Rabu, 15 Juli 2020

Populasi Pulau Saparua abad ke-18 (1707 – 1811) : Suatu Tinjuan Umum (bag 2)


Oleh : Adrijn Anakotta

Kepulauan Lease oleh Jacob de Keyzer (1745)

D.2. Gambaran umum penduduk Pulau Saparua (1810 – 1811)

                Seperti terlihat pada tabel C.1, dalam rentang 1,5 tahun (Juni 1810 – Des 1811), secara umum penduduk Saparua mengalami kenaikan atau pertambahan penduduk hampir 1.000 penduduk. Dari ke-13 desa/negeri, 2 negeri mengalami penurunan yaitu negeri Saparua dan Porto, sedangkan negeri Tiouw stagnan. Dalam 1, 5 tahun itu, penduduk pulau Saparua mengalami kenaikan jumlah penduduk sebesar 26,66%. Negeri Haria,Tuhaha dan Ihamahu adalah negeri dengan pertambahan penduduk paling besar di antara negeri-negeri lainnya.
                Faktor apa yang menyebabkan pertambahan penduduk pulau Saparua dalam rentang ini? dan faktor apa pula, sehingga negeri Saparua, penduduknya menurun?. Pertambahan penduduk berkaitan erat dengan angka kelahiran yang tinggi dan angka mortalitas yang rendah. Selain faktor ini, faktor masuknya penduduk baru menjadi penduduk negeri tersebut. Angka kelahiran yang tinggi, salah satu penyebabnya adalah kehidupan masyarakat tenang, bahagia dan tidak “terganggu” oleh konflik dan ketegangan sosial politik. Periode 1810 – 1811, adalah periode pemerintahan Inggris jilid II atau pemerintahan interegnum / transisi1. Sejak Februari 1810 – Maret 1817, Inggris “menjajah” Ambon. Mungkin, selama masa pemerintahan Inggris ini, secara umum, penduduk Pulau Saparua mengalami masa “ketenangan” dibandingkan masa pemerintahan Belanda sebelumnya (1803 – 1810). Indikasi ini bisa dilihat pada isi dari 14 keberatan yang disampaikan kaum “pemberontak” yang dipimpin oleh Thomas Matulesia dalam Perang Pattimura. Maklumat atau yang lebih dikenal sebagai “Proklamasi Haria” ini tertanggal 29 Mei 18172.  I.O. Nanulaita dalam bukunya3, menulis tentang pemerintahan Inggris selama 7 tahun (1810 – 1817) : “ Pada umumnya, selama masa pemerintahan Inggris, rakyat di Seram, Ambon dan Lease hidup lega, damai dan tentram, terlepas dari bermacam-macam tekanan monopoli selama 7 tahun”.  Gambaran umum pemerintahan Inggris selama 7 tahun ini, bisa dilihat pada thesis P.J.M. Noldus4 atau kajian H.R.C. Wright tentang Monopoli rempah-rempah Maluku 1770 – 18245. Kajian Ph van der Kemp6 atau kajian H.A. Idema tentang penyebab pemberontakan Saparua 18177, bisa dibaca sebagai pembanding untuk memahami dan mengetahui situasi pemerintahan Inggris tersebut.
Dengan situasi seperti ini, maka wajar saja jika angka kelahiran penduduk pulau Saparua meningkat. Angka kelahiran penduduk pulau Saparua sepanjang tahun 1810 cukup tinggi dibandingkan tahun 1811. Kita bisa melihat pada tabel C.5, angka kelahiran dan angka kematian sepanjang tahun 1811 hampir berimbang, maka implikasinya angka kelahiran pada sepanjang tahun 1810-lah yang cukup tinggi, sehingga jumlah penduduk bertambah dalam rentang tersebut.
                Dalam kasus di negeri Saparua, pasti angka kematian di tahun 1810 cukup tinggi, karena angka kematian di tahun 1811 cukup rendah (lihat tabel C.5). Jika bukan karena kematian, faktor yang menyebabkan penurunan jumlah penduduk negeri Saparua, mungkin akibat perpindahan atau “merantau” ke luar daerah.


D.3. Tinjuan tentang Pemerintahan negeri-negeri di Pulau Saparua

                Seperti disebutkan pada bagian 1 dari artikel ini, jumlah desa/negeri sejak tahun 1707 hingga tahun 1810/1811, tidak berubah, yaitu 13 negeri/desa. Namun pada tabel tahun 1811 (lihat tabel C.2), negeri Siri-sori “terbagi” menjadi 2, meskipun hanya memiliki atau diperintah oleh seorang pemimpin. Pada tabel itu juga bisa dilihat perinciannya, dimana dari 13 negeri, ada 7 Radja dan 6 Pattij. Ini berarti 7 negeri memiliki pemimpin negeri yang bergelar Radja, dan 6 negeri penguasanya bergelar Pattij. Jumlah dan komposisi ini sedikit berbeda dibandingkan data Valentijn di tahun 17078.
Berikut ini data dari Valentijn dan perinciannya yang kami ekstrak :

Negeri9
Radjas
Patties
Orang Kaija
Sirisori
-
1
-
Ouw
-
1
-
Oelat
1
-
-
Boy
-
1
-
Haria
-
1
-
Porto
1
-
-
Tiouw
-
1
-
Saparoewa
1
-
-
Nollot
-
-
1
Itawakka
-
1
-
Paperoe
1
-
-
Toeaha
1
-
-
Ihamahoe
-
1
-
Total
5
7
1

Dari tabel di atas dan membandingkannya dengan tabel C.2, terlihat bahwa selama 1 abad, terjadi sedikit perubahan pada komposisi dan jumlah gelar-gelar pemimpin/penguasa negeri di Pulau Saparua. Dari tahun 1707 hingga 1810/1811, jumlah pemimpin bergelar Radja bertambah 2 orang dari 5 menjadi 7, jumlah Pattij berkurang 1 orang dari 7 menjadi 6, dan orang kaija juga berkurang. Negeri Siri Sori dan Nolloth, gelar pemimpin/penguasanya berubah dari Pattij menjadi Radja dan Orang Kaija menjadi Radja. Negeri-negeri lain tidak mengalami perubahan gelar pemimpin negerinya.
Jika kita melihat sumber tahun 1803 (per Desember)10, pemimpin negeri Siri-Sori masih bergelar Pattij, sedangkan negeri Nolloth, pemimpinnya telah bergelar Radja. Sumber-sumber di tahun 1804 – 180511, masih menyebut gelar penguasa di negeri Siri Sori adalah Pattij. Sumber tahun 180912, pemimpin negeri Siri-Sori telah disebutkan bergelar Radja. Dalam masa 4 tahun ini (1805 – 1809), gelar pemimpin negeri Siri-Sori mendapatkan “promosi” dari Pattij ke Radja. Sejarahwan R.Z. Leirissa menulis dalam bukunya13 bahwa “Status pemimpin suatu negeri ditentukan sesuai keberhasilan negeri yang bersangkutan dalam soal produksi cengkih dan kewajiban-kewajiban lainnya. Bila yang bersangkutan berjasa, maka gelarnya dinaikan menjadi Pati, dan kemudian bisa meningkat lagi sehingga menjadi Raja”.
Ini berarti bahwa pemimpin negeri Siri-sori mendapatkan promosi gelar itu, karena berjasa pada pemerintah Inggris pada masa itu. Mungkin jasa ini, berkaitan dengan terlibatnya pemimpin negeri Siri Sori dalam usaha menghancurkan penyelundupan cengkih.
                Untuk kasus negeri Nolloth, sumber tahun 167414 masih menulis gelar pemimpin negeri Nolloth sebagai orang kaija, begitu juga sumber tahun 170915 . Sayangnya, kami tidak mengetahui sejak kapan gelar itu berubah menjadi radja. Menarik melihat “pergeseran” di negeri Siri-Sori dalam soal “terpisahnya” kedua negeri dan memunculkan pemimpin negeri Siri Sori Islam secara “definitif”. Menurut sumber versi Siri Sori Kristen16, disebutkan bahwa sejak tahun 1750, masyarakat muslim di Siri Sori telah memohon kepada penguasa VOC di Saparua, untuk memiliki pemerintahan sendiri. Usulan ini kemudian di bawah ke Gubernemen Ambon dan ditolak. Penguasa VOC/Belanda di Saparua yang dimaksud adalah Opperhoofd (Residen) van Honimoa, Cornelis Sinkelaar yang memerintah pada Des 1746 – Des 175217. Sayangnya, seperti yang disebutkan oleh Knaap dalam artikelnya18, materi-materi dari level ini (level 4) atau administrasi karesidenan telah hilang atau hancur. Dengan kondisi seperti ini, maka kita tak bisa mengkonfirmasi informasi tersebut. Menurut sumber itu lagi, bahwa pada tanggal 2o Maret 177o, mereka kembali memohon untuk memiliki pemerintahan sendiri. Permohonan ini disetujui oleh Opperhofd/Residen Saparua dengan syarat bahwa masyarakat muslim tersebut memiliki “pemimpin sendiri” dengan gelar orang kaija, namun tetap dibawah pemerintahan negeri Siri-Sori (Kristen). Opperhoofd atau Residen Saparua pada masa ini adalah Jan Willem van Blijdenbergh (Januari 1765 – 177319). Informasi versi Siri Sori Kristen ini agak “berbeda” dengan sumber versi Siri Sori Islam, yang menempatkan “Raja” pertama adalah Said Parentah alias Patikakang yang memerintah 1812 – 181920. Mungkin penempatan ini dilandasi dengan pemahaman mereka bahwa, inilah pemimpin “resmi” ketika masyarakat Muslim telah memiliki “pemerintahan sendiri” dan “terpisah” dari Siri Sori (Kristen). Kemungkinan ini bisa benar, jika kita melihat tabel C.2 dimana dalam tahun 1811, Siri Sori Islam belum memiliki pemimpin resmi yang diakui, mereka masih dibawah kepemimpinan Siri Sori (Kristen). Noldus dalam thesisnya21 yang mengutip sumber dari J.B.J. van Doren22, menyebut bahwa penduduk muslim Siri Sori memohon kepada Gubernur Ambon asal Inggris Byam Martin, agar menggantikan Raja Siri Sori yang beragama Kristen dengan seorang pemimpin beragama Islam dari pihak mereka, namun permohonan ini ditolak. Byam Martin menjadi Gubernur Ambon pada periode Maret 1811 – Maret 181723. Informasi ini menyiratkan bahwa, hingga tahun 1817, Siri Sori Islam belum menjadi negeri yang independen dan diakui oleh pemerintah, meski telah memiliki pemimpin sendiri, tapi masih tetap dibawah kepemimpinan Siri Sori (Kristen). 

Peta Saparoua (akhir abad ke-18)

                Khusus untuk negeri Saparoea, gelar pemimpin negerinya yaitu Radja, tidak berubah sejak disebutkan oleh Valentijn tahun 1707 itu. Sumber tahun 171424, 176925, 1803 hingga 1810/1811, secara eksplisit tetap menulis gelar Radja. Jumlah kepala soa juga menarik untuk dibahas. Sesuai kepercayaan dan tradisi, negeri Saparua memiliki 4 soa. Namun, pada tabel C.2, jumlah kepala soanya berjumlah  2. Mungkin  pada tahun ini, 2 kepala soa yang lain belum terisi. Berdasarkan sumber tahun 180326, diketahui salah satu kepala soa di negeri Saparua adalah Frans Anakotta. Mungkin orang ini masih tetap menjabat hingga tahun 1811 sesuai tabel itu. Sayangnya, 1 kepala soa yang lain, tidak diketahui identitas dan dari soa apa. Mungkin dari soa Latuwaelaiti (marga Simatauw), atau soa Namasina (marga Ririnama), atau bisa saja dari soa Pelatu (marga Titaleij).
                Membandingkan komposisi serta jumlah schoolmaster sesuai sumber tahun 180427 dan 1811, ada sedikit perbedaan. Pada sumber tahun 1804, negeri-negeri Porto, Itawaka dan Tuhaha memiliki schoolmasternya, namun pada data tahun 1811 (tabel C.2), negeri-negeri tersebut tidak memiliki schoolmaster. Selain itu, negeri Haria, Tiouw dan Paperu pada sumber tahun 1804 tidak memiliki schoolmaster, namun data tahun 1811, negeri Haria dan Paperu memiliki schoolmaster, sedangkan negeri Tiouw tetap sama.
Mungkin alasannya adalah belum ada figur yang menempati jabatan itu pada negeri-negeri tersebut. Alasan lain, mungkin adalah sistem administrasi dan pertimbangan yang dilakukan oleh Inggris berbeda dengan Belanda. Sumber tahun 1804 adalah di masa pemerintahan Belanda, sedangkan data tahun 1811 adalah di masa pemerintahan Inggris. Mungkin negeri Haria dan Porto dikoordinasikan oleh 1 orang schoolmaster di negeri Haria, negeri Itawaka dan Tuhaha berada dibawah schoolmaster di negeri Paperu. Perlu dipahami bahwa pada tahun 1811, negeri Paperu masih berlokasi di jazirah utara Pulau Saparua atau jazirah Hatawano, berdekatan dengan Tuhaha dan Itawaka. Mungkin di tahun 1811, ada perpindahan “markas” schoolmaster di beberapa negeri. Misalnya, dari Porto (1804) dipindahkan ke Haria (1811), dan dari Itawaka dan Tuhaha (1804) dipindahkan ke Paperu (1811).
Untuk negeri Tiouw, diketahui tahun 1672 seorang meester bertugas dan berkedudukan di Tiouw bernama Matheus Nunsoepa28. Untuk tahun-tahun selanjutnya kedua negeri bertetangga ini, Saparua dan Tiouw memiliki seorang meester / schoolmester.
Berikut ini adalah daftar schoolmester yang bertugas di pulau Saparua berdasarkan sumber tahun 1804 :

Negeri29
Schoolmaster30
Sirisori
Jacob Nanlohy
Ouw
Lucas Watimena
Oelath
Lodewyk Hehanoesa
Booy
Johannes Lihonapessy
Haria
-
Poorto
Isaac Sahatapy
Tiouw
-
Saparoea
Enos Tehupeory (Opperschoolmaster)
Nollot
Jeremias Leihitoe
Itawakka
Matheus Hole
Paperoe
                  -
Tuhaha
Josias Raphael Pattij
Ihamahu
Gerardus Malakoeseyo
Total
10


4 orang schoolmaster yang berkedudukan di Siri Sori Mohamedan/Islam (tahun 1811), kami tidak mengetahui identitas atau informasi mengenai mereka.  Schoolmaster Jacob Sahetapy yang nantinya “terkenal” di tahun 1817 dalam perang Pattimura, pada tahun 1804 masih bertugas di Hatusua, Seram31. Diketahui Desember 1804, Jacob Sahetapy dimutasi ke Siri Sori32, dan sumber pada bulan maret 181733, ia telah diketahui bertugas di negeri Saparua.

==== selesai ====


Lampiran (Tambahan)

Daftar Nama Raja, Pattij di pulau Saparua (tahun 1803, 1811, 1817)

Negeri
Tahun 1803
Tahun 1811
Tahun 1817
Radja
Pattij
Radja
Pattij
Radja
Pattij
Sirisori Kristen
-
Salom Kesaulija
Johanes Salomon Kesaulija
-
Johanes Salomon Kesaulija34
-
Sirisori Islam
-
-
-
-
-
Sarasa Sanaky35
Ouw
-
Joseph Nekioeloe
-
Joseph Nekioeloe
-
Joseph Nekioeloe
Oelat
Jacob Nekeoeloe
-
Pieter Pietersz Nikijuluw?36
-
J.N. Nikijuluw
-
Booy
-
??? Pattiasina
-
???
-
J.M. Pattiasina
Haria
-
Lambertus Hermanus Manuhutoe
-
???
-
Jeremias Leihitoe
Poorto
Matheus Elias Nanlohij
-
W.P. Nanlohij?37

W.P. Nanlohij
-
Tiouw
-
Mattheus Hermanus Matahelumuwal
-
Jacobus Pattiwael
-
Jacobus Pattiwael
Saparoua
Pieter Titalaij
-
Melianus Jacob Titaleij ?38
-
Melianus Jacob Titaleij
-
Nollot
Izaak Nicolaas Huilisela
-
Izaak Nicolaas Huilisela
-
Izaak Nicolaas Huilisela

Hawakka
-
Marcus Wattijmena
-
Johannes Latupatij Wattimena39
-
M.S. Wattimena
Papere
Johan Lawa Latta
-
Paulus Latumaerissa
-
Paulus Latumaerissa
-
Tuhaha
Frans Tanalepe
-
Pieter Tatipikalawan??40
-
Albertus Tanalepij
-
Ihamahoe
-
Johanes Salomon Kesaulija
-
Anthonie Lilipalij
-
Anthonie Lilipalij


Catatan Kaki:

1.         P.J.M. Noldus, The Pattimura Revolt of 1817 : It’s Causes, Course and Consequences, Thesis, University Canterbury, 1984, chapter II, halaman 31 – 66

§  I.O. Nanulaita, Kapitan Pattimura, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1985, Bab II.

2.        P.H. van der Kemp, Het Nederlandsch-Indisch besturr in het midden van 1817, s’Gravenhage, 1915, halaman 29 – 32

§  P.J.M. Noldus, The Pattimura Revolt of 1817 : It’s Causes, Course and Consequences, Thesis, University Canterbury, 1984, chapter II, halaman 98 – 99, 123

§  H.A. Idema, De Oorzaken van den Opstand van Saparoea in 1817 (dimuat dalam Bijdragen ... volume 79, (1923), halaman 598 – 641), khusus hal 604 – 605

3.        I.O. Nanulaita, Kapitan Pattimura, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1985, Bab II, sub 2.8

4.        P.J.M. Noldus, The Pattimura Revolt of 1817 : It’s Causes, Course and Consequences, Thesis, University Canterbury, 1984, chapter II, halaman 31 – 66

5.        H.R.C. Wright, The Moluccan Spice Monopoly : 1770 – 1824 (dimuat dalam Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society (JMBRAS), volume 31, no 4 (184), 1958, halaman 1-27)

6.       P.H. van der Kemp, Het Herstel van het Nederlandsch gezag in de Molukken in 1817 (dimuat dalam Bijdragen......volume 65 (1911), halaman 355 – 736 dan volume 66 (1912), halaman 1 – 167

7.        H.A. Idema, De Oorzaken van den Opstand van Saparoea in 1817 (dimuat dalam Bijdragen ... volume 79, (1923), halaman 598 – 641)

8.        Valentyn, Francois. Oud en Nieuw Oost Indie (twede deel) Beschyving van Amboina Vervattende..., Joannes van Braam, Dordrecht, 1724 bag 1, eerste boek, vierde hoofdstuk , hal 90-91

9.       Penulisan nama negeri sesuai dengan penulisan yang dilakukan oleh Valentijn dalam bukunya itu

10.     Eerste commissaris tot de overname en retablissering van 's Compagnies bezittingen in de Molukken (Cranssen) aan gouverneur-generaal (Siberg) en raden van Indië, Batavia, 20 december 1803.

Afschrift. NA, collectie Van Alphen 2.21.004.19, 302. (dimuat oleh Chr van Fraasen (ed) Bronen Betreffende de Midden Molukken 1796 – 1902, Huygen Knaw NL, 1997)

11.       Benoeming van regent voor de negorij Siri Sori Serani door gouverneur van Ambon (Cranssen), Ambon, 12 december 1804. Afschrift. ARNAS, Ambon 730/a

§  Benoeming van regent voor de negorij Ihamahu door gouverneur van Ambon (Cranssen), Ambon, 1 maart 1805. Afschrift. ARNAS, Ambon 730/a.

§  Conclusies van de beraadslaging van gouverneur-generaal (Siberg) en raden van Indië over de verslagen van de commissie tot de overname en retablissering van 's Compagnies bezittingen in de Molukken, Batavia, 29 maart 1805. Afschrift. NA, collectie Nederburgh 1.10.59, 525

12.      Verslag van conferentie van onderprefect van Haruku (Mazel) met regenten uit zijn ressort, Haruku, 7 oktober 1809. Origineel. ARNAS, Ambon 1037/d.

13.      R.Z. Leirissa, Sejarah Kebudayaan Maluku, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1999, Bab IV,halaman 69

14.      Rapport betreffende een visitatie van Kerken en Scholen op Ambon, Manipa, Buano, Ceram, Saparua, en Nusalaut door DS Jacobus Montanus. Ambon, Mei 1674. NA, VOC 1300, fol 906r – 927v. Afschrift (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 438-458, khusus hal 453)

15.      Valentyn, Francois. Oud en Nieuw Oost Indie (twede deel) Beschyving van Amboina Vervattende..., Joannes van Braam, Dordrecht, 1724 bag 1, vierde boek, derde hoofdstuk , hal 185

16.     http://louhataamalatu.blogspot.com/2017/02/sejarah-negeri-siri-sori.html

17.      GM Gubernur Jenderl VOC Gustaaf Baron van Imhoff,  tanggal 31 Desember 1749 (GM Gouveneur Generaal en Raden aan Heeren XVII, deel 11, hal 769)

§  Naamboekje van de Weled. Heeren de Hooge Indische Regering........... Januari 1752, Gerrit Bos, Amsterdam,1753 (hal 58)

§  Naamboekje van de Weled. Heeren de Hooge Indische Regering........... Januari 1751, Gerrit Bos, Amsterdam,1752 (hal 58)

§  Naamboekje van de Weled. Heeren de Hooge Indische Regering........... Oktober 1748, Gerrit Bos, Amsterdam,1752 (hal 49)

18.      Gerrit J Knaap, The Relevance of the VOC Archive for Historical Research on Maluku Tengah (dimuat dalam Jurnal Itinerario, volume 4, issue 2 (1980), halaman 48 – 50), khusus hal 49

19.     Naamboekje van de Weled. Heeren de Hooge Indische Regering........... September 1766, Cornelis Wilt Amsterdam,1767 (hal 52)

§  Naamboekje van de Weled. Heeren de Hooge Indische Regering........... 1766, Cornelis Wilt Amsterdam,1767 (hal 47)

20.    Raja Negeri SSI oleh Upang Pattisahusiwa (https://ippmassi.4umer.com)

21.      P.J.M. Noldus, The Pattimura Revolt of 1817 : It’s Causes, Course and Consequences, Thesis, University Canterbury, 1984, chapter II, hal 61

22.     J.B.J. van Doren, Thomas Matulesia, het Hoofd der Opstandelingen op het Eiland Honimoa..... Amsterdam, 1857, hal 5-6

23.     Overeenkomst voor de overdracht van de Molukken, Ambon, 24 maart 1817.

Afschrift. NA, collectie Van Alphen 2.21.004.19, 315; NA, Koloniën 2.10.01, 2399; IOR, Bengal Political Consultations 8 August 1817 no. 61, P/120/69.

§  Ludeking, E.A.W. Lijst van Gouverneurs van Ambon, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde 14 (1864), pp. 543

24.     Generale Missiven Gubernur Jenderal VOC, Christofel Swoll tanggal 26 November 1714, Kolonial Archieve 1737, folio 13-567 (dimuat oleh W.Ph. Coolhas dalam Generale Missiven Gouverneur Generaal VOC, deel 7, 1979, hal 79)

§  Generale Missiven Gubernur Jenderal VOC, Christofel Swoll tanggal 14 Januari  1715, Kolonial Archieve 1739, folio 1431-1599 (dimuat oleh W.Ph. Coolhas dalam Generale Missiven Gouverneur Generaal VOC, deel 7, 1979, hal 136)

25.     Rapport Betreffende een visitatie van kerken en scholen Op Saparua en Nusa laut door DS Olivier Porjeere en de Ouderlingen Pieter Jansz Manusama en Pieter Hehanusa. Ambon, 11 September 1769. ANRI, Archief Kerkenraad Batavia 81, folio 203-217 (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, tweede band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 478 -479)

§  Rapport Betreffende een visitatie van kerken en scholen Op Saparua, Nusa laut en Ceram door DS Olivier Porjeere en de Ouderlingen Pieter Jansz Manusama en Pieter Hehanusa. Ambon, April 1770. ANRI, Archief Kerkenraad Batavia 81, folio 283-294  (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, tweede band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 489-499)

26.    Benoeming van soa-hoofden en andere functionarissen in de negorijen door de gouverneur van Ambon (Wieling), Ambon, november 1803.Afschrift. ARNAS, Ambon 730/a

27.     C.L. Timmerman,boekhouder bij het gouvernement, Naamlijst der inlandse school meesters in de provincie Ambon per 31 augustus 1804, Ambon, 31 augustus 1804; AA 844. (dimuat oleh Chr.G.F. de Jong, Bronen Betreffende de zendings en kerkgeschiedenis van de Midden Molukken, 1803-1900, deel 1, hal 34-37)

28.     Rapport Betreffende een visitatie van kerken en scholen Op Haruku, Saparua en Nusa laut door DS Albertus Struys. Haruku, 20 Oktober 1672. NA, VOC 1293, fol 413r – 418r. Afschrift (in Niemeijer, Hendrik.E, End, Th van den, Schutte, G.J. Bronnen Betreffende Kerk en School in de gouvernementen Ambon, Ternate en Banda ten tijde van de VOC (1605-1791), Eerste deel, eerste band, HUYGENS ING (KNAW), Den Haag, 2015, hal 367 – 371, khusus hal 370)

29.    Penulisan nama negeri sesuai dengan penulisan di dokumen tahun 1804

30.    Penulisan nama Schoolmaster sesuai dengan penulisan di dokumen tahun 1804

31.      C.L. Timmerman,boekhouder bij het gouvernement, Naamlijst der inlandse school meesters in de provincie Ambon per 31 augustus 1804, Ambon, 31 augustus 1804; AA 844. (dimuat oleh Chr.G.F. de Jong, Bronen Betreffende de zendings en kerkgeschiedenis van de Midden Molukken, 1803 – 1900, deel 1, hal 34 – 37, khusus hal 37)

32.     W.J. Cranssen, gouverneur der Molukse Eilanden, aan de resident van Haruku, E.

Mazel, Ambon, 28 december 1804, nr 40; AA 818 (dimuat oleh Chr.G.F. de Jong, Bronen Betreffende de zendings en kerkgeschiedenis van de Midden Molukken, 1803 – 1900, deel 1, hal 37-38)

33.     Rapport van gewezen eerste commissaris ter overname der Molukken (Engelhard) aan commissarissen-generaal (Elout, Van der Capellen en Buijskes), Batavia, 31 mei 1818. Afschrift met enkele eigenhandige correcties. NA, collectie Van Alphen 2.21.004.19, 322.

34.     Johannes Salomon Kesaulija meninggal pada tanggal 20 Mei 1817 di Waisisil dalam Perang Pattimura, Thomas Matulesia mengangkat Melchior Kesaulija sebagai Pattij van Siri Sori (Kristen)

35.     P.H. van der Kemp, Het Nederlandsch-Indisch besturr in het midden van 1817, s’Gravenhage, 1915, halaman 29 – 32

§  Namun, menurut sumber : Raja Negeri SSI oleh Upang Pattisahusiwa (https://ippmassi.4umer.com)

pada periode ini yang menjadi Pattij (Radja) van Siri Sori Islam adalah Said Parentah alias Patikakang (1812 – 1819)

36.    Berdasarkan arsip tahun 1805, Pieter Pietersz Nikijuluw ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda menjadi Radja van Ullath per tanggal 30 Juli 1805, tapi tidak diketahui sampai kapan ia menjadi radja. Karena tidak ada arsip yang secara eksplisit menyebut nama radja pada periode 1811, maka kami hanya menduga kalau figur ini yang menjadi radja.

§  Benoeming van regent voor de negorij Ulat door gouverneur van Ambon (Cranssen), Ambon, 30 juli 1805. Afschrift. ARNAS, Ambon 730/a.

37.     Figur ini hanya merupakan dugaan kami menjadi radja Porto pada periode 1811, karena tidak arsip yang secara eksplisit menyebut figur Radja Porto.

38.     Figur ini hanya adalah dugaan kami, karena setelah Pieter Titaleij memerintah digantikan oleh putranya Melianus Jacob Titaleij, namun kami tidak mengetahui kapan pastinya terjadi proses transisi kepemimpinan tersebut.

39.    Figur ini hanya adalah dugaan kami, berdasarkan sumber tahun 1808, Johannes Latupattij Wattimena diangkat menjadi Pattij van Itawaka per tanggal 6 Juni 1808. Mempertimbangkan antara 1808 hingga 1811 merupakan waktu yang tidak terlalu lama, maka kami menduga figur ini yang memerintah pada tahun 1811.

§  Benoeming van regent voor de negorij Itawaka door gouverneur van Ambon (Cranssen), Ambon, 6 juni 1808. Afschrift. ARNAS, Ambon 730/a.

40.    Figur ini hanya adalah dugaan kami, berdasarkan sumber tahun 1807, Pieter Tatipikalawan diangkat menjadi Radja van Tuhaha per tanggal 7 April 1807.

Benoeming van regenten voor de negorijen Tuhaha, Soahuku en Samasuru door gouverneur van Ambon (Cranssen), Ambon, 7 april 1807. Afschrift. ARNAS, Ambon 730/a.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar