Selasa, 03 Januari 2023

Deskripsi Pulau Honimoa ( Saparoea)

 

[Francois Valentijn]

 

A.      Pengantar

Francois Valentijn, seorang pendeta Belanda pernah bertugas di Gubernemen Amboina pada akhir abad ke-17 hingga awal abad ke-18. Ia mulai bertugas sejak April 1686 – Mei 1694 dan Maret 1707 – Mei 1712, dan kembali pulang ke negeri Belanda pada tahun 1714 hingga meninggal di sana pada 8 Agustus 1727. Bertugas selama 13 tahun di Gubernemen Amboina itulah serta memiliki akses ke arsip-arsip VOC, maka ia kemudian menulis magnum opus, Oud en Nieuw Oost Indie sebanyak 5 volume yang luar biasa tebalnya dan menerbitkannya dalam tahun 1724 – 1726. Deskripsinya tentang Gubernemen Amboina dimuat pada volume II yang terbit tahun 1724. Pada volume II ini, Valentjin membagi deskripsinya menjadi 2 bagian besar, yaitu Beschryvinge van Amboina (Gambaran/Uraian tentang Gubernemen Amboina) dan Ambonsche Zaken (Mengenai Orang Ambon). Pada bagian pertama, Valentjin mengurai tentang pulau-pulau yang ada dalam wilayah kekuasaan VOC Gubernemen Amboina. 

Peta Pulau Honimoa (1720an)

Uraian mengenai Pulau Honimoa atau Saparua dimuat pada bagian pertama, buku kedua, bundel ke-4, pada hal 85 – 91. Valentjin memulai uraiannya dari Tanjung Tetuwaru (Ouw) “memutar” ke pesisir jazirah Hatawano, negeri Tuhaha (lama + baru), Paperu (lama +baru), Itawaka, Nolloth, Iha+Ihamahu, Porto, Haria, Booy, Tiouw, Saparua, Sirisori, Ullath dan berakhir pada negeri Ouw. Membaca uraian Valentjin ini, membuat kita lebih mengenal tentang pulau Saparua pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 itu. Oleh karena itulah, kami mencoba menerjemahkan apa yang ditulis oleh Francois Valentijn ini. Kami hanya menerjemahkan uraiannya tentang negeri-negeri atau desa-desa yang ada di pulau Honimoa atau Saparua (hal 85 – 89) sedangkan uraian umum tentang pulau Saparua termasuk sedikit uraian mengenai pulau Molana (hal 89-91) tidak kami terjemahkan di sini.

Artikel terjemahan ini kami tambahkan dengan beberapa peta, serta catatan kaki yang kami tulis berdasarkan pemahaman kami. Semoga uraian dari Valentjin ini membuat kita lebih memahami tentang sejarah kita sendiri.

 

B.      Terjemahan

Dari (pulau) Nusa Laut, kita berpindah ke pulau terdekat, yang disebut Honimoa (Saparua). Pulau ini adalah pulau ke-91 yang berada dalam wilayah kekuasaan Gubernemen van Ambon. Pulau ini juga sering disebut oleh penduduk pribumi sebagai Liase2, dan oleh kami disebut juga sebagai pulau Uliassar, meski nama ini telah “diperluas” menjadi suatu nama bagi suatu kawasan untuk pulau Oma (Haruku) dan juga pulau Nusa Laut. Pulau ini terletak sekitar arah barat laut (pulau) Nusalaut, yang berjarak  1,5 mil3 dari Tetuwaru di sudut tenggara (pulau) Honimoa/Saparua, atau berjarak 5 mil dari tanjung paling timur (pulau) Ambon, atau berjarak 4 mil dari kastil/benteng4. Jadi mungkin jarak rata-ratanya sekitar 10 mil. Pada sisi barat (dari) pulau ini, terdapat (pulau) Oma, yang dipisahkan oleh sebuah selat5  yang lebarnya 0,5 mil, sama juga lebarnya dengan pulau Molana dari arah barat daya6. Panjang pulau ini antara 2 – 3 mil, namun lebarnya tidak sama, dari titik  selatan Tetuwaru hingga ke titik utara pada sisi/bagian ini lebih dari 1,5 mil, sedangkan dibagian tengahnya ¾ mil serta dari titik selatan Booi hingga ke titik utara pada sisi/ bagian ini, lebarnya juga 1,5 mil.

  1. Tanjung Tetoewaroe (Tetuwaru/ Ouw)

Kita akan memulai dari tanjung Tetuwaru, yang terletak di bagian tenggara dari wilayah (pulau) itu (Honimoa/Saparua) dan di seberang (pulau) Nusa Laut, tanjung ini agak berbahaya saat berlayar ketika musim angin, karena curam dan biasanya berarus kuat (bergelombang) di situ.  Sebuah negeri/desa dengan nama yang sama terletak di lokasi ini7, tetapi orang-orang di lokasi ini pindah ke negeri Ouw, tempat sekarang mereka menetap. Memutar ke sudut timur wilayah ini, kita akan menjumpai di sepanjang sudut timur laut itu gunung-gunung yang tinggi dan tertutup, serta di sini beberapa topografi mirip kepala kucing yang menyembul dari dinding-dinding timur, sama seperti di sudut timur laut itu sendiri.

  1. Pesisir Jazirah Hatawano/Hatoewana

Tepat di sudut terakhir, kita akan menjumpai dan melihat pantai Hatawano yang indah, dimana menjadi tempat bagi seorang pemimpin bertugas/bermarkas untuk mengawasi segala sesuatu di sisi pulau itu. Ada dataran yang indah di sekitar pantai itu, dan ada pohon besar yang indah di bagian tengahnya, yang memberi tempat teduh dan lokasi yang nyaman bagi tempat hunian seorang kopral, dimana kita bisa langsung memandang ke arah laut, sekaligus bisa melihat Tanah Seram yang sangat luas dan sekitar 2 mil jauhnya.

  1. Benteng Velsen

Pada zaman dulu, ada juga sebuah benteng batu di sini, yang disebut ‘t huis te Velsen8  yang dilengkapi dengan 5 buah senjata, seorang Sersan dan 20 serdadu. Sekarang benteng ini hanya berupa pagar pelindung yang juga disebut Velsen, yang dikomando oleh seorang Kopral dan memimpin 9 orang serdadu, serta memerintah juga semua penduduk pribumi di sekitarnya. Pada jazirah Hatawano ini dan juga pantai-pantainya, serta wilayah kecil di pedalaman menuju jalan pintas yang melintas ke negeri Sirisori, ada berbagai negeri-negeri Kristen.

  1. Wilayah Negeri Tuhaha lama dan Tuhaha Baru

Pertama kita akan menjumpai negeri Tuhaha. Negeri ini dulu terletak di antara negeri Itawaka (ketika itu masih terletak di bagian selatan pulau itu), Ullath dan Siri-Sori, di tengah-tengah wilayah pedalaman pada suatu tebing yang aliran airnya sangat deras, tetapi kemudian sekarang berpindah ke dataran Hatawano. Negeri ini dipimpin oleh seorang yang bergelar Pattij9, dengan 446 jiwa, 143 laki-laki yang kuat dan 89 tanah dati.

5.  Paperu dan Raja Perempuan

Selain berada di sisi barat, di sisi ini juga ada negeri Paperu. Negeri ini dulunya berada di pegunungan tinggi membelakangi negeri Boy dan Haria, dekat teluk negeri Tiouw, tetapi di masa kini ditempatkan di Hatuwana. Negeri ini dipimpin oleh seorang raja10, yang merupakan peringkat kedua orangkaja11 di pulau ini, dan juga memiliki Latoe Mahina, yang disebut Radja Perempuan, disebut demikian karena ia selalu berasal dari anak perempuan Radja. Jika Radja Perempuan ini memiliki permintaan, maka Radja akan menjadi “mulut” dan “pembelanya”, meskipun kebiasaan ini telah lama ditinggalkan. Radja-radja perempuan semacam ini, ada di banyak tempat di Ambon, khususnya di negeri Titaway dan Porto. Negeri ini cukup kaya, dengan memiliki 550 jiwa, 153 laki-laki berbadan sehat dan 76 buah tanah dati. 

 
  1. Itawacka

Setelah desa Paperu, ada desa Itawaka, yang dulunya berjarak ½ mil di bagian utara negeri Ulat, namun kini telah ditempatkan di Hatuwana. Negeri ini dipimpin oleh seorang Patih12, dan memiliki 440 jiwa, 140 laki-laki berbadan sehat serta 95 buah tanah dati. Negeri ini adalah negeri yang indah, berada di wilayah yang jalannya pendek, berdekatan dengan negeri lain.

  1. Nollot

Negeri Nollot berdekatan dengan negeri Itawaka, dipimpin oleh seorang Radja13, dan memiliki 970 jiwa, 462 laki-laki berbadan sehat, dan 138 buah tanah dati. Negeri ini dulunya berlokasi sedikit lebih jauh ke sisi timur dari wilayah ini, tetapi pada tahun 1655 ditempatkan di pantai Iha, dimana negeri ini kini berada. Negeri ini tetap berada di pihak kita (VOC/Belanda) selama masa perang Madjira dan bergabung dengan orang-orang Ullat, sampai para pemberontak itu “melarikan diri” ke Seram, setelah itu mereka dipisahkan dari Ullat dan ditempatkan di sini.

  1. Iha + Ihamahu

Ini adalah desa/negeri terkaya di sisi atau di bagian wilayah ini dan kadang-kadang paling kuat di antara desa lain di situ. Semua desa ini (seperti Iha dan Ihamahoe) adalah bagian dari Ulilima; tetapi desa-desa itu sekarang telah menjadi Kristen. Di desa ini pada tahun 1655, benteng bernama Huis te Velsen didirikan di tanah berbatu. Sedikit lebih jauh ke selatan di sungai pertama ada “desa” Hatala, sedikit lebih jauh ke bagian selatan ada “desa” besar bernama Mahoe (dinamai seperti orang Jawa yang tinggal di sana, sebagaimana Mahoe berarti Jawa dalam bahasa Ambon), dan 1 mil ke arah selatan, di lubang Kaaiman, ada “desa” Wattelette, dan di sisi utara di tengah pulau itu ada Pia, dan sedikit lebih ke arah barat ada Oehoe atau Koeloer. Tetapi semua “desa” ini sudah di masa Portugis “berpusat” di Gunung Oekoe Kaloe, yang terisolasi di atas dan dari semua gunung di sekitarnya, atas kemauan mereka sendiri telah menetap di situ, hingga oleh Yang Mulia de Vlaming mengkristenkan mereka, “desa” Iha dan Mahoe telah berpindah 1 mil arah timur dari desa Latoe, dan “desa” Coeloer dan Pia, yang penduduknya sekarang menetap 1 mil di sebelah barat Ceram, sebagaimana adanya.

Di wilayah yang sepi ini, telah ditempatkan negeri Toehaha, Papero, Itawacka dan Nollot, yang penduduknya semua adalah orang Kristen, karena tidak ada lagi orang Islam. ¼ mil dari Nollot ke arah selatan ada desa Ihamahoe, sebagian besar penduduknya beragama Kristen, terletak di pesisir Patah Hitoe, dipimpin oleh seorang Pattij14 , yang berpenduduk  1.260 jiwa, 380 laki-laki berbadan sehat dan 175 buah tanah dati. Leluhur Raja-raja Iha mengkalim bahwa mereka berasal (dilahirkan) dari Calapa Radja, satu spesies pohon kelapa yang kecil dan pendek. Penduduk Iha di masa lalu terbagi menjadi 7 soa, tetapi hal itu telah banyak berubah sejak lama dan sekarang hanya 4 soa yang besar atau kuat. Fakta bahwa penduduk Iha secara tradisional adalah tukang emas, adalah sesuatu yang sudah kita ketahui hingga mereka kini telah menetap di Ceram, tetapi di sini kami ingin menambahkan bahwa mereka telah belajar hal itu dari beberapa orang Choromandel yang telah tiba di sana. Seorang pemimpin Soa, memberikan putrinya ke salah satu pengrajin emas ini untuk menikah, menetap di situ dan mewariskan keahlian mereka kepada penduduk di situ. Mereka (orang Chromandel) memiliki sedikit dan beberapa alat kecil yang mereka bawa di dalam tas kecil; tetapi mereka sangat menipu dan melakukan pekerjaan yang buruk, pekerjaan utama mereka yang terkenal adalah tentang ular emas, karena perhiasaan itu di bagian dalam adalah perak dan di luar dilapisi dengan sedikit emas tipis seperti ditiupkan, yang menyesatkan banyak orang saat diuji. Dari Ihamahoe menyeberang dari utara ke selatan, jalan menuju Sirisorri atau Sirisori, biasanya disebut jalan pendek, yang panjangnya sekitar ¼ jam atau 5 mil, tiada apa-apa di sekitar situ selain lubang-lubang buaya, dan ada sungai-sungai kecil. Para Posthouder, untuk mempersingkat waktu di malam hari, berjalan menyeberang jalan ini, kadang-kadang bertemu dengan buaya di malam hari.  

Tentu saja, melewati jalan ini pada malam hari dalam kegelapan, seseorang bisa terjatuh, dimana bisa terjatuh dalam lubang buaya yang besar. Orang-orang yang kaget dapat melompat dengan senang hati sehingga tiba di sisi yang lain, tetapi ada jembatan di sini. Raja (negeri) Toehaha, Kornelis Pieterszen namanya, mengatakan kepada saya, bahwa ia dan istrinya serta putrinya, yang duduk di perahu mereka, pernah mengalami kecelakaan itu, tidak jauh dari sana di sebuah sungai besar, kemudian disambar oleh seekor buaya yang besar, yang melompat di atas perahu kecil, dengan kakinya, dan membawa raja dan istrinya serta putrinya ke air. Masing-masing dari mereka sudah mengetahui arahnya, dan raja itu membalikan perahu dan membantu istrinya, buaya itu pergi membawa mereka hingga dekat laut, salah satu dari mereka sulit untuk diselamatkan. 

Ketika kita memasuki pantai Ihamahoe di sisi barat, tidak ada desa di sekitar situ, tetapi hanya ada sungai dimana Raja yang disebutkan di atas kehilangan putrinya dengan sangat sedih, setelah itu diikuti sebuah sungai kecil. Dari Ihamahoe ke sungai-sungai itu ada tanggul besar, dan di luar dari wilayah itu, hampir sepi dan tidak berpenghuni, dan hanya ada banyak sungai. 

Peta Kepulauan Lease oleh Jacob de Keyser (1747)

  1. Porto

Dari sana ke sudut barat, dan dari situ kemudian ke arah tenggara, 1 mil jauhnya dan tiba di Porto, tidak ada desa yang berhadapan dengan desa itu, kecuali dataran yang berbelok dari sudut barat hingga ke Porto dengan kurva memanjang yang rata, membentuk busur dengan beberapa gunung. Wilayah asing ini terhampar di sepanjang pantai, dari Ihamahoe ke Porto, panjangnya mencakup 3 mil; berjalan di sepanjang itu sebuah karang yang luas, membentang di sekitar pulau itu dengan ujung yang lebih sempit, seperti halnya juga yang ada di pulau Noessa-Laoet dan Oma. Di karang ini, pada tahun 1707 saya menumpang kapal benteng batavia, melewati jalur ini. Di seberang sudut barat pulau ini, kita juga dapat melihat sisi timur pulau Oma (Haruku), dilokasi sekitar desa Holalioe, dimana terdapat banyak mangi-mangi. Daerah berpasir ini, yang menghasilkan pasir putih, disebut Oeme Poeteh, dimana ada banyak ikan. Setelah melewati busur datar di sepanjang pegunungan ini, kita tiba di desa Porto, yang terletak di busur kecil yang dalam, di bagian terdalamnya ada sungai kecil. Desa ini dulunya terletak di bukit kecil bernama Opal, tetapi sekarang terletak di dekat pantai, dekat benteng, yang didirikan di sana pada tahun 1655. Desa itu dipimpin oleh seorang Radja15, yang memiliki otoritas atas 510 jiwa, 116 pria berbadan sehat dan 58 buah tanah dati. Di sini juga ada seorang sersan dan 20 serdadu yang bertugas di dalam benteng Delft, ada 6 buah meriam/senjata, yang semuanya berada di bawah kekuasaan pemimpin/kepala (koopman) Honimoa.

  1. Haria

Desa Haria terletak di sebelah (desa) Porto, meskipun sebagian besar wilayah cenderung terletak di dekat (desa) Booy pada zaman dulu, yang bentuknya hampir menyerupai sebuah pulau. Desa Haria dipimpin oleh Orangkaja16, yang berpenduduk 1008 jiwa, 300 laki-laki berbadan sehat dan 96 buah tanah dati. Kedua desa ini tidak memiliki sumber air minum selain yang bisa mereka dapatkan dari sungai itu, yang berjarak ¼ mil dari benteng, karena meskipun ada suatu tempat dimana ada air tawar, saat air laut surut, itu tidak banyak memiliki air di sana. Tidak berguna saat air laut kembali pasang.

 

  1. Booy

Dari Haria melewati teluk itu atau berbelok di sudut barat, setelah menempuh jalan  ¾ mil ke sudut selatan pulau tersebut, kita tiba di desa Booy, yang berada di gunung yang curam di pulau tersebut (yang panjangnya sekitar ¾ mil dan lebarnya ½ mil), dan sekarang teletak di dekat pantai. Di sudut ini, arusnya cukup kuat, yang memberikan banyak kesulitan bagi penduduk desa tersebut untuk menyeberanginya. Desa Booy dipimpin oleh seorang Pattij17 yang memiliki otoritas atas 506 jiwa, 153 laki-laki berbadan sehat dan 74 buah tanah dati.

  1. Tijouw
Dari Booy ke desa Tiouw jaraknya ¾ mil jika melewati laut, tetapi jika melewati darat kita membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk sampai di desa itu; saat kita menempuh jalan darat, tidak ada apa-apa di sekitar situ selain tempat desa Paperoe lama di sana, tetapi sebaliknya, yang cukup mudah, orang-orang terbiasa melewati jalan pendek kurang dari ½ mil dari Porto atau Haria ke desa Tijouw. Desa ini terletak di teluk tidak jauh dari pantai, dimana ada sebuah batu karang. Desa ini dipimpin oleh seorang Pattij18 dengan penduduk sebanyak 480 jiwa, 147 laki-laki berbadan sehat dan 59 buah tanah dati.
 
  1. Saparoea
Desa Saparoewa sangat dekat dengan (desa) Tijouw. Dulu terletak antara Tijouw dan Sirisorri. Setelah itu, pada masa Yang Mulia de Vlaming, desa ini ditempatkan di Paperoe, tetapi sejak tahun 1670, desa Saparoewa terletak di dekat pantai, sedikit lebih ke arah timur dari desa Tijouw, suatu tempat dimana sekarang desa itu berada. Desa itu pernah memiliki seorang Radja, setelah itu seorang Cavalhero bernama Nissawatta19, tetapi sekarang seorang Pattij yang memerintah desa itu20. Desa itu memiliki 182 jiwa, 45 laki-laki berbadan sehat dan 21 buah tanah dati.
Tempat ini telah berkembang pesat sejak seorang pemimpin, yang adalah seorang pedagang, yang dulu bermarkas di benteng Hollandia, Sirisori,  telah dipindahkan saat benteng Duurstede dibangun. Yang Mulia Schaghen saat berkuasa21, membangun benteng itu di sini di atas batu sekitar tahun 1691, yang membuat desa Saparewa terlihat indah. Desa itu sendiri cukup luas, dimana pada satu sisi penduduk Muslim desa Sirisori, menempati lokasi sedikit lebih ke timur menuju desa Ouw, dan di sisi lain, ada hunian penduduk Kristen Sirisori yang cukup jauh. Benteng itu memiliki banyak persenjataan dan dijaga oleh 40 orang serdadu dan dipimpin oleh seorang sersan. Tentang ini dimana tanahnya paling sempit dan hanya 1 mil lebarnya adalah pantai Honimoa, darimana seluruh pulau itu dinamai.

 

  1. Sirisori

Tentang ini dimana tanahnya paling sempit dan hanya 1 mil lebarnya adalah pantai Honimoa, darimana seluruh pulau itu dinamai. Dulunya di sini, tidak jauh dari pantai ada desa Sirisori, yang kemudian ditempatkan di atas tebing. Penduduk desa ini konon datang ke sini dari Nova Guinea atau dari Onin, yang terletak sekitar 26 mil timur laut Ceram. Desa ini sekarang dipimpin oleh seorang Pattij22, yang berpenduduk 2340 jiwa, 630 laki-laki berbadan sehat dan 129 buah tanah dati.
Awalnya hanya ada rumah kayu dan pagar, tetapi setelah orang-orang kita menetap beberapa lama di Oelat di bawah pimpinan Kapten Westerman23, kemudian Kapten Pieter Christiaanszoon24, sebuah benteng kecil akhirnya dibangun di masa Yang Mulia van Gorcum25, begitu juga di Baguala dan Oma mendapatkan sebuah benteng26, tetapi pada tahun 1654, Yang Mulia de Vlaming membangun benteng Hollandia di sini, yang tidak besar dan berdiri di sana hingga masa Yang Mulia Schaghen; pada tahun 1669 selain telah memiliki parit, juga dibangun tegalan yang lebih tinggi. Itu hanyalah tambalan, dan oleh karena itu dihancurkan pada tahun 1691 atau 1692, dan sekarang sebuah karya yang lebih baik, lebih kuat, lebih indah, dan lebih nyaman, dibuat di Saparuwa, dimana camptoir dan semua penghuninya, seperti juga sebagian besar orang desa ini, telah dipindahkan. 
 
  1. Ulath

Tidak jauh dari sini ke arah timur di sisi selatan ke tanjung Teteowaroe, ada desa Oelat yang dulu terletak di pegunungan, tetapi sekarang ½ mil dari Saparewa, di pantai berbatu, agak ke arah pegunungan. Desa ini dipimpin oleh seorang Raja27, yang merupakan pemimpin pertama dan paling terkemuka dari semua Orangkaja pulau Uliasser, dan memiliki Pattij lain, yang merupakan pimpinan/kepala dari salah satu Soa di desa ini. Penduduk desa Oelat ada 1324 jiwa, 307 laki-laki berbadan sehat dan 102 buah tanah dati. Desa ini biasanya melakukan pelayaran hongi bergabung dengan desa Ouw dan Itawacka, tetapi sekarang desa Ouw tidak lagi bergabung dengan mereka. Di sini juga tempat pertama di Honimoa, tempat hunian kami dan dimana pendeta pertama bertugas di pulau ini, karena tidak ada benteng pada waktu itu. 

 

  1. Ouw

Sedikit lebih jauh ke tanjung Tetoewaroe ada desa Ouw. Dulu desa ini berlokasi di atas bukit, tidak jauh dari desa Sirisori atau pantainya, yang masih ada hingga sekarang. Ini adalah desa dengan kekuatan yang besar, berpenduduk 1.428 jiwa, 384 laki-laki berbadan sehat dan 89 buah dati.
Desa ini telah terkenal di seluruh kepulauan Amboina karena banyaknya pot dan wadah yang bagus, yang dibakar di sana dan cukup vitrifikasi, suatu kualitas yang tidak ada di tempat lain, itulah sebabnya barang-barang tersebut di bawa ke pulau-pulau lain. Desa itu juga memiliki tanah yang lebih baik di sini daripada yang lain, yang mereka gunakan untuk mengglasir. Desa ini juga memiliki 2 atau 3 pohon kenari yang indah. Antara Tetoewaroe dan Ouw, ada tanjung lain, yang disebut Tanjung Ouw, yang panjangnya dari Saparuwa sampai tanjung Tatoewaroe terdapat lekukan datar sejauh 1 mil.
Semua penduduk di pulau Honimoa berjumlah 11.453 jiwa, 3.300 laki-laki berbadan sehat dan 1198 buah tanah dati, jumlah yang cukup banyak untuk sebuah pulau yang kecil, terpencil atau “liar”.

====== selesai =====

 

Catatan kaki

  1. Maksud dari Valentijn, yang menyebut bahwa pulau Honimoa/Saparua adalah pulau ke-9 adalah pulau yang urutannya ke-9 dari 11 pulau yang ia deskripsikan, yang merupakan pulau-pulau dalam wilayah kekuasaan Gubernemen van Ambon. Rumphius dalam deskripsinya tentang Gubernemen van Ambon, mengurutkan pulau Saparua pada urutan ke-4.
  2. Valentyn secara eksplisit menulis bahwa penduduk pribumi menyebut/memanggil nama pulau Honimoa/Saparua sebagai Liase. Rumphius menyebutnya Uliassar. Pada sumber-sumber Portugis yang paling awal, mereka juga menyebut nama ini dengan beberapa varian, dan selalu merujuk pada nama pulau Saparua, bukan pada ke-3 pulau yang kita pahami di masa kini. Misalnya surat para misionaris sejak tahun 1556. Jadi Valentijn dan Rumphius hanyalah mengikuti apa yang telah ditulis oleh orang-orang portugis 2 abad sebelum mereka. Orang-orang Portugis (khususnya para misionaris) juga menulis nama itu, berdasarkan pengetahuan yang berasal dari persentuhan,percakapan, pertanyaan, informasi dari orang-orang pribumi. Jadi mereka hanya menulis apa adanya, bukan mereka menamai pulau itu menurut pengertian mereka.
  3. 1 mil dalam deskripsi ini adalah ukuran jarak, dimana mil dalam pemahaman ini bisa mil darat atau mil laut.
  4. Maksud dari Valentijn dengan kata kastil adalah kastil/benteng Victoria, yang menjadi pusat pemerintahan Gubernemen Ambon. Jadi mungkin maksud 4 mil dari kastil adalah jarak dari kastil ke titik/sudut paling timur pulau Ambon itu.
  5. Selat yang dimaksud adalah selat Saparua. Ada 2 peta yang menyebut selat ini adalah selat Saparua, sedangkan 1 peta menulis selat ini dengan nama Selat Haruku
  6. Maksudnya adalah arah barat daya, yang dilihat dari pulau Molana ke Selat Saparua/Haruku itu.
  7. Desa yang dimaksud bernama Tetoewaroe atau Tetuwarij atau Tituwalou. Nama desa ini disebutkan secara eksplisit dalam sumber tahun 1614, tahun 1647. Sejarahwan Gerrit Knaap menulis bahwa Tetuwaru atau Tetuwarij “digabungkan” ke negeri Ouw sepanjang abad ke-17.

§  Memorie van Overgave van Jasper Janszoon, 25 Juni 1614 (dimuat dalam Gerrit J Knaap, Memories van Overgave van Gouverneurs van Amboina in de zeventiende en achttiende eeuw, s’ Gravenhage, Martinus Nijhoff, 1987, halaman 15 – 19, khusus hal 19 dan catatan kaki no 13 (oleh Gerrit J Knaap)

§  Memorie van Overgave van Gerard Demmer, 3 September 1647 (dimuat oleh J.E. Heeres dalam Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indie, volume 47, tahun 1897, hal 513 – 595, khusus hal 556 – di bawah judul “Amboina in 1647”)

  1. huis te Velsen  dibangun pada tahun 1655 oleh Arnold de Vlamingh van Outshoorn
  2. Menurut sumber dari Valentijn sendiri (ditulis pada bagian deskripsi Ihamahoe), Radja van Tuhaha bernama Kornelis Pieterszen
  3. Radja van Paperu di masa Valentijn menulis deskripsi ini, mungkin bernama Pieter Patieuw dalam sumber lain disebut Pieter Patireuw Lawalata atau Pieter Pattiheu. Pada sumber tahun 1718, disebutkan Radja van Paperu bernama Pieter Annakota. Mungkin figur Pieter Annakota dan figur Pieter Pattieuw atau Pieter Pattiheu atau Pieter Patireuw Lawalata adalah figur yang sama, dengan mempertimbangkan jarak berkuasa mereka yang berdekatan.
  4. Pada akhir dari deskripsi pulau Honimoa ini, Valentijn mengurutkan para Orang Kaija pulau Saparua yaitu (1) Radja van Oelat, (2) Radja Paperoe, (3) Radja Toeaha, (4) Patij Sirisori, (5) Patij Ouw, (6) Patij Haria, (7) Patij Booy, (8), Patij Tiouw, (9) Patij Itawakka, (10) Radja Porto, (11) Orangkaya Nollot, (12) Radja Saparoewa, (13) Patij Ihamahoe.

§  Pengertian dari urutan para Orangkaija Pulau Saparua ini adalah berdasarkan pada prestise dan pentingnya waka pada masa Valentjin menulis deskripsi ini, bernama Isaac Patinaja. Isaac Patinaja atau Isaac Pati Naij telah disebutkan sebagai Pattij van Itawaka sejak tahun 1704 hingga tahun 1718.

  1. Radja atau Orangkaja van Nolloth pada masa Valentijn menulis deskripsi ini, mungkin bernama Laurens Caborit, yang telah disebutkan dalam tahun 1708 sebagai Orangkaja van Nolloth.
  2. Pattij van Ihamahu pada masa Valentjin menulis deskripsi ini, bernama Anthonij Lilipalij yang telah disebutkan sebagai Pattij van Ihamahu dalam tahun 1707. Pada sumber tahun 1718, Anthonij Lilipalij disebut sebagai Anthonij Latuepessij.
  3. Radja van Porto pada masa Valentjn menulis deskripsi ini, mungkin bernama Francisco Ririasa, yang dalam sebuah sumber disebutkan memerintah sekitar 30 tahun dan meninggal pada tahun 1745. Ini berarti Francisco Ririasa memerintah sekitar 1700 awal.
  4. Orangkaja atau Pattij van Haria pada masa Valentijn menulis deskripsi ini, mungkin bernama Cornelis Tarahate, yang disebutkan dalam tahun 1695 sebagai Pattij van Haria
  5. Pattij van Booi pada masa Valentijn menulis deskripsi ini, bernama Francisco Lisua atau Francisco Lilisouw, yang telah disebutkan sebagai Pattij van Booi dalam tahun 1708
  6. Pattij van Tiouw pada masa Valentjin menulis deskripsi ini, bernama Adriaan Pauta, yang telah disebut sebagai Pattij van Tiouw dalam tahun 1712.
  7. Cavalhero van Saparoea, menurut sumber Rumphius bernama Nissamate.
  8. Pattij van Saparoea pada masa Valentijn menulis deskripsi ini, bernama Francisco Animole. Menurut sumber Gerrit Knaap, berdasarkan data sensus penduduk, Francisco Animole disebut sebagai Pattij van Saparoea dalam rentang tahun 1687 – 1707.
  9. Yang Mulia Schaghen pada deskripsi ini adalah Gubernur van Amboina, Nicolaas Schaghe, yang memerintah pada tahun 1691 – 1696.
  10. Pattij van Siri Sori pada masa Valentijn menulis deskripsi ini, mungkin bernama Jacub Saluwani  atau J. Silwane, yang disebutkan sebagai Pattij van Sirisori dalam rentang 1670 – 1690an, atau mungkin bernama Gerrit Jacob Kesaulija yang disebutkan dalam rentang 1690an hingga 1705 sebagai Pattij van Sirisori
  11. Kapten Westerman yang dimaksud adalah Gerret Westerman van Dantzig. Ia bertugas di Saparua pada periode 1619-1628. Pada saat ia bertugas di pulau Saparua, ia masih berpangkat Letnan, kemudian ia dipindahkan ke kastil Victoria Ambon, menjadi Kapitein Kastil Victoria (1628-1641).
  12. Kapten Pieter Christianszoon bertugas di Honimoa dalam rentang tahun 1628 – 1633
  13. Yang Mulia van Gorcum dalam deskripsi ini adalah Gubernur van Amboina, Jan van Gorcum yang memerintah pada periode 1625 – 1628
  14. Benteng di Baguala (Passo) bernama Middelburg, sedangkan di Oma (pulau Haruku) benteng bernama Zeelandia (di desa Haruku) 
  15. Radja van Ullath pada masa Valentijn menulis deskripsi ini, bernama Anthonie Maiasan/Anthoni Mayassan/Mayassa yang telah disebutkan sebagai Radja van Ullath dalam rentang tahun 1684 – 1705. Ia digantikan oleh Hans Latukori yang disebutkan dalam rentang tahun 1707 – 1728.

1 komentar: