Senin, 13 Juli 2020

Pentingnya Arsip VOC bagi Penelitian Sejarah Maluku Tengah


Oleh Gerrit J Knaap



Arsip-arsip VOC

  1. Pendahuluan

Artikel pendek ini (3 halaman), adalah pengalaman sejarahwan asal Belanda Gerrit J Knaap, yang untuk kepentingan penulisan Thesis PhD-nya melakukan penelitian arsip-arsip VOC. Pengalaman itu serta memahami pentingnya arsip-arsip dalam penulisan sejarah, ia tuangkan dalam artikel pendek ini. Artikel ini aslinya berjudul The Relevance of the VOC Archive for Historical Research on Maluku Tengah, yang dimuat dalam Jurnal Itinerario, volume 4, no 2, tahun 1980.
Knaap dalam artikel ini menyampaikan garis besar arsip-arsip tersebut, kemungkinan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapinya atau oleh peneliti lain, yang ingin meneliti arsip-arsip demi kepentingan penulisan sejarah. Ia juga menyampaikan bahwa jika seorang peneliti atau kita ingin meneliti tentang suatu tema, maka kita nyaris harus membaca semua dokumen. Hal ini diakibatkan karena arsip-arsip itu tidak diatur/disusun berdasarkan tema, sehingga informasi-informasi yang diperlukan tersebar dan harus berulang kali membaca banyak dokumen. Ia juga menyebut bahwa untuk memahami lebih jauh terhadap suatu tema, harus mengetahui tema lainnya. Misalnya untuk memahami tema keagamaan, maka kita juga harus mengetahui dan mengamati hubungan ekonomi dan sosial politik di wilayah tersebut
Menyadari pentingnya kearsipan dalam pengetahuan kesejarahan kita dan keinginan kita untuk menulis serta merekonstruksi sejarah kita sendiri, maka kami merasa penting untuk menyajikan artikel pendek ini untuk dibaca. Artikel ini bisa dianggap sebagai “pengantar” agar kita memahami betapa pentingnya arsip sebagai sumber-sumber primer dalam penulisan sejarah kita. Namun, faktanya, sebagian besar dari kita, dalam cakupan yang lebih lokal, yaitu orang-orang Ambon – Lease, masih merasa “sinis” dan “alergi” terhadap arsip-arsip. Salah satu alasannya adalah materi-materi itu ditulis oleh bangsa penjajah, mengapa harus dipercayai??. Kita lebih “mempercayai” bahkan terkesan “fanatis” dan hanya bersandar pada tradisi lisan semata. Suka atau tidak suka, Belanda sangat “lama” bercokol di bumi Maluku / Ambon, jika dihitung sejak 1605 – 1942, sekitar 3 abad lebih. Tentunya dengan rentang waktu yang lama dan panjang ini, mereka akan menulis apa saja tentang kita.
                Satu-satunya orang lokal yang menulis sejarah bangsanya sendiri dalam konteks Maluku Tengah, hanyalah Sifar Ridjali dalam karya agungnya Hikajat Tanah Hitu. Dan selebihnya, kita harus “tergantung” pada tulisan-tulisan orang asing, suka atau tidak suka. Banyak sarjana Indonesia yang menulis thesis atau disertasi mereka tentang tema-tema sejarah Maluku atau Ambon, selalu menggunakan arsip-arsip VOC atau Hindia Belanda. Misalnya almarhum Richard Zakheus Leirissa menggunakan banyak arsip VOC/Hindia Belanda saat menulis disertasinya tentang pergolakan sekitar Laut Seram awal abad ke-19. Atau Muridan S Widjoyo yang menulis disertasi tentang pemberontakan Sultan Nuku, juga menggunakan arsip-arsip VOC/Hindia Belanda. Sarjana asing juga menggunakan arsip-arsip VOC, misalnya Gerrit J Knaap sendiri yang menulis tentang Masyarakat Ambon pada paruh kedua abad ke-17 (1656 – 1696), Leonard Yuzon Andaya tentang Dunia Maluku pada periode modern awal, thesis P.J.M. Noldus tentang Pemberontakan Pattimura menggunakan arsip-arsip Hindia Belanda dan lain-lain. Maka, jika kita ingin minimal mengetahui sejarah wilayah kita atau dalam ruang yang lebih lokal, sejarah negeri, maka kita harus membaca arsip-arsip VOC, tidak bisa tidak. Itulah alasan pentingnya...
Artikel pendek ini, kami hanya menambahkan catatan tambahan dan beberapa gambar ilustrasi sebagai “pemanis”. Akhir kata, selamat membaca dan menikmati artikel pendek ini... semoga wawasan kesejarahan kita semakin luas.


  1. Terjemahan
                Beberapa waktu lalu, saya memulai penelitian untuk kepentingan penulisan Thesis PhD saya1, tentang Maluku Tengah atau “Ambon Maluku” di abad ke-17. Saya merencanakan untuk mengkaji studi wilayah pada wilayah ini dengan tema utama yaitu perkembangan masyarakat Ambon di bawah pemerintahan kolonial. Umumnya, arsip-arsip VOC yang tersimpan di ARA2 menyediakan bahan atau data-data yang sangat penting untuk kajian ini. Bahan-bahan yang ditemukan dalam arsip-arsip VOC, dalam banyak cara menentukan hasil dari suatu penelitian. Di sini, saya akan memberikan beberapa penilaian terhadap kemungkinan dan kesulitan-kesulitan dalam hal penggunaan arsip-arsip ini sebagai sumber primer untuk kajian sejarah Ambon Maluku.

                Merupakan hal yang menguntungkan bahwa bahan-bahan tentang Ambon Maluku sangat melimpah, dan kondisi ini adalah akibat kontrol langsung VOC terhadap wilayah ini, khususnya setelah Perang Ambon tahun 1650 – 1656, yang mana musuh utama VOC ditaklukan. Seperti bagian lain di Asia, yang didominasi secara luas oleh VOC, Gubernemen Amboina ditata sesuai standar masa itu, yaitu administrasi yang “kaku”. Para pegawai VOC  menyusun suatu birokrasi yang sangat tertarik dalam hal fungsi dan pengorganisasian masyarakat kolonial Ambon, untuk mengontrol mereka yang terlibat dalam perang sepanjang paruh pertama abad ke-17. Tujuan dari peperangan itu adalah monopoli cengkih. Setelah VOC nyaris memperoleh kontrol penuh secara politis dan militer, para pegawainya memiliki kesempatan untuk lebih menaruh perhatian pada soal-soal kemasyarakatan, dimana perhatian pada pengontrolan dan hasil-hasilnya dapat ditemui di ARA.
                Setelah melakukan beberapa penelitian awal pada arsip-arsip VOC, saya berkesimpulan bahwa saya dapat melakukan pengkajian tentang 4 subjek berbeda yaitu bidang Demografi, Ekonomi, Sosial Politik dan Keagamaan. Secara teoritis, sulit untuk memahami demografi tanpa “mempelajari” ekonomi atau keagamaan tanpa mengamati hubungan ekonomi dan sosial politik. Jadi 4 bidang berbeda ini saling berhubungan. Hubungan ini terbukti juga dalam arsip-arsip VOC. Bahan-bahan dalam arsip-arsip ini tidak diklasifikasikan dalam laporan-laporan terpisah, misalnya, demografi, ekonomi dan seterusnya. Seringkali arsip-arsip ini adalah campuran informasi dengan subjek-subjek yang sangat berbeda dalam 1 dokumen, yang jika melihat sekilas, tidak ada petunjuk tentang samua hal itu dari adanya campuran-campuran seperti itu dalam dokumen itu. Akibat dari situasi model itu, maka seseorang yang ingin mengkaji, misalnya, perekonomian orang Ambon di masa VOC “dipaksa” untuk membaca nyaris semua dokumen;  jika salah satu tidak, maka kita akan kehilangan beberapa informasi penting.
                Pada sistem administrasi VOC ada 4 tingkat korespondensi berbeda, yang bisa memberikan informasi tentang Ambon :
  1. Korespondensi antara Batavia (Jakarta) dan Belanda
  2. Korespondensi antara Batavia (Jakarta) dan Kota Ambon
  3. Korespondensi antara Kota Ambon dan wilayah-wilayah “karesidenan”. Pada tingkat ini, ada juga catatan harian Gubernur dan Dewan Ambon
  4. Administrasi karesidenan dan departemen-departemen (dinas-dinas) pada Gubernemen di Kota Ambon

Pastinya jalur-jalur korespondensi yang di luar Asia atau Ambon, juga sangat penting bagi pengetahuan kondisi-kondisi Ambon. Jalur ini dapat ditemukan pada bagian “Overgekomen Brieven” dari arsip-arsip VOC. Pentingnya informasi pada tingkat 1, cukup dapat ditemukan dalam edisi-edisi “Generale Missiven”3 oleh Prof. Coolhas4, yang kemudian dilanjutkan oleh Dr Jurrien van Goor5. Seluruh korespondensi pada tingkat 1 dan 2, sepanjang yang saya ketahui “tersimpan” dalam arsip-arsip VOC. Level/tingkat 2 berisikan informasi penting, dan yang paling penting adalah tingkat 3 dan 4, yang tidak tersedia. Level 3 dan 4 menyediakan informasi yang paling “dekat” dengan subjek yang saya kaji yaitu Masyarakat Ambon.  Namun, untuk abad ke-17, bahan-bahan pada level 3, hanya ada bahan dari 15 tahun yang tersisa, terpisah/terserak dari beberapa laporan yang sporadis atau ekstrak dari laporan-laporan.  Kualitas informasi yang diperoleh dari level ini (level 3) lumayan sukar/berat, tergantung dari cara pandang para Gubernur terhadap suatu masalah dan masalah itu disebutkan dalam surat-surat dan laporan. Bahan-bahan dari tingkat 4, seluruhnya telah hilang/hancur. Dalam pandangan saya, level 3 menyediakan sumber-sumber paling menarik, sumber-sumber yang bisa digunakan untuk melihat “miniatur kolonial” atau “kehidupan kolonial sehari-hari”.
                Umumnya, peluang terbaik untuk “berbicara” bagi suatu penelitian adalah ketika muncul konflik besar di antara orang-orang Ambon atau di antara para pegawai VOC.  Ketika perselisihan dan konflik terjadi di wilayah atau desa-desa Ambon, administrasi akan lebih menaruh perhatian pada situasi demikian. Ketika para pejabat teras/terkemuka berselisih satu dengan yang lain, situasi itu membuat kita memahami fungsionalisasi VOC di Ambon, baik secara resmi maupun tidak resmi.
                Untuk penelitian demografi kita dapat bersandar pada detail materi kuantitatif, meskipun tidak cukup mendetail tentang rekonstruksi keluarga, penghitungan angka kelahiran dan mortalitas (kematian). Saya yang telah menyelesaikan bagian penting dari penelitian demografi, meskipun penjelasan tentang titik balik yang ditemui cenderung sulit. Hal ini merupakan bagian dari, hasil miskinnya pengetahuan orang-orang Ambon dan para pegawai kompeni tentang penyebab kematian.

                Ketidakcukupan pengetahuan yang sama juga terjadi dalam bidang ekonomi, misalnya para pegawai kompeni tidak mengenal/familiar dengan pertumbuhan tanaman-tanaman berbeda milik orang Ambon, meskipun terkadang ada pengecualian terhadap masalah ini. Perhatian paling banyak dalam bidang ekonomi adalah “ekonomi kompeni”; informasi tentang ekonomi kaum pribumi lebih bersifat sekali-sekali dan sangat jarang.
                Pada level 3, isu-isu yang menarik adalah tentang status wilayah dan perbudakan. Sayangnya isu-isu demikian sulit diinterpretasi, karena setelah ada petunjuk tentang suatu konflik atau ketegangan pada salah satu bidang ini, dan kemudian memulai untuk menyelidikinya, pertanyaan berikutnya telah beralih di tangan “fiskal” (Jaksa Umum). Tetapi, administrasi seksi ini, sebagai bagian dari level 4 telah hilang/tidak ada.
                Informasi tentang situasi keagamaan sangat berlimpah. Namun latar belakang para administratur sangat menentukan bagi jenis-jenis informasi. Para administratur menaruh perhatian pada promosi agama Kristen. Akibatnya, informasi tentang Islam sangat minim dibandingkan dengan Kristen, meskipun terkadang, saat Belanda merasa tidak nyaman dengan kaum muslim Ambon, mereka menaruh perhatian terhadap Islam. Informasi tentang agama populasi Alifuru di pulau Seram dan Buru sangat jarang dan terpisah-pisah, sebagai konsekuensi dari fakta bahwa wilayah-wilayah ini tidak atau hanya secara nominal (namanya saja) dikontrol oleh VOC.
                Sebagai kesimpulan, saya akan menyampaikan bahwa arsip-arsip VOC menyediakan materi-materi yang tidak terduga. Interpretasi dari bahan-bahan ini, kadang-kadang sulit dilakukan, sebagai akibat dari hilangnya/tidak adanya administrasi tingkat dibawahnya dan kualitas administratif serta pandangan pribadi terhadap masalah-masalah tertentu dari para pejabat teras. Arsip-arsip VOC tentang sejarah Maluku Tengah abad ke-17 dan ke-18 sangat diperlukan, yang di Kota Ambon untuk periode ini tidak ada yang tertinggal, sementara di Jakarta, beberapa dokumen untuk tahun-tahun sebelum 1780 masih tersimpan.

===== selesai =====


Catatan Tambahan
  1. Thesis PhD Gerrit J Knaap berjudul Kruidnagelen en Christenen; De VOC en De Bevolking van Ambon 1656 – 1696. Naskah ini kemudian dibukukan dengan judul yang sama dan diterbitkan di Dordrecht tahun 1987
  2. ARA kepanjangan dari Algemene Rijks Archieve atau Koleksi Arsip Umum yang berkedudukan di s’Gravenhage, Belanda
  3. Generale Missiven atau Laporan Umum adalah laporan yang dibuat oleh Hoge Regering dan dikirim kepada Heeren XVII di Amsterdam Belanda. Hoge Regering atau “Pemerintah Pusat” ini merupakan suatu lembaga yang terdiri dari Gubernur Jend VOC dan Raad van Indie (Dewan Penasehat) yang bermarkas di Batavia (Jakarta)
  4. Prof Coolhas yang dimaksud adalah W.Ph. Coolhas. Ia mengeditori “Generale Missiven” dari volume I (1960) hingga Volume VIII (1985)
  5. Dr Jurieen van Goor melanjutkan pekerjaan W.Ph Coolhas mulai volume IX dan X.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar