde Gemeente Enkhuizen 152, stukken betreffende de Oost Indische kerken, ongefolieerd ------- > untuk negeri Hulaliu (tertulis Olilieuwe)
§  Lihat, Rapport van Een Visitatie ven Kerken en Scholen op Haruku, Saparua en Nusa Laut door DS Simon de Buck en de Ouderlingen Fransisco Mole en Jan Claasz, Ambon, 19 Juli 1669, NA, VOC 1271, folio 209r – 213v. Afschrift ------ > untuk negeri Hulaliu (tertulis Hollelieuw)
§  Lihat, Memorie van Jasper Jansz, 25 Juni 1614 (dimuat oleh Gerrit J Knaap, Memories van Overgave van Gouverneur van Amboina................hal 15 – 19, khusus hal 18 (tertulis Holijlieuw)
b.       Pada catatan kaki no 38, penulis (Pietsch) menulis bahwa kota Karieuw atau Karioe [Kariu] terletak di Pulau Saparua. Pietsch melalukan kekeliruan geografis. Pada sumber-sumber gereja dan VOC, kata Karieuw/Carieuw/Cariuw merujuk pada negeri Kariu yang terletak di pulau Haruku bagian selatan
§  Lihat Rapport Betreffende een Visitatie van Kerken en Scholen op Haruku door DS Johannes Sweerdius en Fransisco Mole, Saparua, 12 April 1666, NA, VOC 1260, folio 123-126. Afschrift ---- > untuk negeri Kariu (tertulis Crieuw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar