Minggu, 16 April 2023

Sektor Pelayanan Jamaat GPM SAPTI


Sumbangan pemikiran untuk

JAMAAT GEREJA PROTESTAN MALUKU

SAPAROEA – TIOUW (SAPTI)

 

Oleh:

Ferdy Lalala

 

ZAITUN, BETHESDA, YABOK, GALILEA, BETHLEHEM, MAKEDONIA (Saparua) – TIBERIAS, EFATA, PETRA (Tiouw)


“Beta dapa inga kombali sebuah topik tentang nama-nama sektor di jamaat GPM SAPTI (Saparua-Tiouw) yang ingin beta tulis beberapa taong lalu mar balom kesampaian. Dan Puji Tuhan, akang su klar. Semoga tulisan sederhana ini bisa diterima deng bawa manfaat par katong samua.” (fla)



I.         Pengantar

“Beta Pisarana Ale Lounusa, Beta Saparua Ale Tiouw. Katong SAPTI, se-iya se-kata dalam Tuhan.” adalah sebuah [ungkapan] yang beta cipta tahun 2018 lalu, merefleksikan perhubungan yang erat kedua negri satu jamaat ini di dalam Tuhan. Jamaat Kristen Saparua – Tiouw adalah jamaat tua, memiliki sejarah yang panjang, dan bukan baru dimulai sejak tahun 1935 saat GPM menjadi gereja mandiri yang terlepas dari gereja negara.1) Hal ini terbukti dari data Zielsbeschrijvinge atau sensus penduduk di Gubernemen Ambon untuk tahun 1673, 1686 dan 1691, dimana sejak negri Saparua – Tiouw kembali dari jazirah Hatawano pesisir utara (north coast) pulau Saparua tahun 1670 ke posisi semula, di pesisir selatan (south coast) seperti yang ada sekarang, negri Saparua ­– Tiouw selalu berbagi 1 gereja dan 1 sekolah.2)

Prof Gerrit J. Knaap dalam kunjungan penelitian ke Saparua di tahun 1981 dan 1983, bahkan pernah menghadiri kebaktian di gereja Zeba’ot. Sang Prof menjelaskan bahwa “kebiasaan” ini bisa dilacak hingga ke abad ke-17. Nama-nama guru jamaat (Schoolmaster) untuk jamaat Saparua – Tiouw yaitu Willem Cornelisz van Abubu (1673 – 1678), Isaak Fransz van Quelputij (Elpaputih) (1679 – 1687) dan Paulus Jansz (1690 – 1695).3) Pada sebuah Laporan Umum (Generale Missiven), Gubernur Jenderal VOC Christoffel van Swoll tertanggal 14 Januari 17154), tertulis :

Consent aan den Patty van Tiouw5 en Radja van Saparoua6 tot het aanmaken van een nieuwe planke-kerk op een steene voet ter oeffeninge van den……….

(Permohonan ijin Pattij van Tiouw dan Radja van Saparoua untuk membangun sebuah gereja baru yang “berfondasi” batu/semen……….)

Sehingga dari pemaparan fakta sejarah ini, katong orang Saparua Tiouw bisa mengetahui bahwa jamaat GPM SAPTI adalah jamaat tua di pokok tua yang diperumpamakan sebagai ranting yang terus melekat dan bergantung erat kepada pokok anggur, yaitu Yesus Kristus. Dengan tetap terpaut pada-Nya sebagai “Sumber Kehidupan”, maka jamaat GPM SAPTI dapat menghasilkan buah yang manis, besar dan ranum. Adapun buah tersebut dapat tercermin melalui sikap hidup dan perbuatan yang benar dalam keseharian. (rujukan kitab Yohanes 15:1-8)

Sejak masa kecil lalu beranjak remaja, dan pada akhirnya mengerti bahwa di setiap wilayah atau lingkungan dalam jamaat GPM SAPTI itu dikategorikan kedalam 9 sektor pelayanan yang memiliki masing-masing nama yakni sektor “ZAITUN, BETHESDA, YABOK, GALILEA, BETHLEHEM, dan MAKEDONIA (di Saparua)” – sektor “TIBERIAS, EFATA, dan PETRA (di Tiouw)”. Nama-nama “wilayah” dan “perkataan” yang katong kenal dalam kisah para Nabi bangsa Israel di masa perjanjian lama (pl) maupun kisah para Rasul dan kisah Yesus Kristus di masa perjanjian baru (pb) yang tercatat dalam Alkitab. Pola kategorial sektor pelayanan seperti ini bukan hanya ada di jamaat GPM SAPTI saja tetapi ada pula di jamaat-jamaat GPM atau negri-negri lainnya. Ada yang memakai nama-nama “wilayah, istilah, maupun perkataan” dalam Alkitab seperti jamaat GPM SAPTI, ada pula yang hanya menggunakan “angka” (I, II, III, IV, … dstnya) untuk membedakan sektor satu dengan sektor lainnya dalam jamaat mereka.

Dewasa ini, saat teknologi informasi dan komunikasi sudah berkembang sangat pesat rasa penasaran tentang nama-nama Alkitabiah itu terus muncul dalam beta pung ingatan untuk mencari informasi lain. Apalagi ketika pada ajang sepakbola Piala Eropa 2020, yang diselenggarakan tahun 2021 lalu, ada sebuah negara konstestan bernama “North Macedonia atau Makedonia Utara” turut berkompetisi di ajang itu dan menjadi terkenal karena di fase penyisihan grup A bersua “Tim Nasional Belanda” yang memiliki basis pendukung fanatik di kepulauan Ambon Lease, dan Tim Kurcaci itu cukup membuat “de oranje” kerepotan di kandang mereka “Amsterdam Arena” selama waktu 2 x 45 menit, walau akhirnya menyerah kalah dengan skor telak (0 3).

Rasa penasaran itu makin menjadi, karena ada satu sektor pelayanan di jamaat GPM SAPTI yang memiliki “kesamaan nama” dengan negara konstestan “Makedonia Utara” di Semenanjung Balkan, benua Eropa bagian selatan itu. Ya sektor pelayanan “Makedonia” di Saparua, sektor dimana beta lahir dari rahim ibu, menerima sakramen baptisan kudus, masa kecil di sekolah minggu tunas pekabaran Injil, remaja GPM, lalu menjadi dewasa secara iman kepada Yesus Kristus. Maka di jaman modern ini cukup dengan mengakses jaringan internet saja beta bisa mendapatkan informasi tentang seluk beluk negara itu, berbeda dengan jaman dulu, dimana media dan berita belum semarak sekarang, katong di jamaat GPM SAPTI yang nun jauh di timur matahari sana hanya bersandar dan merujuk pada literasi dalam kitab suci.

Ketika beta membaca PERATURAN ORGANIK URAIAN TUGAS DAN TATA LAKSANA JABATAN DAN BADAN-BADAN PELAYANAN GEREJA PROTESTAN MALUKU yang dikeluarkan oleh BADAN PEKERJA HARIAN SINODE GPM tahun 2016, pada penjelasan pasal 1, ayat 5 menjelaskan bahwa SEKTOR PELAYANAN, adalah suatu bagian dalam jemaat berdasarkan pembagian wilayah pelayanan yang meliputi beberapa unit pelayanan.7) Sependek yang beta ketahui, bahwa menjadi kebiasaan GPM untuk menggolongkan jamaat-jamaat binaannya yang berada dalam 1 negri (desa) menjadi 1 jamaat atau 2 negri menjadi 1 jamaat dengan mempertimbangkan banyak sedikitnya jumlah penduduk. Jika penduduk negrinya banyak maka dijadikan satu jamaat, misalnya jamaat GPM Haria, jamaat GPM Tuhaha, jamaat GPM Ouw di pulau Saparua dan sebaliknya apabila jumlah penduduk negri-negri yang berbatasan atau berdekatan sedikit maka dijadikan satu jamaat, misalnya jamaat GPM GATIK (Galala – Hatiwe Kecil) di pulau Ambon, jamaat GPM AMASOA (Amahai – Soahuku) di pulau Seram, jamaat GPM HASA (Haruku –  Sameth) di pulau Haruku, jamaat GPM SILALEI (Sila – Leinitu) di pulau Nusalaut, dan katong pung jamaat GPM SAPTI (Saparua – Tiouw) di pulau Saparua.

Jamaat-jamaat ini kemudian digolongkan lagi menjadi sektor-sektor pelayanan yang bersifat teritorial untuk memudahkan pelayanan misi gereja. Persekutuan umat beriman di dalam sektor-sektor pelayanan ini terpanggil untuk senantiasa saling membangun kehidupan rohani dan kehidupan sosial. Bahkan untuk menyemarakkan perayaan hari-hari besar gerejawi, sektor-sektor dalam jamaat ini akan berkumpul, bersekutu dan berlomba paduan suara, vokal grup, duet, solois serta memainkan permainan tradisional seperti tarik tambang, egrang, dagongan, hadang, terompah panjang dan lainnya. Namun yang menjadi pertanyaan sejak kapan mulai diberlakukan penggunaan nama-nama sektor pelayanan pada jamaat GPM SAPTI itu? apakah di tahun 1970an akhir yang bersamaan dengan peresmian gedung gereja “Zeba’ot” jamaat GPM SAPTI itu?, gereja yang dibangun + 4,5 tahun sejak 13 Juli 1973 hingga 17 Desember 1977?8) atau malah lebih awal lagi pada masa gereja “Kabah” tahun 1895 sebagaimana informasi prasasti gereja “Kabah” yang terpatri pada dinding gereja “Zeba’ot”, jamaat GPM SAPTI dimana terukir nama-nama pendeta (dictus), diaken (diakenen), penatua (ouderling).9)

Kitab 1 Sulth 8:29-30 pada prasasti gereja “Kabah” adalah kitab 1 Raja-Raja 8:29-30 (pl)

yang berbicara tentang “pentahbisan bait suci” pada perikopnya, sedangkan sub perikopnya adalah tentang “doa salomo” yang berbunyi demikian:

Ayat 29 : Kiranya mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, siang dan malam, terhadap tempat yang Kaukatakan: nama-Ku akan tinggal di sana; dengarlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini.

Ayat 30 : Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga yang mendengarkannya di tempat kediaman-Mu di sorga; dan apabila Engkau mendengarnya, maka Engkau akan mengampuni. (ayat bacaan Pdt. H.L. Langevoort/Pdt Spr-20/des/1895)

 

Kitab Mazmur 84:5 (pl)

Ayat 5 : Berbahagiah orang-orang yang diam di rumah-Mu.

yang terus-menerus memuji-muji Engkau. S e l a (ayat bacaan Pdt F. Quak/Pdt Nusalaut-20/des/1895)

 

1.  H.L. Langevoort (Hendrikus Lubertus Langevoort), sejak 22 Januari 1892 ditunjuk sebagai pendeta di Saparua hingga 10 Januari 1899, dan 10 April 1900 hingga 4 November 1901. Ia menggantikan pendeta Carl Christian Julius Schroder (22 Desember 1885 – 22 Januari 1892)

2.      F. Quak (Frederik Quak), sejak 19 November 1892 ditunjuk sebagai pendeta di Nusalaut (pastori di negri Ameth) hingga 1901, dan 8 Oktober 1903 – 13 Mei 1905.

 

Nama-nama bagian kiri adalah DIAKEN :

3.      Th Pietersz : menjadi Diaken sejak tahun 1875 (seorang letnan 2 schuterij)

4.      M.O. Pietersz

5.      Jacob Eduard Siegers : menjadi Diaken sejak tahun 187410)

 

Nama-nama bagian kanan adalah PENATUA (Ouderling) :

6.      Lambert. Titaley : menjadi Diaken sejak 1882, kemudian menjadi Penatua. Ia juga Radja van Saparoea11)

7.      E. Noya : menjadi Diaken sejak 1870, kemudian menjadi Penatua sejak 1874

8.      Pieter. Hendrik. Pattiwael juga menjadi Pattij van Tiouw12)


Beta juga tidak tahu tentang sejarah asal-muasal pemberian nama-nama sektor pelayanan pada wilayah atau lingkungan dalam jamaat GPM SAPTI itu, bagaimana mekanisme penentuan nama serta pembagian wilayah atau lingkungan sektor-sektor pelayanan itu, apakah diputuskan dan ditetapkan melalui persidangan jamaat atau mengikuti pola “wijk” (lingkungan) yang sudah tertata sejak jaman Belanda, sehingga ketika mendapat rujukan nama sektor, dorang tua-tua agama jamaat GPM SAPTI tinggal menyematkan saja pada wilayah atau lingkungan yang sudah ada.

Perlu diketahui bahwa sampai dengan tahun 2022 persidangan jamaat GPM SAPTI sudah diselenggarakan untuk yang ke-45 kalinya. Jika dalam 1 tahun diselenggarakan 1 kali persidangan jamaat, maka persidangan jamaat yang ke-1 dimulai tahun 1977, tahun yang sama dengan tahun peresmian gedung gereja Zeba’ot. Dan beta menduga di tahun 1977 inilah untuk pertama kalinya diberlakukan penggunaan nama-nama sektor pelayanan dalam jamaat SAPTI.

Berdasarkan arsip-arsip Belanda yang diperiksa, bahwa dalam tahun 1903/1904, hingga tahun 1960an akhir, di negri Saparua – Tiouw terdiri dari 6 wijk atau lingkungan, yaitu letter A, B, C, D, E dan F13). Seperti disebutkan, bahwa tahun itu ada 6 wijk, yang terbagi 1 wijk (wijk letter A) meliputi keseluruhan negri Tiouw dan 5 wijk (wijk letter B – F) berada di negri Saparua.

Wijk atau lingkungan dipimpin oleh seorang Wijkmesteer atau kepala lingkungan. Pada data tahun 1903/1904 ini diketahui:

  1. Wijkmeester letter A yaitu (seseorang yang bermarga Hengstz)
  2. Wijkmeester letter B yaitu J.D. Poetiraij (Josef Dirk Poetiraij) lahir tahun 1862
  3. Wijkmeester letter C yaitu Dominggus Limaheluw
  4. Wijkmeester letter D yaitu F.P.M. de Haas (Frederik Pieter Marcus de Haas) lahir tahun 1849. Kakaknya yang bernama Jacob Hendrik de Haas (1847 – 1887) semasa hidupnya adalah seorang sipir (penjaga penjara) di penjara Saparua14)
  5. Wijkmeester letter E tidak diketahui
  6. Wijkmeester F yaitu D.L. Pietersz atau Daniel Leonard Pietersz, lahir tahun 1859

Atau data penduduk negri Saparua tahun 1962 yang berisikan daftar penduduk laki-laki berumur 18 – 45 tahun beserta pekerjaannya di negri Saparua pada tahun 196215), yang di susun oleh Radja Saparua, Lambert Albert Titaleij16), (meski kemungkinan besarnya daftar ini tidak lengkap). Sesuai daftar yang terdiri dari 5 halaman itu, penduduk dalam kategori tersebut berjumlah 332 orang. Di masa itu, negri Tiouw dibagi dalam 1 wijk yaitu wijk A sedangkan negri Saparua di bagi dalam 3 wijk atau lingkungan yaitu wijk letter B, C dan D serta 2 wijk “khusus” yaitu Saru dan Gunung Panjang yang mayoritas dihuni oleh orang-orang Buton (Sulawesi Tenggara). Pada data tahun 1960an ini diketahui:

1.     Wijk letter A, masih digunakan untuk keseluruhan lingkungan di negri Tiouw (data lain tidak diketahui)

2.      Wijk letter B – D, ketiga wijk ini dipimpin oleh Izaac Huwae

3.     Wijk “khusus” (mungkin letter E – F) Saru dipimpin oleh La Ade dan Gunung Panjang dipimpin oleh La Hanapi

 

Kepala Kampung ini dibantu oleh Pembantu Kepala Kampung sebanyak 21 orang yang tersebar di 5 “wijk” ini, yang bisa dirincikan sebagai berikut : wijk B (4 orang), wijk C (5 orang), wijk D (6 orang), Saru (1 orang) dan Gunung Panjang (5 orang). Pembantu kepala kampung itu masing-masing:

 

1.  Wijk B yaitu Mathys Harmusial, Johannis Papilaja, Mezaac Latupeirissa, George Pattiselano.

2.  Wijk C yaitu Berty Hengstz, Jan Thyssen, Frans Herman, Cornelis Tomasoa, Simon Nanlohy

3.    Wijk D yaitu Amus Ririnama, Jacob Siahaya, Daniel Lawalatta, Abraham Latupeirissa, Josias Palyama, Willem Sopaheluwakan

4.      Wijk “khusus” Saru yaitu La Karim, serta di Gunung Panjang yaitu La Rahim, La Sandi, La Samadi, La Golo/Gole dan La Dale.

 

Ada 2 Marinjo yaitu La Waga (di Gunung Panjang) dan La Musa (di Saru) dan 1 Kewang yaitu Hendrik Ririnama (di wijk D). Di wilayah Gunung Panjang ada pejabat-pejabat keagamaan yaitu 1 Imam (La Sarita), 2 Khatib (La Insja dan La Ali), 4 orang Modim (La Kodongu, La Dambi, La Saleh, La Idris, serta 2 Sara (La Aru dan La Borongko). Pada daftar ini juga disebutkan 2 orang penduduk yang mengalami gangguan kejiwaan, yaitu Louis Titaleij (di wijk D) dan Salin Tjiat (di wijk C).

Terlepas dari semua penyajian data serta pertanyaan yang terlintas, menurut pandangan beta, katong pung tua-tua agama kedua negri SAPTI tempo dolo sangat “visioner dan brilian”, dalam hal memberikan nama-nama sektor pelayanan dalam jamaat SAPTI. Jika memang dugaan beta tentang periodesasi penggunaan nama-nama sektor pelayanan itu betul, maka bayangkan saja, di masa itu, tentunya akses terhadap informasi masih terbatas, rujukan apa yang bisa dipakai untuk penentuan nama-nama tersebut, ya mungkin saja, di samping rujukan lain yang tidak diketahui, satu pedoman yang pasti adalah merujuk pada Alkitab atau Kitab Suci. Nama-nama khas yang bernuansa “Kristensentris” yang didapat dari Alkitab kemudian menjadi rujukan dan disematkan kepada wilayah atau lingkungan dalam jamaat SAPTI, tentunya dorang tua-tua agama mempertimbangkan berbagai macam faktor; baik faktor topografi atau kontur permukaan bumi, faktor letak strategis; kondisi geografis, iklim dan kondisi alam yang turut mempengaruhi kebiasaan hidup suatu masyarakat di wilayah itu, faktor filosofis yang merupakan pandangan hidup suatu masyarakat tentang nilai-nilai moral atau etika, faktor ekologis yang menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan lingkungan, dan faktor lainnya. 

 

II.     Pembahasan Sektor-Sektor

Sektor-Sektor Saparua

 

a.      Sektor ZAITUN (sebagian kawasan Slois, kampong Baru dan Gunung Panjang/Gupasa)

Nama Zaitun pertama kali muncul dalam Alkitab (pl) ketika terjadi banjir pada zaman Nuh. Nuh mengirimkan seekor burung merpati untuk ke dua kalinya demi mengamati situasi di luar bahtera. Ketika burung itu pulang, pada paruhnya dibawanya sehelai daun pohon Zaitun segar. Tahulah ia bahwa air telah menyusut. (rujukan kitab Kejadian 8:11)

Zaitun adalah tumbuhan yang nyaris tidak dapat binasa. Meskipun sudah ditebang, akarnya segera bertunas kembali. Dan, sewaktu buahnya dipanen, pemiliknya memperoleh berlimpah minyak yang dapat digunakan untuk memasak, penerangan, menjaga kebersihan dan kosmetik. Menurut sebuah perumpamaan kuno yang dicatat di kitab Hakim-Hakim, “sekali peristiwa, pohon-pohon pergi mengurapi seorang raja atas mereka”. Pohon apa yang menjadi pilihan pertama? Tak lain dan tak bukan, pohon Zaitun yang tangguh dan subur. (rujukan kitab Hakim-Hakim 9:8).

Selain sebagai tumbuhan, Zaitun juga adalah sebuah gunung atau bukit. Pada rujukan kitab 2 Samuel 15:30; kitab Nehemia 8:16; dan kitab Yeheskiel 11:23 menyebut Zaitun dalam artian geografis yang menggambarkan wilayah pegunungan atau perbukitan. Kitab Lukas 22:39-42, yang menarasikan tentang hari-hari terakhir Yesus sebelum kematian-Nya, setelah perjamuan malam usai, Yesus bersama murid-murid pergi ke taman Getsemani di daerah bukit Zaitun untuk berdoa. Ini sejalan dengan penyematan nama sektor Zaitun untuk wilayah Kampong Baru yang adalah wilayah atau lingkungan dengan “background” pegunungan atau perbukitan.

Sektor Zaitun ini ditempati oleh warga yang berasal dari jasirah Hatawano (Tuhaha, Ihamahu, Itawaka, dan lainnya). Dulunya, dorang datang ke negri Saparua karena alasan sekolah, berdagang (papalele) dan bekerja, dorang memilih untuk menetap, melahirkan generasi yang turun-temurun menempati wilayah perbukitan itu serta menjadi bagian integral dari jamaat GPM SAPTI. Umat beriman di sektor Zaitun ini diperumpamakan sebagai pohon-pohon Zaitun yang kokoh, tumbuh bertebaran di bawah kaki “gunung saniri” dan lereng berbatu-batu. Para penulis Alkitab sering menggunakan pohon Zaitun sebagai lambang. Ciri-ciri utama pohon ini digunakan untuk menggambarkan belas kasihan Allah, janji akan kebangkitan, dan kehidupan keluarga yang bahagia.

Di dekat sektor Zaitun juga terdapat Tempat Pekuburan Umum (TPU) bagi masyarakat negri Saparua yang membatasi sektor Zaitun dengan sektor Bethesda di sebelah perbukitan dan Yabok di sisi lembah yang menyambung ke jalan belakang (achterstraat). Sektor Zaitun juga menjadi pembatas jamaat GPM SAPTI atau negri Saparua dengan jamaat GPM Tuhaha atau negri Tuhaha dan jamaat GPM Pia atau kampong Pia (Siri Sori Serani).


b.     Sektor BETHESDA (wilayah Kampong Jate/Jati, dan kawasan Nona Mila hingga Waihenahia)

Nama “Betesda” dikatakan berasal dari bahasa Ibrani dan/atau bahasa Aram: “Bet hesda” (בית חסד/חסדא), yang artinya “rumah kemurahan” atau “rumah anugerah” (“bet” artinya “rumah”).17) Dalam bahasa Ibrani maupun Aram kata ini dapat juga berarti “malu, dipermalukan”. Makna ganda ini dianggap cocok karena lokasi ini dipandang sebagai “tempat dipermalukan”, karena kehadiran orang-orang sakit dan cacat, dan “tempat kemurahan” karena terjadi mujizat kesembuhan. (rujukan kitab Yohanes 5 : 2-4).

Sektor Bethesda di jamaat SAPTI, seperti yang katong ketahui berlokasi di wilayah perbukitan karang negri Saparua, dikenal dengan nama “Kampong Jate/Jati”, di situ juga terletak Rumah Sakit Kusta Saparua (RSK Saparua), yang menangani pasien-pasien penyakit kusta. Orang Belanda menyebut Rumah Sakit Kusta sebagai Lazarus Huis (Rumah Lazarus). Lazarus, salah satu figur dalam Alkitab yang diketahui menderita sakit kusta, disembuhkan dan dibangkitkan oleh Yesus setelah mengalami kematian, selama 4 hari. Nama Lazarus Huis merujuk kepada kisah Alkitab.

Diperkirakan RSK Saparua yang berlokasi di sektor Bethesda ini sudah beroperasi sejak jaman Belanda, setelah berpindah dari pulau Molana, sebuah pulau kecil diantara pulau Saparua dan pulau Haruku. Dalam arsip Belanda dan Inggris pulau Molana ini dijadikan sebagai Pos Militer yang dijaga oleh beberapa tentara, selain itu berdiri Leproseri atau Rumah Sakit Kusta (RSK) yang diperkirakan dibangun pada zaman VOC, sekitar 1713.18)

Laporan F.V.H.A. de Steurs, Gubernur Maluku per 19 Maret 1840, menulis jika di tahun 1836, penghuni Rumah Sakit Kusta di pulau Molana sebanyak 24 orang, tahun 1837 ada 24 orang, tahun 1838 ada 21 orang dan 1839 ada 21 orang.19)

Laporan Residen Ambon asal Inggris Townsend Farquhar di tahun 1795, Molana disebut juga sebagai Colony Leprozen atau pulau tempat orang kusta yang didirikan Belanda hampir seratus tahun sebelumnya, dan juga sebagai Pos Militer.

Selain itu stigma atau pandangan negatif masyarakat yang melekat pada pasien kusta lantaran penyakitnya dianggap memalukan.

Di sisi lain, di sektor Bethesda ini pernah beroperasi Rumah Sakit Umum Daerah Saparua (RSUD Saparua) atau rumah sakit lama yang kini sudah direlokasi ke jasirah Porto Haria. Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bisa dianggap “tempat kemurahan” yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu. Warga di sektor Bethesda ini mayoritas berasal dari jasirah Honimua atau jasirah Tenggara (Ullath, Siri Sori dan lainnya). Dorang datang ke negri Saparua mungkin dengan alasan yang sama seperti warga jasirah Hatawano di sektor Zaitun lalu memilih menetap di wilayah perbukitan karang itu, melahirkan generasi bertambah banyak dan menjadi bagian integral dari jamaat GPM SAPTI.

Sektor Bethesda berbatasan dengan sektor Zaitun di sebelah perbukitan dengan Tempat Pekuburan Umum (TPU) negri Saparua sebagai pembatasnya, juga berbatasan dengan sektor Galilea dan sektor Yabok di sisi lembah yang menyambung ke jalan depan (forestraat) dan jalan belakang (achterstraat). Sektor Bethesda ini adalah sektor pembatas jamaat GPM SAPTI atau negri Saparua dengan jamaat GPM Siri Sori Serani atau negri Siri Sori Serani.


c.       Sektor YABOK (Soabaru/Tiang Belakang, kawasan Jembatan Batu, kubur Inggris, dan sebagian Slois)

Dengan melihat karakteristik bentang alam yang ada di wilayah atau lingkungan ini, dorang tua-tua agama jamaat GPM SAPTI mungkin merujuk pada nama Yabok. Yabok adalah anak sungai dari sungai Yordan. Sungai Yabok berarti “tempat pengosongan atau pelepasan”. Sungai dimana terjadi pergulatan Yakub dengan Allah. “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” (rujukan kitab Kejadian 32:28)

Anak sungai Yabok secara topografi itu terhubung ke danau Galilea. Ini bisa dipersamakan dengan anak sungai Wai Toeha atau Air Tuha yang mengalir melewati wilayah atau lingkungan kedua sektor Yabok dan Galilea hingga bermuara di teluk Saparua.

Keberadaan dan penyebutan Wai Toeha atau Air Tuha secara eksplisit pertama kali disebut atau ditulis pada tahun 1816. Penyebutan nama objek ini pertama kali ditulis pada catatan harian perjalanan bertanggal 01 Desember 1816 oleh Hendrik Petrus Nicolas Hooft, Letnan 2 laut yang berdinas di Kapal Perang Evertsen sejak 1 Desember 1816 – 4 Desember 1819. Pada periode ini, kapal perang Evertsen memulai tugas “mengawasi” beberapa pengairan di Gubernemen Ambon, termasuk perairan Lease.20)

Ada suatu peristiwa yang terjadi di wilayah atau lingkungan yang menjadi cikal bakal sektor Yabok ini 2 abad silam. Pada tahun 1799, tepatnya 26 April 1799, di negri Saparua, terjadi pembunuhan terhadap Residen Saparua, asal Inggris bernama LEUITNAN JHON HENRY SLINGSBY, kelahiran 8 Juni 1777, di St Marylebone London Inggris, tahun 1793, ia masuk dinas ketentaraan, dan 18 Maret 1795, pangkatnya menjadi Letnan. Ia kemudian ditugaskan menjadi Residen Saparua yang memerintah dari 1798 - 1799.21)

LT. J.H. SLINGSBY dibunuh saat pulang mandi di Slois atau pintu air, sebuah tempat pemandian para pembesar dimana Air Tuha mengalir turun dari tengah hutan negri Saparua menuju teluk Saparua. Raja Ameth, Raja Siri Sori, Porto, dan Ouw dituduh sebagai dalang pembunuhan itu, mereka bertiga di hukum pembuangan ke Madras, India. Dalam laporan Residen Ambon, asal Inggris Townsend Farquhar, kepada atasannya di Madras India, ia melaporkan bahwa dalang pembunuhan Residen Saparua itu, ketiga raja telah dibawa dengan menggunakan kapal perang Victoria ke Madras. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa Almarhum Residen itu telah menerima sebuah makam yang MENGESANKAN DAN MEWAH DI SAPARUA.

Sektor Yabok berbatasan dengan sektor Zaitun dan Bethesda yang memanjang ke arah perbukitan, sektor Galilea di jalan depan (forestraat) dan sektor Makedonia di jalan belakang (achterstraat).

 

d.     Sektor GALILEA (kawasan kampong Arab, kampong Soalanda dan kampong Aboeboe)

Dalam kisah-kisah Alkitab, wilayah danau Galilea memiliki kisah penting dimana Yesus sering menunjukkan mujizat yaitu berjalan di atas air danau Galilea dan menghentikan badai yang terjadi. Melipatgandakan lima roti dan dua ikan di tangannya untuk memberi makan 5.000 orang. Berkat mujizat Yesus, 5.000 orang bisa makan roti dan ikan tersebut dengan cukup dan merasa kenyang.

Kisah lain seperti terdapat pada Kitab Markus (terutama Markus 1:14-20), Kitab Matius (terutama Matius 4:18-22), dan Kitab Lukas (terutama Lukas 5:1-11) yang mencatat bahwa Yesus memanggil empat dari 12 murid utama-Nya di antara para penangkap ikan yang tinggal di tepi pantai danau Galilea: Simon Petrus dan saudaranya Andreas, dan dua bersaudara putra Zebedeus, Yohanes dan Yakobus.

Wilayah atau lingkungan sektor Galilea ini bernama “Soalanda” atau “Soa Belanda”, “Kampong Aboeboe” dan “Kampong Arab” yang berada di sepanjang pesisir pantai membentang dari arah utara ke selatan negri Saparua. Pantai dan lautan dimana segala aktivitas nelayan dan pelaku perikanan terjadi, ini diibaratkan seperti danau Galilea. Dalam Kitab Matius 4:15 – (terjemahan LAI) mengenal wilayah Galilea sebagai wilayah bangsa-bangsa lain. Hal ini bisa dikaitkan dengan sektor Galilea yang dulunya menjadi kawasan pemukiman sebagian besar masyarakat keturunan (Indo-Belanda, Tionghoa/Cina, dan Arab) bercampur dengan sebagian kecil masyarakat dari negri-negri sekitar (Ullath, Ouw, dan pulau Nusalaut).

Sektor Galilea berbatasan dengan sektor Bethlehem di jalan depan (forestraat), sedangkan di jalan belakang (achterstraat) dengan sektor Yabok dan sektor Bethesda di sisi perbukitan karang.

 

e.      Sektor BETHLEHEM “Hok Im Tong” (sebagian wilayah kampong Arab, kawasan Tionghoa/wilayah muka pasar Saparua)

Dalam bahasa Ibrani, Bethlehem terdiri dari kata “Beit” berarti rumah/rumah tangga dan “Lechem” berarti roti/manna/makanan. Umumnya lebih disebut sebagai “Rumah Roti”. Dalam bahasa Arab artinya adalah Rumah Daging.

Sektor Bethlehem, sebelumnya merupakan bagian dari jamaat GPM SAPTI, namun kini menjadi jamaat khusus GPM “Hok Im Tong” yang berarti “rumah kabar kesukaan atau rumah injil”. Jamaat khusus “Hok Im Tong” ini mewadahi mayoritas rumah tangga yang berasal dari etnis Tionghoa di kedua negeri Saparua – Tiouw. Wilayah ini bisa dikatakan kawasan “Pecinan”-nya pulau Saparua. Dari beberapa rujukan dikatakan bahwa Betlehem (wilayah di Tepi Barat atau West Bank yang dikontrol oleh otoritas Palestina atau Israel ?) adalah kota dimana aliansi dan harmoni antara umat Kristen dan Islam berlangsung, setidaknya aliansi dan keharmonisan ini juga tercipta di sektor Bethlehem sampai dengan masa konflik kemanusiaan berlatar SARA di Maluku tahun 1999, yang turut berimbas sampai ke pulau Saparua. Hal ini bisa diperlambang dengan letak strategis sektor Bethlehem, dimana Gereja Bethlehem atau kini Gereja “Hok Im Tong” berdiri berdekatan dengan Masjid Al Falah, di kampong Arab negri Saparua yang membatasi sektor Bethlehem dengan sektor Galilea di jalan depan (forestraat).

Lalu jangan lupa bahwa arti dari “Bethlehem” adalah “Rumah roti, rumah Manna” sangat serasi jika ditinjau dari faktor-faktor yang bisa ditemukan pada sektor Bethlehem di jamaat SAPTI. Mayoritas rumah tangga di sektor Bethlehem adalah etnis Tionghoa yang bekerja sebagai pedagang, di sektor ini juga terdapat pasar Saparua sebagai pusat perdagangan yang memperjualbelikan berbagai kebutuhan bahan pangan dsbnya.

Sektor Bethlehem berbatasan dengan sektor Galilea dan sektor Tiberias (negri Tiouw) di jalan depan (forestraat) yang juga di kenal dengan sebutan “jalan muka pasar saparua” (saparoea marktstraat), sedangkan di jalan belakang (achterstraat) berbatasan dengan sektor Makedonia.


f.       Sektor MAKEDONIA (sebagian kawasan Terminal Saparua, kampong Pohon Kelapa/Poksa, kawasan Saru, kawasan Waimoela, dan kawasan pekuburan Salam)

Nama Makedonia (bahasa Yunani: Μακεδονία, Makedonía) berasal dari etnonim Μακεδόνες (Makedónes), yang mengakar dari kata dalam bahasa Yunani Kuno μακεδνός (makednós), yang berarti “tinggi” (kemungkinan mendeskripsikan orang-orangnya. Asal mula kata tersebut sama dengan asal-usul kata sifat μάκρος (mákros), yang bermakna “panjang” atau “tinggi” dalam bahasa Yunani Kuno. Nama ini awalnya diyakini memiliki arti “orang dataran tinggi”, “orang tinggi”, atau “orang yang bertumbuh tinggi”.22)

Dalam surat-menyuratnya di Alkitab, Rasul Paulus menyebut kunjungan-kunjunganya kepada jemaat-jemaat kecil di Makedonia yaitu jemaat Filipi, Tesalonika, dan Berea (Kisah Para Rasul 16:9-10, 2 Korintus 2:13; 7:5, 8:1, dsbnya).

Menyimak historiografi asal-usul nama Makedonia yang diyakini memiliki arti “tinggi” (kemungkinan mendeskripsikan orang-orangnya), atau “orang dataran tinggi”, lalu disebut juga bahwa Makedonia, suatu daerah yang berpusat di dataran yang mengelilingi teluk Tesalonika, dan yang semakin meninggi menuju pegunungan Balkan mengikuti lembah-lembah sungai yang luas. Daerah ini terkenal karena kayu dan logam yang berharga. Pada zaman dahulu daerah ini diperintah oleh golongan bangsawan berkuda di bawah keluarga kerajaan. Ini bisa dikaitkan dengan bermacam faktor pendukung tentang topografi, letak geografis, faktor ekologis, serta faktor posisi strategis dan realitas sejarah hingga sebuah wilayah tersebut dinamai sektor Makedonia yang berada dalam jamaat GPM SAPTI.

Tanpa menafikkan kelompok masyarakat lain yang mendiami sektor Makedonia ini, boleh dikatakan bahwa sektor Makedonia yang terdiri dari “Kampong Pohon Kelapa, Waimoela, dan Saru” adalah wilayah pemukiman kelompok masyarakat asli atau soa asli negri Saparua (Pisarana Hatusiri Amalatu) beserta keturunannya. Ini dibuktikan dengan pemukiman mula-mula “amano, hena” yang dibentuk kelompok masyarakat asli yaitu soa Pelatu (Titaley), Manupalo (Anakotta), Latuwaelaiti (Simatauw) dan Namasina (Ririnama) di daerah dataran tinggi atau pegunungan. Arti “tinggi” (yang kemungkinan mendeskripsi orang-orangnya) juga bisa dipersonifikasi kepada status mereka sebagai “tuan tanah” atau “golongan para bangsawan” atau orang-orang yang mempunyai kedudukan dalam pranata adat.

Sektor Makedonia suatu dataran yang berbatasan dengan sektor Bethlehem juga mengelilingi teluk Saparua, dan semakin meninggi menuju ke arah barisan pegunungan Sapa Rua Lesi dimana mengalir sungai-sungai kecil yaitu sungai Saru, Waimoela, dan Tintalo yang juga bermuara di teluk Saparua.

Di sektor Makedonia jamaat GPM SAPTI ini juga, terdapat jamaat-jamaat kecil yang bertumbuh sebagaimana ada dalam surat-menyurat Rasul Paulus dalam Alkitab. Jamaat-jamaat kecil yang dimaksud adalah jamaat-jamaat Kristen dari gereja denominasi lain (jamaat Gereja Sidang Jemaat Allah/GSJA, jamaat Gereja Pantekosta/GPdI, jamaat Kristen Reformasi Indonesia/GKRIA, jamaat Kristen Reformasi Injili/GEKARI, dsbnya) di luar jamaat arus utama yang berafiliasi ke GPM.

Sektor Makedonia berbatasan dengan sektor Yabok dan sektor Efata (negri Tiouw) di jalan belakang (achterstraat), sedangkan di jalan depan (forestraat) berbatasan dengan sektor Bethelehem.


Sektor-Sektor Tiouw

 

g.      Sektor EFATA (kampong Pisang/Kampis, sebagian kawasan Terminal Saparua dan kampong Pohon Pule/Pompule)

Dalam rujukan Alkitab (pb) yang terdapat pada kitab Markus 7:31-37, ada orang yang dipakai Tuhan untuk membawa seorang yang tuli dan gagap kepada Tuhan. Dikisahkan dalam perikop tersebut, Tuhan Yesus memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah, dan meraba lidahnya. Kemudian sambil menengadah ke langit, Yesus menarik napas dan berkata kepadanya “Efata!” yang artinya: terbukalah! Maka, terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.

Sektor Efata berbatasan di sisi perbukitan karang dengan sektor Petra, sedangkan di jalan belakang (achterstraat) menuju negri Saparua berbatasan dengan sektor Makedonia. Sektor Efata juga berbatasan dengan sektor Tiberias di jalan depan (forestraat) yang menyambung ke sektor Bethlehem di negri Saparua. Di zona perbatasan sektor-sektor ini berdiri Gereja Pusat Jamaat GPM SAPTI yaitu Gereja Zeba’ot, yang juga menjadi patok batas bagi kedua negri.

Menurut koleksi foto sejarah milik “Moluks Historisch Museum” yang diambil tahun 1898, tiga tahun setelah pentahbisan Hervormde Kerk atau gereja “Kabah” katong bisa melihat bahwa arsitektur bangunan gereja tua cikal bakal gereja Zeba’ot tersebut memiliki 4 pintu utama. 2 pintu sisi timur  gereja menghadap ke negri Saparua dan 2 pintu sisi barat gereja menghadap ke negri Tiouw. Arsitektur pintu utama ini tetap dipertahankan, ketika gereja “Kabah” direnovasi tahun 1970an dan tampaknya ditambah lagi 1 pintu sisi depan gereja yang menghadap ke teluk Saparua dan 1 pintu belakang (pintu konsistori) yang menghadap ke sektor Efata.

Sektor Efata adalah sektor yang berdekatan dengan konsistori gereja Zeba’ot, ruang konsistori dimana pelayan-pelayan Tuhan berkumpul, berkata-kata dengan baik, mendengar dengan seksama dan saling terbuka. Dalam Gereja Protestan, konsistori adalah sebuah ruangan tempat majelis jemaat berkumpul ataupun rapat untuk mengambil sebuah keputusan tertentu.23)24)


h.     Sektor TIBERIAS (kawasan Lampu Lima/Mata Jalan Tiouw, kawasan perigi negri Tiouw, wilayah sepanjang pesisir pantai Waisisil)

Dalam rujukan kitab Yohanes 21:1-2 menceritakan tentang Yesus yang menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias. Tiberias artinya adalah “good vision”, berbicara mengenai optimisme dan pengharapan. Yesus datang untuk memberikan pengharapan untuk katong umat manusia.

Danau Tiberias adalah nama lain dari danau Galilea yang juga dikenali sebagai danau Genesaret (Yohanes 6:1, 21:1). Nama kunonya dalam Alkitab (pl) ialah danau Kineret (rujukan kitab Bilangan 34:11; Yosua 13:27). Masing-masing nama ini memiliki pengertian:


1.      Galilea: Revolution of the wheel (perputaran roda)

2.      Tiberias: Good vision (berbicara mengenai optimisme, pengharapan)

3.      Genesaret: Garden of the prince (taman raja)

4.      Kineret: Harp (harpa, kecapi)

 

Menyimak rujukan-rujukan Alkitab yang tersaji, dengan karakteristik bentang alam yang tersurat, tak ada salahnya, dan ada benarnya jika dorang tua-tua agama jamaat GPM SAPTI menamai lingkungan di sepanjang pesisir pantai Waisisil dimana sebagian kecil masyarakat negri Tiouw bermukim ini dengan nama sektor Tiberias. Mungkin merujuk kepada wilayah dengan “background” perairan yang luas “danau” atau “lautan”.

Sektor Tiberias berbatasan dengan sektor Efata di jalan belakang (achterstraat) dan sektor Petra yang menuju ke arah perbukitan karang atau wilayah Batu Bakar. Sedangkan di jalan depan (forestraat) berbatasan dengan sektor Bethelehem negri Saparua. Sektor Tiberias juga menjadi pembatas jamaat GPM SAPTI atau negri Tiouw dengan jamaat GPM Paperu atau negri Paperu.

 

i.        Sektor PETRA (Kawasan Kolam Amus, Batu Bakar, sebagian kawasan Pohon Pule/Pompule)

Jika di sisi Saparua ada sektor Zaitun dan Bethesda, maka sektor dengan “background” pegunungan atau perbukitan di sisi Tiouw adalah sektor Petra. Wilayah atau lingkungan sektor Petra ini dikenal dengan nama Kampong Batu Bakar.

Dalam tradisi tutur negri Tiouw diceritakan bahwa nenek moyang negri Tiouw berasal dari berbagai tempat di pulau Seram, Haruku dan Ambon datang ke pulau Saparua lalu menempati daerah pegunungan karang yang terletak di antara negri Porto dan negri Saparua. Pemukiman mula-mula nenek moyang negri Tiouw di gunung karang ini dinamai “Amanukuil”. Setelah beberapa kali berpindah lokasi pemukiman karena dianggap kurang cocok atau kurang strategis akhirnya mereka turun bermukim di wilayah Air Pancorang, Batu Bakar dan tersebar hingga ke daerah pesisir seperti yang ada sekarang.

Penyematan nama “Petra” oleh tua-tua agama jamaat GPM SAPTI pada wilayah atau lingkungan Batu Bakar ini mungkin merujuk kepada pengertian Petra dalam bahasa Yunani yang berarti “batu karang”. Petra itu adalah Petrus yang akan menjadi “batu karang” dimana Tuhan akan membangun gereja-Nya. “Engkau adalah Petrus (Petros) dan di atas batu karang ini (Petra) Aku akan mendirikan jemaat-Ku.” (rujukan kitab Matius 8:16)

 Kisah Yesus dan Petrus ini juga bisa dipersamakan dengan tradisi tutur tentang asal muasal dan keberadaan nenek moyang negri Tiouw yang datang dari berbagai tempat, berhimpun dan mendirikan “hena, amano atau negri” mula-mula di atas gunung karang seumpama Tuhan yang mendirikan jamaat atau gereja di atas batu karang.

Sektor Petra berbatasan dengan sektor Efata di sisi perbukitan dan sektor Tiberias yang di sisi lembah. Sektor Petra juga menjadi pembatas jamaat GPM SAPTI atau negri Tiouw dengan jamaat GPM Porto atau negri Porto dan jamaat GPM Haria atau negri Haria.

 

III.   Penutup

Sebuah objek yang dinamai oleh seseorang atau kelompok “tidak mungkin” tercipta secara sengaja tetapi ada unsur-unsur “ingatan fotografis” dalam Alkitab yang telah tertanam sejak lama di ingatan orang-orang Saparua – Tiouw. Pemilihan nama Zeba’ot untuk menamai gereja baru jamaat GPM SAPTI di tahun 1970an itu juga bukan tanpa pergumulan dan pergulatan pemikiran, dari beragamnya pemikiran tua-tua agama jamaat GPM SAPTI di kala dulu, kenapa nama Zeba’ot yang terpilih untuk disematkan pada bangunan gereja baru itu? Zeba’ot yang berarti “Balatentara Tuhan”. Frasa YHWH Sebaot (un, sabaōth; Ibr. tseba’ot) biasa diterjemahkan sebagai “TUHAN semesta alam.” Terjemahan yang lebih mendekati istilah aslinya adalah TUHAN segala pasukan/TUHAN bala tentara (LORD of armies atau LORD of hosts)25), mungkin dorang tua-tua agama berpandangan bahwa jamaat GPM SAPTI harus menjadi Balatentara Tuhan yang terus berperang di jalan-Nya. Tentunya di masa Perjanjian Baru ini bukan berperang secara fisik dengan menggunakan parang dan salawaku atau mengandalkan kekuatan pasukan tetapi berperang secara rohani yang terus berlangsung antara kebaikan dan kejahatan. “Berperanglah” di jalan TUHAN, maka katong tidak akan pernah kehabisan sumber daya. Yakinkanlah bahwa apa yang katong lakukan dalam panggilan sehari-hari, itu semua memuliakan TUHAN. Dengan begitu katong tidak perlu takut menghadapi tantangan, TUHAN pasti menyertai!

Mungkin saja, para pembaca akan menganggap beta pung tulisan sederhana ini sebagai sebuah bentuk “cocoklogi’ atau “bias konfirmasi” yang adalah suatu kecenderungan mencari bukti-bukti yang mendukung pendapat atau kepercayaannya serta mengabaikan bukti-bukti yang menyatakan sebaliknya.26) Namun bagi beta, tulisan sederhana ini adalah sebuah perspektif pribadi yang setidaknya memberi warna dan pengenalan lebih baik kepada sektor-sektor pelayanan di jamaat terkasih, jamaat GPM SAPTI, jamaat tua yang sudah melahirkan ribuan generasi yang jadi mata tombak dalam semua aspek kehidupan.

Teruslah menjadi penting bagi negri dan jamaatmu. Jadilah “parang salawaku” untuk perubahan dan kemajuan negri dan jamaatmu ke arah yang lebih baik. Soli Deo Gloria.

 

Catatan Kaki:

1.      Dr. Th van den End dan Dr. J.Weitjins, S.J  : Ragi Carita 2,  sejarah gereja di Indonesia 1860an – sekarang, PT BPK Gunung Mulia, 1993 hlm. 62

2.      Komunikasi pribadi via email dengan Profesor Gerrit J Knaap, tertanggal 4 dan 8 Mei 2021

3.      Ibid

4.      Christoffel van Swoll en Raad van Indie aan Heeren XVII der VOC, Batavia, 14 Januari 1715. Kolonial Archiev 1739, folio 1431-1599 (dimuat oleh W.Ph. Coolhas dalam Generale Missiven van Gouverneurs Generaal en Raden aan Heeren XVII der VOC, deel VII (untuk periode Nov 1713 – Juli 1725), s’Gravenhage, Martinus Nijhoff,  hal 136 – 152, khusus halaman 136

5.      Pattij van Tiouw yang dimaksud, kemungkinan pasti  bernama Adrian Pauta, yang disebutkan Francois Valentijn sebagai Pattij van Tiouw yang dalam tahun 1712 menjadi Ouderling untuk pulau Honimoa.

§  Valentyn, Francois. Oud en Nieuw Oost Indie (derde deel) Omstandig verhaal van de geschiedenisen en zaaken het kerkelyke ofte......., Joannes van Braam, Dordrecht, 1726, bag 2, derde boek,vyfde hoofdstuk (khusus hal 146)

6.      Radja van Saparoea yang dimaksud bernama Pieter Sawaitoe

§  Frans Hitipeuw, Kerajaan Iha berinteraksi dengan segala suku bangsa di abad XVII dalam Perjuangan Nasional (dimuat dalam buku Interaksi antar suku bangsa dalam masyarakat Majemuk, Depdikbud, Jakarta, 1989, hal 51 – 107, khusus lampiran-lampiran (hal 101, 103-105)

7.      Peraturan Organik Uraian Tugas Dan Tata Laksana Jabatan Dan Badan-Badan Pelayanan Gereja Protestan Maluku, yang dikeluarkan oleh BPH Sinode GPM tahun 2016

8.      Informasi yang tertera pada Prasasti Gereja Zeba’ot 1977 Jamaat GPM SAPTI

9.      Informasi yang tertera pada Prasasti Gereja Kabah 1895 Jamaat GPM SAPTI

10.  Jacob Eduard Siegers, lahir di Saparua pada 9 Oktober 1836, putra dari Albertus Hendrik Siegers dan Leonora Margaretha Latumahina. Menikah di Saparua pada 18 Maret 1865 dengan Geertruida Ana Fransina Poetiraij, lahir di Saparua pada 21 Juli 1839, putri dari Zacharias Poetiraij dan Lea Noija. Siegers meninggal di Saparua pada 11 Maret 1918, sedangkan istrinya meninggal di Saparua pada 5 Juni 1901.

11.  Lambert Titaleij, lahir di Saparua sekitar tahun 1845, menikah dengan Sophia Maria Ferdinandus. Menjadi Radja van Saparoea (1874 – 1907)

12.  Pieter Hendrik Pattiwael, lahir di Tiouw pada 10 Juni 1858 dibaptis pada 22 Agustus 1858, putra dari Barnabas George Pattiwael (Pattij van Tiouw) dan Maria Petronella Nanlohij. P.H. Pattiwael menjadi Pattij van Tiouw pada periode 1876 – 1904. Menikah dengan Theodora Hendrina Engelina Kreutsz pada tahun 1879. Pattiwael meninggal sekitar tahun 1904, sedangkan istrinya meninggal di Batavia pada tahun 1921.

13.  6 wijk atau lingkungan, yaitu letter A, B, C, D, E dan F

14.  Jacob Hendrik de Haas menikah dengan Helena Konstantina Pelupessij, putri dari Johan Abraham Pelupessij (Pattij van Ouw) dan Louisa Tatipata. Putri Jacob Hendrik de Haas dan Helena Konstantina Pelupessij yaitu Margaretha Louisa Henderjieta de Haas, menikah dengan Simon Gerrit Aleksander Laisina (Pattij van Hulaliu) pada tanggal 16 April 1903.

15.  Data kependudukan negri Saparua tahun 1962, disusun oleh Radja Saparua, Lambert Albert Titaleij.

16.  Lambert Albert Titaleij, lahir di Saparua pada 10 Mei 1916 dibaptis pada 18 Juni 1916 dengan wali baptis D.Sipasulta dan Sara Sipasulta, putra dari Johan Robert Titaleij (Radja van Saparoea) dan Henderina Johana Sahupala. Lambert Albert Titaleij menikah dengan Leentjie Fransina Gaspersz pada 22 Mei 1942. Titaleij menjadi Radja van Saparoea pada periode 1938 - 1969

17.  https://jawabanapapun.com/bethesda-artinya-apa/

18.  Memorie wegens den tegenwoordige staat en toestand van zaken in de Provintie Amboina, Willem Fockens, 30 September 1767 (dimuat oleh Gerrit J. Knaap, Memories van Overgave van Gouverneurs van Amboina in de zeventiende en achttiende eeuw, s’Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1987, hal 368 – 438, khusus hal 431

19.  Algemeen verslag door gouverneur der Molukken (luitenant-kolonel De Stuers) van het gouvernement Ambon over 1839, en tevens over de jaren 1836-1838, Ambon, 19 maart 1840.Origineel. ARNAS, Ambon 580/c; afschrift in NA, collectie Melvill van Carnbee 2.21.119, 2.

20.  Journaal door 2e luitenant-ter-zee H.P.N. 't Hooft gehouden aan boord van het linieschip de Admiraal Evertsen, 1 december 1816 – 21 april 1819. Afschrift. NA, collectie 't Hooft 2.21.004.20, 2.

21.  Chr.Fr. van Fraasen, Naam indeks Slingsby, John Henry (dimuat dalam Bronnen Betreffende de Midden Molukken 1796-1902, Huygen Knaw NL)

22.  https://jawabanapapun.com/apakah-makedonia-bagian-dari-yunani/

23.  Henk ten Napel.2009, Kamus Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 89.

24.  F. D. Wellem.1994, Kamus Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 127

25.  https://studibiblika.id/2022/02/11/yahweh-sebaot/

26.  https://www.scientificamerican.com/article/the-political-brain/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar