Jumat, 28 Maret 2025

Lebeh dholo tanah Noesalaoet………

[Tanasale]

 

A.      Kata Pengantar

Tulisan yang kami sajikan ulang ini adalah tulisan dari Regent van Leinitu, Mathijs Thomas Marcus Tanasale, yang menulis tentang “sejarah” Pulau Nusalaut atas permintaan dari Controleur van Saparua, G.W.W.C. Baron van Hoevel, saat ia bertugas di Saparua. Tulisan ini dipublikasi oleh Van Hoevell dalam buku berjudul Vocabularium van Vreemde Worden, voorkomende in het Ambonsch-Maleisch……...a, yang diterbitkan di Dordrecht, oleh Penerbit Bluse en Van Bram, tahun 1876. Tulisan Tanasale ini disisipkan pada halaman 55 – 58, dengan sedikit penjelasan dari Van Hoevell dan memberikan catatan kaki. 

Kepulauan Lease, ca. 1620an

Tulisan Tanasale ini juga pernah dipublikasi oleh Z.J. Manusama dalam tulisannya yang dimuat dalam buku yang disusun [atau dieditori] oleh R.Z. Leirissa, Paramita R. Abdurachman, dan C.P.F. Luhulima dengan judul Bunga Rampai Sejarah Maluku (I), diterbitkan di Jakarta, oleh Lembaga Penelitian Sejarah Maluku, tahun 1973. Tulisan Tanasale ini dimuat dalam lampiran IV pada buku ini, dimana kutipan sesuai aslinya [menurut tulisan di buku Van Hoevell], tetapi ejaannya saja yang diubah.

Kami memuat tulisan Tanasale sesuai dengan “versi asli” yang termuat dalam buku Van Hoevell, tanpa merubah apapun, seperti yang dilakukan dan dijelaskan oleh Van Hoevell dalam “pengantarnya”. Kami hanya menambahkan sedikit catatan tambahan dan “ilustrasi”. Semoga usaha ini bisa sedikit menyumbang pada sumber-sumber literasi kesejarahan wilayah Lease, dan bisa bermanfaat dalam pengembangan pengetahuan dan pemaknaan sejarah kewilayahan.

 

Pulau Nusalaut, ca. 1720an

B.      Isi

Di sini saya akan mengupas sedikit tentang sejarah Pulau Nusalaoet sebelum kedatangan bangsa Portugis, yang mana tulisannya adalah sahabat saya [yaitu] TANASALEb yang telah meninggal dunia sebelum waktunya, Regent Negorij Leinitoe (Nusalaoet)c, salah seorang kepala/pemimpin [di] Karesidenan Ambon yang paling berjasa dan paling maju, yang memadukan jasa-jasa besard dengan akhlak yang mulia dan sering menunjukkan tanda-tanda kesetiaan dan keterikatan kepada Pemerintah kita. - Wabah kolera yang melanda kawasan Oeliaser pada akhir tahun 1875 juga membawanya ke liang lahat. - Meskipun saya tentu saja dapat membuat pilihan yang lebih baik ketika mencari contoh bahasa Melayu-Ambon, karena karya ini tidak terlalu khas, karena ditulis oleh orang asli yang sangat berbudaya dan terlebih lagi ditulis atas permintaan saya, sehingga Regent tampaknya telah bersusah payah memurnikan bahasanya, namun saya tetap memberikan karya ini dan bukan yang lain, pertama, karena karya ini dibuat oleh TANASALE, dan kedua, karena karya ini masih memiliki nilai sejarah. Agar tidak mengurangi keaslian esai ini, saya menyajikannya di sini sebagaimana adanya, tanpa membuat perubahan apa pun dalam bahasa atau gaya.

Dordrecht, Mei 1876                                                                                            Van Hoevell

 

Lebeh dholo tanah Noesalaoet tinggal kosong tijada barang manoesija disitoe. Berikot deri itoe waktoe soedah datang däri sabelah barat ampat orang, ija itoe, tiga laki laki dan satoe parampoewan1. Makalaki laki itoe bernama Leimese dan Hoewaätol Latoenama dan dorang poenja soedara parampoewan bernama Silawane, serta dorang poenja satoe kapitan bernama Matahaä.

Pada waktoe dorang datang, soedah singgah di satoe laboewan antara Akon dan Aboeboe, laboewan itoe bernama Moelaä. Berikot dåri sitoe dorang soedah pinda tinggal diatas satoe goenong bernama Lesiëla. Pada komedien soedah datang lagi orang orang dári Ceram, lagi dåri Saparoea dan Ambon, menambakan itoe ampat orang sampe djadi banjak manoesija dan sabagitoe dorang soedah angkat itoe Leimese pada parentah di negeri Moelaā dan panggil namanja Latoe Leimese.

Itoe orang orang Moelaä, jang terseboet diatas, soedah tinggal djoega di goenong Lesiëla, maka pada satoe waktoe soedah datang kombali orang orang deri tanah Ambon, negery Halong, doewa soa, bernama Latoemanoe dan Toenianarota. Maka orang orang terseboet soedah tinggal di Noesalaoet sabelah barat däri negery Moelaä diatas satoe goenong bernama Ama-oena. Maka pada satoe waktoe itoe Kapitan Latoemanoe toerong dåri goenong datang di pante Amahoetai pada mendjala ikan, sedang dija boewang djala di ajer masing soedah tijada dapat ikan, hanja dapat satoe bidji kalapa, djadi itoe Latoemanoe soedah ambil itoe pada bawa poelang di negerynja, tetapi dija loepa itoe kalapa di pante, dan pada satoe kali Latoemanoe toerong di pante kombali pada ambil ajer masing, dija lihat itoe kalapa soedah djadi pohon dan soedah memberi bowah moeda, dan dija lihat diatas  itoe pohon kalapa, satoe anak laki-laki ketjil ada isap dåri itoe ramboe(t) kalapa. Bagitoe djoega dija soedah balik kombali di Ama-oena dan dija kompol bala bala, laloe toeron ka pante ambil itoe anak dåri itoe pohon kalapa bawa ka goenong di dorang poenja negery, tinggal bagitoe lama sampe itoe anak djadi besar, maka dorang soedah mengangkat dija mendjadi Radja, dan panggil namanja Latoe Moetihoe2, dan radja Moetihoe soedah pegang parentah. Berikot dorang bapinda deri Amahoetai pada satoe goenong, bernama Hena-oena, dan boewat negery disitoe, laloe tapanggil itoe negerij poenja nama Lesi-noesa, jang artinja: “lebeh kawasa dalam ini poeloe.” 

fragmen tulisan Tanasale

Pada tahon tahon jang berikot soedah datang lagi orang orang di Noesalaoet, ija itoe, orang orang dåri Ceram, dàri Banda, däri Tarnate, dåri Papoewa, lagi dåri Boeroe, Manipa dan Hoamohel dan tinggal koeliling tanah terseboet, maka pada itoe waktoe soedah terhitong dalapan negery, ija itoe.

 

1.         Negerij Moelaä.

2.        Negerij Lesinoesa ………… (Titawaë.)

3.        Negerij Kakerisa ………… (Aboeboe.)

4.        Negerij Henesiwa …………. (Leinitoe.)

5.        Negerij Hatalepoe pewaë ………… (Sila.)

6.        Negerij Samasoeroe ………… (Amet.)

7.        Negerij Risapori henalatoe ………… (Nalahia.)

8.        Negerij Toöènoesa ………… (Akon.)3

Dan satoe satoe negery soedah ada dija poenja pemarentah, sabigitoe soedah terbahagi didalam doewa bahagian, ija itoe, Inahaha dan Inalohoe. Itoe Inahaha artinja, iboe jang diatas dan Inalohoe artinja iboe jang dibawah. Maka Inahaha itoe ada dibawah kawasa radja Moetihoe (Lesinoesa), dija pegang kawasa lagi atas negery Kakerisa, Henesiwa dan Hatalepoe pewaë.

Inalohoe dibawah kawasa dari radja Samasoeroe, ija pegang kawasa lagi atas negery Risapori-henalatoe dan Tooenoesa4.

Däri sebab itoe, radja Moelaä soedah pake itoe hati sakit dan soedah angkat paparangan dengan radja Lesinoesa dan Samasoeroe. Maka radja doewa itoe soedah berkoempol orang orang laloe berpàrang melawan negery Moelaä. Pada waktoe orang-orang deri radja Moetihoe berpårang dengan negery Moelaä, banjak kali tijada boleh menang, sebab itoe kapitang5/d Moelaä jang bernama Matahaä, ada satoe laki laki Jang gagah barany, deri sebab itoe orang orang deri radja Moetihoe dan lajin lajin soedah bikin akal pada tjoetji satoe tampat jang baik amboer pasir poetih dan diatas itoe dorang ator dawom dawon sagoe jang manta, sopaja kalow itoe kapitang Matahaä tjakalele sampe disitoe dija poenja kaki akan talitjin laloe djatoh, dan serta dija soedah djatoh, laloe datang orang orang Moetihoe boenoh dija. Komedien orang orang Moelaä soedah lary kaloewar dåri itoe negery, satengah ada tinggal di tanah Noesalaoet, dan satengah soedah lary ka Ceram, sabagimana sampe sakarang itoe orang orang Moelaä ada djoega di negery Tamilaoe, Atiahoe, Werinama, Tobo dan Goram; dåri itoe sakarang tjoema tinggal sadja toedjoh negery di tanah Noesalaoet.

Maka pada waktoe orang orang Noesalaoet samowanja soedah berkoempol berhadapan radja Titawaë dan Amet, sahingga dorang soedah bersoeka soeka sebab negery Moelaä soedah lary, dan diorang soedah berbahagi itoe tanah Moelaä, satoe bahagian kapada Titawaë dan satoe bahagian kapada Amet, jang mana sampe sakaran diorang ada terpake itoe salakoe doesoeng negory.

=== selesai ===

Catatan kaki

1.       Orang Ambon selalu menuliskan Parampoewan untuk Perampoewan, Dari untuk Deri, Kartas untuk Kertas, dan seterusnya, dan seterusnya.

2.      Valentijn tampaknya merujuk kepada legenda ini ketika ia memberi tahu kita bahwa para Regent van Titawaë yakin mereka merupakan keturunan Kalapa Raja.

3.      Desa-desa di Pulau Nusalaut tampaknya memiliki nama yang berbeda-beda pada zaman dahulu. Akan tetapi, cerita ini tidak mengungkap apa yang mendorong perubahan nama tersebut.

4.      Secara geografis orang akan cenderung menyebut Pantai Utara Inahaha dan Pantai Selatan Inalohoe dan bukan sebaliknya, seperti yang terjadi sekarang, tetapi saya menduga bahwa mereka mendasarkan keputusan mereka pada sifat pegunungan daerah tersebut dan kemudian menamakannya Pantai Selatan Inahaha karena di sanalah gunung tertinggi berada.

5.      Di sini tampak bahwa penulis selama ini telah melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri dengan menggunakan huruf g dalam gaya Ambon yang tidak semestinya; tetapi sekarang ia akhirnya kehilangan arah.

 

Catatan Tambahan

a.      Judul lengkap bukunya adalah Vocabularium van vreemde woorden voorkomende in het Ambonsch-Maleisch, benevens korte op merkingen over dit local-Maleisch en verder eenige spreekwoorden, eigenaardige uitdrukkingen en gezegden te Ambon gebruijkelijk.

b.      Pada saat G.W.W.C. Baron van Hoevell menjadi Controleur van Saparua (1872 – 1875), Regent van Leinitu bernama Mathijs Thomas Marcus Tanasale (min 1849 – 1876).

c.      [Mungkin] Mathijs Thomas Marcus Tanasale, meninggal di tahun 1876. Kami belum menemukan sumber yang secara eksplisit tanggal meninggal M.T.M. Tanasale ini, namun sumber dari Van Hoevell bisa menjadi petunjuk dalam hal ini.

d.      Di tahun 1858, M.T.M. Tanasale mendapatkan penghargaan berupa tongkat bergagang perak (zilveren rottingknop) dan wimpel dan paijong kelas 2 (panji-panji kebesaran dan payung kelas 2), karena ikut serta dalam penyelesaian masalah yang terjadi di Pulau Seram.

e.      Lihat catatan kaki nomor 5 yang dibuat oleh Van Hoevell, maksudnya adalah bahwa Tanasale “tidak konsisten” dalam penulisan kata Kapitan, dimana pada awal, ia menulis kata Kapitan [tanpa menggunakan/menambahkan  huruf g, lihat penulisan kata Kapitan Latoemanoe], pada akhir esai, ia berubah dengan menulis kata Kapitan [dengan menggunakan/menambahkan huruf g, lihat penulisan kata kapitang Matahaä]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar