Kamis, 02 Juli 2020

GALIYAO, MUAR DAN WWANIN : TIGA NAMA TEMPAT DARI INDONESIA TIMUR DI NAGARA KERTAGAMA DAN SEJARAH PERDAGANGAN AWAL KEPULAUAN AMBON (bag 1)


Oleh Chr van Fraasen



A.    Kata Pengantar

Sejak permulaan abad ke-20, para sejarahwan berusaha untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi yang disebutkan oleh Nagarakrtagama sebagai “wilayah-wilayah vasalnya”, khususnya dalam konteks Indonesia bagian Timur. Selain mengidentifikasi, mereka juga kadang-kadang berbeda pendapat tentang lokasi tepat dari nama-nama wilayah “jajahan” kerajaan Madjapahit tersebut.

Pada paruh terakhir abad ke-20, antropolog Belanda Christian van Fraasen dalam artikelnya menolak identifikasi G.P. Rouffaer yang dibuat tahun 1905 dan 1908, khususnya tentang lokasi nama Muar. Artikel itulah yang kami terjemahkan ini.

Artikel milik van Fraasen ini aslinya dalam bahasa Belanda berjudul Drie Plaatsnamen uit Oost-Indonesie in de Nagara-Kertagama : Galiyao, Muar en Wwanin en de vroege handels-geschiedenis van de Ambonse eilanden, yang dimuat dalam Bijdragen tot de taal,land en volkenkunde, deel 123, 1976, hlm 293-305.  Selain “mengoreksi” identifikasi Rouffaer, van Fraasen juga memperluas kajiannya tentang sejarah perdagangan pulau Ambon pada periode Nagarakrtagama ini (abad 14). Mungkin ada yang setuju dengan identifikasi oleh Van Fraasen ini, tapi ada juga yang lebih “percaya” pada uraian Rouffaer. Apapun perbedaan tersebut, buat kami adalah hal penting untuk memahami kajian ini, sebagai langkah awal untuk mempertimbangkan kembali sejarah migrasi para leluhur dari pulau Seram ke wilayah Ambon Lease.

Umumnya disepakati bahwa periode migrasi besar-besaran itu terjadi pada awal abad ke-15 (1400), Frank L Cooley dalam salah satu artikelnya menyebut kira-kira sebelum tahun 1450. Dengan berbasis pada kajian van Fraasen, kita mungkin bisa mempertimbangkan kembali, misalnya apakah para leluhur negeri Saparua tiba pada tahun 1436, atau “harus” lebih awal dari tahun ini. Jika Muar = Saparua (menurut Rouffaer) telah disebutkan oleh Nagarakratagama pada tahun 1365 M, maka logisnya para leluhur pulau Saparua “harus” juga telah tiba beberapa tahun hingga puluhan tahun sebelum tahun 1365. Begitu juga jika kita menggunakan pendapat van Fraasen yang percaya bahwa Muar = Hoamoal, tetap berimplikasi pada hal yang sama, karena pasti akan terkait erat dengan pulau-pulau disekitar Hoamoal itu, yang berarti Ambon, Haruku, Saparua dan Nusalaut.

Dengan mempertimbangkan hal yang disebutkan itu, maka kami menerjemahkan artikel  sepanjang 13 halaman ini. Artikel asli yang sudah “berusia” 44 tahun ini, tidak ada catatan kaki, sehingga kami memberikan catatan tambahan pada beberapa bagian, yang kami anggap perlu untuk dijelaskan lebih lanjut. Artikel asli juga tidak memuat gambar ilustrasi, sehingga kami juga menambahkan hal demikian, serta membagi artikel terjemahan ini menjadi 2 bagian.  Akhir kata selamat membaca, selamat memahami kajian yang baik dan berharga ini. Semoga wawasan kesejarahan kita semakin bertambah dan meluas.

  

B.    Terjemahan : Aldrin Anakotta

I

Nagara – Kertagama1 mendaftarkan “wilayah-wilayah vasal” kerajaan Majapahit  dalam pupuh ke-132 dan 143, dengan daftar nama-nama tempat di Nusantara (Indonesia) bagian timur. Pada tahun 1905, Rouffaer mencoba meletakan nama-nama tempat tersebut pada lokasinya. Di bawah ini adalah daftar menurut Nagara-Kertagama (sesuai dengan ejaan Dr Pigeaud), dengan identifikasi milik Rouffaer di sebelahnya yang dilakukan pada tahun 1905.


Kakawin Nagarakrtagama

Nagara-Kertagama                                                       Rouffaer, 1905

1.       Bali                                                                       Bali

2.       Badahulu                                                              Bedahulu di Bali

3.       Lwa-Gajah                                                            -

4.       Gurun                                                                   -

5.       Sukun                                                                   -

6.       Taliwang                                                              Taliwang di Sumba

7.       Dompo                                                                  Dompo di Sumba

8.       Sapi                                                                      Sapi di Sumbawa

9.       Sanghyang Api                                                    Gunung Api Sangeang di Sumbawa

10.   Bhima                                                                   Bima di Sumbawa

11.   Sèran                                                                    Ceram

12.   Hutan Kadali                                                       Gugusan kepulauan kenari di barat Misool?

13.   Gurun                                                                  Gorong/Goram di timur Ceram

14.   Lombok-Mirah                                                     Lombok Barat

15.   Saksak                                                                  Sasak di Lombok Timur

16.   Bantayan                                                              Bonthain, Sulawesi Selatan

17.   Luwuk                                                                   Luwu

18.   Uda                                                                        -

19.   Makasar                                                               Makasar

20.   Butun                                                                   Buton

21.   Banggawi                                                             Banggai

22.   Kunir                                                                     -

23.   Galiyao                                                                 Kangean

24.   Salaya                                                                   Selayar

25.   Sumba                                                                   Sumba

26.   Solot                                                                      Solor

27.   Muar                                                                     Kei

28.   Wandan                                                                Banda

29.   Ambwan                                                               Ambon

30.   Maloko                                                                 Ternate, atau Maluku

31.   Wwanin                                                                Onin di Papua

32.   Sèran                                                                     -

33.   Timur                                                                   Timor


Dalam artikelnya di tahun 1908, Rouffaer berpikir bahwa Sèran (no 32) adalah “kembali ke asal/kembali ke belakang”. Menurutnya, ini berarti itu (Sèran- no 32) adalah Kowiai, sebuah wilayah “dibelakang” Onin di barat daya Papua. Dan fakta ini mengkonfirmasikan identifikasinya terhadap Wwanin sebagai Onin, dimana ia mencatat bahwa menurut Rumphius, Onin, disebut oleh orang-orang Ternate sebagai Woni. Selanjutnya ia sekarang mengidentifikasi Muar (no 27) sebagai Saparua, karena wilayah bagian selatan (pulau) Saparua dalam bahasa lokal Ambon disebut Honimoa.

Di tahun 1915, dalam komentarnya tentang nama Hutan Kadali (no 12), Rouffaer berpikir itu berarti (pulau) Buru. Karena Hutan Kadali diterjemahkan : Hutan Kaju Putih. Dan Buru merupakan pulau yang dikenal sebagai pulau Hutan Kaju Putih. 


Grote Atlas van Netherlands Oost-Indie (1930an)

Van Eerde (1911 a) berpendapat bahwa Gurun (no 4) adalah nama lain bagi Nusa Penida, sebuah pulau yang terletak antara Bali dan Lombok. Sukun (no 5) adalah suatu tempat di Nusa Penida. Sedangkan untuk Lombok-Mirah (no 14), ia mencatat bahwa Lombok dan Mirah adalah 2 wilayah pelabuhan di bagian timur dan utara pantai Lombok. Saksak (no 15) seharusnya berarti lembah Lombok. Dan Gurun (no 13) adalah pulau Goram/Gorong.

Lebih lanjut, Van Eerde (1911 b) menulis bahwa Prof. H. Kern dalam persoalan nama Uda (no 18), yakin itu adalah kepulauan Talaud karena nama aslinya adalah Tal-oda. Dan untuk Kunir (no 23), itu merupakan kata bahasa Jawa untuk kunjit/kunyit, oleh karena itu harus diidentifikasi sebagai pulau kunjit/kunyit, dan berpendapat itu ada di sudut tenggara Borneo/Kalimantan.

Lekkerkerker mampu mengidentifikasi Lwa-Gajah (no 3) kembali ke tempat asalnya yaitu : Lo-Gajah di Bangli, pulau Bali.

Kuperus dapat menunjukan pada tahun 1942 dengan alasan yang baik, bahwa Sèran (no 11) tidak dimaksudkan untuk pulau Seram, tapi itu untuk wilayah Serang di Sumbawa Barat. Sèran (no 32) bukan dimaksudkan untuk Kowiai di pulau Papua, tetapi haruslah untuk pulau Seram. Sedangkan Hutan merupakan lanskap untuk Utan di barat laut Sumbawa.

Yang kurang terlalu penting adalah artikel milik Le Roux. Ia mempertanyakan apakah Hutan-Kadali adalah nama tempat yang harus dibaca sekaligus atau itu adalah 2 nama tempat (maksudnya Hutan dan Kadali). Jika itu adalah tempat yang dibaca sekaligus, maka permasalahannya telah selesai, dimana Hutan Kadali harus terletak di barat laut Sumbawa. Jika Kadali adalah nama 1 tempat yang terpisah, maka dengan mengingat urutan nama-nama tersebut, maka kita harus melihat/mencarinya di atau di sekitar Sumbawa. Le Roux juga bertanya-tanya, apakah Gurun (no 13) mungkin berarti untuk Gerung di Lombok Barat daya.

Teeuw (1958, hlm 18-19), percaya bahwa Sukun adalah maksudnya Sokong, nama asli untuk suatu tempat bernama Tandjung di barat laut Lombok. Gurun (no 4 dan 13) harus diidentifikasi sebagai Gerung di Lombok dengan ekstensi untuk semua Lombok, dan juga untuk Lombok berserta kepulauan kecil sunda lainnya.

Mungkin identifikasi Teeuw ini lebih baik daripada identifikasi Van Eerde. Maka (akibatnya), Gorong, di sebelah timur Seram, tidak akan terdaftar dalam kasus ini.

Dr Pigeaud akhirnya mengadopsi identifikasi oleh Rouffaer (1905) dalam karyanya, juga dilengkapi dengan identifikasi Van Eerde, Lekkerkerker, Kuperus dan Le Roux (Pigeaud, IV, hal 33-34, V, hlm 442)


Peta Fransisco Rodrigues (1512)


II

                Bagi saya (penulis) ada 3 nama tempat yang identifikasinya tidak memuaskan yang disebutkan dalam publikasi-publikasi itu, yaitu Kunir, Galiyao dan Muar.

                Untuk permalahan Kunir, tampaknya sangat tidak mungkin bahwa itu berarti Pulau Kunjit. Terutama karena pulau di sudut tenggara Kalimantan ini, tidak masuk dalam daftar “wilayah-wilayah vasal” di Timur Besar. Saya juga tidak tahu tempat atau pulau apa yang dimaksud dengan Kunir (itu).

                Dr Pigeaud menyampaikan/menulis (IV, hlm 34), bahwa Rouffaer merujuk tentang catatan soal Galiyao pada sumber Tiele dalam Bouwstoffen I, hal 19. Dalam sebuah suratnya tahun 1613 yang ditulis oleh Appolonius Schotte, sang penakluk Solor, disebutkan sebagai berikut :


Penduduk Muslim yang menyerang kami di kepulauan Solor ada di 5 kota yaitu Lamakere, Lamale, Touron, Adenare dan Ratolij, juga ada pemandangan bagus dari para petani yang semuanya kafir, penduduk Ynde (Ende) dan Gallejau berpihak ke kami, semuanya seperti dulu bersama Portugis hingga kami tiba di sini”


                Tiele menjelaskan dalam sebuah catatan kaki tentang ini4 : “ Galian sudah disebutkan oleh Pigafetta sebagai sebuah pulau di dekat Solor dan juga ada di peta lama di sebelah timurnya. Apakah ini berarti Lomblen (Kawela), saya tidak bisa memastikannya”.

                Sekarang kita dapat menyimpulkan bahwa Galiyao hampir pasti tidak berarti Lomblen. Dalam studi di Kedang baru-baru ini, di sebuah distrik di Lomblen, Barnes menyebutkan beberapa nama asli/lama untuk pulau ini, tetapi tidak ada yang menunjukan kemiripan dengan nama Galiyao. Tidak ada tempat dengan nama itu di Lomblen. Di sekitar Solor, ada 2 tempat yang namanya mirip dengan nama Galiyao : Labao di sudut barat laut Flores dan Kayan di Pantar. Tapi sejauh menyangkut dengan nama Galiyao, mungkin kita harus memikirkan tentang pulau Kalao, di antara Saleier dan Flores.

                Sedangkan untuk Muar (no 27), itu bisa diidentifikasi dengan pasti. Sumber-sumber Portugis menunjukan bahwa Muar, atau Batachina de Muar, adalah nama kuno untuk Hoamoal, semenanjung barat daya Seram. Lihat : Tiele, 1877, hlm 357; Schurhammer, hlm 666; Jacobs, hlm 34 dan 79. Bandingkan : Pires, I, hlm 210.

                Mengenai Wwanin (no 31), karena alasan historis, pada awalnya, sepertinya bagi saya tidak mungkin bahwa ini merujuk pada Onin. Dengan asumsi bahwa Onin adalah “wilayah vasal” yang tercantum dalam Nagara-Kertagama, pasti diketahui oleh para pelaut Jawa, Onin tampaknya terlalu diragukan dalam pandangan saya. Onin sejauh yang kami ketahui, selalu dilayari (didatangi) secara eksklusif oleh orang-orang dari Seram Timur dan Seram Laut. Sumber-sumber dari abad ke-16 dan 17 tidak menyebutkan tentang aktivitas para pedagang Jawa di Onin, dan (oleh karena itu), tidak masuk akal bahwa orang Jawa akan mengunjungi Onin pada abad ke-14.  


Pulau Ambon (1608)

         Saya mempertimbangkan apakah mungkin Wwanin berarti : Wawani di Ambon, Anin di Hoamoal atau Wowoni  di dekat sudut tenggara Sulawesi. Wawani adalah tempat penting di Hitu pada abad ke-17. Tetapi, dengan alasan linguistik, persamaan Wwanin dengan Wawani tidak dapat dipertahankan. Menurut penjelasan pribadi dari Dr Pigeaud, secara linguistik menyamakan Wwanin dengan Wonin, karena wa adalah notasi bahasa Jawa kuno untuk o.

Tidaklah logis jika Wonin adalah “korupsi” kata Wawani. Secara linguistik, Anin lebih mirip dengan Wonin.  Anin adalah pemimpin sekelompok 5 desa/negeri di pantai timur Hoamoal (Valentine, hlm 48; Rumphius, hlm 167). Tetapi pada abad ke-17, tempat-tempat seperti Luhu, Kambelo dan Lesidi jauh lebih penting daripada Anin. Selain itu, agak tidak mungkin bahwa di sebelah Muar (= Hoamoal), Anin juga disebut (lagi). Dan untuk Wowoni, ini adalah pulau yang relatif tidak penting di Timur Besar, sehingga pulau ini juga tidak akan dimaksudkan.

Pada akhirnya, saya percaya Rouffaer benar ketika ia “membaca” Onin berada di dalam Wwanin. Lagi pula, Onin secara tradisional dikenal sebagai penghasil massoi, yang juga dikenal di Jawa sebagai “djamu”. Kita tidak perlu berasumsi bahwa para pelaut Jawa juga berlayar ke Onin. Mungkin negara (maksudnya Majapahit) hanya tahu atau mendengar tentang Onin saja.

Ada juga yang berpendapat tentang persamaan Wwanin dengan Onin, yaitu soal urutan dalam daftar wilayah-wilayah vasal, yaitu : antara Maluku dan Seran. Tentang Maluku, kita seharusnya memahami bahwa Maluku sebenarnya adalah hanya terbatas pada pulau Ternate, Tidore, Makian, Batjan dan Halmahera. Demikian juga, dalam hal ini kita harus memahami pengertian kata Seran yang sebenarnya. Seran adalah nama sebenarnya dari Seram Timur. Seran ini, bersama dengan kepulauan Seram-Laut yang berada didekatnya, secara tradisional menjadi pusat perdagangan, tempat pelayaran menuju ke Onin. Kemungkinan kapal-kapal dagang Jawa telah mencapai Seran ini untuk membeli massoi Onin di sana.

Pada masa awal, wilayah-wilayah utama di pulau Seram dikenal masing-masing dengan nama mereka sendiri, tanpa memiliki satu nama untuk (nama) pulau secara keseluruhan. Selain Seran dan Muar, bagian dari pantai tenggara juga dikenal dengan nama Binauer (Binaur). Wilayah ini disebut oleh Pires sebagai Bemuaor (Pires, I, hlm 209 – 210; Cortesao menjelaskan nama tempat ini secara keliru). Hanya kemudian nama Seran dalam bentuk hibridisasi yaitu Ceram digunakan untuk nama pulau secara keseluruhan (lihat Adatrecht-bundel XXXVI, hlm 249).

 

=== bersambung ===

 

Catatan Tambahan :

1.  Nagara-Kertagama atau Nagarakrtagama sebenarnya bukanlah judul kakawin yang disusun oleh Mpu Prapanca. Nama sebenarnya adalah Decawarnana/Desawarnana yang bermakna “Uraian Desa-desa”. Decawarnana atau Nagarakratagama ini diselesaikan oleh Mpu Prapanca pada bulan Aswina (September – Oktober) tahun 1287 Caka/Saka (1365 M). Kakawin ini terdiri dari 98 pupuh.

2.   Secara sederhananya, pupuh ke-13 ini berisikan daftar wilayah-wilayah vasal di bagian barat dan tengah ditambah 2 sub pupuh dari pupuh ke-14

3.   Pupuh ke-14 terdiri dari 5 sub pupuh atau ayat. Untuk konteks artikel ini, 33 wilayah vasal yang ditulis itu bisa dibagi sebagai berikut : Mulai dari Bali (no 1) hingga Uda (no 18) disebutkan dalam pupuh ke-14, ayat 3 dan 4. Sedangkan mulai dari Makasar (no 19) hingga Timur (n0 33) disebutkan dalam ayat 5.

4.   Tiele menandai kata Gallejau pada surat Appolonius Schotte itu dengan nomor 1, dan menjelaskan pada catatan kaki tentang kata itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar