Minggu, 03 Januari 2021

Samuel Fallours dan “putri duyung”nya dari Ambon (bag 1)


Oleh:

Theodore. W. Pietsch

[University of Washington]

  

  1. Kata Pengantar

Putri duyung merupakan makhluk mitologis yang dalam puisi-puisi kuno dinamakan Syrenne, Siren. Dalam bahasa Inggris, kata ini diterjemahkan sebagai “Mermaid” yang kalau diterjemahkan secara literal berarti “putri laut”. Meskipun ada berbagai nama terhadap makhluk ini, namun pada era moderen, semua nama itu secara umum disebut “putri duyung”. Meski dianggap sebagai makhluk mitologis, dan dipercaya tidak ada, namun sebagian orang mempercayai keberadaannya.

“Kemunculan putri duyung” dalam konteks lokal yaitu di perairan Maluku, khususnya Gubernemen Ambon pada permulaan abad ke-18 (1700an) memunculkan banyak perhatian dan menimbulkan sedikit “perdebatan” di kalangan ilmuwan Eropa pada masa itu. Theodore W Pietsch, seorang sarjana dari School of Fisheries, College of Ocean and Fishery Sciences, University Washington, Amerika Serikat, melalui artikel memukau ini menceritakan asal usul kisahnya. Artikel aslinya berjudul Samuel Fallours and his “Sirenne” from the province of Ambon, dimuat pada jurnal Archives of Natural History, volume 18, nomor 1, tahun 1991, halaman 1 – 25. 

Menurut Pietsch, semuanya bermula dari seorang figur bernama Samuel Fallours atau Faloers, yang bertugas di Ambon sebagai serdadu biasa. Pada tahun 1712, ia mendapati “makhluk aneh” ini dari putranya yang membeli dari seorang “hitam” di pulau Buru. Ia sempat memeliharanya selama 4 hari dalam bak air di rumahnya di Ambon dan “menemukan” bahwa itu mirip seorang wanita, kemudian menggambarnya. Gubernur Ambon pada masa itu, Adriaen van der Stel, mendengar informasi itu dan memintanya, Fallours kemudian memberikan pada sang Gubernur. Hasil lukisan makhluk itu, kemudian dikirim Fallours ke Eropa. Dan kisah “menggemparkan” itu mulai jadi “perdebatan” di Eropa.

Pietsch juga menyampaikan beberapa informasi yang sangat menarik tentang “kemunculan” putri duyung itu di Ambon. Ia menyebut bahwa 10 tahun sebelumnya (mungkin antara 1700 – 1702), putri duyung itu muncul di Nusalaut dan ditangkap, kali ini berjenis kelamin laki-laki. Selain itu, menurut Pietsch juga berdasarkan kesaksian dari Abrahamus Parent, seorang pendeta yang pernah bertugas di Honimoa (Saparua) sejak Februari 1704 – Desember 1706, bahwa pada suatu waktu sang pendeta pernah melihat kemunculan putri duyung, saat melakukan perjalanan mengunjungi gereja-gereja dan sekolah dari negeri Hulaliu ke negeri Kariu.

Soal apakah kita mempercayainya atau tidak, menerima atau menolak keberadaan “putri duyung” itu adalah masalah lain. Informasi mengenai hal itulah, yang menurut kami penting dalam sejarah masa lalu Ambon, dan itu jadi alasan kami untuk menerjemahkan artikel yang sangat menarik ini. Seperti disebutkan diatas bahwa artikel ini sepanjang 25 halaman, yang berisikan 13 halaman kajian, 52 catatan kaki (menghabiskan 8 halaman tersendiri), 4 halaman referensi, dan 7 gambar/lukisan.

Artikel yang kami terjemahkan ini kami bagi menjadi 3 bagian dengan pertimbangan teknis semata, hal ini disebabkan karena sang penulis secara panjang lebar  menyajikan catatan kaki dengan referensi-referensinya. Oleh karena itu, bagi pembaca yang tertarik dengan informasi atau tema ini, selain membaca isi kajian, adalah baik juga untuk membaca, mencermati, dan memahami catatan kaki yang disajikan oleh penulis, karena sangat berharga. Selain 7 gambar/lukisan pada artikel asli, kami juga akan menambahkan ilustrasi tambahan dan catatan tambahan, jika kami anggap perlu.

Akhir kata selamat membaca artikel yang menarik ini, artikel hasil terjemahan yang menurut kami mungkin merupakan yang pertama kali mengungkap kisah masa lalu Ambon, yang belum pernah didengar atau diketahui oleh orang Ambon pada masa kini. Selamat memahami masa lalu Ambon yang “misterius” dan apakah kita mempercayai atau menolaknya, semuanya dikembalikan ke masing-masing. Namun, ada sebuah kutipan “menarik” dari botanis Belanda, J.F. Veldkamp dalam artikel tentang Rumphius. Veldkamp menulis : “Ilmuwan Eropa menganggap ini (maksudnya objek-objek alam yang disajikan oleh Rumphius dari Ambon) sebagai sisa –sisa makhluk sebelum Air Bah atau diciptakan oleh iblis untuk membingungkan orang Kristen”a.

Jadi apakah “putri duyung” yang muncul di perairan Ambon pada awal tahun 1700 itu, adalah sisa-sisa makhluk sebelum Air Bah?... Entahlah.


  1. Terjemahan 

Pendahuluan

                Samuel Fallours (terkadang juga dieja Falours atau Faloers) adalah seniman Belanda yang bertugas pada VOC di Ambon, pusat penting yang sering disebut “kepulauan rempah-rempah” dalam sejarah kolonial Belanda (gambar 1)1. Meskipun ia menghasilkan ribuan karya yang luar biasa, sebagian besar surealis, lukisan-lukisan cat air dari hewan, terkhususnya ikan-ikan dan udang-udangan dari perairan Hindia Timur, sangat sedikit yang diketahui tentang dirinya2. Ia rupanya memulai karirnya sebagai serdadu biasa di kompeni (VOC). Pada tanggal 27 April 1703, ia berlayar dari Goere, Belanda, menaiki kapal The Belois, yang dinakhodai oleh Jacob van Belle, dan tiba di Batavia pada tanggal 13 Desember tahun yang sama3. Ia tinggal di Batavia hingga minimal akhir tahun 1705, namun pada Juni 1706 [diketahui] ia telah bertugas sebagai serdadu di Ambon, dan bertugas pada pos utama penjagaan benteng Victoria4. Antara September 1706 dan Juni 1712, ia sebagai “pendeta pembantu” (krankbezoeker), seorang pembantu pendeta, yang dipercayakan untuk menghibur orang-orang sakit di Ambon5. Ia kembali ke Belanda dengan menumpang [kapal] The Kockengen, yang berlayar dari Batavia pada tanggal 26 November 1712 dan tiba di Texel pada tanggal 19 Agustus 17136. Jadi, meskipun Fallours mengklaim bahwa ia menggambar figur-figur lukisannya dari alam selama periode sekitar 12 tahun7, total lama ia “menetap” di Hindia Timur di bawah 9 tahun (1703 – 1712), dan hanya 6 tahun (1706 – 1712) ia berada di Ambon, dimana pekerjaan tersebut benar-benar dilakukan8

                Kira-kira awal tahun 1703, kemampuan artistik Fallours diketahui oleh beberapa pejabat penting yang juga berdinas di VOC. Di antaranya adalah Balthasar Coyett, Gubernur van Ambon pada periode 1701 – 1706, yang diketahui suka memesan lukisan-lukisan hingga pengunduran dirinya9. Pengganti Coyett, Adriaen van der Stel, Gubernur Ambon hingga kematiannya pada tahun 172010, juga terbukti tertarik pada objek-objek sejarah alam dan memanfaatkan  bakat Fallours dengan baik. Selain para gubernur itu, figur-figur lainnya juga memiliki minat luar biasa melalui himpunan koleksi “barang-barang antik” pribadi. Salah satunya, yang paling penting adalah mungkin Francois Valentijn, yang mengajarkan Injil pada kongregasi Belanda di Ambon selama kira-kira 12 tahun, dan pastilah menjadi atasan dari Fallours (gambar 2)11. Kita juga mengetahui bahwa, dalam merespon atas permintaan yang berat, Fallours membuat banyak salinan dari seluruh lukisannya. Menyadari hasrat besar pada figur-figur lukisannya diterima dengan baik, ia membuat, atau menyewa seniman lokal untuk membuat salinan tambahan dari pekerjaannya, yang mana ia jual atau persembahkan sebagai hadiah kepada orang-orang berpengaruh di Eropa. 

Dapat juga ditambahkan, bahwa ada bukti bahwa ia menyalin atau memiliki banyak salinan dari lukisan yang dibuat oleh seniman lain (Holthuis, 1959: 90), khususnya adalah Isaäc Johannes Lamotius, bekas Gubernur van Mauritius, yang kemudian menjadi rekan Gubernur Coyett di Banda dan Ambon12. Hasil dari seluruh aktivitas ini adalah produksi dari beberapa koleksi yang kira-kira lukisan-lukisan serupa13, beberapa koleksi menggambarkan sekitar 528 hewan, termasuk ikan dan udang-udangan, serangga (kumbang dan serangga bertongkat), kadal (Draco volans Linnaeus, 1758), dugong [Dugong dugon (Muller, 1776)], dan putri duyung (lihat Holthuis, 1959; Pietsch, 1984,1986). Sementara beberapa dari koleksi itu telah hilang atau belum terjelaskan, yang lainnya menjadi dasar dari publikasi-publikasi  abad ke-18 yang diterbitkan di Belanda, yaitu : karya Hendrik Ruysch “Collectio Nova Piscium Amboinensium”, bagian pertama dari 2 volume karyanya Theatrum Universale Omnium Anamalium di tahun 1718; karya Louis Renard Poissons, Ecrevisses et Crabes, pertama kali diterbitkan pada tahun 1719, kemudian edisi kedua dan ketiga diterbitkan pada tahun 1754 dan 1782 (Pietsch dan Rubiano, 1988); karya Francois Valentijn “Verhandeling der Ongemeene Visschen van Amboina”, volume 3, bagian 1, bab 5 dari karya utamanya Oud and Nieuw Oost-Indien yang terbit tahun 1726; dan karya Antoine Francois Prevost “Zonderlinge Visschen op de Kust van Amboin”, volume 17 dari edisi Perancis dan volume 21 edisi Belanda dari karyanya Natuurlyke Historie van het Oostelyk Indie in het Gemeen, terbit tahun 1767.

Yang paling menarik di sini adalah lukisan Fallours tentang “Sirenne” atau Putri Dayung (gambar 3). Meskipun [lukisan ini] direproduksi dan diterbitkan hanya oleh Renard (tahun 1719 dan edisi-edisi berikutnya) dan Valentijn (1726), ilustrasi ini berkaitan dengan sejarah panjang dan rumit.


Laporan Samuel Fallours tentang “putri laut”

                Dalam catatan-catatan yang disertakan pada lukisan aslinya, Fallours menampilkan diri sebagai saksi mata laporan tentang putri laut :

Saya memiliki putri laut dalam keadaan hidup ini [syrene] selama 4 hari di rumahku di Ambon dalam bak air. Putraku membawanya dari Bouro14, dimana ia membelinya dari orang “hitam” dengan barter 2 elo kain15. Makhluk itu mati karena kelaparan, tidak ingin makan apa pun, baik ikan atau kerang ikan, juga lumut atau rumput-rumputan. Makhluk itu tidak melakukan apa-apa kecuali merengek dengan tangisan/jeritan kecil [yang terdengar]  seperti tikus. Keinginan saya untuk mengangkat siripnya di depan dan di belakang dan [ternyata] itu berbentuk seperti seorang wanita. Yang Mulia Van der Stel memintanya, dan saya memberikan padanya. Saya menduga, ia mengirimnya ke Belanda. 10 tahun sebelumnya di Nasselau16 seseorang menangkap [jenis] laki-laki dari putri duyung ini,benar-benar berbentuk seperti seorang laki-laki hingga sampai di perut bagian bawahnya17. 

Komentar Baron Joachimus Heinricus von Bulow

                Ketika koleksi lukisan-lukisan asli Fallours, dalam koleksi Van der Stel tiba di Hanover, yang dikirim ke sana oleh Raja George I dalam tahun 171618, Baron Joachimus Heinricus von Bülow, seorang warga kota terpenting di dekat kota Göttingen, memperoleh izin dari Raja untuk mengkopinya demi kepentingan perpustakaan pribadinya sendiri19. Hasil kopian ini, disebut Lukisan-lukisan Von Bülow, berisi tidak hanya reproduksi yang akurat dari putri duyung tapi juga sedikit modifikasi dari deskripsi Fallour, sebagai berikut :

Sang pelukis telah memverifikasi bahwa ia memiliki putri duyung ini, yang dalam puisi-puisi kuno disebut dengan nama Siren [syrene], hidup selama 4 hari di rumahnya di Ambon dalam bak air. Putranya memperolehnya dari orang “hitam” di Bouro [Buru] dengan membarter 2 elo kain dan membawanya ke Ambon. Makhluk itu mati kelaparan, tidak mau makan apa pun entah itu ikan atau juga cangkang ikan, juga lumut atau rerumputan. Makhluk itu hanya merintih dengan tangisan/jeritan seperti tikus. Ia mengangkat siripnya di depan dan di belakang, dan menemukannya seperti seorang wanita. Tuan Van der Steel [Stel] akhirnya meminta dari [Fallours] jika ia boleh memilikinya, sehingga ia [Fallours] memberikannya. Ia [Fallours] juga mengatakan bahwa 10 tahun sebelumnya, di kepulauan yang sama, mereka menangkap di Nasselau [Nusa Laut] jenis laki-laki dari makhluk ini, lengkap seperti laki-laki hingga sampai ke bagian bawah perutnya20

 

Penggunaan Lukisan-lukisan Fallours oleh Louis Renard

                Louis Renard (1678/1679 – 1746) adalah pedagang buku kelahiran Perancis, penerbit, dan agen di Amsterdam untuk kerajaan Inggris (Eeghen, 1967; Pietsch, 1984,1986; Pietsch and Rubiano, 1988) (gambar 4). Dari beberapa pekerjaan besarnya yang diterbitkan atas namanya, yang paling memukau adalah karyanya Poissons, Ecrevisses et Crabes, de Diverses Couleurs et Figures Extraordinaires, que Vob Trouve Autour de Isles Moluques, et sur les Cötes des Terres Australes, mungkin lebih dikenal dengan separuh judulnya yaitu Historie Naturelle des plus Rares Curiositez de la Mer des Indes. 3 edisi dari pekerjaan ini (diterbitkan pada tahun 1719, 1754 dan 1782; lihat Pietsch and Rubiano, 1988) berisi 100 lempengan, menghasilkan jumlah dari 460 cat tangan ukiran tembaga, yang mewakili 415 ikan, 41 udang-udangan, 2 serangga bertongkat 21, dugong dan putri laut (gambar 5), semuanya berasal dari lukisan-lukisan yang dibuat oleh Samuel Fallours. Dalam pengantar bukunya, Renard (1719, 1754) memberitahukan kepada kita bahwa lukisan-lukisan tersebut diberikan kepadanya oleh berbagai orang yang membawanya ke Belanda dari Timur (lihat Holthius, 1959; Pietsch, 1984,1986).

                Banyak dari gambaran spesies di bukunya Renard telah diketahui/dikenal di Eropa selama beberapa waktu, yang diwakilkan dalam bentuk spesimen kering atau diawetkan dengan alkohol22.  Tetapi warna-warna natural yang cemerlang dari makhluk-makhluk semacam itu, segera memudar setelah mati, dan, atas dasar ukiran tangan berwarna dari gambar Fallours saja, hanya sedikit pembaca yang siap untuk percaya pada keberadaan makhluk tersebut. Untuk alasan ini, Renard merasa berkewajiban untuk memberikan kesaksian dan sertifikasi mengenai keaslian karyanya: “Saya telah sangat berhati-hati untuk memeriksa sumbernya, dan untuk menghasilkan bukti atas fakta-fakta tertentu yang dieksplorasi di sini”23. Dia nampaknya memiliki keprihatinan terutama tentang keaslian putri duyung : “Bahkan saya khawatir, “monster” yang dengan nama putri duyung [Sirenne]......perlu untuk direvisi”24. Untuk klarifikasi, saya telah mengirimkan beberapa salinan ke Batavia dan Ambon, untuk diverifikasi, dan jika terjadi sesuatu yang perlu dirubah, saya merasa berkewajiban untuk memberi tahu publik24. Pada kesempatan kunjungan pribadi Tsar Peter I dari Rusia, Renard menemukan alasan lebih lanjut untuk memverifikasi keberadaan putri duyung melalui surat ini, yang ditulis pada tanggal 27 Desember 1716, kepada Francois Valentijn, yang saat itu menjadi pendeta Gereja Reformasi Belanda di Dordrecht25 :

Yang Mulia, Czar Muscovy, telah memberi saya kehormatan untuk datang kemarin ke rumah tempat saya tinggal26, Saya menggunakan kesempatan untuk menunjukan kepada sang Pangeran itu, hasil kerja-kerja Tuan Fallours tentang ikan-ikan di Kepulauan Maluku, dimana diantara ilustrasi-ilustrasi lain terdapat lukisan monster yang mirip dengan putri duyung, yang menurut pelukis ini telah ia pelihara dalam keadaan hidup selama 4 hari di Ambon, seperti yang Anda lihat sendiri pada tulisan tangannya yang menyertai lukisan/gambar ini. Karena dia percaya bahwa Yang Mulia Van der Stel, yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Ambon, mungkin telah mengirimkannya kepada Anda, [sehingga] saya merasa bahwa Yang Mulia Czarina [Catherine I] akan dengan senang hati menerima klarifikasi fakta tersebut, [jadi] saya memohon kepada Anda dengan memberi kehormatan untuk memberi kata-kata tanggapan untuk saya. 

                Versi Renard (1719) yang diterbitkan dari laporan Fallours tentang putri duyung (gambar 5) berisi berbagai informasi tambahan, yang sumbernya tidak diketahui :

Monster yang menyerupai Sirenne ditangkap di pantai pulau Borne atau Boeren [Buru] di provinsi Ambon. panjangnya 59 inci, dan proporsinya mirip belut. Ia hidup di pantai dalam bak air selama 4 hari, 7 jam. Kadang-kadang, ia mengeluarkan teriakan yang mirip dengan suara tikus. Ia tidak mau makan, meskipun ditawari ikan-ikan kecil, moluska, kepiting, udang karang, dan lain-lain. Setelah mati, kotorannya mirip dengan kucing yang ditemukan di dalam tempatnya27. 


===== bersambung =====

 

Catatan Kaki

  1. Ambon (sebelumnya dikenal sebagai Amboine, Amboina, atau Amboyna) adalah nama modern untuk sebuah provinsi di Kepulauan Maluku, menempati area seluas kurang lebih 11.445 mil persegi. Ini termasuk pulau Ambon, dimana terletak ibu kota dengan nama yang sama; Saparua, Haruku, dan Nusalaut, secara kolektif dikenal sebagai Kepulauan Uliasser; Buru dengan ibukota yang disebut Kajeli; Seram dengan ibu kota Kairatu, dan Kepulauan Banda. Pulau Ambon, panjangnya sekitar 31 mil dan lebarnya 10 mil, terletak di lepas pantai barat daya [pulau] Seram. Pulau ini terdiri dari 2 semenanjung lonjong – yang terbesar disebut Hitu atau Hitoe dan yang lebih kecil disebut Leitimor atau Leytimor – dihubungkan oleh tanah genting sempit, lebarnya hampir 1 mil, yang disebut Passo. Di sebelah barat tanah genting ini adalah Teluk Ambon, kira-kira panjangnya 14 mil, di sebelah timur adalah Teluk Baguala. “Ditemukan” oleh Portugis pada tahun 1510 dan dihuni oleh mereka pada tahun 1521, Pulau Ambon adalah sumber utama monopoli cengkih Portugis sampai mereka diusir oleh VOC pada tahun 1605. (Crawfurd, 1856: 11; Huwae, 1971: 3 – 7, gbr 1; Dalton, 1977: 399 – 404; Webster’s New Geographical Dictionary, G. & C. Merriam, Springfield, Massachusetts, 1980: 43)
  2. Fallours (kadang juga dieja sebagai Falours atau Faloers) terdaftar dalam daftar Perusahaan di Ambon (tertanggal Juni 1711) sebagai “ Samuel Falours van Rotterdam” (Algemeen Rijksarchief, The Hague, VOC 11560: 393)
  3. De Belois, dibuat pada tahun 1678 oleh dan untuk “divisi/kamar” Delft, dan memiliki bobot berat 506 ton, berlayar pada pelayaran kelima pada tanggal 27 April 1703 dari Goeree, diperlengkapi oleh “divisi/kamar” Rotterdam. Kapal ini singgah di Tanjung Harapan dari tanggal 12 September 1703 sampai 8 Oktober 1703, dan tiba di Batavia pada tanggal 13 Desember 1703. Gaji Samuel Fallours sebagai serdadu adalah 9 gulden per bulan. (M.C.J.C. van Hoof, Algemeen Rijksarchief, The Hague, komunikasi pribadi tanggal 4 Agustus 1989; Algemeen Rijksarchief, The Hague, VOC 14106: 159)
  4. Register kompeni di Batavia tertanggal Juni 1705, mencantum Fallours sebagai seorang prajurit yang ditugaskan di rumah jaga utama gerbang terluar benteng (Kastil Batavia); gajinya 9 gulden per bulan (Algemeen Rijksarchief, The Hague, VOC 11553: 115). Di Ambon, register kompeni tertanggal Juni 1706 memberitahu kita informasi yang sama, tugas yang sama, dan tidak ada kenaikan gaji (Algemeen Rijksarchief, The Hague, V.O.C. 11554: 288). (M.C.J.C. van Hoof, Algemeen Rijksarchief, The Hague, komunikasi pribadi, 4 Agustus 1989.)
  5. Krankbezoeker (pengunjung orang sakit) dan ziekentrooster (penghibur orang sakit) adalah istilah yang sama, yang digunakan pada abad ke-16 dan 17 untuk asisten pendeta gereja reformasi Belanda. Mereka mengunjungi narapidana serta orang sakit, dan memberikan bantuan spritual dan praktis (misalnya, menulis surat wasiat). Mereka diutus oleh VOC terutama untuk pemeliharaan spiritual di atas kapal mereka, dan, pada awal sejarah kompeni, mereka melakukan tugas-tugas pendeta terlatih penuh, ketika pendeta masih sedikit. (L.B. Holthius, komunikasi pribadi tanggal 17 Mei 1989; Algemene Winkler Prins Encyclopedie, 1960, 10: 693).

Catatan mengenai gelar krankbezoeker Fallours ini, ditemukan dalam Oud en Nieuw Oost-Indien milik Valentijn (1726a, pt 1: 152), agak bertentangan dengan komentar yang dibuat oleh Baron Von Bulow dalam “Advertissement” nya pada Van Bulow Drawings (Niedersachsische Stats-und Universitatsbibliothek, Gottingen, qu.-40, Cod.MS Hist.Nat. 108: 9), yang menyatakan bahwa Fallours dengan tegas dibawa ke kepulauan Maluku oleh Jend Belanda, Joan van Hoorn (1653 – 1711; Gub Jend VOC 1704 – 1709) untuk menggambar hewan-hewan laut. Komentar Valentijn, bagaimana pun, lebih dapat dipercaya daripada komentar vn Bulow, karena Valentijn bergantung langsung pada register resmi gereja reformasi di Ambon (L.B. Holthius, komunikasi pribadi tanggal 17 Mei 1989). Register kompeni di Ambon untuk periode Juni 1708, mencantumkan Fallours sebagai crankbezoeker dengan gaji 18 gulden per bulan (Algemeen Rijksarchief, Den Haag, VOC 11555: 402), tetapi pada Juni tahun berikutnya, gajinya meningkat meningkat menjadi 30 gulden per bulan (Algemeen Rijksarchief, The Hague, VOC 11556: 251). (M.C.J.C. van Hoof, Algemeen Rijksarchief, The Hague, komunikasi pribadi, 4 Agustus 1989.)

  1. De Kockengen, kapal seberat 824 ton dibawah komano Hayman de Laver berangkat dari Batavia pada tanggal 26 November 1712 (dengan tujuan ke alamat “divisi/kamar” Amsterdam), tiba dan berangkat dari Tanjung Harapan pada 19 Agustus 1713 dan 13 April 1713 dan tiba di Texel pada tanggal 19 Agustus 1713 (M.C.J.C. van Hoof, Algemeen Rijksarchief, The Hague, komunikasi pribadi, 4 Agustus 1989). Dalam daftar orang-orang yang dipulangkan, keluarga dan orang-orang lain pada armada kepulangan tahun 1712 itu, Fallours sekali lagi terdaftar sebagai “penghibur orang sakit” (Algemeen Rijksarchief, The Hague, VOC 1815 : 251v). Meskipun mengalami kesulitan dengan para Direktur kompeni, yang untuk beberapa waktu menyita barang-barang pribadinya (lihat penjelasan di bawah), dia menerima sisa gajinya pada tanggal 9 September 1713. Sebelum berangkat ke Hindia Timur, dia telah dijanjikan dan dibayar jumlah secara tahunan yang setara dengan gaji 2 bulan untuk perawatan seorang anak perempuan, Johanna Fallours (serta untuk beberapa anggota keluarga lainnya), yang setiap tahun, ia tandatangani tanda terimanya (M.C.J.C. van Hoof, Algemeen Rijksarchief, The Hague, komunikasi pribadi, 4 Agustus 1989.)

Meskipun telah mencari arsip-arsip secara menyeluruh di Amsterdam, Den Haag, dan London, saya (penulis) belum dapat menemukan informasi keberadaan barang-barang pribadi saat ini (jika memang barang tersebut selamat) : Setelah banyak masalah dan permintaan, saya akhirnya mendapatkan janji temu dengan Direktur kompeni [Hindia Timur Belanda] untuk membahas pengembalian buku dan gambar yang disimpan di bagasi saya. Tapi mereka tetap menyimpan peta pantai Ambon milik saya & c. (Fallours kepada Valentijn, tertanggal Amsterdam 25 Agustus 1715, direproduksi oleh Renard, 1719, 1754, “Temoignages et Certificats”, tak berhalaman, dalam Poissons, Ecrevisses el Crabes). Pencarian bukti komunikasi antara Fallours dan Direktur kompeni antara waktu kepulangannya ke Belanda (19 Agustus 1713) dan penulisan suratnya kepada Valentijn (25 Agustus 1715) tidak menghasilkan apa-apa : korespondensi VOC di dalam Eropa telah hilang, tetapi resolusi-resolusi Heeren XVII (Algemeen Rijksarchief, Den Haag, VOC 115, 116) dan “divisi/kamar” Amsterdam (Algemeen Rijksarchief, Den Haag, VOC 248, 249) antara tanggal-tanggal ini, tidak menyebutkan apa-apa tentang Fallours (M.C.J.C. van Hoof, Algemeen Rijksarchief, The Hague, komunikasi pribadi, 23 Agustus 1989.)

  1. Samuel Fallours kepada Renard, tertanggal Amsterdam 30 September 1718, direproduksi oleh Renard tahun 1718, 1754, “Temoignages et Certificats”, tak berhalaman, dalam Poissons, Ecrevisses el Crabes
  2. Fallours mengulangi klaimnya bahwa ia menghabiskan 12 tahun di Timur, seluruh periode ini ada di desa Hila, pulau Ambon, dalam catatan yang disertakan pada lukisannya Macolor (dipublikasikan oleh Renard, 1719, 1754, 1782, volume 2, lempeng 7, gambar 30) : sangat baik, sangat besar, dan sangat langka. Beratnya bisa mencapai 30 pon, tetapi saya tak pernah melihat lebih dari 2 dalam 12 tahun saya di Hila. Lihat juga Fallours, Niedersachsische Landesbibliothek, Hanover, MS IV 326, f.1; dan Von Bulow, Niedersachsische Staats-und Universitatsbibliothek, Gottingen, qu – 40, Cod. MS Hist. Nat. 108: 9
  3. Balthasar Coyett (juga dieja sebagai Baltazar Coyet atau Coijet, putra dari Frederik dan ayah dari Frederik Julius, lahir di Formosa mungkin sekitar tahun 1650 dan meninggal di Batavia (Jakarta) pada tanggal 19 September 1725. Ia bergabung dengan VOC pada tahun 1681, dengan tugas pada perselisihan perbatasan, dan kemudian inspeksi terhadap jalan-jalan dan jembatan. Pada tahun 1684, ia kembali ke Belanda, namun tahun 1688 ia kembali ke Hindia Timur, pada periode ini ia di Batavia, dimana ia ditugaskan sebagai staff pengadilan distrik. Tahun 1691, ia ditunjuk sebagai pejabat Gubernur Banda dan kemudian sejak 1694 hingga 1701 menjadi Gubernur definitif Banda. Sejak tahun 1701 hingga 1706, ia menjadi Gubernur Ambon, dan sering berselisih dengan pemimpin-pemimpin pribumi. Ia mengundurkan diri dari gubernemen Ambon tahun 1706 dan kembali ke Batavia, dimana ia menghabiskan sisa hidupnya (Nieuw Nederlandsch Biografisch Woordenboek, 8: 328 – 329).
  4. Adriaen van der Stel (juga dieja Adriaan van der Stell), putra dari Simon van der Stel (1639 – 1712, Gubernur Cape of Good Hope/Tanjung Harapan pada 1691 – 1699) dan adik dari Willem Adriaen van der Stel (1664 – 1723), dilahirkan di Haarlem sekitar tahun 1665.  Pada tahun 1679, Ia meninggalkan Belanda bersama ayahnya menuju ke Tanjung Harapan, dimana ia menjadi tenaga pembukuan VOC. Tahun 1685 ia menuju ke Hindia Tumur, dan beberapa waktu menjadi pedagang yunior (onderkoopman) di Bengal. Beberapa waktu kemudian, kita ketahui ia kembali ke Amsterdam, dimana rupanya sedikit kaya, ia tinggal di rumah besar di Keizergracht. Pada 28 April 1703, ia berlayar ke Hindia dengak kapal de Nigtevegt, yang dikomandani oleh Cornelis de Vlamingh, tiba di Batavia pada 9 Desember 1703. Tanggal 27 Mei 1704, ia ditunjuk sebagai kepala Polisi, dan kemudian pada 24 Agustus 1705, ia ditunjuk menjadi Gubernur Ambon menggantikan Baltahasar Coyett yang mengundurkan diri (lihat catatan kaki no 9). Ia tiba di Ambon pada 17 Januari 1706, yang atas perintah pemerintah agung, membawa beberapa pohon kopi muda untuk diuji apakah dapat berhasil [ditanam] di sana (Ambon). Ia menjadi Gubernur hingga meninggal pada 13 Oktober 1720 (Nieuw Nederlandsch Biografisch Woordenboek, 9: 1070 – 1071)
  5. Francois Valentijn, lahir di Dordrecht tahun 1666, memasuki universitas sebelum berusia 16 tahun dan menyelesaikan ujiannya sebagai calon untuk kependetaan pada usia 18 tahun. Setelah berusia 19 tahun, ia dikirim ke Hindia Timur oleh VOC pendeta berkualifikasi. Sejak 1685 – 1694, ia bekerja di kepulauan Maluku, dimana lebih atau kurang bebas untuk menata tugas kependetaannya, ia mengabiskan waktu untuk pekerjaan ilmu pengetahuan alam. Setelah kembali singkat ke Dordrecht antara 1695 – 1705, Valentijn sekali lagi bertugas di VOC di timur (1706 -1713), pertama sebagai pendeta lapangan untuk pasukan di Jawa timur dan kemudian di Ambon, dimana ia terlibat dalam perselisihan pribadi dengan Gubernur Adriaen van der Stel (lihat catatan kaki no 10), begitu juga dengan Gub Jend VOC, Abraham van Riebeeck. Van Riebeeck memerintahkan agar ia dimutasi ke Ternate, dimana Valentijn menolaknya, dan pada tahun 1714, ia kembali ke Belanda untuk menghabiskan masa tuanya dan menyusun karya briliannya, 5 volume Oud en Nieuwe Oost-Indien (1724 – 1726). Ia meninggal di The Hague pada tahun 1727 (Dictionary of South African Biography, 3 : 796 – 797; Serton, 1971 : 3-9)
  6. Isaäc Johannes Lamotius tampaknya lahir di Hague dalam tahun 1650, dan pergi ke Mauritius sebagai Gubernur (mungkin posisinya ini, lebih baik digambarkan sebagai pemimpin pos perdagangan) dengan istri dan anaknya pada September 1677 dengan kapal Bode. Dengan gaji yang hanya 36 florin per bulan (bandingkan dengan 100 florin yang diterima oleh pendahulunya, Hubert Hugo), ia diduga menambah penghasilannya dengan menjadi dokter bedah, dokter, dan bahkan menjadi pendeta mingguan. Sebagai siswa sejarah, botani, kesehatan dan teologi, Lamotius selama tahun-tahun pertamanya sebagai gubernur, berjalan kaki menyusuri pantai, dan akhirnya menemukan bukti bagus di tengah pulau, serta menyusun peta detail, dengan peralatan sederhana ia memperkirakan luas pulau tersebut menjadi 180 mil Inggris. Ia disebut memiliki koleksi 225 spesimen hewan laut, yang tiadak hanya ia gambarkan dalam rupa cat air, tetapi juga mendeskripsikan secara terperinci, ia juga tertarik dengan botani dan menyusun daftar panjang tumbuhan obat di Mauritius (Pitot, 1905: 193). Pada tahun 1679, tampaknya sebagai akibat dari kematian tragis istri dan putrinya dalam kebakaran besar di benteng, Lamotius menjadi “stress”.  Ia bersama dengan kepala “dinasnya”, Abraham Steen dan Jacob Ovaar, mulai menganiaya pegawai dan penduduk, membakar rumah mereka dan menghancurkan perkebunan mereka, jika mereka tidak mau patuh; melakukan pembangkangan dan mabuk-mabukan, dan pada April 1689 Lamotius nyaris membunuh Steen dalam percekcokan akibat mabuk. Dikarenakan banyak orang mengeluh tentang dirinya, dan meskipun laporan baik serta survei tentang Mauritius dikirim tahun 1690 ke Gubernur Simon van der Stel (ayah dari Adriaen van der Stel, lihat catatan kaki no 10) di Tanjung Harapan, Lamotius digantikan oleh Roelof  Deodati dalam tahun 1692. (Dilahirkan di Belanda tahun 1658 dan merupakan keturunan Swiss-Italia-Belanda, Deodati pergi ke Tanjung Harapan pada tahun 1686, dan dari sana ia dikirim ke Mauritius tahun 1692 untuk melakukan penahanan pada pendahulunya. Tapi seperti Lamotius, Deodati juga berlaku despotis). Segera setelah Deodati tiba, Lamotius dikirim ke Batavia untuk menjalani persidangan, dimana jaksa pada tahun 1693, mendakwa Lamotius dan rekan-rekannya dengan berbagai tindak kejahatan – termasuk bersahabat dengan orang Inggris, mencoba memperkosa istri dari penduduk (yang tampaknya menolak perhatian Lamotius), dan memperlakukan penduduk dan pegawai dengan kasar dan tidak adil – serta memohon agar segera dieksekusi. Tetapi pada tahun 1695, Lamotius dihukum 6 tahun penjara di kepulauan Banda (P.J. Barnwell, Dictionary of Mauritian Biography, hal 458-459; untuk kisah Lamotius lebih jauh, lihat Pitot, 1905 : 187 – 240)
  7. Keberadaan atau keberadaan sebelumnya setidaknya 8 set gambar serupa telah diketahui: [koleksi] gambar Van der Stel (Niedersächsische Landesbibliothek, Hanover, MS IV 326); [koleksi] gambar Coyett (Niedersäch sische Landesbibliothek, Hanover, MS IV 327); [koleksi] gambar Von Bulow (Niedersächsische Staats- und Universitätsbibliothek, Göttingen, qu. — 4 °, Cod. MS Hist. Nat. 108); [koleksi] gambar Sloane (British Library, Department of Manuscripts, Add. MSS 5268); [koleksi] gambar Ruysch (diterbitkan oleh Hendrik Ruysch, keberadaan saat ini tidak diketahui); [koleksi] gambar Valentijn (diterbitkan oleh Francois Valentijn, 1726; terbakar bersama dengan sebagian besar perpustakaan Zoological Gardens, Roterdam, ketika angkatan udara Jerman mengebom kota itu pada Mei 1940); gambar Von Behr (baru-baru ini ditawarkan untuk dijual oleh firma Antiquariat Junk; Natural History & Travel, katalog 241: 36 – 39, item 74, 1986); dan [koleksi] gambar Vlaming dari Lamotius (Bibliotheque Centrale, Museum National d’Historie Naturelle, Paris, MS 339). Untuk lebih lanjut tentang manuskrip-manuskrip ini, lihat Holthius (1959) dan Pietsch (1984,1986)
  8. Bouro atau Boero (juga kadang-kadang disebut sebagai Borne atau Boeren), lebih dikenal dengan nama modernnya, Buru, adalah sebuah pulau di Maluku, sebelah barat Seram, dengan panjang sekitar 90 mil dan lebar 50 mil (lihat catatan kaki no 1). Desa pentingnya adalah Namlea dan Kajeli, masing-masing di pesisir timur laut dan timur. Lama menjadi “vassal” dari kesultanan Ternate, pulau ini diambil alih oleh Belanda pada tahun 1683
  9. Pada tahun 1725, panjang elo Belanda secara resmi, satuan panjang yang sering digunakan untuk mengukur kain, sama dengan 0,6942 meter (L.B. Holthius, komunikasi pribadi, 17 Mei 1989)
  1. Nasselau, mungkin adalah Noessa Laoet atau saat ini disebut Nusa Laut, paling timur dari 3 pulau kepulauan Uliasser, terletak di selaran Seram dan timur Pulau Ambon (lihat catatan kaki no 1)
  2. Deskripsi yang menyertai gambar asli dari Fallours (dalam hal ini koleksi Van der Stel, Niedersächsische Landesbibliothek, Hanover, MS IV 326), darimana komentar tentang putri duyung ini dikutip (diterjemahkan dari bahasa Perancis), dikatakan telah disebutkan oleh seniman Samuel Fallours, tetapi dimodifikasi oleh Renard : “ sebagai kesaksian saya [Renard]telah menandatangani pernyataan ini, dan menulis dengan tangan saya sendiri pada setiap penjelasan tentang ikan yang dapat saya pelajari dari orang yang menggambarnya, serta dari orang lain yang telah melihatnya dalam keadaan hidup atau yang menyimpannya sampai sekarang dalam keadaan kering dan juga dalam botol minuman beralkohol” (Renard, tertanggal Amsterdam, 20 Agustus 1715, Niedersächsische Landesbibliothek, Hanover, MS IV 326, f. 1; Bodemann, 1867: 59). “ Adapun untuk deskripsi, mereka dengan lebih tepat ada dalam salinan yang diterbitkan [yaitu, dalam Poissons, Ecrevisses et Crabes milik Renard, 1719, 1754) daripada dalam manuskrip Raja [gambar Van der Stel], karena dalam 3 tahun terakhir, telah tiba para penyelam dari Maluku yang telah sangat membantu saya dalam merevisi keseluruhan pekerjaan” (Renard kepada Baron van Bulow, tertanggal Amsterdam, 19 November 1718, gambar Von Bulow, Niedersächsische Staats- und Universitätsbibliothek, Göttingen, qu. — 4 °, Cod. MS Hist. Nat. 108).
  3. Gambar-gambar milik Van der Stel, dibuat oleh Samuel Fallours pada masa pemerintahan gubernur Adriaen van der Stel (lihat catatan kaki no 9 dan 10), dibawa ke Belanda oleh Fallours dan diperlihatkan kepada Renard pada tahun 1715. Renard, pada gilirannya, memberikannya kepada George I, yang pada tahun 1716 menyerahkannya kepada Perpustakaan Kerajaan di Hanover, sekarang Niedersächsische Landesbibliothek (Göttingische Gelehrte Anzeigen, 1815, 2 (81): 802-803; Bodeman, 1867: 59).
  4. "Die Göttinger Hs. ist eine getreue Copie der Hannoverschen, welche 1717 für J. H. v. Bülow angefertigt wurde" (Verzeichniss der Handschriften im Preussischen Staate. I. Hannover. 2. Göttingen 2. Universitätsbibliothek, verlag von A. Bath, Berlin, 1893).

Joachimus Heinricus von Bülow (1650 – 1724) adalah warga kota Göttingen yang terkemuka dan kaya. Kepentingannya bagi Universitas Göttingen terletak pada fakta bahwa koleksi pribadinya sekitar 9.000 volume, yang semua bidang pengetahuan ilmiah, disumbangkan pada pada tahun 1734 ke perpustakaan Göttingen yang baru didirikan. Bersama dengan perpustakaan Sekolah Menengah Göttingen dan duplikatnya di Perpustakaan Kerajaan, kontribusi Von Bülow membentuk dasar Niedersächsische Staats- und Universitätsbibliothek, Göttingen saat ini. (H. Rohlfing, Niedersächsische Staats- und Universitätsbibliothek, Göttingen, komunikasi pribadi, 5 November 1986; untuk penjelasan tentang kehidupan Von Bülow, lihat Seraphim, 1929.)

  1. Baron von Bülow, dikutip (diterjemahkan dari bahasa Perancis) dari Von Bülow Drawings, tertanggal Hanover, 7 September 1717, Niedersächsische Staats- und Universitätsbibliothek, Göttingen, qu. — 4 °, Cod. MS Hist. Nat. 108, f. 85.
  2. Dua serangga yang digambarkan dalam buku Renard (1719, 1754, 1782, volume 2, pls 33 dan 37, gambar 155 dan 166) diidentifikasi sebagai belalang (Sauterelles d’Amboine, masing-masing jantan dan betina); meskipun legenda salah satu ilustrasi ini menjelaskan secara kurang lebih akurat perilaku dan hasil dari wabah belalang (“Mereka maju seperti pasukan, berenang di sungai, melahap buah-buahan, menghancurkan tanaman, dan seringkali menghancurkan seluruh negeri”) [gambaran] figur-figur tersebut secara jelas merujuk pada serangga bertongkat, mungkin Phasma gigas, spesies yang aslinya dideskripsikan dari Pulau Ambon oleh Linnaeus pada tahun 1758 (Judith Marshall, British Museum [Natural History], komunikasi pribadi, 4 Juni 1986). Meskipun ini dapat dianggap sebagai kesalahan identifikasi, ada kemungkinan bahwa Renard menggunakan istilah “Sauterelles” dalam arti luas, seperti Valentijn (1726: 296 – 297, gambar O, N) termasuk serangga bertongkat, belalang, dan serangga daun, bersama-sama sebagai “sprinkhanen” (belalang); bahkan Linnaeus (1758: 425 – 433) menggabungkan serangga bertongkat Gryllus (Mantis) gigas (sama dengan Phasma gigas) dan belalang beserta yang lainnya bersama-sama dalam satu genus (L.B. Holthius, komunikasi pribadi, 17 Mei 1989).
  3. Sejauh mana tingkat keingintahuan alam dikumpulkan dan ditampilkan oleh orang Eropa abad ke-17, 18 dan 19 dicontohkan oleh kompilasi H Engel (1986) dari lemari zoologi dan kebun binatang Belanda, dimana ia mendaftarkan nama 1.749 kolektor. W.S.S. van Benthem Jutting (1939: 167 – 246), dalam catatannya tentang lemari cangkang-cangkang dan pemiliknya di abad ke-18, mencantumkan 281 nama pemilik (hitungan saya berdasarkan tabel 1 miliknya) yang memiliki koleksi di Belanda sepanjang abad ke-17 hingga ke-19. Sejauh ini, jumlah kolektor terbesar selama semua abad digabungkan berada di Amsterdam, dan abad ke-18, dengan 73 spesialis, meningkat jauh melampaui dua lainnya.
  4. Renard, 1719, 1754, “Declaration sur cet Ouvrage, tak berhalaman, dalam : Poissons, Ecrevisses et Crabes
  5. Renard mungkin tampaknya keluar dari karakter dalam “Declaration sur cet Ouvrage”, ketika dia mengakui ketakutannya bahwa “monster yang diwakili dengan nama Putri Duyung........butuh direvisi” dan bahwa “pelukis telah melebih-lebihkan dan mengubah secara berlebihan” beberapa gambar dari volume 2 Poissons, Ecrevisses et Crabes  miliknya; namun, secara adil, tampaknya Renard dengan jujur berusaha menghasilkan gambaran akurat tentang fauna laut Hindia Timur. Tidak pernah ke timur, semua figur pasti dapat diterima olehnya, terlepas dari betapa anehnya, terutama setelah begitu banyak orang membuktikan kebenarannya. Ketika, dalam beberapa kasus, ketidakakuratan ditunjukan, dia mencoba untuk memperbaikinya atau setidaknya untuk mengakui kemungkinan kesalahan. Orang-orang yang memberi kesaksian tentang keakuratan gambar-gambar itu, mungkin juga melakukannya dengan niat baik; mereka telah melihat banyak ikan dengan warna mencolok selama berada di Maluku, tetapi, seperti yang bisa diduga, mereka tidak dapat mengingat apakah bentuk dan pola warnanya tepat. Dalam menilai karakter Renard sehubungan dengan publikasinya, kita harus mempertimbangkan sejauh mana dia mencoba memverifikasi (sayangnya, tidak banyak yang berhasil) ketepatan figur-figur tersebut (lihat catatan kaki no 46) (L.B. Holthius, komunikasi pribadi, 17 Mei 1989).

Mengacu pada pengakuan Renard ini, dokter dan naturalis Patrick Russel (1727 – 1805), dalam  Descriptions and Figure of Two Hundred Fishes (1803 : v), menyatakan bahwa “ sehubungan dengan jilid kedua, sang editor [Renard] menyatakan bahwa pelukis telah menggunakan kebebasan yang paling tidak dapat dibenarkan dalam pewarnaan; suatu konsesi yang mungkin dengan aman telah diperluas sejak jilid pertama”.

  1. Renard kepada Francois Valentijn, tertanggal Amsterdam, 27 Desember 1716, diterbitkan oleh Renard, 1719, 1754, “Temoignages et Certificats”, tak berhalaman, dalam Poissons, Ecrevisses et Crabes
  2. Czar Peter I (1672 – 1725), dalam perjalanan besar keduanya ke barat (1716 – 1717), mengunjungi Belanda, tiba di Amsterdam pada 6 Desember 1716, dan berangkat pada musim semi 1717 ke Paris (Massie, 1980 : 633, 641)
  3. Keterangan-keterangan ini yang menggambarkan putri duyung, seperti yang disertakan bersama figur-figur lain dari volume 2 Poissons, Ecrevisses et Crabes (1719, 1754, 1782), dikatakan telah dilakukan oleh seniman Samuel Fallours, tetapi dimodifikasi oleh Renard (lihat catatan kaki no 17)

Catatan Tambahan

     a. J.F. Veldkamp, Georgius Everhardus Rumphius (1627 – 1702), the blind seer of Ambon, (dimuat pada Garden’s Bulletin Singapore, volume 63, nomor 1 & 2, tahun 2011, halaman 1 – 15, khusus hal 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar